Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

ASKEP TUMOR MEDULA SPINALIS

Dosen Pengampu : Ns. ardin Hentu, M.Kep

Disusun oleh :
HARDIYANTI A.M ( 201901135 )

KELAS NR6D
PROGRAM STUDI NERS
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

Penderita tumor medulla spinalis sekitar 15% dari seluruh penderita


neoplasma susunan saraf. Tumor medulla spinalis terdiri dari intramedular dan
ekstramedular. Tumor intramedular dapat berasal dari substansi medulla spinalis
itu sendiri apabila tumor ekstrameduller menekan medulla spinalis dari luar.
Tumor intramedular dapat berada di ekstramedular dan intramedular. Prevalensi
tumor medulla spinalis lebih sedikit dibanding tumor intrakranial, dengan rasio
1:4. Sedangkan tumor primer di medulla spinalis sangat jarang, insidensinya,
hanya 1,3 per 100000 populasi. Terutama ditemukan pada dewasa muda atau usia
pertengahan dan jarang pada usia anak atau usia tua. Berbeda dengan tumor
intrakranial, umumnya tumor spinal adalah tumor jinak dan gejala yang timbul
terutama akibat efek penekanan pada medulla spinalis bukan akibat invasi
tumornya. Oleh karena itu sebagian tumor intraspinal dapat dilakukan tindakan
eksisi sehingga deteksi dini adanya tumor dapat mencegah defisit neurologis yang
lebih berat.1,2

Tipe pada tumor medulla spinalis hampir sama dengan tumor kranialis.
Tumor dapat berasal dari sel parenkim medulla spinalis, serabut saraf, selaput
myelin, jaringan vaskuler intraspinal, rantai simpatik, atau kolumna
vertebralis.Segmen yang paling sering terkena adalah segmen torakal (50%),
servikal (25%), dan lumbosakral (20%). Sedangkan frekuensi menurut lokasinya
adalah 55% tumor epidural, 40% tumor intradural-ekstramedular dan 5% tumor
intramedular. 2,4,5

2
Tumor spinalis yang terjadi pada medulla spinalis sebagian besar adalah
ependymoma atau glioma.Sebab terjadinya tumor medulla spinalis masih belum
diketahui. Pada beberapa kasus tumor dapat disebabkan oleh defek genetik.6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Medulla Spinalis


Medulla spinalis merupakan bagian dari Susunan Syaraf Pusat
(SSP).Terbentang dari foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong
dan agak melebar yang disebut conus terminalis atau conus medullaris.
Terbentang dibawah conu terminalis serabut-serabut bukan syaraf yang
disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat.1

3
Gambar 1 Medulla Spinalis

Tiga puluh satu pasang nervus spinal keluar dari medulla spinalis melalui
foramen intervertebralis.Mereka meninggalkan sistem saraf pusat dan
menandakan awal sistem saraf perifer. Tiga puluh satu pasang saraf ini diberi
nama sesuai dengan tingkat kolom vertebra:

• Cervical (C) - 8 pasang saraf


• Thoracic (T) - 12 pasang saraf
• Lumbar (L) - 5 pasang saraf
• Sacral (S) - 5 pasang saraf
• Coccygeal - 1 sepasang saraf

Nervus spinalis ini mengandung serabut eferen (motor) yang membawa


impuls saraf dari medulla spinalis ke perifer seperti otot, dan serabut aferen
(sensorik) yang membawa impuls sensorik dari perifer ke medulla spinalis.
Medulla Spinalis adalah bagian dari sistem saraf pusat (SSP), yang
memanjang kearah kaudal dan dilindungi oleh struktur vertebra. Medulla
spinalis dibungkus oleh tiga lapisan sama seperti otak yaitu duramater,
arachnoidmater dan yang paling dalam piamater. Pada orang dewasa
kebanyakan hanya menempati bagian atas dua-pertiga dari kanalis vertebralis
sebagai pertumbuhan tulang yang menyusun tulang punggung secara
proporsional lebih cepat dibandingkan dengan sumsum vertebra.1

Menurut lokasi rostrocaudalnya sumsum vertebra dapat dibagi menjadi


empat bagian: cervical, toraks, lumbal dan sakral, dua di antaranya ditandai
oleh pelebaran bagian atas (servikal) dan pelebaran bagian bawah (lumbar).
Sepanjang median sagittal, fissure anterior dan posterior membagi medulla

4
spinalis menjadi dua bagian simetris, yang terhubung oleh commisur anterior
dan posterior. Di kedua sisi lateralnya, dimana terdapat fissura anterolateral
dan posterolateral, disitu terdapat titik dimana radiks spinalis keluar yang
akhirnya membentuk medulla spinalis. Tidak seperti otak, pada medulla
spinalis substantia nigra dikelilingi substantia alba. Substantia alba secara
konvensional dibagi menjadi funikulus dorsal, dorsolateral, lateral, ventral dan
ventrolateral. Separuh dari tiap bagian berbentuk bulan sabit, walaupun
susunan dari substantia nigra dan substantia alba berbeda di setiap tingkatan
rostrocaudal. Substansia nigra dapat dibagi menjadi cornu dorsalis, cornu
intermedia, cornu ventralis, dan bagian centromedial mengelilingi canalis
medulla spinalis. Substantia alba semakin berkurang sampai di akhiran
medulla spinalis, dan bersatu dengan subtantia nigra membentuk conus
terminalis, dimana radiks spinalis yang secara paralel membentuk cauda
equine.1

Setiap pasangan nervus spinalis mempersarafi daerah tertentu dari tubuh


dengan neuron sensorik dan motorik. Serabut saraf sensorik dan stimulus dari
daerah kulit yang dipersarafi disebut dermatom. Serabut saraf motorik dan
otot-otot yang dipersarafi disebut myotomes. Pusat saraf vertebra terdiri dari
substantia nigra, sel body neuron dari akson tidak bermielin neuron motorik
dan juga interneuron, yang menghubungkan saraf aferen dan eferen.
Substantia tampak seperti gambaran kupu-kupu di sekitar kanal pusat dan
dibagi menjadi tiga pasang cornu. Cornu dorsalis neuron sensorik, cornu
ventralis neuron motorik dan cornu lateral menginervasi sistem saraf simpatik.
Substantia nigra medulla spinalis dikelilingi oleh upper dan lower neuron
sensorik dan motorik yang terdiri dari materi putih bermielin. Ramus
komunikans substantia alba saraf yang bercabang dari saraf vertebra khusus di
daerah dada dan bagian atas vertebra lumbar. Mereka adalah serabut
preganglionik yang memanjang dari saraf vertebra ke ganglion saraf simpatik.
Ramus komunikans substantia nigra adalah serabut postganglionik dari cranial
kembali ke vertebra.1

5
B. Definisi
Tumor medulla spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang
belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena
keterlibatan medulla spinalis atau akar-akar saraf. Tumor Medulla spinalis
adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi pada daerah cervical pertama
hingga sacral, yang dapat dibedakan atas:3,6,4,5

Tumor primer:
1) Jinak yang berasal dari

a) Tulang osteoma dan kondroma,

b) Serabut saraf disebut neurinoma (Schwannoma),

c) Berasal dari selaput otak disebut Meningioma;

d) Jaringan otak; Glioma, Ependinoma.

2) Ganas yang berasal dari

a) Jaringan saraf seperti; Astrocytoma,

Tumor sekunder: merupakan anak sebar (metastase) dari tumor ganas di daerah
rongga dada, perut, pelvis dan tumor payudara.

C. Etiologi
Penyebab utama dari tumor otak dan medulla spinalis belum
sepenuhnya dipahami. Tapi penelitian menemukan beberapa perubahan
yang terjadi pada sel normal otak yang dapat mengubahnya menjadi bentuk
tumor. Kanker dapat disebabkan oleh perubahan DNA yang mengaktifkan
onkogen dan menonaktifkan gen penekan tumor (tumor suppressor genes).
Gen ini dapat diwariskan dari orang tua.7
Banyak faktor risiko untuk kanker dengan cara kerusakan gen.
Misalnya asap rokok merupakan faktor risiko untuk kanker paru dan
beberapa kanker lainnya, karena asap rokok mengandung bahan kimia yang
dapat merusak gen.7
Selain radiasi, tidak diketahui penyebab lain yang berkaitan dengan
faktor gaya hidup atau faktor lingkungan yang dapat menyebabkan tumor .7

6
D. Epidemiologi
Sekitar 2000 kasus baru kanker tulang dan 6000 kasus baru tumor
jaringan lunak didiagnosis di Amerika Serikat tiap tahun.Dari semua kasus,
hanya sekitar 5% melibatkan tulang belakang. Insiden dari tumor spinalis
diperkirakan 2,5-8,5 per 100000 orang tiap tahun. Terdapat dua hal yang
potensial dari keganasan suatu lesi spinal :8

• Umur
• Lokasi
Pada anak di bawah 6 tahun, kebanyakan tumor spinal merupakan
keganasan, seperti:8

• Astrositoma
• Sarkoma (jarang)
Pada orang dewasa lebih dari 35 tahun, kebanyakan tumor spinal
adalah :8

• Adenokarsinoma metastasis
• Multipel myeloma

E. Patofisiologi
Tumor intramedulla menyusup dan menghancurkan parenkim
medulla dan bisa meluas lebih dari beberapa segmen medulla spinalis yang
berperan membawa dan mengirim untuk memfasilitasi impuls listrik bagi
stimulasi gerakan dan sensasi. Dengan tumor medulla spinalis bisa
menyebabkan kehilangan fungsi motorik dan sensorik. Pertumbuhan
tumor sangat mempengaruhi fungsi neurologi pasien. 4,5,6
Patofisiologi tumor medulla spinalis intramedular bervariasi sesuai
dengan jenis tumor. Ependymomas biasanya lambat, tumor berkapsul yang
secara histologis jinak. Nyeri dan defisit neurologis timbul sebagai akibat
dari peregangan progresif dan distorsi serat saraf. Biasanya gambaran
anatomi yang jelas terdapat saat operasi, dan hasil reseksi visual anatomis
yang besar dalam pengobatan. Tipe anaplastik yang langka bisa berbentuk
invasif, bagaimanapun, tipe ini lebih cenderung kambuh atau menyebar
melalui ruang CSF.4,5,6

7
F. Klasifikasi
Ada dua macam lesi: lesi ekstradural dan lesi intradural. Lesi
intradural dibagi menjadi dua kategori, tergantung pada apakah lesi
melibatkan substansi dari medulla spinalis ( intramedular ) atau berada di
luar medulla spinalis tetapi dalam dura ( ekstramedular).9
Lesi Ekstradural
Perjalanan klinis yang lazim dari tumor ektradural adalah kompresi
cepat akibat invasi tumor pada medula spinalis, kolaps kolumna
vertebralis, atau perdarahan dari dalam metastasis. Begitu timbul gejala
kompresi medula spinalis, maka dengan cepat fungsi medula spinalis akan
hilang sama sekali.10 Lesi Intradural

1. Intradural Ekstramedular
Lesi medula spinalis ekstramedular menyebabkan kompresi
medula spinalis dan radiks saraf pada segmen yang terkena.Sindrom
Brown-Sequard mungkin disebabkan oleh kompresi lateral medula
spinalis. Sindrom akibat kerusakan separuh medula spenalis ini
ditandai dengan tanda-tanda disfungsi traktus kortikospinalis dan
kolumna posterior ipsilateral di bawah tingkat lesi. Pasien mengeluh
nyeri, mula-mula di punggung dan kemudian di sepanjang radiks
spinal.Tumor pada sisi posterior dapat bermanifestasi sebagai
parestesia dan selanjutnya defisit sensorik proprioseptif, yang
menambahkan ataksia pada kelemahan.Tumor yang terletak anterior
dapat menyebabkan defisit sensorik ringan tetapi dapat menyebabkan
gangguan motorik yang hebat.Tumor selubung saraf (misalnya,
neurofibroma dan schwannoma ) biasanya lesi intradural
ekstramedular. Meningioma dapat berupa lesi ekstramedular
ekstradural atau intradural. 9,10

2. Intradural Intramedular
Tumor-tumor intramedular tumbuh ke bagian tengah dari medula
spinalis dan merusak serabut-serabut yang menyilang serta

8
neuronneuron substansia grisea. Kerusakan serabut-serabut yang
menyilang ini mengakibatkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu
bilateral yang meluas ke seluruh segmen yang terkena, yang pada
gilirannya akan menyebabkan kerusakan pada kulit perifer. Perubahan
fungsi refleks renggangan otot terjadi kerusakan pada sel-sel kornu
anterior.Kelemahan yang disertai atrofi dan fasikulasi disebabkan oleh
keterlibatan neuron-neuron motorik bagian bawah. Tumor asal glia
( misalnya , astrositoma , ependimoma ) biasanya di lokasi intradural
intramedular.9,10
G. Manifestasi klinis
Suatu tumor yang tumbuh pada bagian tulang belakang dapat
menyebabkan tekanan dan yang disusul kerusakan pada medulla spinalis
dan saraf.Tumor juga dapat melemahkan tulang belakang. Gejala
tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor, serta efek massa yang
disebabkan oleh space-occupying lesion yang abnormal dan dapat
meliputi:9,11
Nyeri
Nyeri dapat terjadi disebabkan oleh rusaknya tulang dari spinal
atau tekanan yang ditempatkan di atas saraf spinalis. Nyeri ini mungkin
di dalam spinal atau tersebar ke bawah tangan atau kaki. Gejala yang
paling umum adalah nyeri punggung aksial di lokasi lesi, yang lebih
memburuk di malam hari dan dalam posisi terlentang. Tumor
ekstramedular yang tumbuh ada kaitannya dengan akar saraf dan
menghasilkan nyeri radikuler yang sering lebih buruk pada malam hari
dan diperparah oleh manuver yang meningkatkan tekanan intrakranial,
seperti mengejan atau batuk.

Defisit neurologis fokal


Ini tergantung pada lokasi tumor dan dapat mirip stroke dengan
gejala kelemahan, mati rasa, lumpuh, diskoordinasi, kesulitan berjalan
atau kehilangan kontrol berkemih dan buang air besar.

9
Gejala klinis dari lesi medulla spinalis termasuk nyeri punggung,
gangguan motorik dan sensorik, gangguan berkemih dan buang air besar,
dan disfungsi seksual . Gejala sering berkorelasi dengan tingkat
pertumbuhan tumor daripada ukuran tumor , tumor tumbuh lambat dapat
menyebabkan sedikit atau tidak ada gejala neurologis, sedangkan tumor
yang berkembang pesat dapat menyebabkan defisit neurologis yang
signifikan pada penampakannya. Tumor intramedular timbul dari bagian
tengah saraf sering mengurangi sensasi pada wilayah sakrum ("sacral
sparing") karena penyusunan somatotropik dari sumsum tulang belakang,
di mana serat sensorik sakrum berada pada posisi yang paling perifer
dalam sumsum tulang belakang. Lesi intramedular jarang hadir dengan
nyeri sebagai gejala awal melainkan tanda-tanda kerusakan saraf pusat,
termasuk berkurangnya sensasi terhadap nyeri dan suhu ekstrim,
tandatanda saluran panjang, kelemahan, inkontinensia urin dan alvi, dan
disfungsi seksual .9

Gejala klinik berdasarkan lokasi tumor

 Tumor foramen magnum10


Gejala awal dan tersering adalah nyeri servikalis posterior yang disertai
dengan hiperestesi dermatom daerah vertebra servikalis 2 (C2).Setiap aktivitas
yang meningkatkan tekanan intrakranial (misal, batuk, mengedan, mengangkat
barang atau bersin) dapat memperburuk nyeri. Gejala tambahan adalah
gangguan sensorik dan motorik pada tangan dengan pasien yang melaporkan
kesulitan menulis atau memasang kancing. Perluasan tumor menyebabkan
kuadraplegia spastik dan hilangnya sensasi secara bermakna. Temuan
neurologik tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup hiperrefleksia, rigiditas
nuchal, gaya berjalan spastik, palsy N.IX sampai XI, dan kelemahan
ekstremitas.

10
 Tumor daerah servikal
Lesi daerah servikal menimbulkan gejala sensorik dan motorik mirip lesi
radikular yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga melibatkan
tangan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian atas diduga disebabkan
oleh kompresi suplai darah ke kornu anterior melaui arteria spinalis anterior.
Pada umumnya terdapat kelemahan dan atrofi gelang bahu dan lengan. Tumor
servikalis yang lebih rendah ( C5,C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya
refleks tendon ekstremitas atas (biseps,brakhioradialis, triseps). Defisit
sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu jari pada
kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7; dan lesi
C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.10
 Tumor daerah thorakal
Penderita lesi daerah thorakal sering kali datang dengan kelemahan spastik
yang timbul perlahan pada ekstremitas bagian bawah dan kemudian
mengalami parastesia. Pasien dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan
tertekan pada dada dan abdomen, yang mungkin dikacaukan dengan nyeri
akibat intrathorakal dan intraabdominal.10
 Tumor daerah lumbosakral
Kompresi segmen lumbal bagian atas tidak mempengaruhi refleks perut,
namun menghilangkan refleks kremaster dan mungkin menyebabkan
kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah. Juga terjadi
kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki dan tanda babynski
bilateral. Nyeri umumnya dialihkan ke selangkangan. Lesi yang melibatkan
lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sacral bagian atas menyebabkan
kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan kaki. Hilangnya sensasi
daerah perianal dan genitalia yang disertai gangguan kontrol usus dan
kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral
bagian bawah.10

11
 Tumor kauda ekuina
Lesi dapat menyebabkan nyeri radikular yang dalam, kelemahan dan atrofi
dari otot-otot termasuk gluteus, otot perut, gastrocnemius, dan otot tibialis
anterior. Refleks APR mungkin menghilang, muncul gejala-gejala sfingter
dini dan impotensi.Tanda-tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum
dan perineum yang kadang kadang menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid
terjadi sesuai dengan radiks saraf yang terkena dan terkadang asimetris.
Refleks lain dapat terpengaruh tergantung letak lesi.10

H. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
Modalitas utama dalam pemeriksaan radiologis untuk
mendiagnosis semua tipe tumor medula spinalis adalah MRI. Alat ini
dapat menunjukkan gambaran ruang dan kontras pada struktur medula
spinalis dimana gambaran ini tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan
yang lain.12
Tumor pada pembungkus saraf dapat menyebabkan pembesaran
foramen intervertebralis. Lesi intra medular yang memanjang dapat
menyebabkan erosi atau tampak berlekuk-lekuk (scalloping) pada
bagian posterior korpus vertebra serta pelebaran jarak interpendikular.12
Lesi intramedular menyebabkan pelebaran fokal pada bayangan
medulla spinalis.12

Gambar 3, gambaran MRI tumor medula spinalis (intradural intramedular)

12
Gambar 4, gambaran MRI tumor intradural ekstramedular

CSS (cairan cerebrospinal)

Pada pasien dengan tumor spinal, pemeriksaan CSS dapat


bermanfaat untuk differensial diagnosis ataupun untuk memonitor respon
terapi. Apabila terjadi obstruksi dari aliran CSS sebagai akibat dari
ekspansi tumor, pasien dapat menderita hidrosefalus. Punksi lumbal
harus dipertimbangkan secara hati- hati pada pasien tumor medula
spinalis dengan sakit kepala (terjadi peninggian tekanan intrakranial).7,12

Pemeriksaan CSS meliputi pemeriksaan sel-sel malignan


(sitologi), protein dan glukosa. Konsentrasi protein yang tinggi serta
kadar glukosa dan sitologi yang normal didapatkan pada tumor-tumor
medula spinalis, walaupun telah menyebar ke selaput otak, kadar glukosa
didapatkan rendah dan sitologi yang menunjukkan malignansi. Adanya
xanthocromic CSS dengan tidak terdapatnya eritrosit merupakan
karakteristik dari tumor medula spinalis yang menyumbat ruang
subarachnoid dan menyebabkan CSS yang statis pada daerah kaudal tekal
sac.7,12

I. Diagnosis
Diagnosis tumor medula spinalis diambil berdasarkan hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisis serta penunjang.

• Anamnesis

13
Pada tumor ekstramedular, gejala yang mendominasi adalah kompresi
serabut saraf spinalis, sehingga yang paling awal tampak adalah nyeri,
mulamula di punggung dan kemudian di sepanjang radiks spinal.Seperti pada
tumor ekstradural, nyeri diperberat oleh traksi oleh gerakan, batuk, bersin atau
mengedan, dan paling berat terjadi pada malam hari. Nyeri yang menghebat
pada malam hari disebabkan oleh traksi pada radiks saraf yang sakit, yaitu
sewaktu tulang belakang memanjang setelah hilangnya efek pemendekan dari
gravitasi.10
• Pemeriksaan fisis
Tumor ekstradural mempunyai perjalanan klinis berupa fungsi medula
spinalis akan hilang sama sekali disertai kelemahan spastik dan hilangnya
sensasi getar dan posisi sendi di bawah tingkat lesi yang berlangsung cepat.
Defisit sensorik berangsur-angsur naik hingga di bawah tingkat segmen
medulla spinalis.
Pada tumor intramedular, kerusakan serabut-serabut yang menyilang pada
substansia grisea mengakibatkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral
yang meluas ke seluruh segmen yang terkena, yang pada gilirannya akan
menyebabkan kerusakan pada kulit perifer. Sensasi raba, gerak, posisi dan
getar umumnya utuh kecuali lesinya besar. Defisit sensasi nyeri dan suhu
dengan utuhnya modalitas sensasi yang lain dikenal sebagai defisit sensorik
yang terdisosiasi.10
• Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan radiogram tulang belakang, sebagian besar penderita
tumor akan memperlihatkan gejala osteoporosis atau kerusakan nyata pada
pedikulus dan korpus vertebra. Pada tomor ekstramedular, radiografi spinal
dapat memperlihatkan pembesaran foramen dan penipisan pedikulus yang
berdekatan. Pada tumor intramedular, radiogram akan memperlihatkan
pelebaran kanalis vertebralis dan erosi pedikulus.10

J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular
maupun ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk

14
menghilangkan tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis
secara maksimal. Kebanyakan tumor intradural-ekstramedular dapat
direseksi secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau
bahkan tidak ada setelah operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola
pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histologis dan tidak secara total
di hilangkan melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi post
operasi.12 Terapi konservatif yang dapat dilakukan pada tumor medulla
spinalis adalah:10
a) Steroid
Berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri pada 85% kasus, terkadang
memberi perbaikan neurologis. Steroid intravena dengan dosis tinggi
dapat meningkatkan fungsi neurologis untuk sementara tetapi
pengobatan ini tidak dilakukan untuk jangka waktu yang
lama.Walaupun steroid dapat menurunkan edema vasogenik, obat-
obatan ini tidak dapat menanggulangi gejala akibat kondisi tersebut.
Penggunaan steroid dalam jangka waktu lama dapat menyababkan ulkus
gaster, hiperglikemia dan penekanan system imun dengan resiko
cushing symdrome dikemudian hari. Regimen kemoterapi hanya
meunjukkan angka keberhasilan yang kecil pada terapi tumor medulla
spinalis.Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya sawar darah otak yang
membatasi masuknya agen kemotaksis pada CSS.

b. Evaluasi radiografi

1) Foto polos seluruh tulang belakang : 67-85% abnormal;


kemungkinan temuan : erosi pedikel (defek pada pedikel pada foto
polos lumbosacral AP dan lateral) atau pelebaran, fraktur kompresi
patologis, dan perubahan osteoblastik (mungkin terjadi mieloma, Ca
prostat, Hodgkin, dan biasanya Ca payudara).
2) Bila tersedia dan pasien bersedia, MRI dilakukan secepat mungkin

15
c. Terapi radiasi

Tujuan dari terapi radiasi pada penatalaksanaan tumor medulla


spinalis adalah untuk memperbaiki kontrol lokal, serta dapat
menyelamatkan dan memperbaiki fungsi neurologik. Terapi radiasi juga
digunakan pada reseksi tumor yang inkomplit yang dilakukan pada
daerah yang terkena.12

d. Pembedahan

Pembedahan sejak dulu merupakan terapi utama pada tumor


medulla spinalis. Pengangkatan yang lengkap dan defisit minimal post
operasi, dapat mencapai 90% pada ependymoma, 40% pada astrositoma
dan 100% pada hemangioblastoma. Pembedahan juga merupakan
penatalaksanaan terpilih untuk tumor ekstramedular. Pembedahan,
dengan tujuan mengangkat tumor seluruhnya, aman dan merupakan
pilihan yang efektif.

Indiksi pembedahan

- Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila


lesi dapat dijangkau.
-
- Kegagalan radiasi
- Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal

Komplikasi pembedahan

- Resiko defisit neurologis yang besar selama tindakan operasi.


- Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada
anak anak disbanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang
tersebut dapat menyebabkan kompresi medulla spinalis.

16
K. Prognosis

Pada pasien yang menderita tumor medulla spinalis mempunyai peluang hidup
sehingga 5 tahun melebihi 90%. Fungsi neurologis setelah operasi pembedahan
pengangkatan tumor bergantung pada status preoperative. Oleh karena itu,
dilakukan pembedahan mengangkat tumor adalah untuk menghalangi
berlanjutnya proses disfungsi neurologis hasil dari penekanan tumor, untuk
menegakkan diagnosis dan secara potensi menyembuhkan tumor dengan
mengangkat tumor secara keseluruhan. Prognosis semakin buruk seiring
meningkatnya umur (>60 tahun).11
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat,
golongan darah, penghasilan
b. Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu,
riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB dan
penyakit neurofibromatosis, kapan gejala mulai timbul
c. Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang
keseimbangan. Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi,
ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor
faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi
dan dan latihan
d. Sirkulasi, Gejala : nyeri punggung pada saat beraktivitas. Kebiasaan :
perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung.
e. Integritas Ego, Gejala : faktor stres, perubahan tingkah laku atau
kepribadian, Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung,
depresi dan impulsif.
f. Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi.
g. Makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami
perubahan sklera. Tanda : muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk,
air liur keluar, disfagia)

17
h. Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan
pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan
penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental,
perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan
penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek
tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap
gerakan
i. Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda
dan biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan
nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur.
j. Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat,
dispnea, potensial obstruksi.
k. Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.
l. Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan
m. Keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan
sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
n. Seksualitas, Gejala: masalah pada seksual (dampak pada hubungan,
perubahan tingkat kepuasan)
o. Interaksi sosial : ketidakadekuatan sistem pendukung, riwayat perkawinan
(kepuasan rumah tangga, dukungan), fungsi peran.
( Doenges, 2000 )

II. Masalah keperawatan


- Kelumpuhan
- Gangguan sensibilitas
- Gangguan nafas/kelumpuhan diafragma untuk tumor servical tinggi
- Gangguan sistem cerna
- Kesukaran dalam buang air besar dan buang air kecil
- Perawatan khusus rehabilitasi bagi penderita instabilitas tulang punggung

2. Diagnosa keperawatan

18
a. Nyeri (akut) / kronis b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf,ditandai dengan :
menyatakan nyeri oleh karena perubahan posisi, nyeri, pucat sekitar wajah,
perilaku berhati hati, gelisah condong keposisi sakit, penurunan terhadap toleransi
aktivitas, penyempitan fokus pada diri sendiri, wajah menahan nyeri, perubahan
pola tidur, menarik diri secara fisik
Kriteria hasil : pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjuKkan perilaku untuk
mengurangi kekambuhan atau nyeri

Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri
b. Observasi keadaan nyeri nonverbal ( misal ; ekspresi wajah, gelisah,
menangis, menarik diri, diaforesis, perubaan frekuensi jantung, pernapasan dan
tekanan darah.
c. Anjurkan untuk istirahat denn tenang
d. Berikan kompres panas lembab pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan
e. Lakukan pemijatan pada daerah kepala / leher / lengan jika pasien dapat
toleransi terhadap sentuhan
f. Sarankana pasien untuk menggnakan persyaratan positif “ saya sembuh “
atau “ saya suka hidup ini “
g. Berikan analgetik / narkotik sesuai indikasi
h. Berikan antiemetiksesuai indikasi

2. Defisit perawatan diri : higiene, makan toileting dan mobilitas yang b. d


gangguan neurofisiologis.
Kriteria hasil : kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi, kebutuhan nutrisi dan
cairan terpenuhi, kebutuhan eliminasi terpenuhi, kebutuhan higiene oral, muka
terpenuhi, latihan rentang gerak aktif dan psif dilakukan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kemampuan yang berhubungan dalam melakukan kebutuhan
perawatan diri
b. Bantu saat pasien makan sesuai kebutuhan

19
c. Lakukan perawatan kateter setiap hari
d. Lakukan higiene oral setiap hari
e. Lakukan latihan rentang gerak pasif untuk ekstremitas
f. Bantu dan ajarkan latihan pembentukan otot sesuai indikasi : boneka untuk
latihan memeras, bola karet.
g. Lakukan perawatan kulit : gosok punggung
h. Berikan higiene secara total sesuai indikasi
i. Berikan bantuan nutrisi sesuai pesanan : konsulkan dengan ahli gizi untuk
menetapkan kebutuhan
j. Jelaskan pentingnya perawatan diri.
3. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atau
integrasi ( trauma atau defisit neurologis ), ditandai dengan disorientasi, perubaan
respon terhadap rangsang, inkoordinasi motorik, perubahan pola komunikasi,
distorsi auditorius dan visual, penghidu, konsentrasi buruk, perubahan proses
pikir, respon emosiaonal berlebihan, perubahan pola perilaku
Kriteria hasil : pasien dapat dipertahanakan tingkat kesadaran dan fuingsi
persepsinya, mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan
residu, mendemonstrasikan perubahan gaya hidup.
Intervensi :
a. Kaji secar teratur perubahan orientasi, kemampuan bicara, afektif, sensoris
dan proses pikir
b. Kaji kesadaran sensoris seperti respon sentuan , panas / dingin, benda tajam
atau tumpul, keadaran terhadap gerakan dan letak tubuh, perhatkian adanya
masalah penglihatan
c. Observasi repon perilaku
d. Hilangkan suara bising / stimulus ang berlebihan
e. Berikan stimulus yang berlebihan seperti verbal, penghidu, taktil,
pendengaran, hindari isolasi secara fisik dan psikologis
Kolaborasi :
f. pemberian obat supositoria gna mempermudah proses BAB
g. konsultasi dengan ahli fisioterapi / okupasi

20
4. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler ditandai dengan
ketidakmampuan untuk bergerak sesuai keinginan ; paralise, atrofi otot dan
kontraktur.
Kriteria hasil : mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tidak adanya
kontraktur, footdrop, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit /
kompensasi, mendemonstrasikan tehnik / perilaku yang memungkinkan
melakuakn kembali aktivitas
Intervensi :
a. Kaji rasa nyeri, kemerahan, bengkak, ketegangan otot jari.
b. Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan , seperti :
bel atau lampu pemanggil
c. Bantu / lakukan latihan ROM pada semua ekstremitas dan sendi, pakailah
gerakan perlahan dan lembut. Lakukan hiperekstensi pada paha secara teratur
d. Letakkan tangan dalam posisi kedalam ( melipat )
e. Tinggikan ekstremitas bawah beberapa saat sewaktu duduk atau angkat kaki
f. Buat rencana aktivitas untuk pasin sehingga pasien dapat beristirahat tanpa
terganggu
g. Berikan posisi alih baring setiap 2 jam
h. Monitor tanda-tanda vital
i. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi
5. Resiko tinggi terhadap ketidakefektifan pola napas b.d kerusakan
neurovaskuler, kerusakan kognitif.
Kriteria hasil: pasien dapat dipertahanakan pola nafas efektif, bebas sianosis,
dengan GDA dan tanda-tanda vital dalam batas normal, bunyi nafas jelas saat
dilakukan auskultasi, tidak terdapat tanda distress pernafasan
Intervensi :
a. Kaji dan catat perubahan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
b. Auskultasi bunyi pernafasan
c. Angkat kepala tempat tidur sesuai atuiran / posisi miring sesuai indikasi
d. Anjurkan utuk bernapas dalam, jika pasien sadar
e. Kaji kemampuan dan kualitas batuk

21
f. Monitor tanda-tanda vital
g. Waspada bahwa trakeostomie mungkundilakukan bila ada indikasi
h. Lakukan penghisapan lendir dengan hati hati jangan lebih dari 10 – 15 detik,
catat karakter warna, kekentalan dan kekeruhan sekret
i. Pantau pengguanaan obat obatan depresan seperti sedatif
j. Berikan O2 sesuai indikasi
k. Lakukan fisioterapi dada jika ada indikasi

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumor medulla spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang
belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena
keterlibatan medulla spinalis atau akar-akar saraf. Tumor Medulla spinalis
adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi pada daerah cervical pertama
hingga sacral, yang dapat dibedakan atas:3,6,4,5

B. Saran
Sekian makalah yang kami buat kurang dan lebih kami mohon koreksi dari
dosen mengampuh mata kulitah , dan semoga makalah yang kami buat bisa
bermanfaan buat para pembaca berikutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Reinhard Rohkamm. Chapter 1- Fundamentals of Neurology, Color Atlas


of Neurology 2009
2. 13. Augustine J R. Human Neuroanatomy An Introduction. Ed. 1.
Academic Press is an imprint of Elsevier. 2008
3. 14. Jones H R, JR. Netters Neurology. MediMedia. 2005
4. 15. Campbell W W. Dejong’s The Neurolgic Examination. Ed. 6th.
Lippincott Williams & Wilkins. 2005
5. Hoch Daniel B. 2012. Spinal Tumor
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001403.htm
6. Harrop James S. 2009. Spinal Cord Tumors - Management of Intradural
Intramedullary Neoplasms
http://emedicine.medscape.com/article/249306overview. (5 november
2010)
7. Anonym. Brain and Spinal Cord Tumors in Adults. 2008. Available at
www.cancer.org
8. Fuchs B, Boos N. Primary Tumors of The Spine In: Boos N, Aebi M,
editors. Spinal Disorders Fundamentals of Daiagnosis and
Treatment.2008. p. 951-76.
9. Pan E, Prados MD. Spinal Cord Tumors.6 ed. DW K, RE P, RR W,
editors. Hamilton: BC Decker; 2010.
10. Japardi, Iskandar. Radikulopati Thorakalis.
http://www.USUdigitallibrary.com. 2010
11. Rana A Q, Zumo L A, Sim V. Neuroradiology in Clinical Practice.
Springer International Publishing Switzerland. 2013
12. Daffner R H, Hartman MS. Clinical Radiology The Essential. Ed. 4.
Lippincott Williams & Wilkins. 2014

23

Anda mungkin juga menyukai