A Clinical Study Of
Generalised Peritonitis And Its
Management In A Rural Setup
Oleh :
Avicenna Shafhan A. 22004101024
ST. Khalidiyah 22004101026
Pembimbing :
dr. Arif Dharmawan, Sp.B
Introduction
Peritonitis adalah peradangan pada membran serosa yang melapisi rongga perut
dan organ visceral yang ada di dalamnya.
Tersier
Peritonitis tersier diakibatkan karena kekambuhan atau
reaktivasi peritonitis setelah pengobatan yang
memadai dari peritonitis sekunder.
Pathophysiology of peritonitis
Peradangan pada peritoneum parietal yang kaya akan suplai saraf somatik
menyebabkan nyeri yang hebat dan terlokalisir. Peritoneum visceral disuplai oleh
saraf otonom, peradangan pada daerah ini menyebabkan nyeri difus.
Sekuestrasi bakteri
Opsonisasi bakteri dan
membatasi penyebaran
terjadi fagositosis.
infeksi.
Review of literature
Murphy JB menganjurkan
dilakukan operasi dini, tanpa
irigasi, penutupan dengan
drainase dan infus rektal
(Murphy Drip)
METHODS
Penelitian secara klinis pada generialized peritonitis
dilakukan di Departemen Bedah di RS Adichunchanagiri
dan Pusat Penelitian, BG Nagara, Kartanaka.
Darah
HB, profil koagulasi, gol. Darah dan rhesus, total dan
diferensial leukosit, LED, HIV/HBsAg, urea darah,
kreatinin serum, dan serum elektrolit
Radiologi
METHODS
Setelah dilakukan resusitasi dan diberikan antibiotik IV,
operasi dilakukan.
26%
operasi peritonitis sekunder
akibat perforasi
= 25%
incidence rate peritonitis sekunder akibat
perforasi berdasarkan penelitian Arveen dkk,
2006-2008 di JIPMER
FAKTOR ETIOLOGI Penyebab tertinggi dari peritonitis
disebabkan oleh perforasi apendicular
Noon dkk. 21%
Akcay dkk. 18%
APPENDICULAR
(44%) Penyebab tertinggi peritonitis
disebabkan oleh perforasi
gastroduodenal proksimal
Jhobta dkk. 57,4%
Chakma dkk. 54,29%
Afridi dkk. 45%
Yadav dkk. 29%
FAKTOR ETIOLOGI TUKAK DUODENUM (28%)
TUKAK GASTER (8%)
Rasio 4,5:1
TUKAK PEPTIK
(36%)
Meliputi :
PENYEBAB LAIN perforasi ileum (4%)
(10%) divertikula jejunum (2%),
volvulus sigmoid (4%)
FAKTOR ETIOLOGI 8 dari 18
Akibat penyalahgunaan NSAID
TUKAK PEPTIK
(36%)
TUKAK PEPTIK
(36%)
48%
Distensi Abdomen
Jhobta dkk. 44%
Yadav dkk. 3,9%
Time of Presentation
antara 24-36 jam
komplikasi pasca
operasi yang
signifikan
21%
Pemulihan lancar
10%
komplikasi pasca
operasi yang
signifikan
antara 48-72 jam
Time of Presentation
Dalam penelitian ini jeda
waktu rata-rata antara Tingkat
timbulnya gejala dan morbiditas
pengobatan definitif 56%.
42,72 jam
Tingkat Morbiditas
Jhobta dkk. 49,8%
Chakma dkk. 52,24%.
Chakma dkk. melaporkan durasi rata-rata presentasi 57,4 jam
Time of Presentation
Time of Presentation
Time of Presentation
• Jumlah CRP serum meningkat pada pasien saat pertama masuk (Gambar 5).
• Pada pasien pasca operasi tanpa komplikasi kadar CRP serum secara bertahap menurun
• Pada pasien dengan komplikasi kadar CRP serum tetap tinggi
• Kadar penanda inflamasi pasca operasi yang tinggi berhubungan dengan tingkat pra operasi yang
tinggi
TREATMENT
• Apendisitis perforasi appendicectomy dan peritoneal toilet (44%).
• Perforasi ulkus duodenum omentopexy (28%)
• Perforasi ulkus gaster biopsi pada lokasi ulkus dan omentopexy (8%)
• malignant perforation reseksi terbatas atau definitif
• Semua pasien dalam penelitian ini memiliki peritoneum yang adekuat atau memadai kemudian
dilakukan pemasangan drainase
Pus dengan perlengketan fibrin >48 jam perforasi 5 pasien (10%) Morbiditas (100%)
SPEKTRUM ORGANISME
Kultur peritoneum adalah
• Escherichia coli 37 pasien
• Klebsiella sp 29 pasien
• Proteus sp 9 pasien
• Enterooccus 8 pasien
• Enterobacter sp 5 pasien
MORBIDITAS PASKA OPERASI
Tingkat komplikasi
keseluruhan pada pasien
dalam penelitian adalah
56%