Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

“JURNAL TREN DAN ISSUE KEPERAWATAN ANAK”

Dosen Pengampuh : Ns.Sriwahyuni S,kep,M.kep

Mata Kuliah : Keperawatan Anak

DISUSUN OLEH :

Devita Toby N. Sanangka (2001055)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO

T/A 2022/2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah Kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “pemeriksaan kolposkopi” ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pemeriksaan kolposkopi ini. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Manado, 23 April 2022

Kelompok I

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................
ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Pemeriksaan Kolposkopi


A. Definisi Pemeriksaan Kolposkopi .......................................................
1
B. Indikasi dan Kontraindikasi Kolposkopi .............................................
1
C. Alat dan Bahan Pemeriksaan Kolposkopi ...........................................
2
D. Persiapan Pemeriksaan Kolposkopi .....................................................
5
E. Teknik Pemeriksaan Kolposkopi .........................................................
6
F. Gambaran Pemeriksaan Kolposkopi ....................................................
8
G. Efek Samping Pemeriksaan Kolposkopi .............................................
9
1.2 Konsep Penyakit
A. Definisi Kanker Serviks .....................................................................
10
B. Etiologi Kanker Serviks .....................................................................
10
C. Manifestasi Klinis Kanker Serviks ………...……………………….
11
D. Factor resiko Kanker Serviks ……………………………….………
11
E. Klasifikasi Kanker Serviks ……………...……………………...…..
13
F. Pemeriksaan penunjang Kanker Serviks ……….…………………..
14
G. Pencegahan Kanker Serviks ……………………………..…………
15
1.3 Standar Operasional Prosedur ……………………………….…………..
17

BAB II SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

2.1 Media Promosi ………………………………...………………………..


20
2.2 Tujuan Promosi …………………………………………………………
20
2.3 Manfaat Promosi ………………………………………………..………
20

BAB III JURNAL

3.1 Analisa Picot ...........................................................................................


21

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 24


BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Pemeriksaan Kolposkopi


A. Definisi Pemeriksaan Kolposkopi

Kolposkopi adalah pemeriksaan serviks dengan menggunakan alat


kolposkop yaitu alat yang dapat disamakan dengan mikroskop bertenaga
rendah pembesaran antara 6 - 40 kali dan terdapat sumber cahaya di
dalamnya. Kolposkopi adalah cara untuk melihat dari dekat kondisi leher
rahim. Ini adalah cara cepat dan mudah untuk menemukan perubahan sel
di leher rahim yang biasanya dapat berubah menjadi kanker.

Kolposkopi merupakan suatu prosedur pemeriksaan vagina dan


serviks dengan menggunakan instrumen kaca pembesar dengan
pencahayaan. Pada awalnya digunakan untuk mendeteksi kanker serviks
invasif dini asimptomatik tetapi sekarang digunakan untuk mendeteksi
kelainan pre invasif dengan tujuan mencegah perkembangan kanker
serviks invasive.

Alat ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1925 di Jerman oleh
Hans Hinselmann untuk memperbesar gambaran permukaan porsio
sehingga pembuluh darah jelas terlihat.89 Dinyatakan bahwa dengan
memperhatikan pembuluh darah pada porsio, diagnosis kanker serviks
dapat ditegakkan lebih cepat. Alat ini juga dilengkapi dengan filter hijau
untuk memberikan kontras yang baik pada pembuluh darah dan jaringan.

B. Indikasi dan Kontraindikasi Kolposkopi

Ada beberapa kelainan vagina dan serviks yang dapat dinilai dalam
pemeriksaan kolposkopi. Kolposkopi merupakan pemeriksaan yang
aman dengan sejumlah risiko ringan, antara lain perdarahan berat, infeksi
dan nyeri pelvis. Kontrol hemostasis dan nyeri telah menjadi bahasan
dalam konteks pengobatan dysplasia. Pada penelitian terhadap 96 wanita
sehubungan dengan gejala yang timbul setelah biopsi serviks, 84

1
diantaranya melaporkan pendarahan ringan dan 11 dengan perdarahan
sedang. Perdarahan ini berlangsung selama lebih dari 2 hari pada 66
perempuan. Pada penelitian tersebut semua kolposkopis memakai larutan
monsel setelah biopsi untuk mengontrol perdarahan dan para penulis
berteori bahwa ini mungkin disebabkan larutan Monsel karena larutan
tersebut bersifat iritan.

C. Alat dan Bahan Pemeriksaan Kolposkopi


1) Alat
 Kolposkopi
Prosedur pemeriksaan ini sudah ada sejak tahun 1920, saat
kolposkopi masih kecil dan harganya belum begitu mahal.
Pada tahun 1930, kolposkopi telah dipakai luas di Eropa.
Setelah skrining sitologi serviks diperkenalkan, pemeriksaan
koloposkopi menjadi teknik verifikasi sekunder. Kolposkopi
sekarang diterima luas sebagai metode yang paling banyak
dipelajari untuk deteksi neoplasia serviks dan neoplasia
intraepitel.
Kolposkopi optik modern adalah mikroskop binokular yang
digabung dengan sumber cahaya dengan lensa objektif.
Kolposkopi ini memberikan pembesaran dan iluminasi untuk
penilaian jaringan target. Tiap-tiap kolposkopi optikal
dilengkapi dengan lensa binokular dan tabung optik dengan
seting masing-masing. Kolposkopi memiliki jarak fokus tetap
yang ditentukan oleh lensa objektif. Umumnya memiliki jarak
fokus 300 mm. Bila jarak fokusnya terlalu pendek, ruangan
didepan lensa agak sempit untuk menggerakkan instrumen,
bila jarak fokusnya terlalu panjang, maka ahli kolposkopi akan
terlalu jauh dari jaringan sasaran. Koloposkop umumnya
dilengkapi dengan kemampuan fokus menajamkan atau

2
mengaburkan bayangan. Sepanjang diatur pada fokus tetap,
biasanya fokusnya relatif baik.
 Forsep biopsi punch
Tersedia banyak jenis forsep punch dan masing-masing hanya
beda sedikit bentuknya (Tischler, Burke, Kevorkian dan
Effendorfer). Forsep biopsi memiliki gagang dan ujung atau
kepala.

 Kuret endoserviks
Kuret endoserviks berbentuk batang panjang tahan karat terdiri
dari tempat memegang atau ujung dengan sedikit lengkungan
tajam.
 Spekulum. Sebaiknya yang tidak memantulkan cahaya.
 Pengait serviks (tenakulum)
 Spekulum endoserviks
Kadang-kadang perlu melihat kanalis endoservikalis karena
lesinya meluas sampai ke kanalis servikalis. Visualisasi
adekuat dapat dicapai dengan menggunakan spekulum
endoserviks.
 Retraktor dinding vagina
Dinding vagina dapat menghalangi visualisasi serviks selama
pemeriksaan kolposkopi. Retraktor ini diperlukan manakala
dinding vagina menghalangi.

2) Bahan
 Asam asetat terlarut atau cuka
3
Kolposkopi serviks dikerjakan setelah di oleskan asam asetat 3-
5 % atau vinegar. Hasil “acetowhiteness” dari epitel dapat
menunjukkan suatu proses jinak atau neoplastik. Larutan
tersebut dipakai dengan kasa, kapas lidi besar atau dengan
botol semprot. Untuk mendapatkan reaksi memutih pada epitel
tidak bertanduk, asam asetat 3-5 % harus dibiarkan berkontak
dengan jaringan hingga reaksi maksimal timbul.
Selama pemeriksaan, pemakaian ulangan asam asetat
diperlukan untuk mempertahankan efek pemutihan. Dengan
menghilangnya efek pemutihan maka gambaran pembuluh
darah akan lebih jelas. Larutan ini bisa membuat tidak nyaman,
terutama bila pasien menderita infeksi vagina. Reaksi alergi
jarang tapi iritasi bisa muncul

 Lugol
Larutan iodine dilarutkan dalam aqua seperempat atau setengah
untuk mendapatkan larutan lugol. Larutan ini tidak stabil dan
harus ditukar setiap 3-6 bulan. Meskipun larutan seperempat
kurang iritatif namun sebagian pasien tetap sensitif. Kadang
sampai timbul alergi berat. Makanya perlu ditanyakan riwayat
alergi terhadap yodium. Larutan ini membuat epitel squamous
tidak bertanduk menjadi gelap menunjukkan adanya glikogen
didalam sel. Tidak adanya pewarnaan tersebut menunjukkan
keadaan tanpa glikogen atau permukaannya bertanduk (tebal).
Pada kondisi metaplasia pewarnaan yang timbul bervariasi,
sedangkan epitel kolumnar berwarna kuning mustard.

 Larutan Monsel
Larutan monsel (ferric subsulfat) digunakan untuk
mendapatkan haemostasis setelah biopsi serviks. Hanya
digunakan setelah sampel diambil seluruhnya. Sebelum
spekulum dikeluarkan sisanya sebaiknya dibersihkan.

4
 Perak nitrat
Batang perak nitrat dapat digunakan untuk tujuan hemostasis.
Bahan ini berguna bila langsung diletakkan ditempat biopsi.
Iritasi lebih berat dibandingkan larutan monsel. Sama halnya
dengan larutan monsel perak nitrat akan mengganggu
interpretasi biopsi sehingga hanya digunakan setelah semua
biopsi selesai.

D. Persiapan Pemeriksaan Kolposkopi

Edukasi adalah bagian integral dari pemeriksaan/rujukan dan hal ini


dimulai saat seorang wanita diberitahu bahwa diperlukan tindakan
kolposkopi. Pasien diberi tahu bahwa pap smearnya abnormal meskipun
pengetahuannya tentang itu sangat sedikit. Mungkin mereka baru
menyadari jika digunakan istilah prekanker dan mungkin menyamakan
pap smear abnormal dengan kanker atau perilaku seksual menyimpang;
mereka mungkin bingung dengan hasil yang menyatakan bahwa
‘maknanya tidak dapat ditentukan’ atau mungkin cemas bila pap smear
ulangan tidak segera dikerjakan.

Komunikasi tentang pap tes abnormal atau hasil kolposkopi yang


dikirim lewat surat mungkin membingungkan dan kurang tepat.
Sedangkan menggunakan komputer untuk mengajarkan masyarakat
tentang kolposkopi mungkin lebih efektif, umumnya wanita lebih memilih
mendapatkan informasi lewat tatap muka langsung dengan pemberi
layanan kesehatannya. Badan Perpustakaan Kedokteran Amerika
menyediakan tutorial interaktif untuk wanita tentang kolposkopi, yang
dapat digunakan sebagai informasi tambahan. Selain itu, informasi lewat
videotape akan melengkapi informasi tertulis sehingga dapat mengurangi
kecemasan dibandingkan hanya informasi tertulis saja.

5
Pasien akan menghadapi sejumlah hambatan bila direkomendasikan
kolposkopi, termasuk kurangnya pengalaman ahli kolposkopi, rendahnya
pemahaman tujuan pemeriksaan, antisipasi ketidaknyamanan tindakan dan
biaya yang dikeluarkan. Wanita yang menjalani pemeriksaan kolposkopi
sering mengalami kecemasan yang sama bahkan lebih besar dari
pembedahan mayor. Indikator kecemasan selama pemeriksaan ginekologis
termasuk meletakkan tangannya pada bahu atau kaki, merapatkan kedua
tangannnya, menutup atau memejamkan mata, memegang meja
pemeriksaan atau menutupi pinggulnya.

Bila dokter melihat hal tersebut maka dibutuhkan waktu lebih banyak
untuk mempersiapkan wanita tersebut. Kecemasan bisa timbul sebelum,
selama atau sesudah pemeriksaan kolposkopi. Banyak teknik untuk
menghilangkan kecemasan tersebut di antaranya mendengarkan musik
atau menonton video.

Konseling sebaiknya mencakup alasan dilakukan tindakan ini, apa


yang diharapkan dari tindakan ini, kontraindikasi relatif kolposkopi
(termasuk pemakaian antikoagulan, servisitis akut, vaginitis berat atau
perdarahan hebat) dan komplikasi potensial. Komplikasi yang muncul
relatif ringan dan jarang termasuk perdarahan, infeksi dan kesalahan
diagnosa. Perdarahan dapat sangat berat dan sulit dikontrol selama hamil,
pada wanita dengan servisitis akut dan pada wanita dengan kanker serviks.
Namun, kolposkopi relatif aman dikerjakan pada semua wanita

E. Teknik Pemeriksaan Kolposkopi

6
1) Bahan dan alat diperiksa sebelum pemeriksaan dimulai
2) Dokumentasi yang baik
3) Pasien dalam posisi litotomi dan dipasang duk steril
4) Ahli kolposkopi duduk pada alat kolposkopi, jarak binokular di
atur dan kolposkopi dinyalakan
5) Tergantung pada indikasi kolposkopi, vulva dapat dilihat dengan
kolposkopi. Asam aseat 3-5 % dapat digunakan untuk
mempermudah melihat epitel. Bila terlihat daerah abnormal, maka
segera dilakukan biopsi vulva. Beberapa ahli kolposkopi menunda
kolposkopi dan biopsi sampai semua pemeriksaan selesai.
6) Dimasukkan spekulum ukuran paling besar
7) Servik harus dapat dilihat sempurna, kadang perlu dilakukan
usapan mukus yang menutupi serviks. Bila posisi serviks kurang
pas maka dapat diselipkan kasa basah di fornik dengan memakai
forsep
8) Diambil sampel untuk pemeriksaan sitologi, bila ada perdarahan
cukup ditekan biasanya akan berhenti
9) Serviks disinari dengan cahaya putih dengan perbesaran 4-8 x.
dicatat temuan makroskopis
10) Pola pembuluh darah dinilai dengan tabir/saringan berwarna hijau
dengan perbesaran rendah dan tinggi. Asam asetat sebaiknya baru
digunakan setelah pembuluh darah dilihat

7
11) Kemudian digunakan asam asetat 3-5 % secara hati-hati sampai
semua bagian serviks basah, diikuti asam asetat terlarut untuk
menjamin terjadinya reaksi memutih karena asetat (acetowhite
reaction)
12) Epitel serviks dinilai dengan perbesaran rendah, sedang dan tinggi.
Acetowhite reaction pelan-pelan akan hilang tergantung pada
parahnya abnormalitas epitel. Dengan menghilangnya reaksi ini
maka gambaran mosaik pembuluh darah akan menjadi lebih jelas
karena kontras dengan jaringan sekitarnya. Bila terlihat pembuluh
darah maka harus dilihat dengan perbesaran tinggi
13) Epitel normal dan abnormal serta pola pembuluh darah di ingat
dengan baik karena akan diperlukan saat mengisi data
14) Bila memungkinkan di ambil sampel endoserviks dengan kuret
endoserviks atau dengan cytobrush. Kuret dipegang seperti
memegang pensil dan di masukkan kedalam os servikalis dan
seluruh kanalis dikuret dengan tarikan definitif. Sampel difiksasi
dan ditempatkan dalam botol sampel serta diberi label
15) Dilakukan biopsi yang dipandu kolposkopi. Tempat biopsi dipilih
dan sampel di ambil dengan tang biopsi. Perdarahan dirawat
16) Vagina dilihat kembali bersamaan dengan dikeluarkannya
spekulum
17) Bila diperlukan dapat dilanjutkan dengan biopsi vulva
18) Pasien diberi tahu tentang kesan hasil pemeriksaan awal
kolposkopi
19) Spesimen diperiksa kelengkapannya, dilakukan dokumentasi serta
kolposkopi dibersihkan dan alat-alat yang digunakan disterilkan
kembali.

F. Gambaran Pemeriksaan Kolposkopi

Gambaran kolposkopik dibentuk oleh susunan epitel dan stroma.


Dalam hal ini epitel bertindak sebagai filter dan stroma sebagai
obyekyang berwarna merah. Gambaran yang tampak pada kolposkopi
8
tergantung pada tebalnya epitel, densitas optik, struktur pembuluh darah
stroma dan variasi patologi servik.

1) Gambaran kolposkopi normal

Epitel skuamous berwarna merah muda sedangkan epitel kolumner


mempunyai permukaan irreguler dengan papil-papil stroma yang
panjang berwarna merah tua karena pembuluh darah stroma di
bawahnya. Zona transformasi ditentukan dengan adanya epitel
skuamous dengan muara kelenjar dan kista nabothi yang berada pada
batas luar zona transformasi.

2) Gambaran kolposkopi abnormal


 Epitel abnormal
 Pembuluh darah abnormal

Morfologi kolposkopi epitel abnormal atipik pada lesi prakanker


serviks tergantung pada sejumlah faktor yaitu :

1) Ketebalan epitel hasil sejumlah sel dan maturasinya


2) Perubahan konfigurasi permukaan dan keratinisasi
3) Variasi pola pembuluh darah

Perubahan acetowhite paling penting pada gambaran kolposkopi


karena berhubungan dengan perubahan spektrum dari epitel
normal (metaplasia skuamosa imatur) sampai dengan kanker.

9
G. Efek samping Pemeriksaan Kolposkopi

Kolposkopi adalah tindakan medis yang termasuk aman. Pada


beberapa kasus, prosedur ini bahkan menjadi pemeriksaan rutin. Tidak ada
efek samping yang ditimbulkan kolposkopi secara langsung, risiko
komplikasi pun sangat jarang terjadi. Namun, seperti semua prosedur
medis lainnya, ada risiko efek samping yang mungkin muncul, jika Anda
menjalani biopsi selama kolposkopi, beberapa efek samping dan
komplikasi berikut dapat terjadi, antara lain:

1) Keputihan berwarna gelap


2) Perdarahan ringan pada vagina
3) Kram perut
4) Rasa nyeri pada vagina

1.2 Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi Kanker Serviks

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah tumor ganas primer
yang berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker serviks dapat berasal dari
sel – sel di leher rahim, tetapi dapat pula tumbuh dari sel–sel mulut rahim
ataupun keduanya. Kanker serviks adalah kanker ataupun keganasan yang
terjadi di leher rahim yang merupakan organ reproduksi perempuan yang
merupakan pintu masuk ke arah vagina disebabkan oleh sebagian besar
Human Papilloma Virus.

Kanker serviks atau yang lebih dikenal dengan kanker leher rahim
adalah tumbuhnya sel – sel tidak normal pada rahim. Sel –sel yang tidak
normal ini berubah menjadi kanker. Kanker leher rahim adalah kanker
yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara
rahim (uterus) dan liang senggama (vagina) (Smart, 2010).

B. Etiologi Kanker Serviks

10
Kanker serviks disebabkan oleh adanya virus Human Papilloma Virus
(HPV). Virus papilloma manusia ini merupakan virus yang menyerang
kulit dan membran mukosa manusia. Sebanyak 99,7% kanker seviks
disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) yang menyerang leher
rahim. Disebut papilloma karena virus ini sering menimbulkan warts atau
kutil. Penyebab dominan kanker serviks adalah Human Papilloma Virus
(HPV) yang menyerang leher rahim. Proses infeksi HPV memerlukan
waktu yang cukup lama sehingga menjadi kanker serviks, yaitu 10-20
tahun. Menurut Rasjidi (2008) faktor – faktor risiko pada kanker serviks
antara lain :

1) Usia saat berhubungan seksual pertama kali


2) Usia dari kehamilan pertama
3) Jumlah pasangan seksual
4) Jumlah kehamilan
5) Faktor pasangan pria (pria berisiko tinggi)
6) Penyakit menular seksual

C. Manifestasi Klinis Kanker Serviks

Seseorang yang terkena infeksi HPV tidak lantas demam seperti


terkena virus influenza. Masa inkubasi untuk perkembangn gejala klinis
infeksi HPV sangat bervariasi. Kutil akan timbul beberapa bulan setelah
terinfeksi HPV, efek dari virus HPV akan terasa setelah berdiam diri pada
serviks selama 10-20 tahun. Gejala fisik serangan penyakit ini secara
umum hanya dapat dirasakan oleh penderita usia lanjut. Berikut gejala
umum yang sering muncul dan dialami oleh penderita kanker serviks
stadium lanjut:

1) Keputihan tidak normal atau berlebih.


2) Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim
(contact bleeding)
3) Pendarahan diluar siklus menstruasi
4) Penurunan berat badan drastic

11
5) Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan
menderita keluhan nyeri panggul
6) Serta dijumpai juga hambatan dalam berkemih dan pembesaran
ginjal

D. Factor Resiko Kanker Serviks

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya


kanker serviks antara lain:

1) Usia
Perempuan yang rawan mengidap penyakit kanker serviks adalah
mereka yang berusia 35-50 tahun, terutama ada wanita yang telah
melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun. Risiko
terjadinya kanker serviks lebih besar dua kali lipat pada wanita
yang melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun.
2) Ras
Ras juga berpengaruh pada peningkatan risiko kanker serviks.
Peningkatan kanker serviks dua kali lebih banyak adalah ras
Afrika-Amerika dibandingkan dengan ras Asia-Amerika.
3) Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Penyebab terbesar dari kanker serviks adalah Human Papilloma
Virus. Jenis virus yang paling banyak menyebabkan kanker
serviks adalah HPV tipe 16 dan 18 yang sebagian besar 70%
mengakibatkan kanker leher rahim.
4) Gizi Buruk
Seseorang yang memiliki gizi buruk sangat rentan terkena infeksi
HPV. Seseorang yang melakukan diet ketat dan jarang maupun
kurangnya mengkonsumsi vitamin A, C, dan E setiap harinya
akan menurunkan kekebalan tubuh sehingga akan mudah
terinfeksi.
5) Wanita Perokok

12
Merokok dapat menurunkan daya tahan tubuh. Banyak penelitian
yang menyatakan hubungan kebiasaan merokok dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Dalam penelitian
yang dilakukan di Karolinska Institute di Swedia yang
dipublikasikan oleh British Journal Cancer pada tahun 2001. Zat
nikotin serta racun yang masuk kedalam darah melalui asap rokok
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi Cervical
Neoplasia atau tumbuhnya sel yang abnormal pada leher rahim.
6) Hubungan seksual usia muda
Melakukan hubungan seksual sebelum 20 tahun meningkatkan
risiko terkena kanker serviks. Pada usia dibawah 20 tahun, organ
reproduksi wanita belum mencapai kematangan. Usia kematangan
reproduksi wanita adalah usia 20-35 tahun. Dan apabila wanita
mengandung pada usia dibawah 20 tahun akan lebih berisiko
tinggi terkena infeksi HPV.
7) Pasangan seksual lebih dari satu
Melakukan hubungan seksual sebelum 20 tahun meningkatkan
risiko terkena kanker serviks. Pada usia dibawah 20 tahun, organ
reproduksi wanita belum mencapai kematangan. Usia kematangan
reproduksi wanita adalah usia 20-35 tahun. Dan apabila wanita
mengandung pada usia dibawah 20 tahun akan lebih berisiko
tinggi terkena infeksi HPV.
8) Paritas yang tinggi
Semakin sering melahirkan, semakin tinggi risiko terkena kanker
serviks. Kelahiran yang berulang kali akan mengakibatkan trauma
pada serviks. Terjadinya perubahan hormon pada wanita selama
kehamilan ketiga akan mengakibatkan wanita lebih mudah
terkena infeksi HPV. Ketika hamil wanita memiliki imunitas yang
rendah sehingga memudahkan masuknya HPV kedalam tubuh
yang berujung pada pertumbuhan kanker.
9) Penggunaan pembalut dan sabun pH > 4

13
Menurut Syatriani (2010), dalam penelitiannya mengemukakan
bahwa penggunaan pembalut pada saat menstruasi dan tidak
sering diganti berisiko 3 kali lebih besar menderita kanker
serviks, serta penggunan sabun dengan pH > 4 berisiko 4 kali
lebih besar menderita kanker serviks.
10) Status sosial ekonomi
Wanita yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah akan
mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan yang
adekuat termasuk melakukan pemeriksaan Pap Smear, sehingga
deteksi dini dan skrining untuk mendeteksi infeksi HPV menjadi
kurang dan terapi pencegahan akan terhambat apabila terkena
kanker serviks.

E. Klasifikasi Kanker Serviks

Menurut Diananda (2007) pembagian stadium pada kanker serviks


adalah sebagai berikut :

1) Stadium I :
Kanker banyak terbatas pada daerah mulut dan leher rahim
(serviks). Pada stadium ini dibagi menjadi dua. Pada stadium I-A
baru didapati karsinoma mikro invasif di mulut rahim. Pada
stadium I-B kanker sudah mengenai leher rahim.
2) Stadium II :
Kanker sudah mencapai badan rahim (korpus) dan sepertiga
vagina. Pada stadium II-A, kanker belum mengenai jaringan–
jaringan di seputar rahim (parametrium).
3) Stadium III :
Pada stadium III-A, kanker sudah mencapai dinding. Stadium III-
B kanker mencapai ginjal.
4) Stadium IV :
Pada stadium IV-A, kanker menyebar ke organ – organ terdekat
seperti anus, kandung kemih, ginjal, dan lain–lain. Pada stadium

14
IV-B, kanker sudah menyebar ke organ–organ jauh seperti hati,
paru–paru, hingga otak.

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Pemeriksaan pada kanker serviks bisa dilakukan dengan


mendeteksi sel kanker secara dini dengan:

1) IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)


Metode pemeriksaan ini dilakukan dengan mengoleskan serviks
atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian, pada serviks
diamati apakah terdapat kelainan seperti area berwarna putih. Jika
tidak ada perubahan warna, dapat dianggap tidak terdapat inspeksi
pada serviks. Pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk deteksi dini.
2) Pap smear
Metode tes pap smear yang umum, yaitu dokter menggunakan
sikat untuk mengambil sedikit sampel sel – sel serviks. Kemudian
sel – sel tersebut akan dianalisis di laboratorium. Tes itu dapat
menyikapi apakah terdapat infeksi, radang, atau sel–sel abnormal.
3) Thin Prep
Metode thin prep lebih akurat dibandingkan pap smear. Jika pap
smear hanya mengambil sebagian dari sel–sel serviks, metode thin
prep akan memeriksa seluruh bagian serviks. Hasilnya akan jauh
lebih akurat dan tepat.
4) Kolposkopi
Prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat
yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang
terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau
jaringan yang tidak normal pada serviks. Jika ada yang tidak
normal, biopsi (pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh)
dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera dimulai.
5) Test DNA-HPV

15
Sel serviks dapat diuji untuk kehadiran DNA dari Human
Papilloma Virus (HPV) melalui tes ini. Tes ini dapat
mengidentifikasi apakah tipe HPV yang dapat menyebabkan
kanker serviks yang hadir (Rahayu, 2015).

G. Pencegahan Kanker Serviks

Berdasarkan keputusan menteri kesehatan No. 796/MENKES/SK/VII


tahun 2010 tentang pencegahan kanker payudara dan kanker leher rahim.
Terdapat tiga pencegahan kanker serviks, yaitu :

1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer yang diberikan seperti promosi kesehatan dan
proteksi spesifik. Pencegahan primer bermaksud untuk
menurunkan risiko, dapat dilakukan dengan cara pemberian
edukasi terhadap bahaya kanker serviks, perilaku hidup sehat,
perilaku seksual yang aman serta pemberian vaksin HPV.
Pendekatan seperti ini sangat memberikan peluang yang besar
serta cost effective namun membutuhkan waktu yang cukup lama.
Apabila seseorang memiliki persepsi yang baik tentang
kesehatan, maka orang itu akan berusaha menghindari atau
meminimalkan segala sesuatu yang akan berpeluang untuk
terjadinya penyakit, setidaknya ia akan mencoba untuk
berperilaku mendukung dalam peningkatan derajat kesehatan
dengan cara pencegahan secara dini (Notoatmodjo, 2007)
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah penemuan dini, diagnosis dini, dan
terapi dini. Pencegahan sekunder termasuk skrining dan deteksi
dini, seperti Pap Smear, Koloskopi, Thin Prep, dan Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat (IVA).
3) Pencegahan Tersier

16
Pencegahan tersier merupakan upaya peningkatan penyembuhan,
survival rate, kualitas hidup dalam terapi kanker. Terapi ditujukan
pada penatalaksanaan nyeri, paliasi, dan rehabilitasi.
4) Pemberian vaksin HPV untuk mencegah terinfeksinya HPV dan
juga dapat mencegah terjadinya kanker serviks.

Pencegahan dan skrining kanker serviks pada negara berkembang


masih sangat rendah, hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
demografi, pengetahuan, sikap serta faktor aksesibilitas, sehingga program
vaksinasi kanker serviks belum menjadi prioritas pemerintah, karena
mahalnya vaksin HPV.

1.3 Standar Operasional Prosedur (SOP)

PEMERIKSAAN KOLPOSKOPI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Univer ½
sitas Muhammadiyah
Manado Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :

PENGERTIAN Kolposkopi adalah cara untuk melihat dari dekat kondisi leher rahim. Ini
adalah cara cepat dan mudah untuk menemukan perubahan sel di leher
rahim yang biasanya dapat berubah menjadi kanker.

TUJUAN Menegakkan diagnosa dan terapi

17
INDIKASI Untuk mendeteksi secara visual adanya kanker mulut rahim (cancer
serviks)

PERSIAPAN 1) Vaginal toilet


PASIEN 2) Posisi pasien lithotomic
3) Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan dan menandatangani izin tindakan medik

PERSIAPAN 1) Speculum sim / I


ALAT 2) Kain kasa
3) Sarung tangan
4) Tampon
5) Kapas antiseptik
6) Alat tidak steril
7) Perlak
8) Ember/tempat sampah
9) Asam asetat 3-5%
10) Lugol iodine
11) Alat kolposkopi

PROSEDUR 1) Setelah spekulum dipasang oleh satu tangan pemeriksa, sementara


PELAKSANAAN tangan lain menempatkan kolposkopi pada jarak 25 – 30 cm
dengan serviks, fokus cahaya diatur sehingga sinar jatuh pada
serviks/portio.
2) Lendir vagina dibersihkan dengan lidi kapas kering atau lidi kapas
yang telah dibasahi dengan saline.
3) Pembesaran awal yang digunakan adalah 5x sampai 10x
4) Serviks sebaliknya dibersihkan dengan lidi kapas yang diberi saline
secara hatihati agar tidak terjadi abrasi.
5) Periksa lesi pada serviks secara keseluruhan, struktur vaskularisasi,
dan bentuk epitel.
6) Filter hijau dipergunakan untuk melihat struktur vaskuler lebih
jelas, vaskuler akan berwarna hitam dan latar, belakang hijau
luscent epitel abnormal akan tampak lebih menonjol daripada
18
epitel yang normal.
7) Acetic acid 3 – 5% diusapkan dipermukaan serviks secara hati-hati.
Cara lebih baik adalah menyalurkan larutan acetic acid dari
permukaan atas
8) Serviks ke bawah dengan lidi kapas. Dengan mempergunakan
acetic acid 3% akan timbul warna keputihan pada epitel selama 3
menit. Dengan mempergunakan acetic acid 5% eceto white change
timbul lebih cepat, akan tetapi mungkin pasien mengeluh kesakitan
(seperti terbakar)
9) Pemberian acetic acid dapat diulang beberapa kali selama
pemeriksaan
10) Kemudahan jaringan dilihat dengan pembesaran 5x sampai 16x,
bila ditemukan struktur vaskuler yang abnormal, pembesaran
dinaikkan 25x bahkan sampai 40x. Untuk lebih kontras
dipergunakan filter hijau
11) Untuk pemeriksaan kanalis endoserviks yang lebih dalam,
dipergunakan spekulum endoserviks
12) Pewarnaan dengan lugol iodine sebaiknya dilakukan pada akhir
pemeriksaan. Larutan yang dipergunakan adalah lugol’s (5%
iodine dan 10% KI dalam air) dan Schiller’s (1 gr iodine murni dan
2 gr KI dalam 300 ml air)
13) Epitel skuamous yang matur akan berwarna coklat tua
(mengandung glikogen tinggi) sedangkan epitel kolumnar, epitel
skuamous yang atrofi, epitel yang mengalami metaplasma dan
epitel displastik tidak terwarnai dengan iodine
14) Pewarnaan dengan iodine tidak spesifik area dengan kelainan
maligna ataupun benigna dapat bereaksi positif dengan iodine
15) Setelah ditentukan area-area dengan kemungkinan abnormalitas
terbesar, kemudian dilakukan biopsi terarah.

EVALUASI 1) Membersihkan dan merapikan pasien sesudah dilakukan tindakan.


2) Mengobservasi perkembangan pasien antara lain : Tingkat
kesadaran perdarahan
19
3) Memeriksa kelengkapan pengisian formulir tindakan
4) Mencatat semua tindakan
5) Hal-hal yang perlu diperhatikan
6) Observasi adanya perdarahan pasca tindakan.

Unit Terkait Rawat jalan

BAB II

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

2.1 Format Satuan Acara Penyuluhan (SAP)


a. Topik : strategi deteksi dini penerapan model
promosi kesehatan terhadap kanker serviks
b. Sasaran : perempuan usia dibawah 20 tahun
c. Tujuan umum : menumbuhkan kesadaran dan kemauan
dalam memelihara dan meningkatkan
Kesehatan terutama pada organ reproduksi
d. Tujuan khusus : mendeteksi dini munculnya kaknker serviks
dengan pemeriksaan kolposkopi

20
e. Garis garis besar materi :
1. Pengertian kanker serviks

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah tumor ganas


primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker serviks
dapat berasal dari sel – sel di leher rahim, tetapi dapat pula
tumbuh dari sel–sel mulut rahim ataupun keduanya. Kanker
serviks adalah kanker ataupun keganasan yang terjadi di leher
rahim yang merupakan organ reproduksi perempuan yang
merupakan pintu masuk ke arah vagina disebabkan oleh sebagian
besar Human Papilloma Virus.

Kanker serviks atau yang lebih dikenal dengan kanker leher


rahim adalah tumbuhnya sel – sel tidak normal pada rahim. Sel –
sel yang tidak normal ini berubah menjadi kanker. Kanker leher
rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu
masuk kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan liang
senggama (vagina) (Smart, 2010).

2. Etiologi
Kanker serviks disebabkan oleh adanya virus Human
Papilloma Virus (HPV). Virus papilloma manusia ini
merupakan virus yang menyerang kulit dan membran
mukosa manusia. Sebanyak 99,7% kanker seviks disebabkan
oleh Human Papilloma Virus (HPV) yang menyerang leher
rahim. Disebut papilloma karena virus ini sering
menimbulkan warts atau kutil. Penyebab dominan kanker
serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV) yang
menyerang leher rahim. Proses infeksi HPV memerlukan
waktu yang cukup lama sehingga menjadi kanker serviks,
yaitu 10-20 tahun. Menurut Rasjidi (2008) faktor – faktor
risiko pada kanker serviks antara lain :
21
1) Usia saat berhubungan seksual pertama kali
2) Usia dari kehamilan pertama
3) Jumlah pasangan seksual
4) Jumlah kehamilan
5) Faktor pasangan pria (pria berisiko tinggi)
6) Penyakit menular seksual

3. Pencegahan kanker serviks


Pencegahan terhadap masuknya virus HVP sangatah penting
karena sampai saat ini belum ada terknologi yang mampu
membunuh kuman tersebut. Pencegahan yang dapat
dilakukan antara lain: a) pencegahan dilakukan dengan: (1)
menunda aktifitas seksual sampai usia 20 tahun dan
berhubungan secara monogami akan mengurangi knker
serviks secara siknifikan (Rasjidi, 2008)., (2) penggunan
kontrasepsi barrier, dokter merekomendasikan kontrasepsi
metode barrier (kondom, diafragma, stermisida) yang
berperan untuk proteki terhadap agen virus. Penggunaan
lateks lebih dianjurkan daripada kondom yang dibuat dari
kulit kambing (Rasjidi, 2008)., (3) penggunaan vaksinasi
HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi infeksi
human papilloma virus, karena mempunya proteksi >90%
(Rasjidi,2008). Saat ini vaksin yang digunakan untuk
mencegah infeksi HPV yang menyebabkan kebanyakan
kasus kanker serviks dan genital warts/kutil kelamin.
4. Factor resiko kanker serviks
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya kanker serviks antara lain:
1) Usia
Perempuan yang rawan mengidap penyakit kanker serviks
adalah mereka yang berusia 35-50 tahun, terutama ada
wanita yang telah melakukan hubungan seksual sebelum usia

22
20 tahun. Risiko terjadinya kanker serviks lebih besar dua
kali lipat pada wanita yang melakukan hubungan seksual
sebelum usia 20 tahun.
2) Ras
Ras juga berpengaruh pada peningkatan risiko kanker
serviks. Peningkatan kanker serviks dua kali lebih banyak
adalah ras Afrika-Amerika dibandingkan dengan ras Asia-
Amerika.
3) Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Penyebab terbesar dari kanker serviks adalah Human
Papilloma Virus. Jenis virus yang paling banyak
menyebabkan kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18
yang sebagian besar 70% mengakibatkan kanker leher rahim.
4) Gizi Buruk
Seseorang yang memiliki gizi buruk sangat rentan terkena
infeksi HPV. Seseorang yang melakukan diet ketat dan
jarang maupun kurangnya mengkonsumsi vitamin A, C, dan
E setiap harinya akan menurunkan kekebalan tubuh sehingga
akan mudah terinfeksi.
5) Wanita Perokok
Merokok dapat menurunkan daya tahan tubuh. Banyak
penelitian yang menyatakan hubungan kebiasaan merokok
dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Dalam
penelitian yang dilakukan di Karolinska Institute di Swedia
yang dipublikasikan oleh British Journal Cancer pada tahun
2001. Zat nikotin serta racun yang masuk kedalam darah
melalui asap rokok dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya kondisi Cervical Neoplasia atau tumbuhnya sel
yang abnormal pada leher rahim.
6) Hubungan seksual usia muda
Melakukan hubungan seksual sebelum 20 tahun
meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Pada usia

23
dibawah 20 tahun, organ reproduksi wanita belum mencapai
kematangan. Usia kematangan reproduksi wanita adalah usia
20-35 tahun. Dan apabila wanita mengandung pada usia
dibawah 20 tahun akan lebih berisiko tinggi terkena infeksi
HPV.
7) Pasangan seksual lebih dari satu
Melakukan hubungan seksual sebelum 20 tahun
meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Pada usia
dibawah 20 tahun, organ reproduksi wanita belum mencapai
kematangan. Usia kematangan reproduksi wanita adalah usia
20-35 tahun. Dan apabila wanita mengandung pada usia
dibawah 20 tahun akan lebih berisiko tinggi terkena infeksi
HPV.
8) Paritas yang tinggi
Semakin sering melahirkan, semakin tinggi risiko terkena
kanker serviks. Kelahiran yang berulang kali akan
mengakibatkan trauma pada serviks. Terjadinya perubahan
hormon pada wanita selama kehamilan ketiga akan
mengakibatkan wanita lebih mudah terkena infeksi HPV.
Ketika hamil wanita memiliki imunitas yang rendah sehingga
memudahkan masuknya HPV kedalam tubuh yang berujung
pada pertumbuhan kanker.
9) Penggunaan pembalut dan sabun pH > 4
Menurut Syatriani (2010), dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa penggunaan pembalut pada saat
menstruasi dan tidak sering diganti berisiko 3 kali lebih besar
menderita kanker serviks, serta penggunan sabun dengan pH
> 4 berisiko 4 kali lebih besar menderita kanker serviks.
10) Status sosial ekonomi
Wanita yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah akan
mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan
yang adekuat termasuk melakukan pemeriksaan Pap Smear,

24
sehingga deteksi dini dan skrining untuk mendeteksi infeksi
HPV menjadi kurang dan terapi pencegahan akan terhambat
apabila terkena kanker serviks.

5. Pengertian pemeriksaan kolposkopi


Tes untuk penapisan kanker serviks yaitu salah satu :

Kolposkopi adalah pemeriksaan serviks dengan


menggunakan alat kolposkop yaitu alat yang dapat disamakan
dengan mikroskop bertenaga rendah pembesaran antara 6 - 40
kali dan terdapat sumber cahaya di dalamnya. Kolposkopi adalah
cara untuk melihat dari dekat kondisi leher rahim. Ini adalah cara
cepat dan mudah untuk menemukan perubahan sel di leher rahim
yang biasanya dapat berubah menjadi kanker.

Kolposkopi merupakan suatu prosedur pemeriksaan vagina


dan serviks dengan menggunakan instrumen kaca pembesar
dengan pencahayaan. Pada awalnya digunakan untuk mendeteksi
kanker serviks invasif dini asimptomatik tetapi sekarang
digunakan untuk mendeteksi kelainan pre invasif dengan tujuan
mencegah perkembangan kanker serviks invasive.

f. Metode : promosi kesehatan


g. Media : cetak poster
h. Waktu : juni 2022
i. Tempat : Puskesmas
j. Rencana Evaluasi : lama waktu : 60 mwnit
Metode : tanya jawab
Instrument evaluasi: menanyakan Kembali
apakah sudah ada yang masih kurang paham?

Kegiatan penyuluhan

No Tahap Waktu Kegiatan petugas Kegiatan


25
penyuluhan

1. Pembukaan 5 menit 1. Membuka acara dengan 1.Menjawab salam


mengucapkan salam
2.Mengenal para konselor
2.Memperkenalkan diri atau penyuluh

3.Menyampaikan topik dan 3.Mendengarkan penyuluh


tujuan penkes menyampaikan topik dan
tujuan
4.Kontrak waktu dengan
sasaran penkes 4.Menyetujui kesepakatan
waktu pelaksanaan penkes

2. Penyajian 10 menit 1.Mengkaji ulang 1.Menyampaikan


pengetahuan klien tentang pengetahuannya tentang
materi penyuluhan materi penyuluh

2.Menjelaskan materi 2.Mendengarkan penyuluh


penyuluhan kepada klien menyampaikan materi
dengan menggunakan
3.Menanyakan hal – hal
leafleat
yang tidak dimengerti dari
3.Memberikan kesempatan materi penyuluhan
pada klien untuk
menanyakan hal – hal yang
belum dimengerti dari
materi yang dijelaskan
penyuluh

3. Evaluasi 5 menit 1.Memberikan pertanyaan 1.Menjawab pertanyaan


kepada sasaran tentang yang diajukan penyuluh
materi yang sudah
2.Mendengarkan
disampaikan apakah dapat
penyampaian kesimpulan
dimengerti

2.Menyimpulkan materi
penyuluhan yang telah
26
disampaikan

4. Penutup 5 menit 1.Menutup acara dan 1.Mendengarkan penyuluh


mengucapkan salam menutup acara dan
menjawab salam

BAB III

JURNAL

3.1 ANALISA PICOT


1) P : Patient/Problem
Kanker serviks adalah jenis kanker yang menyerang organ reproduksi
wanita pada bagian serviks (leher rahim), yang disebabkan oleh human
papilloma virus (Prawirohardjo,2010). Di Indonesia, kanker serviks
merupakan kanker dengan kejadian tertinggi kedua setelah kanker
payudara. Kasus baru pada tahun 2012 sebanyak 20.928 kasus dengan
insiden 17 per 100.000 wanita dan kematian sebanyak 9498 kasus
(Brunietal.,2017).

27
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah wanita usia subur yang
berada diwilayah kerja puskesmas Brati sejumlah 85 responden dengan
menggunakan teknik total sampling.

2) I : Intervension
Tes Untuk Penapisan Kanker Servik Antara lain
 Pap Smear
Menggunakan pendekatan “jaringan Netral” computer canggih
dimana komputer dapat melakukan penapisan secara cepat pada
slide dan sesuai kriteria yang diberikan, identifikasi sel-sel
abnormal. Area tersebut kemudian dikaji melalui monitor seorang
teknisi sitologi/ahli patologi
 Servikografi
Kamera khusus yang digunakan untuk memfoto servik. Film
dicetak di laboratorium dan foto diinterpretasi oleh petugas terlatih.
Terutama digunakan sebagai tambahan dari papsmear, tetapi dapat
juga sebagai metode penapisan primer (Kemenkes, 2015).
 Kolposkopi
Pemeriksaan visual bertenaga tinggi (pembesaran) untuk
eksoservik, SKK (saluran Skuamosa Kolumnar) dan kanal
endoserviks. Biasanya disertai dengan biopsi jaringan ikat yang
tampak abnormal. Terutama digunakan dalam tes “diagnosa”.
Pertama dikenalkan tahun 1929 (Kemenkes, 2015).
 HPV
Menggunakan teknik molekul, DNA yang terkait dengan HPV
diuji disebuah contoh materi sel yang diambil dari serviks atau
vagina.Dapat digunakan sebagai tes penapisan
 IVA Test
Pemeriksaan visual endo servik, SKK, dan kanal endoservik
dengan mata telanjang(tanpa pembesaran) dengan asam

28
asetat.digunakan sebagai tes penapisanLaporan hasil (tes-positif,
tes-negatif, dicurigai kanker) (Kemenkes 2015).

3) C : Comparation
---

4) O : Outcom

Berdasarkan tabel tersebut diatas didapatkan bahwa ada korelasi positif


sebesar 0,647 antara penyuluhan dengan deteksi dini kanker servik. Hal ini
berarti semakin sering dilakukan penyuluhan akan semakin besar pula
utuk melakukan deteksi dini kanker servik. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan positif dan nilai korelasi efisien antara promosi
kesehatan dengan partisipasi WUS dalam melakukan deteksi dini kanker
servik dengan hasil r hitung lebih besar dari tabel.

Ada korelasi positif sebesar 0,634 antara dukungan suami dengan


deteksi dini kanker servik. Hal ini berarti semakin besar suami
memberikan dukungan akan semakin besar pula untuk melakukan deteksi
dini kanker servik. Dukungan suami dapat diberikan dalam bentuk
motivasi, ijin, sumber informasi, pemberian dana pemeriksaan dan
kesediaan suami dalam mendampingi saat dilakukan pemeriksaan.

5) T : Time

Penelitian ini dilakukan pada 2 November 2020 di puskesmas Brati

29
DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/kesehatan/kolposkopi

https://www.sehatq.com/tindakan-medis/colposcopy

https://www.alomedika.com/tindakan-medis/obstetrik-dan-ginekologi/
kolposkopi/teknik

American Academy of Family Physician Web Site. Colposcopy (position paper).


Available from: www.aafp.org/x6665.xml [accessed june 1, 2007]

Apgar S. Barbara, Brotzman L. Gregory, Spitzer Mark, Colposcopy: Principle and


practice: An integrated textbook and atlas, 2nd edition, Saunder Elsevier, 2008

30
Chan Y, Lee PW, Ng TY et al, the use of music to reduce anxiety for patients
undergoing colposcopy: A randomized trial. Gynecol oncol 2003;91:213

Chase M. Dane, Colposcopy to evaluate abnormal cervical cytology in 2008,


American Journal of Obstetrics & Gynecology, 2009: 472-480

Frank E. Jennifer, The colposcopic examination, Journal of Midwifery &


Women’s Health, Volume 53, No. 5, 2008: 447-452

Jeronimo J, Schiffman M, Colposcopy at a cross road, Am J Obstet Gynecol


2006;195:349

Penna C et al, Laser CO2 conization in post menopausal age: Risk of cervical
stenosis and unsatisfactory follow up. Gynecol Oncol 2005;96:963

Samina Tahsen, Psychological distress associated with colposcopy: patients


perception, European Journal of Obstetric and Gynecology and Reproductive
Biology, Vol. 139, 2008:90-94

Sjamsuddin S, Kolposkopi dan neoplasia intraepitel serviks, Perkumpulan


Patologi Serviks dan Kolposkopi Indonesia, 2000

Tomlinson AE, Hooper L, Martin Hisch PL, Pain relief for cervical colposcopy
treatment (protocol) Cochrane Database Syst Rev 2006:3

Widdice E. Lea, Updated guidelines for papanicolau test, colposcopy and human
papillo mavirus testing in adolescents, Journal of Adolescent Health, Vol. 53,
2008

Wright TC, Cox Jt, Massad LS et al, 2006 consensus guidelines of women with
abnormal cervical screening test. J Low Genit Tract Dis 2007;62:11:201-22

31
SKENARIO DIALOG DETEKSI DINI KANKER SERVIKS
DENGAN PEMERIKSAAN KOLPOSKOPI

1. Pembukaan

2. Penyajian

32
3. Evaluasi

4. Penutup

33

Anda mungkin juga menyukai