Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika

TINJAUAN PUSTAKA e-ISSN: 2615-3874 | p-ISSN: 2615-3882

Manajemen Anestesi pada Peritonitis

Fachrul Jamal, Aldilla Rizky


Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/ Rumah Sakit Zainoel
Abidin, Banda Aceh

ABSTRAK
Peritonitis merupakan kasus bedah darurat yang membutuhkan perhatian khusus
Kata Kunci: dan penanganan yang kompleks karena sebagian penderita datang terlambat
Peritonitis, dan sudah mengalami septikemia sehingga meningkatkan angka morbiditas dan
sepsis, mortalitas. Peritonitis merupakan salah satu penyebab paling umum dari sepsis.
anestesi, Tingkat mortalitas keseluruhan perforasi peritonitis berkisar dari 6% hingga 36%
hemodinamik tergantung pada luas dan penyebab perforasi, termasuk komplikasi pernapasan
seperti pneumonia, atelektasis, efusi pleura, infeksi luka, septikemia dan
diselektrolitemia. Penilaian perioperatif meliputi: keadaan hidrasi intravaskular,
adanya syok atau disfungsi multi-organ dan adekuatnya resusitasi hemodinamik.
Manajemen preoperatif meliputi: optimalisasi hemodinamik untuk menghentikan
atau mengendalikan peningkatan proses metabolik di fase pra-bedah dan
selama pembedahan. Selama fese intraoperatif, anestesi umum dengan intubasi
endotrakeal dan ventilasi terkontrol merupakan teknik pilihan. Pada tahap
postoperatif, tindakan analgesia, sedasi dan ventilasi mekanis dipertahankan
hingga akhir operasi.

Korespondensi: fachrul@unsyiah.ac.id (Fachrul Jamal)

| J. Ked. N. Med | VOL. 4 | NO. 3 | September 2021 | 1


ABSTRACT
Peritonitis is an emergency surgical case that requires special attention and complex
Keywords: treatment because some patients arrive late and already have septicemia, thereby
Peritonitis, increasing morbidity and mortality. Peritonitis is one of the most common causes
sepsis, of sepsis. The overall mortality rate of perforated peritonitis ranges from 6% to
anesthesia, 36% depending on the extent and cause of the perforation, including respiratory
hemodynamics complications such as pneumonia, atelectasis, pleural effusion, wound infection,
septicemia and dyselectrolythemia. Perioperative assessment includes: state of
intravascular hydration, presence of shock or multi-organ dysfunction and adequacy
of hemodynamic resuscitation. Preoperative management includes: hemodynamic
optimization to stop or control the increase in metabolic processes in the preoperative
phase and during surgery. During the intraoperative phase, general anesthesia
with endotracheal intubation and controlled ventilation is the technique of choice.
In the postoperative stage, analgesia, sedation and mechanical ventilation were
maintained until the end of the operation.

PENDAHULUAN pernapasan seperti pneumonia, atelektasis, efusi

P
pleura, infeksi luka, septikemia dan diselektrolitemia.1
eritonitis atau inflamasi pada peritonium
Penatalaksanaan perforasi peritonitis cukup
merupakan kasus bedah darurat yang umum
kompleks. Hal ini melibatkan multidisiplin ilmu
dijumpai terutama pada negara-negara
yakni, ahli bedah, ahli anestesi, dan ahli intensivis.3
berkembang. Meskipun saat ini teknik pembedahan,
Perawatan melibatkan kontrol bedah terhadap
terapi antimikroba dan perawatan intensif terus
sumber infeksi, profilaksis antibiotik yang sesuai
mengalami kemajuan, manajemen peritonitis
dan koreksi gangguan hidroelektrolitik. Penundaan
tetap menjadi tantangan karena membutuhkan
dalam pengobatan dan terapi antibiotik yang tidak
perhatian khusus dan penanganan yang kompleks.
sesuai akan memperburuk prognosis. 4 Tindakan
Hal ini disebabkan karena sebagian penderita datang
anestesi dan perioperatif pada kasus peritonitis
terlambat dan sudah mengalami septikemia sehingga
bertujuan untuk menghentikan atau mengendalikan
meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas,
peningkatan proses metabolik di fase pra-bedah dan
dimana jika pasien sudah dalam kondisi tersebut
selama pembedahan.5
akan mempersulit tugas ahli anestesi pada periode
perioperatif.1,2
Tingkat mortalitas keseluruhan perforasi KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI PERITONITIS
peritonitis berkisar dari 6% hingga 36% tergantung
Peritonitis didefinisikan sebagai peradangan
pada luas dan penyebab perforasi. Mortalitas akibat
pada peritoneum (selaput serosa yang melapisi
peritonitis berkorelasi dengan tingkat keparahan
rongga abdomen dan organ di dalamnya).6,7 Klasifikasi
penyakit: luasnya, adanya respons inflamasi sistemik
peritonitis menurut agen penyebab yaitu:
(SIRS)/sepsis, kegagalan organ bersamaan, kontrol
sumber tidak berhasil, usia lebih tua, dan jenis 1. Peritonitis kimia, seperti peritonitis akibat asam
kelamin.1,5 Penyebab utama morbiditas pasca operasi lambung, cairan empedu, cairan pancreas yang
pada pasien perforasi peritonitis adalah komplikasi masuk ke intraabdominal akibat perforasi.

2 | J. Ked. N. Med | VOL. 4 | NO. 3 | September 2021 |


Tabel 1. Klasifikasi Peritonitis
Tipe Definisi Mikrobiologi
Infeksi peritoneum yang berkembang tanpa Infeksi monomikrobial karena
adanya kerusakan pada integritas saluran Enterobacteriaceae atau Streptococci
Primer pencernaan, sebagai akibat dari pembenihan gram negatif
hematogen atau limfatik, atau translokasi bakteri
Infeksi peritoneum yang berkembang bersama Infeksi polimikrobial karena basil
dengan proses inflamasi saluran cerna atau gram negatif aerobik, kokus gram
Sekunder perluasannya, biasanya berhubungan dengan positif dan anaerob enterik
perforasi mikroskopis atau makroskopik
Infeksi peritoneum persisten atau berulang yang Organisme nosokomial, termasuk
Tersier berkembang setelah pengobatan awal peritonitis basil gram negatif yang resisten,
sekunder enterokokus, stafilokokus, dan jamur

2. Peritonitis septik, merupakan peritonitis yang Sepsis harus dicurigai pada pasien yang
disebabkan invasi bakteri ke peritoneum memenuhi setidaknya dua dari tiga kriteria SOFA
akibat adanya perforasi usus dan menimbulkan (Sequential Organ Failure Assesment): frekuensi
peradangan pernapasan ≥ 22 napas per menit, status mental
yang berubah, dan tekanan darah sistolik ≤ 100 mm
Secara klinis, peritonitis dapat terjadi secara Hg atau kurang.13 SOFA skor telah didukung oleh
lokal maupun difus/generalisata. Contoh klasik dari Society of Critical Care Medicine dan digunakan di
peritonitis lokal adalah nyeri tekan Mc Burney pada ICU untuk memprediksi kematian di rumah sakit.
kasus apendisitis akut, namun saat proses infeksi/ Skor dihitung pada saat masuk ICU dan kemudian
iritan menyebar ke seluruh rongga peritoneum, setiap 48 jam. Peningkatan skor SOFA setidaknya
maka hal ini disebut sebagai peritonitis difus/ dua poin dari baseline (diasumsikan 0 sebelum
generalisata. 10 Peritonitis difus menurut sumber sepsis pada pasien dengan disfungsi organ yang
infeksi dibagi kedalam klasifikasi primer, sekunder tidak diketahui sebelumnya) menunjukkan disfungsi
dan tersier (Tabel 1).8,9 organ akut dengan diagnosis sepsis yang diduga dan
peningkatan angka kematian lebih dari 20%.13

SEPSIS DAN PERITONITIS


PENILAIAN PERIOPERATIF
Peritonitis merupakan salah satu penyebab
paling umum dari sepsis. Respon pada pasien Peritonitis muncul sebagai abdomen akut.
seperti yang dimanifestasikan oleh sepsis dan syok Rasa nyeri dirasakan maksimal di tempat awal
septik sangat menentukan pengelolaan infeksi peradangan. Durasi nyeri juga penting karena nyeri
intrabdominal. Keputusan untuk rekonstruksi yang berlangsung lama (> 24-48 jam) memerlukan
gastrointestinal, pembuatan stoma, atau kontrol deteksi fitur sepsis dan disfungsi multi-organ.1,5,11,14
kerusakan bergantung pada status metabolik/ Pemeriksaan fisik harus fokus pada keadaan
fisiologis pasien.10 Di antara faktor virulensi tersebut hidrasi intravaskular, adanya syok atau disfungsi
adalah pembentukan kapsul, pertumbuhan anaerob multi-organ dan adekuatnya resusitasi hemodinamik.
fakultatif, kemampuan adhesi, dan produksi asam Fitur sistemik termasuk demam, takikardia, takipnea,
suksinat.11,12 dan leukositosis. Abdomen mungkin menunjukkan

| J. Ked. N. Med | VOL. 4 | NO. 3 | September 2021 | 3


distensi karena ileus. Pasien bisa takipnea dengan cito. Risiko kematian tinggi pada pasien usia di atas
pernapasan interkostal dangkal. Nyeri pada palpasi 60 tahun karena beberapa proses patologi yang
atau nyeri rebound dengan kekakuan dapat terjadi secara bersamaan. Keterlambatan ke fasilitas
muncul karena iritasi dan peradangan peritoneal. kesehatan menyebabkan kematian yang signifikan.
Pemeriksaan rektal dan pemeriksaan panggul dapat Insufisiensi ginjal saat saat masuk merupakan
menunjukkan nyeri tekan. 1,5 Hipotensi adalah faktor risiko independen yang berhubungan
kelainan yang muncul pada sekitar 40% pasien dengan mortalitas pada pasien yang dioperasi
dengan sepsis.11,14 dengan perforasi . Tingkat laktat sedang dan tinggi
Beberapa perubahan sistem organ pada kondisi secara independen terkait dengan kematian pada
peritonitis yang disertai dengan sepsis yang harus sepsis, tidak tergantung pada kegagalan organ dan
menjadi perhatian khusus pada saat dilakukan syok. Asidosis metabolik juga menjadi prediktor
pemeriksaan fisik. Respon lokal terhadap inflamasi independen dari mortalitas. Kadar prokalsitonin,
peritoneal dicirikan oleh hiperemia peritoneum dan pH lambung intramucosal juga telah digunakan
dengan kongesti vaskular, edema dan transudasi sebagai penanda hipoperfusi akibat sepsis.1,14
cairan dari interstitial ekstraseluler kompartemen
ke rongga perut. Ini diikuti oleh eksudasi eksudat
MANAJEMEN PREOPERATIF
kaya protein mengandung fibrin dan protein plasma
lainnya dalam jumlah besar.1 Resusitasi pra-operasi adalah untuk memulihkan
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan pada dengan cepat hipoperfusi jaringan. Kebanyakan
pasien adalah pemeriksaan laboratorium harus pasien mengalami hipovolemik akibat sekuestrasi
mencakup hitung darah lengkap termasuk jumlah besar-besaran cairan ke dalam peritoneum dan ke
trombosit, elektrolit serum, tes fungsi hati dan ginjal, dalam lumen usus. Pada pasien bedah atau trauma
gula darah, laktat, prokalsitonin, pengukuran enzim tinggi dengan sepsis, optimalisasi hemodinamik dini
hati, dan koagulasi darah. Prokalsitonin menjadi sebelum perkembangan gagal organ mengurangi
penanda peradangan yang diproduksi oleh sitokin mortalitas sebesar 23% dibandingkan dengan
dan endotoksin bakteri dan banyak digunakan mereka yang dioptimalkan setelah berkembangnya
sebagai indikator sepsis bakteri. Kadar laktat serum kegagalan organ.1,5
juga merupakan bagian integral dari diagnosis, Dukungan vasopressor dengan norepinefrin
pengobatan, dan prognosis sepsis.11,14 dapat dipertimbangkan bahkan sebelum pengisian
Rontgent thoraks atau abdomen dalam posisi IVF yang optimal tercapai. Vasopresin dosis rendah
tegak untuk melihat adanya gas di bawah diafragma. (0,03 unit/menit) selanjutnya dapat ditambahkan
Jika pasien terlalu sakit untuk pemeriksaan untuk mengurangi kebutuhan norepinefrin dosis
rongent abdomen dalam posisi tegak, maka posisi tinggi. Inotropik dapat diberikan jika ada tanda
dekubitus lateral kiri dapat membantu. Ini mungkin curah jantung rendah yang berlanjut meskipun
menunjukkan adanya udara bebas antara margin resusitasi cairan adekuat.1 Surviving Sepsis Campaign
hepar dan dinding abdomen. Adanya cairan dan merekomendasikan bahwa dobutamin adalah
udara bebas di rongga peritoneum setelah perforasi terapi inotropik lini pertama yang ditambahkan
usus terlihat sebagai kumpulan cairan dengan air- ke vasopresor pada pasien septik dengan adanya
fluid level horizontal yang jelas.1,14 disfungsi miokard dan tanda-tanda hipoperfusi yang
sedang berlangsung.1,15
PREDIKTOR PROGNOSIS PREOPERATIF Gangguan keseimbangan elektrolit dan
keseimbangan asam basa harus diperbaiki.
Operasi elektif pada pasien peritonitis memiliki Hemoglobin harus dinaikkan dan dijaga kadarnya
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan operasi dalam rentang normal. Profil koagulasi yang tidak

4 | J. Ked. N. Med | VOL. 4 | NO. 3 | September 2021 |


normal harus dikoreksi dengan infus plasma beku digunakan bersama dengan opioid. Resusitasi volume
segar. Terapi oksigen tambahan bermanfaat pada intravaskular harus dilanjutkan selama prosedur
pasien dengan sepsis berat meskipun mereka tidak pembedahan. Selama prosedur pembedahan,
memiliki tanda-tanda gangguan pernapasan. Terapi parameter kardiovaskular (detak jantung, tekanan
antibiotik empiris harus dimulai segera setelah pengisian jantung, keadaan inotropik, tekanan arteri
kultur darah/cairan peritonium dikirim. Pemberian sistemik) dapat disesuaikan untuk mengoptimalkan
antibiotik tidak boleh menunggu hasil kultur.1,15 pengiriman oksigen jaringan. Jika pasien mengalami
hipoksemia intraoperatif, dapat dikelola dengan
MANAJEMEN INTRAOPERATIF meningkatkan konsentrasi oksigen inspirasi.
Konsentrasi oksigen inspirasi dapat ditingkatkan
Tujuan utama ahli anestesi selama periode sampai saturasi oksigen (SaO2) minimal 90% dan
intraoperatif adalah untuk memberikan perawatan penggunaan PEEP dapat dipertimbangkan. 1,3,5
yang aman dan optimal. Anestesi umum dengan
intubasi endotrakeal dan ventilasi terkontrol
MANAJEMEN POSTOPERATIF
adalah teknik pilihan. Hampir semua laparotomi
dilakukan dalam keadaan darurat. Penilaian jalan Pada semua pasien yang kritis, analgesia,
napas yang cepat dan menyeluruh harus dilakukan sedasi, dan ventilasi mekanis dipertahankan hingga
untuk mengidentifikasi potensi kesulitan. Selain akhir operasi. Transportasi pasien saat ke ICU harus
pemantauan intraoperatif standar, pemantauan diperhatikan dan penyerahan pasien yang rinci
hemodinamik invasif harus dipertimbangkan pada kepada tim ICU. 30 hari pertama setelah operasi
pasien hemodinamik yang tidak stabil.1,5 merupakan waktu risiko kematian tertinggi, dengan
Denitrogenasi paru-paru, pemberian oksigen pneumonia dan infark miokard menjadi pembunuh
100% harus dipertimbangkan sebelum induksi yang paling relevan.1,5
anestesi. Induksi menggunakan suksinilkolin untuk Penggunaan rutin sistem penilaian untuk
memfasilitasi intubasi trakea mungkin diperlukan. Jika stratifikasi risiko pasien dan mengalokasikan sumber
pasien mengalami hiperkalemia atau kontraindikasi daya yang sesuai merupakan konsep batu kunci.
lain terhadap suksinilkolin, rocuronium dapat Meskipun demikian, hali ini tidak umum digunakan.
digunakan untuk relaksasi neuromuskuler. Induksi Skor APACHE II Pendaftaran Perawatan Intensif
dengan Teknik Rapid Sequence Induction dapat berkorelasi erat dengan risiko kematian pasien yang
dipertimbangkan apabila pasien mengalami distensi dirawat di ICU bedah harus dihitung menggunakan
abdomen dan memiliki resiko refluks yang tinggi.1,5,16 parameter pra-resusitasi, bukan yang muncul setelah
Ketamine atau midazolam dapat digunakan operasi dan manuver perawatan kritis.4,5
pada pasien dengan gangguan hemodinamik atau Perhatian terhadap keseimbangan cairan,
kondisi kritis. Opioid kerja pendek seperti fentanil, elektrolit dan asam basa serta nutrisi sangat penting.
alfentanil atau remifentanil akan memungkinkan Dukungan kardiorespirasi dan khususnya dukungan
pengurangan dosis agen induksi anestesi. Resusitasi ventilator diperlukan pada pasien yang sakit kritis.
volume lanjutan dan infus vasopressor sangat Pada pasien dengan sepsis berat konsentrasi
membantu untuk melawan efek hipotensi dari agen oksigen inspirasi fraksional yang cukup (FIO2) harus
anestesi dan ventilasi tekanan positif.1,5 digunakan untuk mempertahankan oksigenasi yang
Untuk mengelola anestesi selama operasi adekuat (PaO2> 12 Kpa) yaitu, 90 mmHg. Volume
berlangsung, ahli anestesi harus dapat memilih dan tidal yang rendah (hingga 6 ml / Kg dari berat
menggunakan tekknik anestesi yang sesuai terhadap badan yang diprediksi), pembatasan inspiratory
hasil penilaian terhadap faktor resiko dan komorbid plateau pressure dan hiperkapnia permisif dapat
pasien. Agen inhalasi atau agen intravena dapat dipertimbangkan untuk mencegah volume paru

| J. Ked. N. Med | VOL. 4 | NO. 3 | September 2021 | 5


dan baro-trauma, asalkan pH arteri tidak menurun dengan mortalitas tinggi. Ahli anestesi memiliki
dibawah 7,20. Pemberian obat vasopressor yang peran penting dalam mengkoordinasikan dan
sedang berlangsung dapat disesuaikan agar sesuai memberikan resusitasi dan strategi terapeutik untuk
dengan volume intravaskular saat ini dan pengaturan mengoptimalkan hasil terapi dan kelangsungan
ventilator mekanis yang baru. Penerapan setidaknya hidup pasien. Penilaian yang menyeluruh dan teliti
jumlah minimal tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) selama perioperatif sangat bermanfaat bagi ahli
di ARDS; peninggian kepala tempat tidur pada pasien anestesi dalam menangani pasien dengan peritonitis.
dengan ventilasi mekanis kecuali ada kontraindikasi; Peritonitis yang disertai dengan komplikasi sepsis
strategi cairan konservatif untuk pasien dengan membutuhkan perhatian lebih karena tingkat
ARDS yang tidak memiliki bukti hipoperfusi morbiditas dan mortalitas yang masih cukup tinggi.
jaringan; protokol untuk weaning dan sedasi;
meminimalkan penggunaan sedasi; neuromuskuler DAFTAR PUSTAKA
bloker jika mungkin pada pasien sepsis tanpa ARDS;
neuromuskuler bloker jangka pendek (tidak lebih 1. S harma K, Kumar M, Batra UB. Anesthetic
dari 48 jam) untuk pasien dengan ARDS dini adalah management for patients with perforation
beberapa rekomendasi.1,4,5 peritonitis. J Anaesthesiol Clin Pharmacol.
Terapi antimikroba yang dimulai sebelum 2013;29(4):445-453. doi:10.4103/0970-
operasi harus dilanjutkan di ICU. Regimen antibiotik 9185.119128
dapat dinilai kembali berdasarkan hasil mikrobiologi 2. S hanker MR, Nahid M, S. P. A clinical study of
dan disesuaikan. Kelanjutan kontrol glikemik yang generalised peritonitis and its management
adekuat penting dalam mengontrol proses septik. in a rural setup. Int Surg J. 2018;5(11):3496.
Pada pasien dengan sepsis berat, glukosa darah doi:10.18203/2349-2902.isj20184217
harus dipertahankan dalam kisaran 6-10 mmol / L.
Nutrisi merupakan salah satu landasan manajemen 3. G
arg R. Perioperative care in perforation
pada pasien ini. Meskipun jalur enteral harus peritonitis: Where do we stand? J Anaesthesiol
dimulai sesegera mungkin, nutrisi parenteral harus Clin Pharmacol. 2013;29(4):454-456.
dipertimbangkan jika ada kontraindikasi bedah untuk 4. P
c H, Ahounou E, Akodjènou J, Agbocki E, Coa B.
pemberian enteral.4 Perioperative Management Access of Peritonitis
Gagal ginjal akut dapat terjadi pada 23% at the Regional University Hospital of Oueme-
pasien dengan sepsis berat. Terapi penggantian Plateau ( CHUD / OP ) at Porto-Novo in Benin
ginjal dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki Republic. J Perioper Med. 2020;3(109):12-15.
asidosis, hiperkalemia, atau kelebihan cairan. doi:10.35248/2684-1290.20.3.109
Terapi pengganti ginjal berkelanjutan (CRRT) dan
5. Brambillasca P, Benigni A, Maffioletti M, Sonzogni
dialisis efisiensi rendah berkelanjutan (SLED)
V, Lorini LF, Corbella D. Anesthetics considerations
dapat dipertimbangkan pada pasien yang secara
in peritonitis. J Peritoneum (and other serosal
hemodinamik tidak stabil. Pemberian profilaksis stres
surfaces). 2017;2. doi:10.4081/joper.2017.45
ulcer dan tromboprofilaksis juga direkomendasikan
pemberiannya untuk mencegah terjadinya strees 6. T olonen M, Sallinen V, Leppäniemi A, Bäcklund M,
ulcer dan trombosis.7 Mentula P. The role of the intra-abdominal view
in complicated intra-abdominal infections. World
J Emerg Surg. 2019;14(1):1-10. doi:10.1186/
KESIMPULAN
s13017-019-0232-.
Peritonitis, terutama pada keadaan perforasi 7. R
oss JT, Matthay MA, Harris HW. Secondary
adalah suatu kegawatdaruratan yang paling umum peritonitis: Principles of diagnosis and

6 | J. Ked. N. Med | VOL. 4 | NO. 3 | September 2021 |


intervention. BMJ. 2018;361. doi:10.1136/bmj. Kini Dan Mendatang. 2nd ed. Airlangga University
k1407. Press; 2019:396-398.
8. S impson A, Kobayashi L, Coimbra R. Classification 13. Li Y, Yan C, Gan Z, et al. Prognostic values of SOFA
and Principals of Treatment. In: Sartelli M, score, qSOFA score, and LODS score for patients
Martin-Loeches I, eds. Abdominal Sepsis (A with sepsis. Ann Cardiothorac Surg. Published
Multidiciplanary Approach). Springer; 2018:1-14. online 2020. doi:10.21037/apm-20-984
9. M
azuski JE, Solomkin JS. Intra-Abdominal 14. Drăgoescu AN, Pădureanu V, Stănculescu AD, et
Infections. Surg Clin North Am. 2009;89(2):421- al. Presepsin as a potential prognostic marker for
437. doi:10.1016/j.suc.2008.12.001. sepsis according to actual practice guidelines. J
Pers Med. Published online 2021. doi:10.3390/
10. Clements TW, Tolonen M, Ball CG, Kirkpatrick AW.
jpm11010002.
Secondary Peritonitis and Intra-Abdominal Sepsis:
An Increasingly Global Disease in Search of Better 15. Rhodes A, Evans LE, Alhazzani W, et al. Surviving
Systemic Therapies. Scand J Surg. 2021;110(2):139- Sepsis Campaign: International Guidelines
149. doi:10.1177/1457496920984078 for Management of Sepsis and Septic Shock:
2016. Vol 43. Springer Berlin Heidelberg; 2017.
11. Robert G, Damon F. Sepsis: Diagnosis And
doi:10.1007/s00134-017-4683-6
Management. Am Acad Physicians. Published
online 2020:410-419. 16. Sinclair RCF, Luxton MC. Rapid sequence
induction. Contin Educ Anaesthesia, Crit Care
12. Nasronudin. Endotoksin Pada Penatalaksanaan
Pain. 2005;5(2):45-48.
Sepsis. In: Penyakit Infeksi Di Indonesia Solusi

| J. Ked. N. Med | VOL. 4 | NO. 3 | September 2021 | 7

Anda mungkin juga menyukai