Anda di halaman 1dari 17

Assignment

 Topic penelitian: Studi Literatur Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan


Oksigenasi pada Pasien Asma Bronchial

 Pertanyaan penelitian:
“Apakah pemberian asuhan keperawatan efektif dalam memenuhi kebutuhan oksigen
pasien penderita asma ?”

 Konsep:
- Pemenuhan kebutuhan oksigen
- Bersihan jalan nafas
- asma

 Sinonim konsep:
- Pemenuhan kebutuhan oksigen: posisi semi fowler, pemberian O2, batuk efektif
- Bersihan jalan nafas: tidak efektif, gangguan pertukaran gas, respirasi
- Asma: bronchial, kardial, alergi, non alergi, okupasional

 Formulasi Query:
Operator Boolean:
(posisi semi fowler atau pemberian O2 atau batuk efektif) DAN (bersihan jalan nafas
tidak efektif* atau gangguan pertukaran gas* atau respirasi*) DAN (“asma bronchial”
atau asma kardial atau asma alergi atau asma non alergi atau “asma okupasional”)

 Daftar search engines:


- Jurnal Media Keperawatan Politeknik Kesehatan Makassar
- Google scholar

 Daftar database bibliografis: -

 Implementasi query:
STUDI LITERATURE ASUHAN KEPERAWATAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSGIENASI

PADA PASIEN ASMA BRONCHIAL

Disusun oleh:

Nur Aliska Azaliya

PO713201191181

TK. 2D

KLP. H

POLTEKKES KEMENKES MAKASAR

PRODI DIII KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehinga kami dapat menyelesaikan tugas STUDI LITERATUR mata
kuliah Praktik Keperawatan Berdasarkan Bukti

Semoga tugas ini bermanfaat bagi para mahasiswa keperawatan yang ingin menambah
wawasan ilmu pengetahuan tentang studi literatur serta memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun juga mengharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua.

Penyusun

Nur Aliska Azaliya


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan gangguan pada saluran bronkial dengan ciri bronkopasme
periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Bronkus mengalami inflamasi atau
peradangan dan hiperesponsif sehingga saluran nafas menyempit dan menimbulkan
kesulitan dalam bernafas (Yuniartanti, 2019).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) 2010 penderita asma di
dunia diperkirakan sejumlah 100 sampai 150 juta orang. Diperkirakan akan meningkat
menjadi 180.000 orang tiap tahun. Keadaan ini dapat terjadi di semua negara, baik negara
berkembang maupun negara maju. Penyakit asma masuk dalam urutan 5 besar penyebab
kematian di dunia, yaitu 17,4%. David, dkk (2010) mengatakan penyakit asma
menyerang Eropa dan Amerika Utara sebanyak 5 sampai 7% (Mustafidhoh & yuda,
2016)
Dari hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 jumlah penderita asma di
Indonesia mencapai 4,5%. Prevalensi penyakit asma di Provinsi Kalimantan Tengah
5,7% lebih tinggi 1,2% dari prevalensi penyakit asma di tingkat nasional (Kementerian
Kesehatan RI, 2013). Pada tahun 2010 penyakit asma di Indonesia diperkirakan mencapai
6,4%. Di provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sejumlah 1,09%, tahun 2011 sejumlah 0,69%,
tahun 2012 sejumlah 0,68% dan tahun 2013 sejumlah 0,58% (John, 2010).
Asma adalah penyakit dengan karakteristik sesak napas dan wheezing, dimana
frekuensi dan keparahan dari tiap orang berbeda. Kondisi ini akibat kelainan dari jalan
napas di paru dan memengaruhi sensitivitas saraf pada jalan napas sehingga mudah
teriritasi (Asmarani, 2018).
Kebutuhan oksigenasi harus selalu terpenuhi karena berhubungan erat dengan
terjadinya kekambuhan penyakit asma. Oleh karena itu, kekambuhan penyakit asma
seharusnya dicegah dengan menghindari alergen yang menyebabkan gejala asma muncul,
tetapi apabila tidak dicegah kekambuhannya akan mengakibatkan kematian (Saini, 2019).
Dengan berbagai data maupun informasi diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan studi literature terkait asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigen
pada pasien asma baik itu asma bronchial maupun asma yang disebabkan oleh bersihan
jalan nafas tidak efektif akibat adanya benda asing ataupun lainnya.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum studi literature ini adalah untuk memahami penjelasan tentang
asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan asma untuk memenuhi
kebutuhan oksigennya.
2. Tujuan Khusus
- Memaparkan bagaimana konsep asuhan keperawatan
- Menguraikan asuhan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pasien dengan asma
- Faktor yang mempengaruhi asma bronchial
- Bagaimana asuhan keperawatan pemenuhan oksigen asma berdasarkan faktor yang
mempengaruhi

C. Manfaat
- Memberikan bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi khususnya asma.
- Meningkatkan kualitas dalam melaksanakan asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan oksigenasi khususnya asma
- Mengetahui prosedur penelitian pada asuhan keperawatan
- Menguasai kaidah-kaidah penelitian
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan secara langsung kepada klien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu
profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, sosial,
dan spiritual secara komprehensif yang bertujuan bagi individu, keluarga, dan masyarakat
(Asmadi, 2008).
1. Pengkajian Umum
Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan dalam mengkaji
harus memperhatikan data dasar pasien. Imformasi yang didapat dari klien (sumber
data primer), data yang didapat dari orang lain (sumber data sekuder), cacatan
kesehatan klien, imformasi atau laporan laboratorium, tes diagnostik, keluarga dan
orang yang terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian dasar
(Asmadi, 2008).
a) Pengumpulan data Data yang diperoleh berupa informasi mengenai masalah
kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus
diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental,
sosial, dan spiritual serta faktor lingkungan yang memperngaruhinya. Data
tersebut harus akurat dan mudah di analisis (Hidayat, 2012)
Jenis data dalam pengkajian adalah data Objektif, yaitu data yang diperoleh
melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh,
tekanan darah, serta warna kulit. Sedangkan Data Subjektif yaitu data yang
diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain.
Mengeluh kepala pusing, nyeri dan mual (Hidayat, 2012). Adapun fokus dalam
pengambilan data anatra lain : 1) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang 2)
Pola koping sebelumnya dan sekarang 3) Fungsi status sebelumnya dan sekarang
4) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan 5) Resiko untuk
masalah potensial 6) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien.
b) Analisa data Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berfikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan
(Irman Somarti, 2012).
c) Perumusan masalah Setelah analisis data dilakukan dapat dirumuskan beberapa
masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi
dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan
lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan
sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting
dan segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan
menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada
pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk
mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah juga
dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu keadaan
yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi
tentang kesehatan dan keperawatan (Hidayat, 2012).
2. Diagnosa Keperawatan
a) Pengertian Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi atau
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000). Perumusan diagnosa
keperawatan adalah sebagai berikut : 1) Aktual, yaitu menjelaskan masalah nyata
saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan. 2) Resiko, yaitu menjelaskan
masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. 3)
Kemungkinan, yaitu menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan. 4) Wellness, yaitu keputusan
klinik tentang keadaan individu, keluarga atau masyarakat dalam transisi dari
tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi. 5) Syndrom, yaitu
diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan aktual dan resiko
tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan
yang meliputi tujuan perawatan, penetapan pemecahan masalah dan menentukan
tujuan rencana untuk mengatasi masah pasien. Perawat dapat menggunakan strategi
pemecahan untuk mengatasi masah pasien melalui intervensi dan menejemen yang
baik. Rencana keperawatan memuat tujuan sebagai berikut : (Hidayat, 2012).
a) Organisasi imformasi pasien sebagia sumber dokumentasi.
b) Sebagai alat komuniasi atara perawat dan klien.
c) Sebagai alat komunikasi antara angota tim kesehatan.
d) Langkah dari proses keperawatan, (pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi) yang merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilakasanakan untuk
memodifikasi faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Carpenito, 2000)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan cacatan paling atas tentang indikasi kemajuanpasien terhadap
tujuan yang di capai. Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan
untuk mengomunikasikan status pasien 13 dari hasil tindakan keperawatan. Evalausi
memberikan imformasi, sehingga memuminginkan revesi perawatan. Evaluasi adalah
tahap ahkir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai imformasi mengenai
pengaruh intervensi yang telah direncanakan dengan merupkan perbandingan dari
hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
Pernyataan evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu data yang tercatat yang
menyatakan kasus kesehatan sekarang dan pernyataan konklusi yang menyatakan
efek dari tindakan yang di berkan pada pasien (Asmarani, 2018)

B. Asma Bronkhial

Asma bronkhial adalah penyakit pernapasan pada jalan napas obstruktif


intermitten, reversibel dimana trakea dan ronchi berespon secara hiperaktif terhadap
stimulus tertentu (Saini, 2019).
Asma bronkial merupakan gangguan inflamasi pada saluran pernafasan yang
melibatkan dari elemen selularnya. Akibat terjadinya proses inflamasi menyebabkan
penyempitan pada jalan nafas dan timbulnya gejala seperti sesak napas, batuk, dan dada
yang terasa berat, yang semakin berat saat malam hari. Terdapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi prevalensi penyakit asma antara lain usia, jenis kelamin, suku, sosial,
ekonomi dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya serangan
asma, derajat asma dan juga kematian akibat penyakit asma (Laksana, 2015)

C. Pemenuhan Kebutuhan Oksigen pada pasien Asma

Pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah bagian dari kebutuhan fisiologis


menurut Maslow. Kebutuhan ini sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia
(Saini, 2019)
Penatalaksanaan asma sebagai berikut: istirahat yang meliputi diberikan oksigen
dosis tinggi 4-6 liter/menit, apabila pasien mengalami dehidrasi berikan Ringer Laktat
serta bila ada asidosis diberikan natrium bikarbonat. Pasien diberikan obat yang meliputi
obat bronkodilator yaitu inhalasi agoni B-2 dosis tinggi, salbutamol 2,5-5 mg secara
nebulisasi, dapat diulang setiap 20 menit atau disemprot 4-8 kali diulang setiap 20 menit
dalam 1 jam; simpatikomimetik yaitu injeksi agonis B-2 salbutamol, terbutalin atau
oksiprenalin 0,5-1 ml subkutan diulangi setelah 30 menit, adrenalin larutan 0,001
subkutan 0,2-0,5 ml (0,3 ml), dapat diulang 2-3 kali setiap 30-60 menit, tidak diberikan
pada hipertensi, hipertiroid, kelainan jantung, usia lanjut dan umur >40 tahun; aminofilin
injeksi 5-6 mg/kg/BB diencerkan kedalam larutan dekstrose 5% melalui IV bolus
perlahan-lahan dalam waktu 10-15 menit atau dalam infuse 100 ml dektrose 5% atau
NaCL 0,9% dalam waktu 20 menit. Bila 12 jam sebelumnya sudah mendapatkan
aminofilin, dosis yang diberikan hanya setengahnya. Antikolinergik yaitu ipratropium
bromid tersendiri atau kombinasi agonis B-2 dengan nebulasi. Kortikosteroid yaitu
kortikosteroid bekerja cepat harus diberikan segera dalam dosis tinggi, hidrokortison 200
mg IV atau metilprednison injeksi atau tablet 30-60 mg. Obat alternatif yaitu mukolitik
dan ekspektorans, antibiotik bila ada tanda-tanda infeksi seperti demam, sputum purulen
dan lekositosis. Fisioterapi dada yaitu drainase postural dan dada ditepuk-tepuk (Halim,
2009).
Menurut Clark (2013) tujuan terapi asma adalah untuk mendapatkan kontrol,
mengurangi kerusakan dan risiko eksaserbasi, meminimalisasi efek samping obat dan
mempertahankan hasil uji fungsi paru yang normal atau mendekati normal sebisa
mungkin. Obat asma dikategorikan kedalam dua kelas umum, yaitu obat pelega yang
digunakan untuk mengatasi gejala akut dan eksaserbasi serta obat pengontrol jangka
panjang untuk menjaga kontrol asma persisten. Kortikosteroid sistemik biasanya dapat
digunakan untuk mengontrol asma jangka panjang jika digunakan untuk memfasilitasi
penyembuhan dari serangan asma.
Menurut Corwin (2009) langkah pertama dalam pengobatan adalah mengevaluasi
derajat asma yang diderita individu. Asma dibagi dalam empat stadium, stadium ini
tergantung frekuensi gejala dan frekuensi penggunaan obat yang dibutuhkan untuk
meredakan gejala. Stadium asma, yaitu stadium ringan dan intermiten, stadium ringan
dan persisten, moderat atau sedang, dan berat. Terapi sesuai dengan stadium asma yang
dialami pasien
Sistem pernapasan diperlukan untuk pertukaran antara oksigen dan
karbondioksida. Oksigen bermanfaat untuk menghasilkan energi bagi selsel.
Karbondioksida diperoleh dari sel-sel yang membentuk asam untuk dibuang dari tubuh.
Pertukaran gas terjadi dikarenakan proses antara sistem pernapasan dan sistem
kardiovaskuler. Sistem kardiovaskuler melakukan suatu proses perfusi darah melalui
paru-paru, sedangkan sistem pernapasan melakukan ventilasi dan respirasi.
Dalam keadaan normal, proses oksigenasi terjadi tanpa disertai pemikiran serius
mengenai apa yang terjadi. Namun ketika tubuh kekurangan oksigen, seseorang dapat
merasakan efeknya. Gangguan oksigenasi memengaruhi sistem dalam tubuh. Sistem
tubuh terdiri dari organ-organ, organ terdiri atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel-
sel yang bergantung pada oksigen untuk melaksanakan tugasnya. Misalnya, kekurangan
oksigen di otak dapat menyebabkan gangguan status mental. Jika otak kekurangan
oksigen untuk waktu yang lama, kerusakan dapat semakin parah dan permanen, seperti
stroke, cacat dan koma (Mustafidhoh & yuda, 2016).

D. Intervensi Pada Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Oksigenasi


Salah satu intervensi untuk mempertahankan jalan nafas adalah :(Asmarani, 2018)
1. Awasi perubahan status jalan napas dengan memonitor jumlah, bunyi atau status
kebersihannya.
2. Lakukan tindakan bersihan jalan napas dengan fibrasi, clapping atau fostural drainas
( jika perlu lakukan suction)
3. Ajak teknik batuk efektif
4. Pertahankan jalan napas agar tetap terbuka dengan memasangan jalan napas buatan,
seperti oropharyngeal/ nasopharyngeal airway, intubasi endotrakea, atau
trakheostomi sesuai dengan indikasi
5. Kerja sama dengan tim medis dalam memberikan obat bronkodilator.
Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk 36 membersikan laring, trakea,
dan bronkiolus dari sekret atau benda asing dijalan napas.
Tujuan batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi paru,mobilisasi sekresi
dan mencegah efek samping dari retensi pneumonia.
Menurut (Asmarani, 2018) prosedur batuk efektif antara lain :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur membungkuk kedepan
4. Anjurkan untuk menarik napas secara pelan dan dalam dengan menggunakan
pernapasan diafragma.
5. Setelah itu tahan napas kurang lebih 2 detik.
6. Batukan dua kali dengan mulut terbuka
7. Tarik napas dengan ringan
8. Istirahat
9. Catat respon yang terjadi
10. Cuci tangan.
Menurut Somantri (2009), prosedur batuk efektif antara lain :

1. Tahap PraInteraksi
a. Mengecek program terapi
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat

2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam dan sapa nama pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

3. Tahap Kerja
d. Menjaga privacy pasien
e. Mempersiapkan pasien
f. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen
g. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung
hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
h. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung
pada punggung)
i. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
j. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut,
bibir seperti meniup)
k. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot
l. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di
dekat mulut bila tidur miring)
m. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi,
tahan nafas dan batukkan dengan kuat n. Menampung lender dalam sputum
pot o. Merapikan pasien

4. Tahap Terminasi : (Asmarani, 2018)


a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Berpamitan dengan klien
c. Mencuci tangan Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi
Penulis dalam penelitian menggunakan rancang dengan desain deskriptif.
Deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran
lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi
mengenai suatu fenomena atau kenyataan social (Asmarani, 2018).
B. Subyek Studi Kasus
(Asmarani, 2018) Subyek studi dalam kasus ini adalah pasien asma bal dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus di penuhi setiap masing-
masing anggota yang akan di jadikan subyek (Notoatmodjo 2010).
a) Pasien dengan diagnosa medis asma bronkial
b) Pasien dengan Diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak afektif.
c) Pasien yang menjalani rawat inap
d) Pasien bersedia menjadi subjek
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota yang tidak bisa dijadikan
sebagai subyek (Notaotmodjo, 2010). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah
pasien yang menolak menjadi subyek.
a) Pasien pulang, pindah ruangan sebelum 5 hari.
b) Pasien yang tidak di diagnosa medis asma bronkial.

C. Fokus Studi
1. Asuhan keperawatan dengan pasien asma bronkial

D. Definisi Operasional
Studi Kasus Asuhan Keperawatan : (Asmarani, 2018)
1. Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan dalam mengkaji
harus memperhatikan data dasar pasien.
2. Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok.
3. Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam
beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang
diharapkan.
4. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatanyang lebih baik yang mengambarkan criteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi keperawatan adalah tahap ahkir dari proses keperawatan yang menyediakan
nilai imformasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dengan
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah di buat
pada tahap perencanaan.
E. Tempat dan waktu
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 juli 2018 s/d 25 juli 2018 di RSU
Bahtramas Provensi Sulawesi tenggara (Asmarani, 2018).
F. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian adalah sebagai
berikut: (Asmarani, 2018).
1. Pengkajian meliputi
a. Inspeksi adalah pemeriksaan dengan metode pengamtan atau observasi menggunakan
panca indra untuk mendeteksi masalah kesehatan pasien.
b. Palpasi adalah metode pemeriksaan dimana penguji meraskan ukuran, kekuatan, atau
letak sesuatu dari bagian tubuh.
c. Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan dengan perantara
jari tangan. Tujuannya untuk mengetahui keadaan organ-organ dalam tubuh.
d. Auskultasi adalah mendegarkan suara yang terdapat di dalam tubuh dengan bantuan
alat yang disebut stetoskop.

2. Observasi Observasi kegiatan merupakan suatu kegiatan untuk melakukan secara


langsung seperti pengukuran, pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan
yang berarti tidak mengajukan pertanyaan. Yang perlu di observasi, suara napas,
frekuensi napas, jumlah produksi sputum,warna sputum, konsentrasinya (kental atau
cair), dan reaksi klien selama di lakukan tindakan

G. Pengelolahan dan Analisa Data


Pengelolaan analisa data yang di lakukan dalam penelitian ini adalah setelah
melakukan pengkajian data yang didapatkan data kesehatan dan data keperawatan
kemudian data-data tersebut diolah dalam bentuk data subjektif dan data objektif
kemudian dilakukan analisa data untuk mendapatkan permasalahan keperawatan yang
dialami klien, setelah masalah keperawatan ditemukan maka masalah tersebut diangkat
untuk dijadikan diagnosa keperawatan kemudian mulai melakukan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan. Penyajian data ditampilkan
dalam bentuk table dan naratif (Asmarani, 2018).

H. Etika
1. Informed consent (lembran persetujuan)
2. Peneliti meminta partisipan untuk mendatangani lembar persetujuan penelitian setelah
menyatakan kebersediaannya untuk berparisipasi dalam peniltian (Hidayat 2009).
3. Anonymity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan paritisipan, maka dalam lembar
pengumpulan data tidak di dicantumkan nama jelas subyek (Hidayat, 2009).
4. Confidendiality (kerahasian) Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari
partisipasi di jaga oleh peneliti data hanya di sajikan atau di laporkan dalam bentuk
kelompok yang berhubungan dengan penelitian ini (Hidayat, 2009).
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pemberian asuhan keperawatan sangat membantu pasien asma dalam memenuhi
kebutuhan oksigenasinya. Asma bronkial merupakan gangguan inflamasi kronik saluran
napas yang melibatkan banyak sel dan elemen selularnya. Sampai saat ini kematian
disebabkan oleh serangan asma seperti sesak napas, mengi, dan lain-lain. Menurut World
Health Organization (WHO), tahun 2008 tercatat sebanyak 300 juta orang menderita
asma dan 225 ribu penderita meninggal karena asma diseluruh dunia. Prevalensi asma di
seluruh dunia adalah sebesar 8-10% pada anak dan 3-5% pada dewasa. Pada tahun 2007,
Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) mencatat prevalensi asma belum diketahui secara pasti,
namun diperkirakan 5-7% penduduk Indonesia menderita asma. Karena tingkat
kejadiannya yang tinggi menyebabkan banyak penelitian mengarahkan penelitiannya
pada faktor risiko timbulnya asma. Faktor genetik dan lingkungan telah diketahui
berpengaruh terhadap timbulnya gejala dan sebagai faktor risiko asma. Terdapat berbagai
faktor lain yang mempengaruhi prevalensi penyakit ini diantaranya usia, jenis kelamin,
ras, sosio – ekonomi, dan faktor lingkungan. Faktor - faktor tersebut mempengaruhi
angka terjadinya serangan asma, derajat asma dan juga kematian yang disebabkan
penyakit asma (Laksana, 2015).

B. Saran
Diharapkan Dapat menambah wawasasan bagi penyusun tugas ini dan sebagai referensi
perkembangan ilmu keperawatan, terutama asuhan keperawatan pasien dengan asma
dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Serta dapat lebih memahami proses asuhan
keperawatan terutama dalam pemenuhan kebutuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Asmarani, I. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA BRONKIAL


DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG LAIKAWARAKA
RSU BAHTERAMAS PROVINSI BAHTERAMAS. New England Journal of Medicine,
372(2), 2499–2508.
Laksana, M. A., Berawi, K. N., Kedokteran, F., Lampung, U., Fisiologi, B., Kedokteran, F., &
Lampung, U. (2015). Faktor – Faktor Yang Berpengaruh pada Timbulnya Kejadian Sesak
Napas Penderita Asma Bronkial Factors - Factors Influencing the Incidence of Genesis
Shortness of Breath Bronchial Asthma Sufferers. Majority, 4.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1409/1253
Mustafidhoh, lulu, & yuda, hendri. (2016). Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian
Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan Disusun Oleh : Lulu
Mustafidhoh SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG.
Saini, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien Asma
Bronkhial Di Rsud. Haji Makassar. Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar,
10(1), 44. https://doi.org/10.32382/jmk.v10i1.1031
Yuniartanti, N. (2019). No Title. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ASMA DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI, 6.
Sumber studi literature:

https://drive.google.com/file/d/1iscUIJEfczbaRuDNJwcvEzI7W7SNasdA/view?
usp=sharing

https://drive.google.com/file/d/1ofvWdh2tR9LYSeQUBhRrJDHRGT-hb2Dg/view?
usp=sharing

https://drive.google.com/file/d/1VE30b2f4sBrRXRi__Nr-w9WVVs4hmtva/view?
usp=sharing

https://drive.google.com/file/d/1dUflKnZlKoGScXcjwKq0dloEgU0qyqba/view?
usp=sharing

https://drive.google.com/file/d/1i5KTIoJ-Bgge3vmiAPQ_yMWuQYVcabhV/view?
usp=sharing

Anda mungkin juga menyukai