Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN KMB PADA PASIEN


NY. “M” DENGAN APENDISITIS
DI RUANG ASOKA
RSUD ANDI DJEMMA MASAMBA

Di susun oleh :

RATNA SARI

032022036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS

KURNIA JAYA PERSADA

PALOPO

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apendisitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering (Dermawan & Rahayuningsih, 2010)
Istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus
yang buntu sebenarnya adalah sekum. Apendiks diperkirakan ikut serta dalm system imun
sektorik di saluran pencernaan. Namun, pengangkatan apendiks tidak menimbulkan efek
fungsi system imun yang jelas (syamsyuhidayat, 2005).
Insiden apendisitis di Negara maju lebih tinggi daripada di Negara berkembang. Namun,
dalm tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna. Hal ini di duga
disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat pada diit harian
(Santacroce,2009).
Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di indonesia, apendisitis akut
merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi untuk dilakukan
operasi kegawatdaruratan abdomen. Insidens apendisitis di Indonesia menempati urutan
tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainya (Depkes 2008). Dinkes jateng
menyebutkan pada tahun 2009 jumlah kasus apendisitis di jawa tengah sebanyak 5.980
penderita, dan 177 penderita diantaranya menyebabkan kematian. Pada periode 1 Januari
sampai 31 Desember 2011 angka kejadian appendisitis di RSUD salatiga, dari seluruh jumlah
pasien rawat inap tercatat sebanyak 102 penderita appendisitis dengan rincian 49 pasien
wanita dan 53 pasien pria. Ini menduduki peringkat ke 2 dari keseluruhan jumlah kasus di
instalsi RSUD Salatiga. Hal ini membuktikan tingginya angka kesakitan dengan kasus
apendiksitis di RSUD Salatiga.
Peradangan pada apendiks selain mendapat intervensi farmakologik juga memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi dan memberikan implikasi pada perawat
dalam bentuk asuhan keperawatan. Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan
resiko terjadinya perforasi dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi dengan cairan
inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu memberikan respons inflamasi
permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Apabila perforasi apendiks disertai dengan
material abses, maka akan memberikan manifestasi nyeri local akibat akumulasi abses dan

kemudian juga akan memberikan respons peritonitis. Manifestasi yang khas dari perforasi
apendiks adalah nyeri hebat yang tiba-tiba datang pada abdomen kanan bawah (Tzanakis,
2005).
Tujuh persen penduduk di Amerika menjalani apendiktomi (pembedahan untuk
mengangkat apendiks) dengan insidens 1,1/1000 penduduk pertahun, sedang di negara-
negara barat sekitar 16%. Di Afrika dan Asia prevalensinya lebih rendah akan tetapi
cenderung meningkat oleh karena pola dietnya yang mengikuti orang barat
(www.ilmubedah.info.com, 2011).

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari apendisitis ?
2. Apa etiologi dari apendisitis ?
3. Apa manifestasi klinis apendisitis ?
4. Bagaimana patofisiologi apendisitis ?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari apendisitis ?
6. Apa saja penatalaksanaan medis dari apendisitis ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan Apendisitis ?

1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian dari apendisitis.
2. Mengetahui etiologi dari apendisitis.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari apendisitis.
4. Memahami patofisiologi apendisitis.
5. Mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik dari apendisitis.
6. Mengetahui apa saja penatalaksanaan medis dari apendisitis.
7. Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan Apendisitis.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks yang berbentuk cacing dan
berlokasi dekat katup ileosekal, peradangan mungkin disebabkan oleh obstruksi oleh fekalit
(Barbara C. Long, 1996: 228).
Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan
rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltxer, 2001).
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur yang terpuntir,
apendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan multiplikasi (Chang,
2010).
Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapat terjadi tanpa penyebab yang
jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses, akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh
darahnya (Corwin, 2009).

2.2 Etiologi
Penyebab dari apendisitis adalah adanya obstruksi pada lumen apendikial oleh
apendikolit, hiperplasia folikel limfoid submukosa, fekalit, atau parasit (Katz, 2009)
Studi epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan
pengaruh dari konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikan tekanan
intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman floura kolon biasa.

2.3 Manifestasi Klinis


Apendisitis muncul dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai
cacing dan disertai rangsangan peritonium lokal. Gejala apendisitis adalah nyeri viseral di
daerah epigastrium di sekitar umbilikus dengan keluhan mual dan muntah. Dalam beberapa
jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah. Nyeri kemudian dirasakan lebih tajam dan lebih
jelas letaknya sehingga disebut nyeri somatik. Komplikasi apendisitis adalah perforasi,
peritonitis, abses apendiks (unimus.ac.id).

2.4 Patofisiologi
Kondisi obstruksi akan meningkatakan tekanan intraluminal dan peningkatan
perkembangan bakteri. Hal lainnya, akan terjadi peningkatan kongesti dan penurunan
perfusi pada dinding apendiks yang berlanjut pada nekrosis dan inflamasi apendiks (Atassi,
2002).
Pasien akan mengalami nyeri pada area periumbilikal. Dengan berlanjutnya proses
inflamasi, maka pembentukan eksudat akan terjadi pada permukaan serosa apendiks. Ketika
eksudat ini berhubungan dengan parietal peritonium, maka intervensi nyeri yang khas akan
rterjadi (Santa Crose, 2009).

4
Dengan berlanjutnya proses obstruksi, bakteri berproliferasi dan meningkatkan tekanan
intraluminal dan membentuk infiltrat pada mukosa dinding apendiks yang disebut
apendisitis mukosa, dengan manifestasi ketidaknyamanan abdomen. Adanya penurunan
perfusi pada dinding akan mengakibatkan iskemia dan nekrosis disertai peningkatan tekanan
intraluminal yang disebut apendisitis nekrosis, juga akan meningkatkan risiko perfusi dari
apendiks. Proses fagositosis terhadapa respon perlawanan pada bakteri memberikan
manifestasi pembentukan nanah atau push yang terakumulasi pada lumen apendiks yang
disebut apendisitis supuratif.

2.4.1 Pathway

Material apendikolit Parasit Kebiasaan diet rendah serat Konstipasi

Obstruksi pada lumen apendikeal Fekalit

Peningkatan konsentrasi dan penurunan perfusi pada


dinding apendiks

Iskemia dan nekrosis dinding


disertai peningkatan tekanan Peningkatan tekanan intraluminal dan peningkatan
intraluminal perkembangan bakteri

Apendisitis nekrosis
Perforasi masa Apendisitis supuratif Apendisitis Akut
periapendikular
peritonitis

Apendisitis Kronis Gangguan GI Respon


sistemik
Intervensi Bedah
Respon lokal saat Mual, muntah,
kembung, Peningkatan
Pra bedah Pasca bedah terjadi inflamasi anoreksia pada suhu tubuh
bayi dan anak
Pengeluaran
Respon Port de entree Hipertermi
HSBP
psikologis pasca bedah
misiterpretasi Asupan nutriri
kan perawatan tidak adekuat
dan Risiko Infeksi Nyeri
penatalaksana
an pengobatan Ketidakseimbangan nutrisi
Kerusakan jaringan kurang dari kebutuhan
pascabedah

Pemenuhan
Informasi

5
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung sel darah komplit
Pada pemerksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000 – 20.000/mL
dan netrofil di atas 75%.
b. C. Reactive Protein (CRP)
Adalah sintesis dari sekresi fase akut hati sebagai respon dari infeksi atau inflamasi. Pada
apendisitis didapatkan peningkatan kadar C. Reactive Protein (CRP).
c. Pemeriksaan USG dilakukan untuk menilai inflamasi dan apendisitis.
d. Pemeriksaan CT Scan pada abdomen untuk mendeteksi apendisitis dan adanya
kemungkinan perforasi.

2.6 Penatalaksanaan Medis


Apendisitis adalah tindakan pembedahan untuk mengangkat apendiks yang dilakukan
sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi (Brunner dan Sudarth, 2002).
2.7 Pengkajian
Pengkajian keperawatan pasien apendisitis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
pengkajian diagnostik. Pada anamnesis, keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah
nyeri pada abdomen kanan bawah atau luka post operasi. Pengkajian nyeri dengan
pendekatan PQRST dapat membantu perawat dalam menentukan rencana intervensi yang
sesuai. Perbedaan kualitas dan skala nyeri yang bertambah berat menandakan adanya proses
inflamasi lokal yang berat atau kemungkinan adanya kondisi perforasi apendiks.
2.8 Diagnosa Keperawatan
 Pre Operatif
1. Pemenuhan informasi b.d rencana pembedahan apendiktomi
2. Kecemasan b.d rencana pembedahan
 Post Operatif
1. Nyeri b.d respon inflamasi apendiks, kerusakan jaringan lunak pascabedah
2. Risiko infeksi b.d adanya port de entree luka pasca bedah

2.9 Intervensi Keperawatan


 Pre Operatif
Dx. Tujuan dan
Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Dx. 1 Dalam waktu 1X7 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Perawat dapat lebih
jam informasi pasien tentang apendiktomi terarah dalam
kesehatan terpenuhi, dan rencana perawatan memberikan
dengan kriteria hasil: rumah pendidikan
Pasien mengerti dan 2. Beritahu persiapan kesehatan sesuai
mampu menjelaskan pembedahan: dnegan pengetahuan
kembali pendidikan  Pencukuran area operasi pasien.
kesehatan yang 2.

6
diberikan  Persiapan pasien
(dipuasakan)  Diberitahu
 Persiapan istirahat dan prosedur mencukur
tidur  Puasa operatif
3. Beri informasi manajemen idealnya 6-8 jam
nyeri keperawatan sebelum operasi
 Membantu
penyembuhan

3. Peningkatan kontrol
nyeri pada pasien.
Dx. 2 Secara subjektif 1. Kaji respon fisik seperti 1. Mengevaluasi
melaporkan cemas kelemahan, TTV, respon tingkat kesadaran,
berkurang, dengan verbal atau nonverbal selama khususnya ketika
kriteria hasil: komunikasi melakukan
- Pasien mampu 2. Anjurkan pasien komunikasi verbal
mengungkapkan mengekspresikan rasa 2. Memberi
perasaannya takutnya kesempatan untuk
- Pasien dapat rileks 3. Anjurkan aktivitas pengalih konsentrasi dan
dan beristirahat sesuai kemampuan individu mengurangi cemas
misal menulis, merajut, 3. Sejumlah aktivitas
menonton atau keterampilan
dapat menurunkan
tingkat kebosanan
penstimulus cemas

 Post Operatif
Dx. Tujuan dan
Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Dx. 1 Dalam waktu 1X7 1. Kaji tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan
jam nyeri 2. Kaji respon nyeri dengan umum
berkurang/hilang PQRST 2. Pendekatan
teradapatasi, dengan komprehensif untuk
kriteria hasil: 3. Lakukan manajemen nyeri menentukan rencana
- Klien 4. Istirahatkan pada saat nyeri intervensi
mengatakan nyeri terasa 3. Mengurangi rasa
berkurang 5. Atur posisi semifowler nyeri
- Skala nyeri 0-1 4. Istirahat mnurunkan
(dari 0-5) 6. Beri oksigen nasal sesuai kebutuhan O2
indikasi 5. Mengurangi
tegangan dan insisi

7
7. Ajarkan teknik distraksi pada organ abdomen
6. Meningkatkan
8. Ciptakan lingkungan yang intake O2 sehingga
tenang menurunkan nyeri
9. Tingkatkan pengetahuan sekunder
pasien tentang sebab nyeri 7. Menurunkan
stimulus internal
8. Menurunkan stimus
eksternal
9. Dapat membantu
kepatuhan pasien
terhadap intervensi
Dx. 2 Dalam waktu 7 X 24 1. Kaji jenis pembedahan, hari 1. Mengidentifikasi
jam tidak terjadi pembedahan kemajuan tujuan
infeksi, terjadi 2. Kaji kondisi luka yang diharapkan
perbaikan pada 3. Buat kondisi luka balutan 2. Mengidentifikasi
integritas jaringan dalam keadaan bersih dan luka
lunak kering 3. Kondisi ini akan
4. Lakukan perawatan luka menghindari
dengan tepat, bersih, benar kontaminasi yang
5. Kolaborasi pemberian menyebabkan
antibiotik infeksi
4. Menceagah kondisi
luka menjadi lebih
buruk
5. Mencegah
berkembangnya
mikroorganisme

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. M DENGAN POST OPERASI APENDIKTOMI HARI KE - 1
DI RUANG PERAWATAN BEDAH (ASOKA)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAERAH ANDI DJEMMA MASAMBA

3.1 Pengkajian
A. Biodata
1. Identitas klien
Nama : Ny .M
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sukamaju
Agama : Islam
Suku : Jawa
No. Registrasi : 278020
Diagnosa Medis : Apendisitis
Tanggal Masuk : 12 oktober 2022
Tanggal Pengkajian : 12 oktober 2022 , Pukul 18.30 WIB
Tanggal Operasi : 13 oktober 2022, Pukul 11.00 WIB
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. J
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Sukamaju
Hubungan dengan klien : Suami klien
B. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada daerah luka post operasi
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 11 oktober 2022 klien merasa nyeri pada abdomen kanan bawah,
nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri semakin bertambah apabila klien beraktifitas, nyeri
dirasakan berkurang apabila klien istirahat. Kemudian klien berobat ke puskesmas,
setelah dilakukan penerusan oleh dokter puskesmas. Klien dinyatakan menderita
apendisitis. Dokter puskesmas merujuk klien ke rumah sakit umum andi djemma
masamba pada tanggal 11 oktober 2022 Pukul 11.30 WIB. kemudian klien
ditempatkan di ruang perawatan Asoka. Kemudian klien dilakukan pemeriksaan
Rontgen dan USG pada daerah perut, dan hasilnya menunjukan adanya peradangan
pada Apendiks, klien di rencanakan operasi pada pukul 11.30 WIB.

9
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 13 oktober 2022 Pukul 05.30 klien
mengatakan nyeri pada daerah luka post operasi. Nyeri dirasakan bertambah apabila
klien miring kanan dan miring kiri, nyeri dirasakan berkurang apabila klien tidur
terlentang. Nyeri dirasakan seperti disayat, nyeri terlokasi di daerah operasi. Skala
nyeri 6 dari (0-10). Akibat nyeri klien sulit beraktifitas.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya klien tidak pernah merasakan sakit seperti ini,
klien mengatakan hanya sakit kepala, flu, dan batuk.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit
keturunan, dan penyakit menular.
D. Riwayat Psikologi
1. Citra Tubuh
Klien merasa sedikit malu saat dikaji luka post operasi, karena lukanya berada di
daerah Obdomen bawah dekat dengan daerah intimnya.
2. Identitas Diri
Klien adalah seorang ibu rumah tangga, klien merasa sedih, karena klien sakit, suami
dan anaknya tidak ada yang mengurusi di rumah.
3. Fungsi Peran
Klien adalah seorang ibu dari 3 orang anaknya, klien sangat menyayangi keluarganya,
klien adalah ibu yang baik bagi anak dan suaminya, selama klien sakit anak dan
suaminya selalu mendampingi klien.
4. Ideal Diri
Klien berharap setelah dilakukan di RS, klien bisa sembuh dan dapat melakukan
aktifitas seperti sebelum klien sakit, klien dapat mengurusi suami dan anak-anaknya di
rumah, bisa berkumpul bersama keluarga kembali di rumah
5. Harga Diri
Klien termasuk orang yang peduli kepada orang lain, klien pun ibu dan istri yang baik
bagi anak dan suaminya.

E. Riwayat Sosial
Klien termasuk orang yang terbuka tehadap orang lain, klien juga termasuk orang
yang mudah bergaul, klien ramah kepada orang lain, klien selalu merespon baik pada saat
ditanya perawat dan pada saat dilakukan tindakan oleh perawat.

F. Riwayat Spiritual
Klien termasuk orang yang taat beribadah, klien meyakini kalau sakitnya adalah
cobaan yang diberikan Allah SWT untuk menguji kesabaran diri Klien dan untuk
intorpeksi diri klien, klien selalu berdoa agar klien segera diberikan kesembuhan.

10
G. Data Biologis
1. Daily Activity Living (ADL)
No ADL Di Rumah Di Rumah Sakit
1 Nutrisi
a. Makan
- Jenis Menu - Nasi, Mie Ayam, Lauk, - Di puasakan sampai dengan
Buah bising usus terdengar 8x/
- Frekuensi - 3x Sehari menit
- Porsi - 1 Piring
- Pantangan - Tidak ada
- Keluhan - Tidak ada
b. Minum
- Jenis Minuman - Air Mineral - Di puasakan sampai dengan

- 8 gelas / 2 L per hari bising usus terdengar 8x/


- Jumlah
menit
- Pantangan - Tidak ada
- Keluhan - Tidak ada

2 Istirahat dan Tidur


a. Malam
- Berapa Jam - 7 Jam - 4 Jam
- Dan Jam ..sd. Jam.. - 22.00-05.00 WIB - 01.00-05.00 WIB
- Kesukaran - Tidak ada - Merasa nyeri dan sulit
beradaptasi dengan
lingkungan yang baru
b. Siang
- Berapa Jam - 1 Jam - Tidak tidur
- Dan Jam ..sd. Jam .. - 13.00-14.00
- Kesukaran

3 Eliminsai
a. BAK
- Frekuensi - 5x/ hari - Terpasang kateker
- Jumlah - 1.200 cc/hari - 1200 cc/ hari
- Warna - Kuning - Kuning

- Bau - Normal (Bau khas urine) - Normal (Bau khas urine)

- Kesulitan - Tidak ada - Tidak ada

b. BAB
- 1x/ hari - Belum BAB
- Frekuensi

11
- Konsistensi - Lunak
- Warna - Kuning
- Bau - Khas Feces

- Kesulitan - Tidak ada

4 Personal Hygiene
a. Mandi
- Frekuensi - 2x/ hari - 2x/ hari
- Sabun - Menggunakan sabun cair - Tidak menggunakan (diseka)
- Gosok Gigi - 2x/ hari

b. Berpakaian
- Ganti Pakaian - 2x/ hari - 1x/ hari

5 Mobilitas dan Aktifitas


- Aktifitas - Mengurus suami dan anak - Tidur di tempat tidur
- Kesulitan - Tidak ada - Ada
6 Ketergatungan
- Alkohol - Tidak menggunakan - Tidak menggunakan
- Obat-obatan - Tidak menggunakan - Tidak menggunakan
- Rokok - Tidak menggunakan - Tidak menggunakan

- Kopi - Tidak mengkonsumsi - Tidak mengkonsumsi

2. Pemeriksaan Fisik
a. Data Umum
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V4 M6
TTV/TD : 100/80 mmHg R : 18x/ menit
N : 80x/ Menit S : 36,6 °C
b. Sistem Pernafasan
Keadaan hidup bersih tidak terdapat nyeri, penggunaan cuping hidung negatif,
bentuk dada flat, gerakan dada simetris antara kana dan kiri. Bunyi paru resonan,
bunyi nafas bronkiol, bronkhovesikuler, tidak terdapat ronchi dan wheezing.
c. Sistem Cardiovascular
Konjungtiva merah muda, tidak terdapat sianosis pada mukosa bibir, terdapat JVp.
Teraba getaran pada setiap katup jantung, tidak terdapat pembesaran jantung, suara
jantung S1 – S2 normal tidak terdapat suara tambahan (murmur), CRT < 2 detik
d. Sistem Pencernaan
Bibir lembab, warna lidah putih, gigi geraham bawah kiri berlubang, tidak terdapat
karies, tidak terdapat pembesaran tonsil, terdapat luka post operasi pada daerah
abdomen, keadaan luka masih basah, panjang luka ± 5 cm, tidak terdapat jaringan
parut. Bising usus 8x/menit. Suara pekak daerah hati, suara timpani daerah
lambung, tidak terdapat pembesaran hati, nyeri pada daerah luka post operasi.

12
e. Sistem Perkemihan dan Genatalia
Ginjal tidak teraba, tidak ada rasa nyeri pada ginjal. Tidak terdapat kelainan pada
daerah genital.
f. Sistem Persyarafan
1) Nervus 1 (olfaktorius)
Fungsi penemuan baik, dapat membedakan bau-bauan
2) Nervus 2 (optikus)
Fungsi penglihatan baik, reflek pupil baik
3) Nervus 3 (okulumotorius)
Dapat mengangkat kelopak mata atas, konstraksi pupil baik, pergerakan bola
mata baik. Rekasi pupil terhadap cahaya baik, ditandai dengan pupil mengecil
4) Nervus 4 (troklearis)
Dapat melakukan pergerakan bola mata ke kiri dan ke kanan
5) Nervus 5 (trigeminus)
Reflek menguyah baik
6) Nervus 6 (abdusen)
Dapat melakukan pergerakan bola mata ke atas dan ke bawah
7) Nervus 7 (fasialis)
Otot ekspresi wajah baik, otot di sekitar mulut dan dahi dapat digerakan
8) Nervus 8 (arkustikus)
Fungsi pendengaran baik tidak terdapat gangguan pendengaran
9) Nervus 9 (glusoparingeal)
Langit-langit lunak, tidak terdapat pembesaran tonsil
10) Nervus 10 (vagus)
Langit lunak, tidak terdapat pembesaran tonsil
11) Nervus 11 (accesorius)
Kontraksi otot trapezius baik
12) Nervus 12 (Hipoglasus)
Lidah terlihat putih dan kotor, geraan lidah baik.
g. Sistem Penglihatan
Letak mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva pucat, sklera putih, reaksi pupil
terhadap cahaya baik, fungsi penglihatan baik, tidak terdapat gangguan penglihatan.
h. Sistem Pendengaran
Keadan telinga kiri dan kanan simetris, tidak ada nyeri pada tragus, tidak ada nyeri
pada tulang mastoid, fungsi pendengaran baik.
i. Sistem Muskuloskeletal
Tidak terdapat kelainan pada otot da tulang dada dan punggung, ekstremitas atas
dan ekstremitas bawah kanan dan kiri simetris, tidak ada rasa nyeri pada
ekstremitas, ROM baik kekuatan baik
55555 55555
5 5555 55555

13
Reflek bisep trisep dan achiles normal.
j. Sistem Integumen
Warna kulit putih, turgor kulit baik, kelembaban kulit baik, tekstur baik. Tidak
terdapat edema.
k. Sistem Endokrin
Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Jenis Hasil Normal Interpretasi
HGB 13,7 g/dL 12.0-18.0 Normal
WBC 7,10x10^3/Ul 4.00-10.00 Normal
HCT 42,2 % 37.0-54.0 Normal
PLT 198x10^3/Ul 150-400 Normal
KEP 68
Ureum 20,5 15-45mg/dL Normal
Kreatinin 0,55 0.6-1.1 mg/dL Normal
SGOT 51 37o 30o 25o Normal
<37 <25 <18
SGPT 37 37o 30o 25o Normal
<40 <29 <22
2. Rontgent
Jenis pemeriksaan : thoraks AP/PA dewasa (film besar) dan abdomen dewasa (film
besar)
a. Thorax :
- COR : besar dan bentuk baik
- Pulmo : Hillus baik, tidak tampak infiltrat sinus, diafragma baik.
- Kesan : COR dan Pulmo dalam batas normal.
b. Abdomen (BNO)
- Preperitoneal flat line tampak udara, usus baik, tidak tampak bayangan opak
dikedua paravertebra – tulang lunak
- Kesan : tidak tampak batu opak sepanjang trantus urinarius.
I. Pengobatan
Jenis Dosis Frekuensi Cara pemberian
RL 20tpm 62 tetes/j IV
Cefotaxime 1 gr + 10 cc aquades 1gr/12j IV
Metronidazole 500 ml 1gr/12j IV
Ranitidine 2 cc/50 mg 1amp/8j IV
Ketorolac 30 mg 1amp/8j Perdrip
J. Analisa Data
No Data Kemungkinan Etiologi Masalah
1 DS : Tindakan pembedahan Nyeri akut

14
Klien mengatakan nyeri berhubungan dengan
pada daerah luka Luka insisi luka post operasi.
operasi
DO : Kerusakan jaringan/sel
- Klien terlihat Tubuh melepaskan zat kimia
meringis pada saat (histamin, bradikinin,
dilakukan observasi prostaglandin, serotonin)
lukanya.
- Skala nyeri 6 dari (0- Talamus (otak menginterpretasikan
10) signal, memproses informasi zat
kimia

Mempersepsi nyeri
Nyeri akut
2 DS : Tindakan pembedahan Intoleransi aktivitas
- Klien mengatakan berhubungan dengan
sulit beraktivitas Luka insisi pembatasan gerak
karena masih terasa sekunder terhadap
nyeri pada daerah Keterbatasan gerak nyeri.
post operasi.
- Klien terlihat bedrest Intoleran aktivitas
di tempat tidur.
- Klien terlihat masih
lemah
DO :
3 DS : Apendisitis Kurang pengetahuan
- Klien dan keluarga klien dan keluarga
menanyakan tentang Pembedahan berhubungan dengan
penyakitnya dan cara proses penyakit dan
mengganti balutan Luka insisi perawatan luka post
setelah pulang ke operai setelah di
rumah nanti Klie bertanya tentang penyakitnya rumah.
DO :
- Klien dan keluarga Keluarga bertanya tentang
terlihat ingin perawatan luka dirumah
mengetahui kondisi
kesehatan klien dan Kurang pengetahuan
perawatan luka klien.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi

15
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak sekunder terhadap nyeri.
3. Kurang pengetahuan klien berhubungan dengan proses penyakit dan perawatan luka.

3.3 Perencanaan
Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda 1. Untuk mengetahui
berhubungan asuhan keperawatan vital klien. ada tidaknya
dengan luka selama 1x24 jam, nyeri peningkatan suhu,
post operasi. berkurang/hilang dengan peningkatan nafas,
kriteria hasil : 2. Kaji nyeri, catat lokasi dll
- Klien dapat rileks karakteristik, skala 2. Berguna dalam
- Klien dapat tidur nyeri 6 (0-10) pengawasan dan
dengan teratur. keefisienan obat,
kemajuan
3. Berikan posisi yang penyembuhan.
nyaman 3. Agar klien merasa
nyaman, dengan
rasa nyaman nyeri
4. Anjurkan klien klien berkurang.
melakukan relaksasi 4. Oksigen yang
masuk dengan
konsentrasi tinggi
dapat beredar ke
pembuluh darah,
sehingga
5. Mengajarkan klien merelaksasikan
melakukan teknik daerah yang nyeri
distraksi 5. Mengalihkan
pikiran (distraksi)
ada sesuatu hal
6. Kolaborasi dengan yang
dokter pemberian obat menyenangkan
analgetik dapat mengurangi
rasa nyeri.
6. Pemberian obat
analgetik untuk
menghilangkan
nyeri.
2. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Catat respon emosi 1. Imobilisasi yang di
aktivitas asuhan keperawatan terhadap mobilitas paksakan akan

16
berhubungan selama 3x24jam klien memperbesar
dengan dapat melakukan kegelisahan
pembatasan toleransi aktivitas. 2. Berikan aktivitas 2. Meningkatkan
gerak sekunder Dengan kriteria hasil: sesuai dengan keadaan hormolitas organ
terhadap nyeri - Klien dapat bergerak klien sesuai yang
tanpa pembatasan diharapkan
tidak berhati-hati 3. Berikan klien untuk 3. Memperbaiki
dalam bergerak latihan gerak pasif dan mekanika tubuh
aktif
4. Bantu klien dalam 4. Menghindari hal
aktivitas yang yang dapat
memberatkan memperparah
keadaan
3. Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui tingkat
pengetahuan asuhan keperawatan pengetahuan klien dan pemahaman dan
klien selama 3x24 jam keluarga pengetahuan klien
berhubungan diharapkan pengetahuan dan keluarga
dengan proses klien dan keluarga tentang penyakitnya
enyakit dan meningkat. Dengan 2. Menjelaskan dan 2. Meningkatkan
perawatan luka kriteria hasil : memberikan informasi pemahaman klien
- Klien dan keluarga pada klien tentang dan keluarga
dapat memahami penyakitnya tentang kondisi
tentang definisi 3. Memberikan kesehatannya
penyakit klien, penjelasan kepada 3. Mengurangi tingkat
penyebabnya klien tentang setiap kecemasan klien
- Klien dapat tindakan keperawatan dan membantu
melakukan yang diberikan meningkatkan
perawatan luka post kerjasama program
op setelah dirumah 4. Menjelaskan dan terapi yang
nanti mengajarkan keluarga diberikan
dalam perawatan luka 4. Meningkatkan
operasi klien dengan pengetahuan dan
teknik aseptik pemahaman klien
dan keluarga
tentang perawatan
luka operasi yang
baik dan benar

3.4 Implementasi
No Tanggal Diagnosa Implementasi
1. 15 oktober 2022 Dx. 1 - Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (pukul

17
05.30)
Tekanan darah : 100/80mmhg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 18x/menit
Suhu : 36,6oCelcius
- Pukul 06.00
Mengkaji tingkat nyeri klien, skala nyeri klien 6 dari
(0-10)
- Pukul 09.00
Memberikan obat ketorolc 1amp + 10cc aquabides iv
- Pukul 10.00
Mengajarkan klien latihan nafas dalam dan
mengalihkan pikiran klien pada hal-hal yang
menyenangkan
2. 16 oktober 2022 Dx. 2 - Pukul 10.00
Menobservasi mobilitas klien
- Pukul 11.00
Menganjurkan klien untuk miring kanan dan miring
kiri
- Pukul 13.00
Menganjurkan klien untuk belajar duduk
3. 17 oktober 2022 Dx. 3 - Pukul 09.00
Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang
penyakitnya dengan cara menanyakan kepada klien
tentang penyakitnya. Klien mengerti tentang
penyakitnya
- Pukul 09.30
Menjelaskan dan mengajarkan klien dan keluarga
tentang perawatan luka post op dengan baik dan
benar menggunakan teknik antiseptik

3.5 Catatan Perkembangan


No Diagnosa Tanggal Evaluasi
1. Dx. 1 18-10-2022 S : Klien mengatakan nyeri berkurang
pada daerah luka post operasi
O : Skala nyeri 3 dari (0-10)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2. Dx. 2 18-10-2022 S : Klien mengatakan sudah dapat
Melakukan miring kanan dan miring kiri
O : Klien terlihat sudah dapat melakukan aktivitas
ringan seperti miring kanan, miring kiri dengan

18
cara perlahan-lahan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3. Dx. 3 18-10-2022 S : Klien dan keluarga dapat memahami
tentang proses penyakit, klien mengerti perawatan
luka aseptik
O : Pengetahuan klien bertambah
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

19
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur yang
terpuntir, apendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan
multiplikasi. Penyebab dari apendisitis adalah adanya obstruksi pada lumen apendikial
oleh apendikolit, hiperplasia folikel limfoid submukosa, fekalit, atau parasit. Gejala
apendisitis adalah nyeri viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus dengan keluhan
mual dan muntah. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah. Nyeri
kemudian dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga disebut nyeri somatik.
Komplikasi apendisitis adalah perforasi, peritonitis, abses apendiks.

4.2. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa dan dapat menambah pengetahuan tentang Apendisitis. Semoga kita juga dapat
mencegah terjadinya apendisitis, dengan cara diet tinggi serat.

20

Anda mungkin juga menyukai