ABSTRAK
Latar belakang: Syok septik didefinisikan sebagai bagian dari sepsis didasari oleh gangguan sirkulasi dan
sel atau kelainan metabolik yang akan meningkatkan angka mortalitas secara bermakna.
Laporan kasus: Laki-laki, 69 tahun, diagnosa syok septik dengan infeksi intrabdomen e.c. perforasi gaster
dirawat di ICU setelah dilakukan operasi laparatomi eksplorasi. Pasien mendapatkan tindakan perawatan
dengan manajemen sepsis bundle segera setelah diagnosa ditegakkan, menjalani perawatan di icu selama
tujuh hari. European Society of Intensive Care Medicine (ESCIM) pada tahun 2018 memperbaharui sepsis
bundle dimana dari semua langkah perawatan sepsis awal yang sebelumnya harus diselesaikan dalam 3 dan
6 jam sekarang harus diterapkan dalam 1 jam (1-h bundles), segera setelah diagnosa sepsis ditegakkan. Pada
kasus ini pasien dengan keluhan nyeri perut selama satu minggu sebelum masuk rumah sakit, pemeriksaan
penunjang darah laktat 4,2 mmol/L, pemeriksaan rontgen abdomen terdapat pneumoperitonium, dilakukan
sepsis bundle dalam 1 jam dan laparatomi emergensi. Perawatan dilanjutkan di ICU dengan antibiotik
meropenem, support norepineprin dan ventilasi mekanik. Pasien berangsur pulih selama di ICU, ditandai
dengan klinis, hasil penunjang laboratorium, dan rontgen yang membaik.
Kesimpulan: Pada manajemen pasien sepsis, waktu sangatlah penting. Kecepatan diagnosis, pemberian
antibiotik, dan menjaga kestabilan hemodinamik adalah komponen penting untuk mendapatkan luaran yang
baik.
setiap tahunnya.
PENDAHULUAN
Sepsis didefinisikan sebagai disfungsi
organ yang mengancam nyawa akibat
disregulasi dari respon host terhadap
adanya infeksi. Sepsis dapat menye-
babkan terjadinya disfungsi organ
multipel sampai kematian, sedangkan
syok septik merupakan sepsis dengan
disfungsi sirkulasi dan seluler/metabolik
dengan angka mortalitas yang lebih
tinggi (67,8% vs 27,8%). Saat ini sepsis
dan syok septik menjadi masalah
kesehatan utama yang berdampak pada
jutaan orang di seluruh belahan dunia
1
Tarumanagara Medical Journal
Vol. 2, No. 2, 402-408, April 2020
menjadi salah satu penyebab sepsis tekanan darah 90/50 mmHg, nadi 120
tersering selain pneumonia, infeksi aliran x/menit, laju napas 24x/menit, SpO2 98%
darah, urosepsis, infeksi luka operasi dan dengan nasal kanul oksigen 3 L/menit, suhu
infeksi terkait penggunaan kateter 37,50C. pada pemeriksaan abdomen
invasif. Selain itu, infeksi intraabdomen didapatkan nyeri tekan seluruh perut dan
juga menjadi penyebab mortalitas kedua defans muscular. Pemeriksaan penunjang
di Intensive Care Unit (ICU).4,7 Faktor didapatkan Hb 9,1 g/dl, hematokrit 29,7
kunci yang menentukan keberhasilan leukosit 12.720/ul, trombosit 533.000/ul,
terapi pada infeksi intraabdomen adalah
diagnosis yang tepat, resusitasi yang
adekuat, pemberian antibiotik segera,
source control yang efektif, dan evaluasi
respon klinis terhadap terapi.8 Pada
laporan kasus ini akan dibahas
penatalaksanaan infeksi intraabdomen et
causa perforasi gaster dengan syok septik
LAPORAN KASUS
gula darah sewaktu 133 mg/dl, asam gr, dan support norepineprin 0,05
laktat 4,2 mmol/L, ureum 35mg/dl, ug/kgBB/menit karena setelah resusitasi
dan creatinine 0,99 mg/dl. Pada cairan MAP (Mean Arteial Pressure)
pemeriksaan rontgen abdomen masih dibawah 65.
didapatkan gambaran Pada laparatomi explorasi ditemukan
pneumoperitoneum dan EKG sinus pneumoperitoneum dan cairan
takikardi 120 x/menit. Pasien peritoneum berupa gastric juice 500 ml.
didiagnosa dengan peritonitis difusa Ditemukan perforasi pada prepyloric 1x1
et causa suspek perforasi hollow cm, dilakukan penutupan luka perforasi
viscus suspek perforasi gaster dengan dan peritoneal toilet. Pasien menjalani
syok septik. perawatan di ICU selama 7 hari, dengan
Penatalaksanaan pasien ini di IGD support norepineprin selama dua hari dan
dengan sepsis bundle segera dalam support ventilator selama 5 hari. Pada
satu jam dan laparatomi eksplorasi perawatan di ICU pasien mendapatkan
emergensi dan selanjutnya perawatan terapi Meropenem 3x1 gr IV,
di ICU. Sepsis bundle yang dilakukan Paracetamol 4x1 gr IV, Heparin 2x5000
pada pasien yaitu pemberian cairan ui, omeprazole 2x40 mg I. Analgetik dan
kristaloid 30 cc/kgBB, kultur darah, sedasi menggunakan morfin 15
pemberian antibiotik Meropenem 1
4
Tarumanagara Med. J. 2, 2, 402-408, April 2020
Terapi antibiotik pada pasien sudah diagnosis peritonitis difus ditegakkan saat di
diberikan sesegera mungkin setelah IGD. Hal ini sesuai dengan panduan terapi dari
5
Tarumanagara Medical Journal
Vol. 2, No. 2, 402-408, April 2020
SIS dan IDSA bahwa pemberian pada hari perawatan ke 3. Pasien ini
antibiotik pada pasien syok septik harus diberikan obat-obatan antikoagulan
diberikan sedini mungkin setelah sebagai tromboprofilaksis dan pasien
7
diagnosis ditegakkan. Pilihan antibiotik baru saja menjalani proses operasi. Head
pada pasien ini pada saat awal masuk up 300 dikerjakan setiap hari untuk
sudah tepat berdasarkan guideline SIS mencegah aspirasi dan ventilator
dan IDSA. Pasien mendapatkan associated pneumonia (VAP). Kadar
antibiotik meropenem dari awal karena gula darah pasien stabil selama
masuk dalam kondisi high risk atau perawatan. Selain itu pasien
derajat severitas yang berat. Berdasarkan juga diberikan omeprazol
guideline ini tidak perlu diberikan untuk mencegah stress ulcer. Pada
kombinasi antibiotik meropenem dengan perawatan hari kedua di ICU, pasien
metronidazole, kecuali antibiotik yang mendapatkan test feeding dan diet cair
diberikan adalah cefepime, ceftazidime, Peptamen 500 kkal pada hari ketiga, hal
levofloxacine atau ciprofloxacine. ini sudah sesuai dengan guideline dimana
Tindakan source control pada pasien pemberian diet enteral dapat diberikan
juga sudah dikerjakan. Dilakukan 24-48 jam segera setelah resusitasi dan
pemeriksaan kultur darah. Hasil dari pasien dalam hemodinamik stabil.
kultur tidak terdapat pertumbuhan Namun selanjutnya ditemukan
mikroorganisme hal ini kemugkinan tanda-tanda intoleransi
pengambilan kultur darah setelah dimana pasien mengalami distensi
pemberian antibiotik Meropenem di abdomen sehingga diet enteral harus
IGD. Post operatif kondisi pasien stabil dihentikan. The European Society for
dengan support Norepineprin 0,05 Clinical Nutrition and Metabolism
ug/kgBB/menit sampai hari kedua dan (ESPEN) menganjurkan inisiasi
support ventilasi mekanik sampai hari ke suplemen nutrisi parenteral pada hari
5. kedua ICU pada intoleransi nutrisi
Analgetik diberikan selama pasien enteral dimana > 80% kebutuhan energi
diintubasi. Hari pertama pasien masuk ke tidak tercapai. Pada pasien ini diberikan
ICU pasien masih disedasi dengan diet parenteral Clinimix dan
midazolam drip, obat sedasi dihentikan Ameparen.12,13,14 Hal lain yang harus
diperhatikan pada pasien infeksi
intrabdomen adalah Intra Abdominal
Hipertensi (IAH) dan
6
Tarumanagara Med. J. 2, 2, 402-408, April 2020
ini tidak dilakukan pemantauan IAH. 4. Pieracci FM, Barie PS. Management of
Severe Sepsis of Abdominal Origin.
Pada pasien ini keberhasilan terapi terjadi Scandinavian Journal of Surgery, 96:184-196,
2007.
karena source control adekuat, walaupun
5. Calandra T, Cohen J: The international sepsis
pada pasien ini memenuhi kriteria infeksi forum consen- sus conference on de nitions of
intraabdominal dengan risiko tinggi. infection in the intensive care unit. Crit Care
Med 2005;33:1538–1548
6. Solomkin JS, Hemsell Dl, Sweet R, et al:
Evaluation of new anti-infective drugs for the
KESIMPULAN
treatment of intraabdominal in- fections.
Infectious Diseases Society of America and
Sepsis yang disebabkan infeksi
the food and Drug Administration. Clin Infect
intraabdomen memiliki angka mortalitas Dis 1992;15 Suppl 1: S33–42
yang cukup tinggi. Faktor kunci yang 7. Solomkin JS, Mazuski JE, Bradley JS, et al.
Diagnosis and Mangement of Complicated
menentukan keberhasilan terapi pada Intra-abdominal Infection in Adults and
Children: Guidelines by the Surgical Infection
infeksi intraabdomen adalah diagnosis
Society and the Infectious Diseases Society of
yang tepat, resusitasi yang adekuat, America. Clinical Infectious Diseases,
2010;50:133-64.
pemberian antibiotik segera, source 8. Sartelli M, Mefire AC, Labricciosa FM, et
control yang efektif, dan evaluasi respon al.The management of intra-abdominal
infection from global perspective: 2017
klinis terhadap terapi. Jika hal diatas bisa WSES guidelines for management of intra-
dikerjakan secara simultan maka akan abdominal infections. World Journal of
Emergency Surgery, 2017;12:29.
menghasilkan luaran yang lebih baik.
9. Sarteli M, Ivatury R et al. Current concept of 1- 16
abdominal infection: WSES position paper. 10. Seymour C, Liu et al. Assessment clinical criteria for
World J of Emergency Surgery 2014; 9(22): sepsis. JAMA. 2016; 315 (8): 762- 74
7
Tarumanagara Medical Journal
Vol. 2, No. 2, 402-408, April 2020
11. Vincent J, Levy M. Commentary: qSOFA 13. P.F. Padilla, G. Martinez, RW Vernooij, G
does not replace SIRS in the definition of Urrutia, MRi Figuls and XB Cosp. Early
sepsis. Critical Care. 2016; 20(216): 1-3 versus delayed enteral nutrition support for
12. Society of Critical Care Medicine; American critically ill adult. Cochrane Database of
Society for Parenteral and Enteral Nutrition. Systemic Review. 2016, no.9
Guidelines for the Provision and Assessment 14. P. Singer, M. Hiesmayr, G. Biolo, TW
of Nutrition Support Therapy in the Adult Felbinger, MM Berger, C Goeters, J
Critically Ill Patient: Society of Critical Care Kondrup, C Wunder. Pragmatic approach to
Medicine (SCCM) and American Society for nutrition in the ICU : Expert opinion
Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN). regarding which calorie protein target.
Journal of Parenteral and Enteral Nutrition. Clinical Nutrition. 2014, vol.33, pp246-251
2016; vol.40, no.2, pp. 159-211 15. Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi
dan Terapi Intensif Indonesia, PP
PERDATIN-PERDICI. Modul Continuing
Professional Development (CPD):
Manajemen Infeksi. 2019: 100-105