DISUSUN OLEH:
NUR ALISKA AZALIYA
PO713201191181
(Tk. 2D)
DIII KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muskular, dan tanda-tanda
penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik dengan
tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat).
(http://www.peutuah.com/askep-peritonitis/ )
Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung
biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronik.
pasien dengan sirosis dan asites akan mengalami komplikasi seperti ini.
paling sering menyebabkan infeksi ialah bakteri gram negatif, yakni 40%
Proteus, dan gram negatif lainnya sebesar 20%. Sementara bakteri gram
10% mengandung
berasal dari saluran cerna bagian atas. Pada pasien dengan supresi asam
lambung dalam waktu panjang, dapat pula terjadi infeksi gram negatif.
SBP akan mengalami peritonitis sekunder. Tanda dan gejala pasien ini
tidak cukup sensitif dan spesifik untuk membedakan dua jenis peritonitis.
diobati.
3. Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh
infeksi chlamidia)
bagian usus.
perut.
sering bukan berasal dari kelainan organ. Pasien dengan peritonitis tersier
biasanya timbul abses atau flegmon, dengan atau tanpa fistula. Peritonitis
bentuk yang sering terjadi, sebagai salah satu komplikasi penyakit TB.
Selain tiga bentuk di atas, terdapat pula bentuk peritonitis lain,
yakni peritonitis steril atau kimiawi. Peritonitis ini dapat terjadi karena
substansi kimia lain atau proses inflamasi transmural dari organ- organ
infektif lainnya.
C. PATOFISIOLOGI
Saat ini peritonitis juga diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi
Jakarta.)
D. MANIFESTASI KLINIK
E. DIAGNOSA MEDIK
nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak
berbagai lokasi.
yakni demam tinggi, atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia,
peritoneum. Nyeri ini kadang samar dengan nyeri akibat apendisitis yang
biasanya di bagian kanan perut, atau kadang samar juga dengan nyeri
Foto rontgen diambil dalam posisi berbaring dan berdiri. Gas bebas yang
terdapat dalam
perut dapat terlihat pada foto rontgen dan merupakan petunjuk adanya
ruang vaskuler.
Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri. Antiemetik dapat
diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Intubasi usus dan
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. I
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Mon Emmy Saelan III
Tgl. Masuk RS : 14 Januari 2021
Keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kesakitan di bagian perut sebelah kanan dan
menjalar ke pinggang.
Peritinotis dapat terjadi pada seseorang dengan peradangan iskemia, peritoneal diawali
terkontaminasi material, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus, dan sirosis
hepatis dengan asites.
Seseorang dengan peritonotis pernah ruptur saluran cerna, komplikasi post operasi, operasi yang
tidak steril dan akibat pembedahan, trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa dan ruptur hati.
Secara patologi peritonitis tidak diturunkan, namun jika peritonitis ini disebabkan oleh bakterial
primer, seperti: Tubercolosis. Maka kemungkinan diturunkan ada.
1. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem pernafasan (B1)
Pola nafas irregular (RR> 20x/menit), dispnea, retraksi otot bantu pernafasan serta menggunakan
otot bantu pernafasan.
Klien mengalami takikardi karena mediator inflamasi dan hipovelemia vaskular karena anoreksia
dan vomit. Didapatkan irama jantung irregular akibat pasien syok (neurogenik, hipovolemik
atau septik), akral : dingin, basah, dan pucat.
Klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada otak namun hanya mengalami
penurunan kesadaran.
Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Vomit dapat muncul akibat proses ptologis organ
visceral (seperti obstruksi) atau secara sekunder akibat iritasi peritoneal. Selain itu terjadi
distensi abdomen, bising usus menurun, dan gerakan peristaltic usus turun (<12x/menit).
Penderita peritonitis mengalami letih, sulit berjalan, nyeri perut dengan aktivitas. Kemampuan
pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami kelelahan, dan turgor kulit menurun akibat
kekurangan volume cairan.
Interaksi sosial menurun terkait dengan keikutsertaan pada aktivitas sosial yang sering dilakukan.
1. Pengkajian Spiritual
2. Pemeriksaan penunjang
1. Foto polos
2. USG
3. CT Scan (eg, gallium Ga 67 scan, indium In 111–labeled autologous leucocyte scan,
technetium Tc 99m-iminoacetic acid derivative scan).
4. Scintigraphy
5. MRI
1. Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi anteroposterior (AP).
2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar horizontal
proyeksi AP.
3. Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar horizontal, proyeksi
AP.
Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat mencakup seluruh
abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset dan film ukuran 35 x 43 cm. Sebelum
terjadi peritonitis, jika penyebabnya adanya gangguan pasase usus (ileus) obstruktif maka pada
foto polos abdomen 3 posisi didapatkan gambaran radiologis antara lain:
1. Posisi tidur, untuk melihat distribusi usus, preperitonial fat, ada tidaknya penjalaran.
Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal daerah obstruksi, penebalan
dnding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring bone appearance).
2. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus. Dari air fluid
level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus
letak tinggi, sedang jika panjang-panjang kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran
yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid level.
3. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis diperoleh adanya air fluid level
dan step ladder appearance. Jadi gambaran radiologis pada ileus obstruktif yaitu adanya
distensi usus partial, air fluid level, dan herring bone appearance.
1. Distensi usus general, dimana pelebaran usus menyeluruh sehingga kadang-kadang susah
membedakan anatara intestinum tenue yang melebar atau intestinum crassum.
2. Air fluid level.
3. Herring bone appearance.
Bedanya dengan ileus obstruktif: pelebaran usus menyeluruh sehingga air fluid level ada yang
pendek-pendek (usus halus) dan panjang-panjang (kolon) karena diameter lumen kolon lebih
lebar daripada usus halus. Ileus obstruktif bila berlangsung lama dapat menjadi ileus paralitik.
Pada kasus peritonitis karena perdarahan, gambarannya tidak jelas pada foto polos abdomen.
Gambaran akan lebih jelas pada pemeriksaan USG (ultrasonografi).
Gambaran radiologis peritonitis karena perforasi dapat dilihat pada pemeriksaan foto polos
abdomen 3 posisi. Pada dugaan perforasi apakah karena ulkus peptikum, pecahnya usus buntu
atau karena sebab lain, tanda utama radiologi adalah:
1. Posisi tiduran, didapatkan preperitonial fat menghilang, psoas line menghilang, dan
kekaburan pada cavum abdomen.
2. Posisi duduk atau berdiri, didapatkan free air subdiafragma berbentuk bulan sabit
(semilunair shadow).
3. Posisi LLD, didapatkan free air intra peritonial pada daerah perut yang paling tinggi.
Letaknya antara hati dengan dinding abdomen atau antara pelvis dengan dinding
abdomen.
Jadi gambaran radiologis pada peritonitis yaitu adanya kekaburan pada cavum abdomen,
preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas subdiafragma atau
intra peritoneal.
3) X. Ray
3.2 Diagnosa
3.3 Intervensi
Kriteria hasil :
Intervensi Keperawatan
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Selidiki laporan nyeri, catat 1. Perubahan pada
lokasi, lama, intensitas lokasi/intensitas tidak umum \is
(skala 0-10) dan tetapi dapat menunjukkan
karakteristiknya (dangkal, terjadinya komplikasi. Nyeri
tajam, konstan) cenderung menjadi konstan,
lebih hebat, dan menyebar ke
atas, nyeri dapat lokal bila
terjadi abses.
2. Memudahkan drainase
cairan/luka karena gravutasi
dan membantu meminimalkan
nyeri karena gerakan.
1. Pertahankan posisi semi 3. Meningkatkan relaksasi dan
Fowler sesuai indikasi mungkin meningkatkan
kemampuan koping pasien
denagn memfokuskan kembali
perhatian.
4. Menurunkan mual/muntah
yang dapat meningkatkan
1. Berikan tindakan tekanan atau nyeri
kenyamanan, contoh pijatan intrabdomen.
punggung, napas dalam,
latihan relaksasi atau
visualisasi.
1. Berikan perawatan mulut
dengan sering. Hilangkan
rangsangan lingkunagan
yang tidak menyenangkan
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai indikasi: Menurunkan laju metabolik dan iritasi
usus karena toksin sirkulasi/lokal, yang
1. Analgesik, narkotik membantu menghilangkan nyeri dan
2. Antiemetik, contoh meningkatkan penyembuhan.
hidroksin (Vistaril)
3. Antipiretik, contoh Catatan: Nyeri biasanya berat dan 1. Risiko tinggi
asetaminofen (Tylenol) memerlukan pengontrol nyeri narkotik, infeksi
analgesik dihindari dari proses berhubungan
diagnosis karena dapat menutupi dengan
gejala. trauma
jaringan.
Menurunkan mual/munta, yang dapt
meningkatkan nyeri abdomen
Menurunkan ketidaknyamanan
sehubungan dengan demam atau
menggigil.
Tujuan: Mengurangi infeksi yang terjadi, meningkatkan kenyamanan pasien.
Kriteria hasil:
1. Meningkatnya penyembuhan pada waktunya, bebas drainase purulen atau eritema, tidak
demam.
2. Menyatakan pemahaman penyebab individu / faktor resiko.
Intervensi Keperawatan:
Tindakan Intervensi Rasional
Mandiri:
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan dapat timbul kembali dan status
nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil:
Intervensi Keperawatan :
Kolaborasi:
Kriteria hasil:
Intervensi keperawatan:
Tindakan Intervensi Rasional
Mandiri:
Kolaborasi:
Tujuan: Pola nafas efektif, ditandai bunyi nafas normal, tekanan O2 dan saturasi O2 normal.
Kriteria Hasil:
Intervensi Keperawatan:
Tindakan Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Pantau hasil analisa gas darah 1. Indikator hipoksemia;
dan indikator hipoksemia: hipotensi, takikardi,
hipotensi, takikardi, hiperventilasi, gelisah, depresi
hiperventilasi, gelisah, SSP, dan sianosis penting
depresi SSP, dan sianosis. untuk mengetahui adanya
syok akibat inflamasi
(peradangan).
2. Gangguan pada paru (suara
1. Auskultasi paru untuk nafas tambahan) lebih mudah
mengkaji ventilasi dan dideteksi dengan auskultasi.
mendeteksi komplikasi 3. Posisi membantu
pulmoner. memaksimalkan ekspansi
2. Pertahankan pasien pada paru dan menurunkan upaya
posisi semifowler. pernafasan, ventilasi
maksimal membuka area
atelektasis dan meningkatkan
gerakan sekret kedalam jalan
nafas besar untuk
dikeluarkan.
4. Oksigen membantu untuk
bernafas secara optimal.
1. Ansietas
berhubungan
1. Berikan O2 sesuai program dengan
perubahan
status
kesehatan.
Kriteria hasil:
Intervensi:
Tindakan/Intervensi Rasional
1. Evaluasi tingkat pemahaman
klien/orang terdekat tentang
diagnosa.