Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN GLOUKOMA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Arbie Chandra Abas 2001061
Nikmatul Nahda 2001003
Nuryaman
Fazlun Lamalani 2001056
Nurhikmawati Bawuna 2001016
Devitatoby N. Sanangka 2001055
Fatria Y. Didipu 2001043

PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2022/2023

2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji serta syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang
senantiasa memberikan curahan kasih rahmat-Nya kepada hamba-Nya, yang benar-benar ingin
mencari ridha serta inayah-Nya. Tidak lupa rahmat serta keselamatan semoga tercurah limpah
kepada Nabi Muhammad Saw. Akhirnya atas izin Allah SWT makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini kami sampai kan kepada dosen mata kuliah ’’KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH III’’ sebagai salah satu tugas mata kuliah tersebut. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada Bapak/Ibu dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada kami.
Kami memohon kepada dosen khusunya, umumnya para pembaca barang kali menemukan
kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini baik dari segi bahasan maupun isinya harap maklum.
Selain itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada semua
pembaca.

Manado, 22 November 2022

Kelompok 2

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 3


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 5
A.Latar Belakang ......................................................................................................................... 5
B.Rumusan Masalah .................................................................................................................... 5
C.Tujuan ...................................................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 7
A.Definisi Glukoma..................................................................................................................... 7
B.Etiologi Glukoma ..................................................................................................................... 7
C.Manifestasi Klinis Glukoma .................................................................................................... 8
D.Patofisiologi Glukoma ............................................................................................................. 9
E.Pemeeriksaan Penunjang Glukoma ........................................................................................ 10
F.Komplikasi Glukoma ............................................................................................................. 11
BAB III ASKEP TEORI................................................................................................................ 12
A.Pengkajian.............................................................................................................................. 12
B.Diagnosis Keperawatan ......................................................................................................... 16
C.Intervensi Keperawatan ......................................................................................................... 16
BAB IV ASKEP KASUS ............................................................................................................. 19
A.Pengkajian.............................................................................. Error! Bookmark not defined.
B.Diagnosis Keperawatan ......................................................... Error! Bookmark not defined.
C.Intervensi Keperawatan ......................................................... Error! Bookmark not defined.
D.Implementasi dan Evaluasi Keperawatan .............................. Error! Bookmark not defined.
BAB V PENUTUP ........................................................................................................................ 40
A.Kesimpulan ............................................................................................................................ 40
B.Saran ...................................................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 42

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata,
atrofipapil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang dengan resiko adanya
peningkatantekanan intra okular (TIO). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik penderita glaucoma primer di Divisi Glaukoma Poliklinik Mata RSUPSanglah
Denpasar tahun 2014 berdasarkan umur, jenis kelamin, diagnosis, tekanan intraokular, dan
sebaran wilayah. Penelitian menggunakan desain cross sectional deskriptifstudy,
menggunakan data sekunder melalui buku register Divisi Glaukoma PoliklinikMata RSUP
Sanglah Denpasar Periode 1 Januari 2014 - 31 Desember 2014. Sampel penelitian ini
sejumlah 42 orang dan terdapat 64 mata dengan diagnosis glaukomaprimer.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) pasien glaucoma primer paling sering didapatkan
pada kelompok umur 51-80 tahun sebesar 78,5%; (2) kasus glaucoma primer paling sering
adalah glaucoma sudut tertutup atau PACG (60,93%) dibandingkan dengan glaukoma
primer sudut terbuka atau POAG (39,06%); (3) reratatekanan intra okular pada mata kanan
lebih besar yaitu 32,38 mmHg sedangkan rerata tekanan mata kiri 31,3 mmHg; (4) laki-laki
memiliki proporsi yang lebih besar (61,90%) dibandingkan dengan perempuan (38,09%)
berdasarkan variabel jenis kelamin.
Kesimpulan penelitian ini adalah diantara 42 kasus glaucoma primer dengan 64
mata yang terlibat, terdapat karakteristik pasien terbanyak yaitu pria, dengan kelompok usia
terbanyak 51 sampai 80 tahun, jenis glaucoma yang diderita terbanyak adalah sudut tertutup,
dan keluhan terbanyak terjadi pada pada kedua mata atau bilateral, tekanan intra okular
rerata pada okuli dextra adalah sebesar 32,38 mmHg dan TIO rerata pada okuli sinistra
adalah sebesar 31,3 mmHg dan pasien paling banyak berada di Denpasar

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengang lukoma ?
2. Bagaimana etiologi dari glukoma ?
3. Apa saja manifestasi klinis glukoma ?
4. Bagaimana patofisiologi dari glukoma ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari glukoma ?
6. Bagaimana komplikasi dari glukoma ?

5
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari glukoma
2. Untuk mengetahui etiologi dari glukoma
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis glukoma
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari glukoma
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari glukoma
6. Untuk mengetahui komplikasi dari glukoma

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Glukoma

Glukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung.
Yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan
semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. (sjamsu budiono,2013)
Menurut kanski, 2003 galucoma sudut tertutup akut didefinisikan sebagai suatu
keadaan peningkatan TIO yang disebabkan penutupan sudut Sebagian atau seluruhnya oleh
iris purifier sehingga terjadi obstruksi aliran humorakuos. Sampai saat ini glaucoma sudut
tertutup primer akut tidak didefinisikan adanya kerusakan saraf optic,hal ini yang
membedakan dari definisi glaucoma pada umumnya.
Pada glaucoma sudut tertutup primer akut, tidak ada kelainan patologi yang
mendasari, yang ada hanya predisposisi anatomi. Glaucoma sudut tertutup primer akut
terjadi bila ada peningkatan TIO yang cepat akibat blok mendadak dari trabecular
meschwork oleh iris.

B. Etiologi Glukoma
Glukoma merupakan penyebab kebutaan nomor dua setelah katarak. Glukoma
dibagi menjadi empat rime utama yaitu:
1. Glukoma sudut terbuka
Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan disaluran pengeluaran cairan bola mata
akan meningkatkan tekananan pada bola mata. Tekanan pada boa disebut dengan tekanan
intraokuler (TIO). Sebagian besar glaucoma disebabkan oleh peningkatan tekanan pada
bola mata yang menyebabkan kerusakan pada serat-serat pada saraf optic.
2. Glukoma sudut tertutup
Gejala glukoma udut tertutup bisa datang dan pergi begitu saja atau semakin memburuk.
7
Berikut adalah gejala-gejalanya
• Nyeri tiba-tiba dan berat pada salah satu mata
• Penurunan penglihatan atau penglihatan berkabut
• Mual dan muntah
• Mata terasa bengkak
3. Glukoma kongenital
• Gejala glukoma kongeniatal berikut ini baru bisa ditemukan setelah bayi berumur
beberapa bulan
• Adanya bayangan berkabut di depan mata
• Pembesaran atau salah satu atau kedua bola mata
• Mata merrah
• Sensitive terhadap cahaya
• Keluar air mata
4. Glukoma sekunder

C. ManifestasiKlinisGlukoma
Secara umum gejala klinik glaukoma sudut tertutup primer akut terbagiakut,
intermitten atau subakut serta kronis. Serangan akut glaukoma sudut tertutupprimer akut
secara klinis oleh salmon (2004) disebut juga sudut tertutup akutkongestif. sebagian besar
serangan akut hanya terjadi pada satu mata, sedangkankurang dari 10% dapat menyerang
kedua mata. Serangan akut tersering pada usia55-56 tahun dan dilaporkan 3 kali lebih sering
terjadi pada wanita.
Serangan tersebut biasanya mendadak Ketika tekanan intra okuler meningkat cepat
(biasanya sekitar 45-75 mmHg), karena terjadi blok relative trabekularmeshworko lehiris
dengan manifestas iklinik berupa:
• Nyeri mata mendadak
• Sakit kepala
• Kabur
• Mrlihat cahaya pelangi
• Mual muntah
Gejala yang berat sering ditunjukkan dengan nyeri mata mendadak dansakit kepala.
Nyeri tersebut dapat radier sepanjang distribusi cabang oftalmik saraf trigeminal yang
ditandai nyeri di sinus, telinga, kepala dan Gigi. Nyeri yang hebat karena tingginya TIO
dapat menimbulkan gejala mual dan muntah. Kadang nyeri dada dan abdomen serta

8
berkeringat dapat terjadi. Hal ini sering menimbulkan mis diagnosis.
Kabur dan melihat seperti pelangi disebabkan edema epitel kornea karena tingginya
TIO. Edema kornea dapat memisahkan cahaya putih menyebabkan cincin berwarna
mengelilingi cahaya lampu pijar dengan warna merah kuning ditengah dan biru hijau di
perifer titik gejala ini merupakan gejala awal serangan akut.

D. Patofisiologi Glukoma
Menurut kanski (2003) terdapat dua teori,yakni teori muskulus dilator yang
mengatakan bahwa kontraksi muskulus dilator pupil akan meningkatkan aposisi Iris dan
anterior lensa, mempertinggi tingkat blok pupil fisiologis yang secara simultan membuat
iris perifer lebih flaccid sehingga mengakibatkan tekanan bilik mata belakang meningkat
dan irisperifer terdorong lebih ke anterior, akhirnya iris kontak dengan permukaan kornea
posterior dan TIO meningkat. Di lain pihak teori muskulus sfingter saat diameter rpupil
sekitar4 mm.
Penting untuk ditentukan relative atau absolut dan posisi setiap struktur segmen
anterior serta perbedaan tekanan antara bilik mata depan dan bilik mata belakang. Blok pupil
Absolute terjadi bila sinekia posterior 360° (seklusio pupil) sehingga tidak ada aliran humor
Akuos melalui pupil, sedangkan blok pupil relative terjadi bila ada penurunan aliran humor
Akuos melalui pupil karena iris kontak dengan lensa, lensa intra okuler, sisakapsul, dan lain-
lain.
Blok pupil merupakan penyebab tersering penutupan sudut dan yang mendasari
Sebagian besar kasus glaukoma sudut tertutup primer akut. Keberadaan blok pupil, aliran
humor Aquos dari bilik mata belakang ke bilik mata depan melalui pupil terganggu dan
sumbatan tersebut menciptakan perbedaan tekanan pada bilik mata depan dan belakang di
mana TIO bilik mata belakang lebih besar dari pada bilik mata depan. Jika blok pupil ini
meningkat, Iris hakan lebih terdorong kedepan atau sering disebut Irisbombans (irisbombe).
Hal ini diakibatkan iris perifer yang lebih tipis dibanding Sentral Iris Central terdorong
kedepan menutup trabecular Meshwork. Jika keadaan ini terjadi mendadak dan berat, maka
terjadi serangan akut yang disebut sudut tertutup akut, bila penutupan sudut partikel dan
agak berat, maka akan timbul sudut tertutup intermitten dan Subakut dan apa bila terjadi
gradual serta TIO meningkat pelan, maka akan berkembang jadi sudut tertutup kronis. Pada
sudut tertutup akut bilik mata depan tertutup oleh aposisi iridocorneal dapat reversibel,
sedangkan sudut tertutup kronis penutupan bilik mata depan oleh sinekiaan terior perifer
sehingga irreversible.

9
Pada mata yang secara anatomi dapat berkembang menjadi glaucoma sudut tertutup
primer akut, menurut Allingham (2005) mempunyai faktor-faktor pencetus untuk terjadinya
serangan akut, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor penyebab midriasis
• Dim ilumination
Umumnya serangan blok pupil terjadi pada keadaan pasien didalam ruang gelap
seperti di teater, restoran, dan lain-lain.
• Stres emosional
Biasanya serangan akut terjadi pada keadaan stres emosional yangberat. Hal ini dapat
dikaitkan midriasis terjadi akibat rangsangan saraf Simpatik meskipun mekanisme
yang sebenarnya belum dapat dijelaskan.
• Obat-obatan
Midriatikum dapat Mencetuskan serangan akut glaucoma sudah tertutup yang secara
anatomi mempunyai risiko. Obat obat anti kolinergik dan adrenergic mempunyai
resiko untuk dapat menimbulkan serangan akut.
2. Faktor penyebab meiosis
Miotikterapi dapat juga Mencetuskan serangan akut dimana bila meiosis terangsang
dengan membaca atau cahaya terang mekanisme Ini kemungkinan terjadi blok pupil
relatif.

E. Pemeeriksaan Penunjang Glukoma


• Tenometri
Tonometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur tekanan bola mata.
Untuk pengukuran tekanan intra okuler dilakukan beberapa hal,yaitu:
1. Palpasi menggunakan jari telunjuk
2. Identisi dengan tonometer Scihiotz
3. Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldman
4. Non kontak pneumotonometri
• Gonioskopi
Gonioskopi merupakan pemeriksaan sudut bilik mata depan menggunakan lensa kontak
khusus.Dengan pemeriksaan ganioskopi dapat membedakan apakah terjadi glaucoma
sudut terbuka atau glaucoma sudut tertutup, apakah ada perletakan iris dibagian perifer
dann kelainana lainnyapada mata.

• Oftalmoskopi
10
Oftalmoskopi digunakan untuk menilai kondisi papil saraf ptik pada penderita glaukoma.
Papil saraf optik yang dinilai menggunakan oftalmoskopi adalah warna papioptik dan
lebarnya ekskavasi (penggaungan).
• Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan untuk menilai fungsi ketajaman penglihatan
menggunakan kartu Snellen atau E. Pada kartu tersebut dapat melihat angka yang
menyatakan jarak dimana huruf yang tertera dapat dilihat oleh mata normal. Tajam
penglihatan dikatakan normal apabila tajam penglihatan 6/6 atau 100%
• Pemeriksaan lapang pandang
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menegakkan adanya pulau–pulau lapang pandang yang
menghilang dan untuk mengamati adanya kerusakan visual bersifat progresif.
Pemeriksaan lapang pandanng dapat dilakukan dengan menggunakan teskonfrontasi
untuk menilai kasar, layer Bjerrum untuk pemeriksaan lapang pandang sentral, perimeter
Goldmann dan Octopus untuk pemeriksaan lapang pandang sampai perifer. (Ichsanet
al.2018)

F. Komplikasi Glukoma
Komplikasi glukoma pada umumnya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutaanya itu kornea terlihat
keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan) glukomatosa, mata
keras seperti batu dan dengan rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat
dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan
siliar, alcohol retrobulbaratau melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak
bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.

11
BAB III
ASKEP TEORI

A. Pengkajian
1. Identitasklien : nama, umur, jenis kelamin, agama, Pendidikan perkerjaan, tgl MRS,
diagnose medis, suku bangsa, status perkawinan
2. Keluhan utama : terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi,
nyeri hebat dikepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak
3. Riwayat kesehatan
• Riwayat penyakit sekarang : hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada
keluhan sampai terjadi nyeri hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata
merah dan bengkak
• Riwayat penyakit dahulu : pernah mengalami penyakit glukoma sebelumnya atau
tidak dan apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya
• Riwayat penyakit keluarga : dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga
dalam garis vertical atau horizontal memiliki penyakit yang serupa
4. Pola-pola fungsi kesehatan
• Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat : persepsi klien dalam menilai/melihat dari
pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita serta kemampuan klien dalam
merawat diri dan juga adanya perubahan dalam pemulihaan kesehatan
• Pola nutrisi dan metabolic : pada umumnya klien dengan glukoma tidak mengalami
perubahan pada pola nutrisi dan metabolismenya, walaupun begitu perlu dikaji pola
makan dan komposisi, berapa banyak/porsi, jenis minum dan berapa banyak
jumlahnya
• Pola eliminasi : pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan
tetapi tetap dikaji konsistensi, banyaknya warna dan baunya
• Pola tidur dan istirahat : pola tidur dan istrirahat akan menurun, klien gelisah/sulit tidur
karena nyeri/sakit hebat menjalar samapai kepala
• Pola aktivitas : dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan
klien mengalami penurunan
• Pola persepsi konsep diri : meliputi : body image, self sistem, kekacauan identitas,
rasa cemas terhadap penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi prubahan konsep
diri

12
• Pola sensori dan kognitif : pada klien ini akan menjadi/mengalami gangguan pada
fungsi penglihatan dan pada kognitif perifer, foto fobia (glukoma akut). Perubahan
kacamata/pengobatan tidak memperbaiki pengihatan. Tanda : pupil menyempit dan
merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan air mata
• Pola hubungan dan peran : bagaimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi
hubungan klien dengan keluarga dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena
penyakit yang dideritanya
• Pola reproduksi : tidak ada gangguan
• Pola penanggulangan stress : biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan
dirinya dan fungsi penglihatannya serta koping mekanis yang ditempuh klien bisa
tidak efektif
• Pola tata nilai dan kepercayaan : biasannya klien tidak mengalami gangguan

5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
b. Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta pemeriksaan
TTV.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
d. Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada kepala,
mata merah, edema kornea, mata terasa kabur.
e. Pemeriksaan Integumen
Meliputi warna kulit, turgor kulit.
a. Pemeriksaan Sistem Respirasi
Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.
b. Pemeriksaan Kardiovaskular
Meliputi irama dan suara jantung.
c. Pemeriksaan Sistem Gastrointestinal
Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah.
d. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Meliputi pergerakan ekstermitas.
e. Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin.
f. Pemeriksaan Genitouria
Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.
g. Pemeriksaan Sistem Pernafasan
Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya lapang
pandang.

6. Pemeriksaan diagnostic
a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau

13
vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina
atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
e. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosis.
i. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

7. Analisa data
No Data Fokus Penyebab/ Etiologi Masalah
keperawatan
1 Ds : Obtruksi jaringan Gangguan rasa
Mengatakan mata trabekuler
nyaman nyeri

tegang. Nyeri hebat,
berhubungan dengan
Hambatan pengaliran
lebih sakit untuk
aqueus humor meningkatan TIO
melihat. ↓
TIO meningkat
Do :

• Meringis, menangis Nyeri
menahan nyeri.
• Sering memegangi
mata.

2 Ds: TIO meningkat Penurunan persepsi


sensori
Menyatakan ↓
visual/penglihatan
penglihatan kabur, Gangguan saraf optik berhubungan dengan
serabut saraf oleh
tidak jelas, penurunan ↓
karena peningkatan
area penglihatan. Perubahan penglihatan TIO
perifer
Do: ↓
• Pemeriksaan lapang Gangguan persepsi
pandang menurun. sensori penglihatan
• Penurunan
kemampuan
14
identifikasi lingkungan
(benda, orang, tempat
3 Ds: TIO meningkat Cemas berhubungan
dengan penurunan
• Mengatakan takut ↓
penglihatan/ kurang
dioperasi Gangguan saraf optik pengetahuan tentang
• Sering menanyakan prosedur
tentang operasi ↓
pembedahan
Perubahan penglihatan
perifer
Do: ↓
• Perubahan tanda vital
peningkatan nadi, Cemas
tekanan darah,
frekuensi pernapasan
• Tampak gelisah, wajah
murung, sering
melamun
4 Ds: Peningkatan tekanan Gangguan rasa
Mengatakan vitreus nyaman (nyeri)
nyeri/tegang. ↓ berhubungan dengan
Pergerakan iris kedepan post tuberkulectomi
Do: Gelisah, ↓ iriodektomi.
kecenderungan TIO meningkat
memegang daerah ↓
mata. Tindakan operasi

trabekulectomy

Nyeri
5 Ds: TIO meningkat Resiko infeksi
• Keinginan untuk ↓ berhubungan dengan
memegang mata Tindakan operasi luka insisi operasi.
• Menyatakan nyeri
sangat ↓
trabekulectomy
Do: - Perilaku tidak ↓
terkontrol Resiko infeksi
- Kecenderungan
memegang darah
operasi
15
B. Diagnosis Keperawatan
➢ Pre operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan TIO
2. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf
oleh karena peningkatan TIO.
3. Cemas berhubungan dengan :
a. Penurunan ketajaman penglihatan
b. Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan
➢ Post operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi.

C. IntervensiKeperawatan
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Gangguan rasa Tujuan : a. Kaji tingkat nyeri. a. Memudahkan tingkat
nyaman b. Pantau derajat nyeri mata nyeri untuk intervensi
Nyeri hilang atau
(nyeri) setiap 30 mentit selama selanjutnya.
berhubungan berkurang dalam masa akut. b. Untuk mengidentifikasi
dengan c. Siapkan pasien untuk kemajuan atau
waktu 1x24 jam.
peningkatan pembedahan sesuai penyimpanan dari hasil
TIO Kriteria hasil: peranan. yang diharapkan.
d. Pertahankan tirai baring c. Setelah TIO pada
• Klien dapat
ketat pada posisi semi glaukoma sudut terbuka,
mengidentifikasi fowler. pembedahan harus
penyebab nyeri. e. Berikan lingkungan gelap segera dilakukan secara
• Klien dan terang. permanent
menyebutkan f. Berikan analgesic yang menghilangkan blok
faktor-faktor diresepkan peran dan pupil.
yang dapat evaluasi efektifitasnya d. Pada tekanan mata
meningkatkan sudut ditingkatkan bila
nyeri. sudut datar.
• Klien mampu e. stress dan sinar
melakukan menimbulkan TIO yang
tindakan untuk mencetuskan nyeri.
mengurangi f. untuk mengontrol nyeri,
nyeri. nyeri berat menentukan
menuvervalasava,
menimbulkan TIO.
2 Penurunan Tujuan: a. Kaji dan catat a. Menentukan
persepsi Peningkatan ketajaman penglihatan kemampuan visual.
sensori visual / persepsi sensori b. Kaji tingkat deskripsi b. Memberikan keakuratan
penglihatan dapat berkurang fugnsional terhadap terhadap penglihatan
berhubungan dalam waktu 1 x 24 penglihatan dan dan perawatan.
dengan serabut jam perwatan c. Meningkatkan self care
saraf oleh kriteria hasil : c. Sesuaikan lingkungan dan mengurangi
karena dengan kemampuan ketergantungan.
peningkatan penglihatan.
16
tekanan intra • klien dapat d. Kaji jumlah dan tipe d. Meningkatkan
okuler. meneteskan obat rangsangan yang dapat rangsangan pada waktu
mata dengan benar diterima Klien. kemampuan
• Kooperatif e. Observasi TTV. penglihatabn menurun.
dalam tindakan f. Kolaborasi dengan tim e. Mengetahui kondisi dan
• Menyadari medis dalam perkembangan klien
hilangnya pemberian terapi. secara dini.
pengelihatan secara b. f. Untuk mempercepat
permanen proses penyembuhan
• Tidak terjadi
penurunan visus
lebih lanjut

3 Cemas Tujuan : a. Hati-hati penyampaian a. Jika klien belum siap


berhubungan Cemas klien dapat hilangnya penglihtan akan menambah
dengan berkurang dlam secara permanen. kecemasan.
waktu 1 x 24 jam b. Berikan kesempatan b. Mengekspresikan
penurunan
Kriteria Hasil : klien mengekspresikan perasaan membantu
penglihatan,
• Berkurangnya tentang kondisinya. Klien mengidentifikasi
kurang perasaan gugup c. Pertahankan kondisi sumber cemas.
pengetahuan • Posisi tubuh yang rileks. c. Rileks dapat
tentang rileks d. Observasi TTV. menurunkan cemas.
pembedahan • Mengungkapkan e. Siapkan bel ditempat d. Untuk mengetahui TTV
pemahaman tidur dan instruksi dan per-kembangannya.
tentang rencana Klien memberikan e. Dengan memberikan
tindakan tanda bila mohon perhatian akan
bantuan menambah kepercayaan
f. Kolaborasi dengan tim klien.
medis dalam f. Diharapkan dapat
pemberian terapi mempercepat proses
penyembuhan

4 Gangguan rasa Nyeri berkurang, a. Kaji derajat nyeri a. Normalnya, nyeri terjadi
setiap hari. dalam waktu kurang
nyaman hilang, dan
b. Anjurkan untuk dari 5 hari setelah
(nyeri) terkontrol. melaporkan operasi dan berangsur
perkembangan nyeri menghilang. Nyeri
berhubungan Kriteria hasil :
setiap hari atau segera dapat meningkat sebab
dengan post • Klien saat terjadi peningkatan TIO 2-3
mendemonstrasi- peningkatan nyeri hari pasca operasi.
tuberkulectomi
kan teknik mendadak. Nyeri mendadak
iriodektomi. penurunan nyeri c. Anjurkan pada klien menunjukan
• Klien untuk tidak melakukan peningkatan TIO masif.
melaporkan gerakan tiba-tiba yang b. Meningkatkan
nyeri berkurang dapat memicu nyeri. kolaborasi ,
atau hilang. d. Ajarkan teknik memberikan rasa aman
distraksi dan relaksasi. untuk peningkatan
e. Lakukan tindakan dukungan psikologis.
kolaboratif dalam c. Beberapa kegiatan klien
pemberian analgesik dapat meningkatkan
topikal/ sistemik. nyeri seperti gerakan
17
tiba-tiba, membungkuk,
mengucek mata, batuk,
dan mengejan.
d. Mengurangi
ketegangan, mengurangi
nyeri.
e. Mengurangi nyeri
dengan meningkatan
ambang nyeri.
5 Resiko infeksi Tujuan : a. Diskusikan tentang a. Meningkatkan
berhubungan rasa sakit, pembatasan kerjasama dan
Tidak terjadi cedera
dengan luka aktifitas dan pembatasan yang
mata pascaoperasi pembalutan mata. diperlukan.
insisi operasi
b. Tempatkan klien pada b. Istirahat mutlak
Kriteria Hasil :
tempat tidur yang lebih diberikan 12-24 jam
• Klien rendah dan anjurkan pasca operasi.
menyebutkan untuk membatasi c. Mencegah/ menurunkan
faktor yang pergerakan mendadak/ risiko komplikasi
menyebabkan tiba-tiba serta cedera.
cedera. menggerakkan kepala d. Tindakan yang dapat
• Klien tidak berlebih. meningkatkan TIO dan
melakukan c. Bantu aktifitas selama menimbulkan kerusakan
aktivitas yang fase istirahat. struktur mata pasca
meningkatkan Ambulasi dilakukan operasi antara lain:
resiko cedera dengan hati-hati. • Mengejan ( valsalva
d. Ajarkan klien untuk maneuver)
menghindari tindakan • Menggerakan kepala
yang dapat mendadak
menyebabkan cedera. • Membungkuk
e. Amati kondisi mata : terlalu lama
luka menonjol, bilik • Batuk
mata depan menonjol,b. e. Berbagai kondisi seperti
nyeri mendadak, nyeri luka menonjol, bilik mata
yang tidak berkurang depan menonjol, nyeri
dengan pengobatan, mendadak, hiperemia, serta
mual dan muntah. hipopion mungkin
Dilakukan setiap 6 jam menunjukan cedera mata
asca operasi atau pasca operasi.
seperlunya.

18
BAB IV
ASKEP KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
1) Identitas pasien / klien
Nama : NY. R
Tanggal lahir / umur : 26 Juli 1989 / 28 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Golongan darah :O
Diagnosis medis : Glaukoma
Tanggal / waktu masuk RS : 26 Juli 2021 / pukul 10.00 WIB
Tanggal / waktu pengkajian : 26 Juli 2021 / pukul 11.00 WIB
No Medrec 20042001
Alamat : Jl. Jendral Sudirman No. 02 Bandung
No. Telepon : 0822-1193-9089
2) Identitas penanggung jawab
Nama : TN. Z
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jl. Jendral Sudirman No 02 Bandung
Hubungan dg klien : Istri
No. Telepon : 0899-6787-9009
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Terasa nyeri pada orbita dextra saat ditekan dan penglihatan kabur
2) Riwayat Kesehatan Sekaran
19
Pasien datang ke RS karena mengeluh nyeri mata kanan saat ditekan,
pandangannya juga kabur padahal sudah menggunakan kacamata minus 3pada
kedua mata 2 bulan lalu. Ny.R tidak mengetahui mengapa bisa mengalami
glaucoma. Ny.R cemas dengan perkataan orang – orang mengenai glaucoma
yang bisa menyebabkan kebutaan. Ny.R segera memeriksakan karena takut
mengalami kebutaan.
P : Pasien mengatakan mengurangi nyeri dengan kompres hanngat pada mata
(Paliatif). Pasien mengatakan nyeri pada mata kanan ketika ditekan
(Provokatif)
Q : Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti ditimpa benda berat pada mata
(Quality) Nyeri dirasakan ketika mata ditekan. (Quantity)
R : Pasien mengatakan nyeri pada mata kanan (Region) Pasien mengatakan
nyeri tidak menjalar (Radian)

S : Pasien mengatakan nyerinya ada pada skala 4 dari rentang (0 – 5) (Scale)


T : Pasien mengatakan nyeri dirasa hilang timbul

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan belum pernah mengeluhkan hal yang sama sebelumnya
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan atau menular

3. Pola Aktivitas Sehari – Hari

NO AKTIVITAS DI RUMAH DI RUMAH SAKIT


1. Personal hygiene
• Mandi 2x/hari Lap
• Menggosok gigi 2x/hari Belum
• Keramas 2x/minggu Belum
• Ganti baju 2x/hari 1x/hari dibantu suami
2. Pola makan
• Jenis makanan Nasi, sayur sop, ayam Nasi, tumis brokoli, sup
goreng ikan
• Frekuensi makan 3x/hari 3x/hari
• Porsi 1 porsi 1 porsi
• Keluhan Tidak ada Tidak ada
3. Pola minum
• frekuensi minum 8 gelas/hari 8 gelas/hari
• Jenis minum Air putih Air putih
• Keluhan Tidak ada Tidak ada
20
4. Tidur dan istirahat
• Tidur siang - -
• Tidur malam 6-7 6 – 7 jam/hari
• Keluhan jam/hari Tidak ada
Tidak ada
5. Eliminasi BAB
• Frekuensi 1x/hari 1x/hari
• Warna Kuning Kuning kecokelatan
• Bau kecokelatan Khas tinja
• konsistensi Khas padat
• Keluhan tinja Tidak ada
Padat
Tidak ada
6. Eliminasi BAK
• Frekuensi 8x/hari 8x/hari
• Warna Kurang Kuning jernih
• Bau jernihKhas Khas urin
• Keluhan urin Tidak Tidak ada
ada
7. Aktivitas Pasien mengatakan ia Tidak dapat beraktivitas
sehari-hari bekerja banyak, pasien bedrest
denganbiasanya

4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Pasien tampak lemah
2) Kesadaran : Kualitatif (Composmentis / keadaan sadar penuh)
Kualitatif (GCS 15 Verbal 5, Mata 4 , Gerak 6)
3) Tanda-tanda vital
• TD : 150/100 mmHg
• N : 80x/menit
• S : 37oC
• RR : 20x/menit
4) Antropometri
1. IMT
BB 65 65
IMT = = = = 22,4 (Normal)
¿¿ ¿¿ 2,89

21
2. IBW
TB (Cm)−100=n
IBW =n−(n× 10 %) ¿n = 170 Cm – 100 = 70)
IBW =70−( 70 ×10 %)
IBW =70−7
IBW = 63 Kg (Berat Badan Ideal)
5) Data Keseimbangan Cairan Intake

1. Minum air 8 gelas / hari : 1.200 Ml


2. Makan 3x/hari 1 porsi : 600 Ml
Total Intake : 1.800
MlOutput :
1. BAK 8x / hari : 1000 Ml
2. BAB 3x/ hari : 600 Ml
3. IWL : 650 Ml
Total Output : 2.250 Ml
Balance Cairan=Intake−Output
Balance Cairan=2250−180 0
Balance C airan−4 50 Ml
6) Sistem penglihatan : Terdapat nyeri tekan pada orbita dextraa, penglihatan
kabur pada kedua mata, pasien menggunakan alat bantu penglihatan kaca mata
minus 3 pada kedua mata sejak 2 bulan lalu, dilakukan pemeriksaan
oftalmoskop ditemukan adanya cupping dan atrofi diskus optikus, aquoeshumor
tampak keruh, pada pemeriksaan lapang pandang pasien tak bisa melihat dari
jarak yang seharusnya masih bisa dilihat, pandangan kabur. Pada pemeriksaan
tonometry didapatkan hasil 25 mmHg dari nilai normal (10 – 20 mmHg)
7) Sistem pernapasan : Ada dalam batas normal
8) Sistem pencernaan : Ada dalam batas normal
9) Sistem musculoskeletal : Pasien lemah, tak mampu melakukan aktivitas
secara mandiri
10) Sistem Persyarafan : Ada dalam batas normal
11) Sistem Kardiovaskuler : Ada dalam batas normal
12) Sistem Endokrin : Ny.R menderita kelainan thyroid teraba pada leher seperti
bengkak dan terdapat nyeri tekan, TD (150/100 mmHg), N (80x/menit), S
22
(37oC)
13) Sistem Genitourinari : Ada dalam batas normal
14) Sistem Integumen dan Imunitas : Ada dalam batas normal
5. Data psikososial dan spiritual
1) Pola Komunikasi
Pasien mampu berkomunikasi secara dua arah dengan perawat.
2) Konsep Diri
a. Body Image : Pasien mengatakan tidak percaya diri dengan kondisi tubuhnya saat ini,
pasien mengatakan takut mengalami kebutaan
b. Ideal Diri : Pasien berharap segera sembuh dan bisa beraktivias seperti biasa lagi.
c. Peran dan Identitas Diri : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan seorang istri.
Kedua peran tersebut tidak dapat dilakukan dengan baik karena dirinya sakit
d. Harga Diri : Pasien mengatakan yakin akan sembuh dan yakin dapat beraktifitas
kembali seperti biasanya
3) Mekanisme Koping : Pasien mengatakan bila ada masalah selalu bercerita kepada
suaminya, pasien mengatakan segala keluhan sakit pada perawat dan suami
4) Aspek Spiritual
a. Makna Hidup : Pasien mengatakan hidupnya sangat berarti
b. Pandangan Terhadap Sakit : Pasien mengatakan sakit yang dideritanya merupakan
hukuman dari tuhan
c. Keyakinan Akan Kesembuhan : Pasien mengatakan yakin akan sembuh
5) Data Pengetahuan : Pasien mengatakan tidak mengetahui kenapa bisa sampai
mengalami glaukoma
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Diagnosa kerja : Glaukoma
2) Pemeriksaan tonometri : 25 mmHg dari nilai normal (10 – 20 mmHg)
3) Pemeriksaan oftalmoskop : ditemukan adanya cupping dan atrofi diskus optikus,
aquoes humor tampak keruh

23
4) Terapi

N NAMA OBAT RUTE DOSIS INDIKASI


O
1. Ringer lactate IV 500 Ml/20 tpm Memenuhi kebutuhan cairan
2. Beta blocker Topikal 1 – 2 tetes/ 1x/ hari Beta blocker dapat menurunkan
(Timolol) tekanan darah yang tinggi dan juga
bekerja dengan cara mengurangi
produksi cairan dalam bola mata

24
kanan ketika ditekan aliran drainase aqueous
• P : Pasien mengatakan mengurangi humor
nyeri dengan kompres hanngat pada ↓
mata (Paliatif). Pasien mengatakan Peningkatan tekanan
nyeri pada mata kanan ketika ditekan intraokuler (TIO)
(Provokatif) ↓
• Q : Pasien mengatakan nyeri Bola mata terlihat
dirasakan seperti ditimpa benda berat menonjol
pada mata (Quality) Nyeri dirasakan ↓
ketika mata ditekan. (Quantity) Nyeri mata di kepala
• R : Pasien mengatakan nyeri pada ↓
mata kanan (Region) Pasien Nyeri akut
mengatakan nyeri tidak menjalar
(Radian)
• S : Pasien mengatakan nyerinya ada
pada skala 4 dari rentang (0 – 5)
(Scale)
• T : Pasien mengatakan nyeri dirasa
hilang timbul
DO :
• Terdapat nyeri tekan pada orbita
dextra, penglihatan kabur pada kedua
mata
• Pasien menggunakan alat bantu
penglihatan kaca mata minus 3 pada
kedua mata sejak 2 bulan lalu
• Dilakukan pemeriksaan oftalmoskop
ditemukan adanya cupping dan atrofi
diskus optikus, aquoes humor tampak
keruh
• Pada pemeriksaan lapang pandang
pasien tak bisa melihat dari jarak yang
seharusnya masih bisa dilihat,
pandangan kabur.
• Pada pemeriksaan tonometry
didapatkan hasil 25 mmHg dari nilai
normal (10 – 20 mmHg)
• Pasien ekspresif terhadap nyeri
2. DS : Obstruksi aliran Resiko
• Pasien mengatakan penglihatannya aqueous humor cedera
kabur pada kedua mata padahal sudah ↓
menggunakan kacamata minus 3 Peningkatan tekanan
DO : intraokuler (TIO)
• Pada pemeriksaan lapang pandang ↓
pasien tak bisa melihat dari jarak yang Tekanan pada sel
seharusnya masih bisa dilihat, ganglion dan saraf optik
pandangan kabur. ↓
• Aktivitas dibantu oleh suami Kerusakan retina dan
• Pasien tampak lemah gangguan fungsi

7. Analisis Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

25
1. DS : Penyempitan sudut Nyeri akut
• Pasien mengatakan nyeri pada mata mata dan obstruksi

• Pasien bedrest penglihatan


• Pasien terpasang gelang resiko jatuh ↓
Penurunan fungsi
penglihatan, penurunan
lapang pandang

Gangguan persepsi
sensori visual

Resiko cedera
3. DS : Penurunan fungsi Ansietas
• Pasien mengatakan mendengar penglihatan, penurunan
informasi dari orang – orang bahwa lapang pandang
glaucoma bisa buta ↓
• Pasien mengatakan takut mengalami Pandangan kabur
buta ↓
• Pasien mengatakan tidak mengetahui Gangguan persepsi
kenapa bisa mengalami glaucoma sensori visual
• Pasien mengatakan pandangannya ↓
kabur Ansietas
DO :
• Pasien tampak gelisah
• Pasien tampak tidak rileks dan nyaman
• Pasien terlihat khawatir
• Pasien ekspresif panic

26
A. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) d.d Pada pemeriksaan tonometry didapatkan hasil 25 mmHg dari nilai normal (10 –
20 mmHg), Terdapatnyeri tekan pada orbita dextra
2. Resiko cidera b.d gangguan persepsi sensori visual
3. Ansietas b.d Penurunan fungsi penglihatan, penurunan lapang pandang d.d pasien tampak gelisah, pasien tampak tidak rileks

27
B. Perencanaan Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


.
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan umum
d.d Pada pemeriksaan tonometry didapatkan hasil 25 perawatan 3x8jam 2. Lakukan pengkajian 2. Pengkajian nyeri
mmHg dari nilai normal (10 – 20 mmHg), Terdapat nyeri diharapkan nyeri nyeri komprehensif yang komprehensif dilakukan
tekan pada orbita dextra akut dapat meliputi lokasi, untuk mengidentifikasi
berkurang atau karakteristik, karakteristik dan derajat
DS : teratasi dengan onset/durasi, frekuensi, ketidaknyamanan dari
• Pasien mengatakan nyeri pada mata kanan ketika kriteria hasil : kualitas, intensitas atau respon yang muncul
ditekan • Skala nyeri beratnya nyeri, dan
• P : Pasien mengatakan mengurangi nyeri dengan berkurang faktor pencetus
kompres hanngat pada mata (Paliatif). Pasien • Pasien 3. Berikan posisi yang 3. Posisi yang nyaman dapat
mengatakan nyeri pada mata kanan ketika ditekan menyatakan nyaman memberikan sensasi yang
(Provokatif) kenyamanan menenangkan
• Q : Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti ditimpa setelah nyeri 4. Ajarkan teknik relaksasi 4. Teknik nonframakologis
benda berat pada mata (Quality) Nyeri dirasakan berkurang nafas dalam dapat merangsang hormone
ketika mata ditekan. (Quantity) • Pasien tak endorphin sehingga rasa
• R : Pasien mengatakan nyeri pada mata kanan ekspresif nyeri dapat dialihkan
(Region) Pasien mengatakan nyeri tidak menjalar terhadap nyeri 5. Pantau perubahan nyeri 5. Mengetahui keadaan umum
(Radian) • Pasien dapat pasien pasien
• S : Pasien mengatakan nyerinya ada pada skala 4 dari mengendalikan 6. Kolaborasi dengan 6. Beta blocker dapat
rentang (0 – 5) (Scale) nyeri dokter mengenai menurunkan tekanan darah
• T : Pasien mengatakan nyeri dirasa hilang timbul pemberian terapi beta yang tinggi dan juga bekerja
DO : blocker : Obat tetes dengan cara mengurangi
• Terdapat nyeri tekan pada orbita dextra, penglihatan timolol dengan dosis 1 – produksi cairan dalam bola
kabur pada kedua mata 2 tetes/hari via topikal mata
• Pasien menggunakan alat bantu penglihatan kaca mata
mata minus 3 pada kedua mata sejak 2 bulan lalu
• Dilakukan pemeriksaan oftalmoskop ditemukan
adanya cupping dan atrofi diskus optikus, aquoes

28
humor tampak keruh
• Pada pemeriksaan lapang pandang pasien tak bisa
melihat dari jarak yang seharusnya masih bisadilihat,
pandangan kabur.
• Pada pemeriksaan tonometry didapatkan hasil 25
mmHg dari nilai normal (10 – 20 mmHg)
• Pasien ekspresif terhadap nyeri

2. Resiko cidera b.d gangguan persepsi sensori visual Setelah dilakukan 1. Identifikasi perilaku dan 1. Mengetahui hal – hal yang
perawatan 3x8jam faktor yang memungkinkan
DS : diharapkan hidrasi mempengaruhi resiko meningkatkan resiko cedera
• Pasien mengatakan penglihatannya kabur pada kedua terpenuhi dengan cedera pasien terjadi
mata padahal sudah menggunakan kacamata minus 3 kriteriahasil : 2. Ajarkan pasien dan 2. Meminimalisir cedera yang
DO :
• Tidak terjadi keluarga untuk mungkin terjadi, menjaga
• Pada pemeriksaan lapang pandang pasien tak bisa cidera meminimalisir cedera keamanan pasien
melihat dari jarak yang seharusnya masih bisadilihat, • Keamanan dengan selalu memasang
pandangan kabur. pasien terjaga bed rail
• Aktivitas dibantu oleh suami • Lingkungan 3. Ciptakan lingkungan 3. Memberikan perlindungan
• Pasien tampak lemah pasien aman yang aman bagi pasien pada pasien dan
• Pasien bedrest meminimalisir cedera
• Pasien terpasang gelang resiko jatuh 4. Tempatkan alat – alat 4. Memudahkan pasien dalam
yang digunakan pasien membutuhkan sesuatu
dekat dengan pasien
5. Anjurkan pasien untuk 5. Meminimalisir resiko jatuh
meminta bantuan apabila dan memudahlan pasien
ingin melakukan sesuatu dalam melakukan sesuatu
3. Ansietas b.d Penurunan fungsi penglihatan, penurunan Setelah dilakukan 1. Pahami perspektif pasien 1. Memberikan kesempatan
lapang pandang d.d pasien tampak gelisah, pasien perawatan 3x8jam terhadap situasi stress pada pasien untuk
tampak tidak rileks diharapkan mengemukakan perasaan
gangguan citra 2. Tentukan jika terdapat 2. Mengatahui perasaan pasien
DS : tubuh dapat perasaan tidak suka dan apa yang pasien

29
• Pasien mengatakan mendengar informasi dari orang teratasi dengan terhadap karakteristik keluhkan
– orang bahwa glaucoma bisa buta kriteria hasil : fisik
• Pasien mengatakan takut mengalami buta • Pasien tak 3. Bantu pasien 3. Agar pasien bisa lebih
• Pasien mengatakan tidak mengetahui kenapa bisa gelisah memisahkan antara mampu menerima dirinya
mengalami glaucoma • Pasien yakin penampilan fisik dan sendiri
• Pasien mengatakan pandangannya kabur pada perasaan berharga secara
DO : kesembuhan pribadi
• Pasien tampak gelisah • Pasien tampak 4. Dengarkan cerita dan 4. Memberikan kesempatan
• Pasien tampak tidak rileks dan nyaman rileks keluhan pasien untuk pasien menyalurkan
perasaannya
• Pasien terlihat khawatir
5. Berikan penguatan pada 5. Meningkatkan motivasi dan
• Pasien ekspresif panic
pasien terkait kondisinya rasa percaya diri pasien
terkait kondisi penyakitnya

C. Implememtasi Keperawatan (Hari Pertama)

NO TANGGAL / WAKTU DX IMPLEMENTASI PARAF


1. 27 Juli 2021 1 Mengobservasi TTV
Pukul 08.00 WIB e/ TD (150/100mmHg), N (80x/menit), S (37oC), RR (20x/menit)

2. 27 Juli 2021 1 Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
Pukul 08.30 WIB onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri, dan faktor pencetus
e/ P : Pasien mengatakan mengurangi nyeri dengan kompres hanngat pada mata
(Paliatif). Pasien mengatakan nyeri pada mata kanan ketika ditekan (Provokatif)
Q : Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti ditimpa benda berat pada mata
(Quality) Nyeri dirasakan ketika mata ditekan. (Quantity)
R : Pasien mengatakan nyeri pada mata kanan (Region) Pasien mengatakan nyeri
tidak menjalar (Radian)
S : Pasien mengatakan nyerinya ada pada skala 4 dari rentang (0 – 5) (Scale)
T : Pasien mengatakan nyeri dirasa hilang timbul

30
3. 27 Juli 2021 1 Memberikan posisi yang nyaman
Pukul 08.30 WIB e/ Pasien diposisikan tiduran secara terlentang

4. 27 Juli 2021 1 Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam


Pukul 09.30 WIB e/ Pasien mampu melakukan secara mandiri apa yang telah diajarkan

5. 27 Juli 2021 1 Memantau perubahan nyeri pasien


Pukul 10.00 WIB e/ Pasien mengatakan nyeri masih dirasakan pada mata

6. 27 Juli 2021 1 Berkolaborasi dengan dokter mengenai pemberian terapi beta blocker : Obat tetes
Pukul 10.00 WIB timolol dengan dosis 1 – 2 tetes/hari via topikal mata
e/ Pasien mau diberikan obat tetes mata, tak ada reaksi alergi
7. 27 Juli 2021 2 Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko cidera
Pukul 12.10 WIB e/ Pasien sering gelisah dan berubah – ubah posisinya. Terpasang bed rail pada
pasien untuk mencegah resiko jatuh terjadi
8. 27 Juli 2021 2 Mengajarkan pasien dan keluarga untuk meminimalisir cedera dengan selalu
Pukul 12.20 WIB memasang bed rail
e/ Keluarga pasien memahami dan selalu memperhatikan area rail bed tetap
terpasang
9. 27 Juli 2021 2 Menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
Pukul 12.30 WIB e/ Area lantai kering dan tidak basah, pencahayaan maksimal dan ruangan tidak
redup cahaya
10. 27 Juli 2021 2 Menempatkan alat – alat yang digunakan pasien dekat dengan pasien
Pukul 13.00 WIB e/ Suami pasien menempatkan semua barang yang biasa digunakan pasien dimeja
dan mudah diraih oleh pasien
11. 27 Juli 2021 2 Menganjurkan pasien untuk meminta bantuan apabila ingin melakukan sesuatu
Pukul 13.30 WIB e/ Pasien selalu dibantu oleh suami dan keluarga

31
12. 27 Juli 2021 3 Memahami perspektif pasien terhadap situasi stress
Pukul 13.30 WIB e/ Pasien mengatakan takut tidak bisa melihat lagi, pasien mengatakantakut
mengalami buta. Pasien terus memikirkan itu, pasien akan menjalankan operasi tapi
juga takut dengan operasi yang gagal

13. 27 Juli 2021 3 Menentukan jika terdapat perasaan tidak suka terhadap karakteristik fisik
Pukul 13.30 WIB e/ Pasien mengatakan tidak menyukai kondisi tubuhnya saat ini, pasien
mengatakan takut mengalami buta.
14. 27 Juli 2021 3 Membantu pasien memisahkan antara penampilan fisik dan perasaan berharga
Pukul 13.30 WIB secara pribadi
e/ Pasien memahami kondisinya saat ini, dan berusaha untuk fokus terhadap
kesembuhan tanpa memikirkan ketakutannya secara mendalam
15. 27 Juli 2021 3 Mendengarkan cerita dan keluhan pasien
Pukul 13.30 WIB e/ Pasien mengatakan dirinya takut sekali mengalami kebutaan, pasien mengatakan
takut dengan omongan orang lain mengenai kondisinya
16. 27 Juli 2021 3 Memberikan penguatan pada pasien terkait kondisinya
Pukul 13.30 WIB e/ Pasien mengatakan akan berusaha untuk menyukai dirinya sendiri, dan fokus
terhadap kesembuhan, pasien mengatakan akan berusaha untuk tidak terlalu takut
terhadap kondisi kesehatannya karena itu menambah stress yang dirasakan

(Hari Kedua)
Catatan Perkembangan

NO TANGGAL / WAKTU DX EVALUASI SUMATIF PARAF


1. 28 Juli 2021 1 (S) Pasien mengatakan nyeri pada mata kanan ketika ditekan
P : Pasien mengatakan mengurangi nyeri ketika telah diberikan obat tetes
(Paliatif). Pasien mengatakan nyeri pada mata kanan ketika ditekan (Provokatif)
Q : Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti ditimpa benda berat pada mata
(Quality) Nyeri dirasakan ketika mata ditekan. (Quantity)
R : Pasien mengatakan nyeri pada mata kanan (Region) Pasien mengatakan nyeri

32
tidak menjalar (Radian)
S : Pasien mengatakan nyerinya ada pada skala 3 dari rentang (0 – 5) (Scale)
T : Pasien mengatakan nyeri dirasa hilang timbul
(O) Terdapat nyeri tekan pada orbita dextra, penglihatan pada kedua mata kabur,
pasien menggunakan alat bantu penglihatan kacamata minus 3 pada kedua mata
sejak 2 bulan lalu, dilakukan pemeriksaan oftalmoskop ditemukan adanya cupping
dan atrofi diskus optikus, aquoes humor tampak keruh, Pada pemeriksaan lapang
pandang pasien tak bisa melihat dari jarak yang seharusnya masih bisa dilihat,
pandangan kabur. Pada pemeriksaan tonometry didapatkan hasil 23 mmHg dari nilai
normal (10 – 20 mmHg), pasien ekspresif terhadap nyeri. TD (130/90mmHg), N
(75x/menit), S (37oC), RR (20x/menit)
(A) Masalah belum teratasi
(P) Intervensi dilanjutkan
Pukul 08.00 WIB (I)
Pukul 08.30 WIB 1. Observasi TTV
2. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri, dan faktor
Pukul 08.30 WIB pencetus
Pukul 09.30 WIB 3. Berikan posisi yang nyaman
Pukul 10.00 WIB 4. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Pukul 10.00 WIB 5. Pantau perubahan nyeri pasien
6. Berkolaborasi dengan dokter mengenai pemberian terapi beta blocker : Obat
tetes timolol dengan dosis 1 – 2 tetes/hari via topikal mata
(E) Pasien mengatakan nyeri mata ketika ditekan masih dirasakan
(R) Teruskan pemberian terapi beta blocker : Obat tetes timolol dengan dosis 1 – 2
tetes/hari via topikal mata

33
tidak menjalar (Radian)
S : Pasien mengatakan nyerinya ada pada skala 3 dari rentang (0 – 5) (Scale)
T : Pasien mengatakan nyeri dirasa hilang timbul
(O) Terdapat nyeri tekan pada orbita dextra, penglihatan pada kedua mata kabur,
pasien menggunakan alat bantu penglihatan kacamata minus 3 pada kedua mata
sejak 2 bulan lalu, dilakukan pemeriksaan oftalmoskop ditemukan adanya cupping
dan atrofi diskus optikus, aquoes humor tampak keruh, Pada pemeriksaan lapang
pandang pasien tak bisa melihat dari jarak yang seharusnya masih bisa dilihat,
pandangan kabur. Pada pemeriksaan tonometry didapatkan hasil 23 mmHg dari nilai
normal (10 – 20 mmHg), pasien ekspresif terhadap nyeri. TD (130/90mmHg), N
(75x/menit), S (37oC), RR (20x/menit)
(A) Masalah belum teratasi
(P) Intervensi dilanjutkan
Pukul 08.00 WIB (I)
Pukul 08.30 WIB 7. Observasi TTV
8. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri, dan faktor
Pukul 08.30 WIB pencetus
Pukul 09.30 WIB 9. Berikan posisi yang nyaman
Pukul 10.00 WIB 10. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Pukul 10.00 WIB 11. Pantau perubahan nyeri pasien
12. Berkolaborasi dengan dokter mengenai pemberian terapi beta blocker : Obat
tetes timolol dengan dosis 1 – 2 tetes/hari via topikal mata
(E) Pasien mengatakan nyeri mata ketika ditekan masih dirasakan
(R) Teruskan pemberian terapi beta blocker : Obat tetes timolol dengan dosis 1 – 2
tetes/hari via topikal mata
2. 28 Juli 2021 2 (S) Pasien mengatakan penglihatannya kabur pada kedua mata padahal sudah
menggunakan kacamata minus 3
(O) Pada pemeriksaan lapang pandang pasien bisa melihat dari jarak yang
seharusnya masih bisa dilihat, pandangan kabur sedikit. Aktivitas pasien dibantu
oleh suami, pasien masih tampak lemah,pasien bedrest, pasien terpasang gelang
resiko jatuh, tak terjadi cidera pada pasien, keamanan pasien terjaga, lingkungan

34
pasien aman
(A) Masalah belum teratasi
(P) Intervensi dilanjutkan
(I)
Pukul 12.10 WIB 1. Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko cedera
Pukul 12.20 WIB 2. Ajarkan pasien dan keluarga untuk meminimalisir cedera dengan selalu
memasang bed rail
Pukul 12.30 WIB 3. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
Pukul 13.00 WIB 4. Tempatkan alat – alat yang digunakan pasien dekat dengan pasien
Pukul 13.30 WIB 5. Anjurkan pasien untuk meminta bantuan apabila ingin melakukan sesuatu
(E) Pandangan pasien masih kabur
(R) Teruskan ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien

3. 28 Juli 2021 3 (S) Pasien mengatakan masih takut mengalami buta, Pasien mengatakan tidak
mengetahui kenapa bisa mengalami glaucoma , Pasien mengatakan pandangannya
masih agak kabur
(O) Gelisah pasien berkurang, pasien menyatakan rileks dan nyaman setelah nyeri
berkurang, pasien tak terlalu khawatir, ekspresif panic berkurang
(A) Masalah belum teratasi
(P) Intervensi dilanjutkan
(I)
Pukul 13.30 WIB 1. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
Pukul 13.30 WIB 2. Tentukan jika terdapat perasaan tidak suka terhadap karakteristik fisik
Pukul 13.30 WIB 3. Bantu pasien memisahkan antara penampilan fisik dan perasaan berharga
secara pribadi
Pukul 13.30 WIB 4. Dengarkan cerita dan keluhan pasien
Pukul 13.30 WIB 5. Berikan penguatan pada pasien terkait kondisinya
(E) Pasien mulai menyadari bahwa dirinya harus tetap menerima dirinya sendiri
(R) Teruskan berikan penguatan pada pasien terkait kondisinya

35
(Hari Ketiga)

Catatan Perkembangan
NO TANGGAL / WAKTU DX EVALUASI SUMATIF PARAF
1. 29 Juli 2021 1 (S) Pasien mengatakan nyeri pada mata kanan ketika ditekan
P : Pasien mengatakan nyeri berkurang ketika telah diberikan obat tetes (Paliatif).
Pasien mengatakan nyeri pada mata kanan ketika ditekan (Provokatif)
Q : Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti ditimpa benda berat pada mata
(Quality) Nyeri dirasakan ketika mata ditekan. (Quantity)
R : Pasien mengatakan nyeri pada mata kanan (Region) Pasien mengatakan nyeri
tidak menjalar (Radian)
S : Pasien mengatakan nyerinya ada pada skala 2 dari rentang (0 – 5) (Scale)
T : Pasien mengatakan nyeri dirasa hilang timbul
(O) Terdapat nyeri tekan pada orbita dextra, penglihatan pada kedua mata kabur,
pasien menggunakan alat bantu penglihatan kacamata minus 3 pada kedua mata
sejak 2 bulan lalu, dilakukan pemeriksaan oftalmoskop ditemukan adanya cupping
dan atrofi diskus optikus, aquoes humor tampak keruh, Pada pemeriksaan lapang
pandang pasien tak bisa melihat dari jarak yang seharusnya masih bisa dilihat,
pandangan kabur. Pada pemeriksaan tonometry didapatkan hasil 20 mmHg dari nilai
normal (10 – 20 mmHg), pasien ekspresif terhadap nyeri. TD (120/80mmHg), N
(70x/menit), S (37oC), RR (20x/menit)
(A) Masalah belum teratasi
(P) Intervensi dilanjutkan
Pukul 08.00 WIB (I)
Pukul 08.30 WIB 1. Observasi TTV
2. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri, dan faktor
Pukul 08.30 WIB pencetus
Pukul 09.30 WIB 3. Berikan posisi yang nyaman
Pukul 10.00 WIB 4. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Pukul 10.00 WIB 5. Pantau perubahan nyeri pasien

36
6. Berkolaborasi dengan dokter mengenai pemberian terapi beta blocker : Obat
tetes timolol dengan dosis 1 – 2 tetes/hari via topikal mata
(E) Pasien mengatakan nyeri mata ketika ditekan masih dirasakan
(R) Teruskan pemberian terapi beta blocker : Obat tetes timolol dengan dosis 1 – 2
tetes/hari via topikal mata
2. 29 Juli 2021 2 (S) Pasien mengatakan penglihatannya kabur pada kedua mata padahal sudah
menggunakan kacamata minus 3
(O) Pada pemeriksaan lapang pandang pasien bisa melihat dari jarak yang
seharusnya masih bisa dilihat, pandangan kabur sedikit. Aktivitas pasien dibantu
oleh suami, pasien masih tampak lemah,pasien bedrest, pasien terpasang gelang
resiko jatuh, tak terjadi cidera pada pasien, keamanan pasien terjaga, lingkungan
pasien aman
(A) Masalah belum teratasi
(P) Intervensi dilanjutkan
(I)
Pukul 12.10 WIB 1. Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko cedera
Pukul 12.20 WIB 2. Ajarkan pasien dan keluarga untuk meminimalisir cedera dengan selalu
memasang bed rail
Pukul 12.30 WIB 3. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
Pukul 13.00 WIB 4. Tempatkan alat – alat yang digunakan pasien dekat dengan pasien
Pukul 13.30 WIB 5. Anjurkan pasien untuk meminta bantuan apabila ingin melakukan sesuatu
(E) Pandangan pasien masih kabur
(R) Teruskan ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien

3. 29 Juli 2021 3 (S) Pasien mengatakan masih takut mengalami buta, Pasien mengatakan tidak
mengetahui kenapa bisa mengalami glaucoma , Pasien mengatakan pandangannya
masih agak kabur
(O) Gelisah pasien berkurang, pasien menyatakan rileks dan nyaman setelah nyeri
berkurang, pasien tak terlalu khawatir, ekspresif panic berkurang
(A) Masalah belum teratasi
(P) Intervensi dilanjutkan
(I)

37
Pukul 13.30 WIB 1. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
Pukul 13.30 WIB 2. Tentukan jika terdapat perasaan tidak suka terhadap karakteristik fisik
Pukul 13.30 WIB 3. Bantu pasien memisahkan antara penampilan fisik dan perasaan berharga
secara pribadi
Pukul 13.30 WIB 4. Dengarkan cerita dan keluhan pasien
Pukul 13.30 WIB 5. Berikan penguatan pada pasien terkait kondisinya
(E) Pasien mulai menyadari bahwa dirinya harus tetap menerima dirinya sendiri
(R) Teruskan berikan penguatan pada pasien terkait kondisinya

D. Evaluasi Keperawatan

NO TANGGAL / WAKTU DX EVALUASI KEPERAWATAN PARAF


1. 30 Juli 2021 1 (S) Pasien mengatakan tak ada nyeri yang dirasakan lagi
Pukul 08.30 WIB (O) Skala nyeri berkurang, Pasien menyatakan kenyamanan setelah nyeri
berkurang, pasien tak ekspresif terhadap nyeri, Pasien dapat mengendalikan nyeri,
Pada pemeriksaan lapang pandang pasien bisa melihat dari jarak yang seharusnya
masih bisa dilihat, pandangan tak kabur. Pada pemeriksaan tonometrydidapatkan
hasil 20 mmHg dari nilai normal (10 – 20 mmHg), pasien ekspresif terhadap nyeri.
TD (110/70mmHg), N (69x/menit), S (37oC), RR (20x/menit)
(A) Masalah teratasi
(P) Intervensi dihentikan

2. 30 Juli 2021 2 (S) Pasien mengatakan penglihatannya sudah tak kabur lagi
Pukul 12.30 WIB (O) Pada pemeriksaan lapang pandang pasien bisa melihat dari jarak yang
seharusnya masih bisa dilihat, pandangan tak kabur, aktivitas bisa dilakukan
secara mandiri, pasien tak terpasang lagi gelang resiko jatuh, tidak terjadi cidera,
keamanan pasien terjaga, lingungan pasien aman
(A) Masalah teratasi
(P) Intervensi dihentikan

38
3. 30 Juli 2021 3 (S) Pasien memahami keadaannya dan pasien menerima kondisinya, pasien yakin
Pukul 13.30 WIB akan sembuh, Pasien mengatakan kekurangan fisiknya sekarang bukanlah suatu
hal yang harus dibesarkan. Pasien mengatakan kesembuhan lebih utama, Pasien
mengatakan sudah menerima kondisi tubuhnya, dan tidak akan merasa takut
berlebihan, percaya diri pasien meningkat, pasien nyaman, Pasien mengatakan
percaya pada dirinya sendiri, pasien mengatakan suka terhadap kondisi tubuhnya,
pasien mengatakan dirinya menerima
(O) Pasien tak gelisah, pasien yakin pada kesembuhan dirinya, pasien tampak
rileks, pasien tak ekspresif panic, pasien tak khawatir berlebihan
(A) Masalah teratasi
(P) Intervensi dihentikan

39
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap
menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan
menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan
membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak
mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati Glaukoma dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu: glaukoma
primer, sekunder dan kongenital. Adapun tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit kepala , nyeri,lapang pandang
menurun,dll. Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan.Penatalaksanaannya dapat dilakukan berbagai terapi obat-
obatan, sala satunya adalah dengan pemberian terapi timolol yang bertujuan untuk menurunkan intraokuler (TIO).

B. Saran

1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanankesehatan khususnya pada
glaukoma untuk pencapaian kualitas keperawatansecara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu
dilaksanakan secara berkesinambungan.

40
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatankarena bagaimanapun teraturnya
pengobatan tanpa perawatan yang sempurnamaka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu
adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkanasuhan keperawatan yang benar pada
klien dengan glaukoma.

41
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, S.2013. Buku Ajar IlmuKesehatan Mata. Surabaya.
Airlangga University Press
Diane C, B. J.2000. KeperawatanMedikalBedah :bukusakudari Brunner danSuddarth. Jakarta
: penerbitbukukedokteran. EGC
Nugraha, D. A. 2018. AsuhanKeperawatanPadaPasienDenganGangguanSistemPenglihatan.
Yogyakarta: PustakaBaru Press
Herdman, Heather. Kamitsuru, Shigemi (2018) NANDA – I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018 – 2020. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Nurarif, Huda A. Kusuma, Hardhi (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC – NOC jilid 2 .
Yogyakarta : Percetakan Mediaction Publishing Yogyakarta

Nurjannah, Intansari (2018) Klasifikasi Luaran Keperawatan Nursing OutcomesClassification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan. United
Kingdom Elsevier

Nurjannah, Intansari (2018) Klasifikasi Luaran Keperawatan Nursing Interventions Classification (NIC) United Kingdom : Elsevier

42

Anda mungkin juga menyukai