DISUSUN OLEH :
T/A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah Kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “pemeriksaan kolposkopi” ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pemeriksaan kolposkopi ini. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Kelompok I
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN
Alat ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1925 di Jerman oleh
Hans Hinselmann untuk memperbesar gambaran permukaan porsio
sehingga pembuluh darah jelas terlihat.89 Dinyatakan bahwa dengan
memperhatikan pembuluh darah pada porsio, diagnosis kanker serviks
dapat ditegakkan lebih cepat. Alat ini juga dilengkapi dengan filter hijau
untuk memberikan kontras yang baik pada pembuluh darah dan jaringan.
Ada beberapa kelainan vagina dan serviks yang dapat dinilai dalam
pemeriksaan kolposkopi. Kolposkopi merupakan pemeriksaan yang
aman dengan sejumlah risiko ringan, antara lain perdarahan berat, infeksi
dan nyeri pelvis. Kontrol hemostasis dan nyeri telah menjadi bahasan
dalam konteks pengobatan dysplasia. Pada penelitian terhadap 96 wanita
sehubungan dengan gejala yang timbul setelah biopsi serviks, 84
1
diantaranya melaporkan pendarahan ringan dan 11 dengan perdarahan
sedang. Perdarahan ini berlangsung selama lebih dari 2 hari pada 66
perempuan. Pada penelitian tersebut semua kolposkopis memakai larutan
monsel setelah biopsi untuk mengontrol perdarahan dan para penulis
berteori bahwa ini mungkin disebabkan larutan Monsel karena larutan
tersebut bersifat iritan.
2
mengaburkan bayangan. Sepanjang diatur pada fokus tetap,
biasanya fokusnya relatif baik.
Forsep biopsi punch
Tersedia banyak jenis forsep punch dan masing-masing hanya
beda sedikit bentuknya (Tischler, Burke, Kevorkian dan
Effendorfer). Forsep biopsi memiliki gagang dan ujung atau
kepala.
Kuret endoserviks
Kuret endoserviks berbentuk batang panjang tahan karat terdiri
dari tempat memegang atau ujung dengan sedikit lengkungan
tajam.
Spekulum. Sebaiknya yang tidak memantulkan cahaya.
Pengait serviks (tenakulum)
Spekulum endoserviks
Kadang-kadang perlu melihat kanalis endoservikalis karena
lesinya meluas sampai ke kanalis servikalis. Visualisasi
adekuat dapat dicapai dengan menggunakan spekulum
endoserviks.
Retraktor dinding vagina
Dinding vagina dapat menghalangi visualisasi serviks selama
pemeriksaan kolposkopi. Retraktor ini diperlukan manakala
dinding vagina menghalangi.
2) Bahan
Asam asetat terlarut atau cuka
3
Kolposkopi serviks dikerjakan setelah di oleskan asam asetat 3-
5 % atau vinegar. Hasil “acetowhiteness” dari epitel dapat
menunjukkan suatu proses jinak atau neoplastik. Larutan
tersebut dipakai dengan kasa, kapas lidi besar atau dengan
botol semprot. Untuk mendapatkan reaksi memutih pada epitel
tidak bertanduk, asam asetat 3-5 % harus dibiarkan berkontak
dengan jaringan hingga reaksi maksimal timbul.
Selama pemeriksaan, pemakaian ulangan asam asetat
diperlukan untuk mempertahankan efek pemutihan. Dengan
menghilangnya efek pemutihan maka gambaran pembuluh
darah akan lebih jelas. Larutan ini bisa membuat tidak nyaman,
terutama bila pasien menderita infeksi vagina. Reaksi alergi
jarang tapi iritasi bisa muncul
Lugol
Larutan iodine dilarutkan dalam aqua seperempat atau setengah
untuk mendapatkan larutan lugol. Larutan ini tidak stabil dan
harus ditukar setiap 3-6 bulan. Meskipun larutan seperempat
kurang iritatif namun sebagian pasien tetap sensitif. Kadang
sampai timbul alergi berat. Makanya perlu ditanyakan riwayat
alergi terhadap yodium. Larutan ini membuat epitel squamous
tidak bertanduk menjadi gelap menunjukkan adanya glikogen
didalam sel. Tidak adanya pewarnaan tersebut menunjukkan
keadaan tanpa glikogen atau permukaannya bertanduk (tebal).
Pada kondisi metaplasia pewarnaan yang timbul bervariasi,
sedangkan epitel kolumnar berwarna kuning mustard.
Larutan Monsel
Larutan monsel (ferric subsulfat) digunakan untuk
mendapatkan haemostasis setelah biopsi serviks. Hanya
digunakan setelah sampel diambil seluruhnya. Sebelum
spekulum dikeluarkan sisanya sebaiknya dibersihkan.
4
Perak nitrat
Batang perak nitrat dapat digunakan untuk tujuan hemostasis.
Bahan ini berguna bila langsung diletakkan ditempat biopsi.
Iritasi lebih berat dibandingkan larutan monsel. Sama halnya
dengan larutan monsel perak nitrat akan mengganggu
interpretasi biopsi sehingga hanya digunakan setelah semua
biopsi selesai.
5
Pasien akan menghadapi sejumlah hambatan bila direkomendasikan
kolposkopi, termasuk kurangnya pengalaman ahli kolposkopi, rendahnya
pemahaman tujuan pemeriksaan, antisipasi ketidaknyamanan tindakan dan
biaya yang dikeluarkan. Wanita yang menjalani pemeriksaan kolposkopi
sering mengalami kecemasan yang sama bahkan lebih besar dari
pembedahan mayor. Indikator kecemasan selama pemeriksaan ginekologis
termasuk meletakkan tangannya pada bahu atau kaki, merapatkan kedua
tangannnya, menutup atau memejamkan mata, memegang meja
pemeriksaan atau menutupi pinggulnya.
Bila dokter melihat hal tersebut maka dibutuhkan waktu lebih banyak
untuk mempersiapkan wanita tersebut. Kecemasan bisa timbul sebelum,
selama atau sesudah pemeriksaan kolposkopi. Banyak teknik untuk
menghilangkan kecemasan tersebut di antaranya mendengarkan musik
atau menonton video.
6
1) Bahan dan alat diperiksa sebelum pemeriksaan dimulai
2) Dokumentasi yang baik
3) Pasien dalam posisi litotomi dan dipasang duk steril
4) Ahli kolposkopi duduk pada alat kolposkopi, jarak binokular di
atur dan kolposkopi dinyalakan
5) Tergantung pada indikasi kolposkopi, vulva dapat dilihat dengan
kolposkopi. Asam aseat 3-5 % dapat digunakan untuk
mempermudah melihat epitel. Bila terlihat daerah abnormal, maka
segera dilakukan biopsi vulva. Beberapa ahli kolposkopi menunda
kolposkopi dan biopsi sampai semua pemeriksaan selesai.
6) Dimasukkan spekulum ukuran paling besar
7) Servik harus dapat dilihat sempurna, kadang perlu dilakukan
usapan mukus yang menutupi serviks. Bila posisi serviks kurang
pas maka dapat diselipkan kasa basah di fornik dengan memakai
forsep
8) Diambil sampel untuk pemeriksaan sitologi, bila ada perdarahan
cukup ditekan biasanya akan berhenti
9) Serviks disinari dengan cahaya putih dengan perbesaran 4-8 x.
dicatat temuan makroskopis
10) Pola pembuluh darah dinilai dengan tabir/saringan berwarna hijau
dengan perbesaran rendah dan tinggi. Asam asetat sebaiknya baru
digunakan setelah pembuluh darah dilihat
7
11) Kemudian digunakan asam asetat 3-5 % secara hati-hati sampai
semua bagian serviks basah, diikuti asam asetat terlarut untuk
menjamin terjadinya reaksi memutih karena asetat (acetowhite
reaction)
12) Epitel serviks dinilai dengan perbesaran rendah, sedang dan tinggi.
Acetowhite reaction pelan-pelan akan hilang tergantung pada
parahnya abnormalitas epitel. Dengan menghilangnya reaksi ini
maka gambaran mosaik pembuluh darah akan menjadi lebih jelas
karena kontras dengan jaringan sekitarnya. Bila terlihat pembuluh
darah maka harus dilihat dengan perbesaran tinggi
13) Epitel normal dan abnormal serta pola pembuluh darah di ingat
dengan baik karena akan diperlukan saat mengisi data
14) Bila memungkinkan di ambil sampel endoserviks dengan kuret
endoserviks atau dengan cytobrush. Kuret dipegang seperti
memegang pensil dan di masukkan kedalam os servikalis dan
seluruh kanalis dikuret dengan tarikan definitif. Sampel difiksasi
dan ditempatkan dalam botol sampel serta diberi label
15) Dilakukan biopsi yang dipandu kolposkopi. Tempat biopsi dipilih
dan sampel di ambil dengan tang biopsi. Perdarahan dirawat
16) Vagina dilihat kembali bersamaan dengan dikeluarkannya
spekulum
17) Bila diperlukan dapat dilanjutkan dengan biopsi vulva
18) Pasien diberi tahu tentang kesan hasil pemeriksaan awal
kolposkopi
19) Spesimen diperiksa kelengkapannya, dilakukan dokumentasi serta
kolposkopi dibersihkan dan alat-alat yang digunakan disterilkan
kembali.
9
G. Efek samping Pemeriksaan Kolposkopi
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah tumor ganas primer
yang berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker serviks dapat berasal dari
sel – sel di leher rahim, tetapi dapat pula tumbuh dari sel–sel mulut rahim
ataupun keduanya. Kanker serviks adalah kanker ataupun keganasan yang
terjadi di leher rahim yang merupakan organ reproduksi perempuan yang
merupakan pintu masuk ke arah vagina disebabkan oleh sebagian besar
Human Papilloma Virus.
Kanker serviks atau yang lebih dikenal dengan kanker leher rahim
adalah tumbuhnya sel – sel tidak normal pada rahim. Sel –sel yang tidak
normal ini berubah menjadi kanker. Kanker leher rahim adalah kanker
yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara
rahim (uterus) dan liang senggama (vagina) (Smart, 2010).
10
Kanker serviks disebabkan oleh adanya virus Human Papilloma Virus
(HPV). Virus papilloma manusia ini merupakan virus yang menyerang
kulit dan membran mukosa manusia. Sebanyak 99,7% kanker seviks
disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) yang menyerang leher
rahim. Disebut papilloma karena virus ini sering menimbulkan warts atau
kutil. Penyebab dominan kanker serviks adalah Human Papilloma Virus
(HPV) yang menyerang leher rahim. Proses infeksi HPV memerlukan
waktu yang cukup lama sehingga menjadi kanker serviks, yaitu 10-20
tahun. Menurut Rasjidi (2008) faktor – faktor risiko pada kanker serviks
antara lain :
11
5) Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan
menderita keluhan nyeri panggul
6) Serta dijumpai juga hambatan dalam berkemih dan pembesaran
ginjal
1) Usia
Perempuan yang rawan mengidap penyakit kanker serviks adalah
mereka yang berusia 35-50 tahun, terutama ada wanita yang telah
melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun. Risiko
terjadinya kanker serviks lebih besar dua kali lipat pada wanita
yang melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun.
2) Ras
Ras juga berpengaruh pada peningkatan risiko kanker serviks.
Peningkatan kanker serviks dua kali lebih banyak adalah ras
Afrika-Amerika dibandingkan dengan ras Asia-Amerika.
3) Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Penyebab terbesar dari kanker serviks adalah Human Papilloma
Virus. Jenis virus yang paling banyak menyebabkan kanker
serviks adalah HPV tipe 16 dan 18 yang sebagian besar 70%
mengakibatkan kanker leher rahim.
4) Gizi Buruk
Seseorang yang memiliki gizi buruk sangat rentan terkena infeksi
HPV. Seseorang yang melakukan diet ketat dan jarang maupun
kurangnya mengkonsumsi vitamin A, C, dan E setiap harinya
akan menurunkan kekebalan tubuh sehingga akan mudah
terinfeksi.
5) Wanita Perokok
12
Merokok dapat menurunkan daya tahan tubuh. Banyak penelitian
yang menyatakan hubungan kebiasaan merokok dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Dalam penelitian
yang dilakukan di Karolinska Institute di Swedia yang
dipublikasikan oleh British Journal Cancer pada tahun 2001. Zat
nikotin serta racun yang masuk kedalam darah melalui asap rokok
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi Cervical
Neoplasia atau tumbuhnya sel yang abnormal pada leher rahim.
6) Hubungan seksual usia muda
Melakukan hubungan seksual sebelum 20 tahun meningkatkan
risiko terkena kanker serviks. Pada usia dibawah 20 tahun, organ
reproduksi wanita belum mencapai kematangan. Usia kematangan
reproduksi wanita adalah usia 20-35 tahun. Dan apabila wanita
mengandung pada usia dibawah 20 tahun akan lebih berisiko
tinggi terkena infeksi HPV.
7) Pasangan seksual lebih dari satu
Melakukan hubungan seksual sebelum 20 tahun meningkatkan
risiko terkena kanker serviks. Pada usia dibawah 20 tahun, organ
reproduksi wanita belum mencapai kematangan. Usia kematangan
reproduksi wanita adalah usia 20-35 tahun. Dan apabila wanita
mengandung pada usia dibawah 20 tahun akan lebih berisiko
tinggi terkena infeksi HPV.
8) Paritas yang tinggi
Semakin sering melahirkan, semakin tinggi risiko terkena kanker
serviks. Kelahiran yang berulang kali akan mengakibatkan trauma
pada serviks. Terjadinya perubahan hormon pada wanita selama
kehamilan ketiga akan mengakibatkan wanita lebih mudah
terkena infeksi HPV. Ketika hamil wanita memiliki imunitas yang
rendah sehingga memudahkan masuknya HPV kedalam tubuh
yang berujung pada pertumbuhan kanker.
9) Penggunaan pembalut dan sabun pH > 4
13
Menurut Syatriani (2010), dalam penelitiannya mengemukakan
bahwa penggunaan pembalut pada saat menstruasi dan tidak
sering diganti berisiko 3 kali lebih besar menderita kanker
serviks, serta penggunan sabun dengan pH > 4 berisiko 4 kali
lebih besar menderita kanker serviks.
10) Status sosial ekonomi
Wanita yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah akan
mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan yang
adekuat termasuk melakukan pemeriksaan Pap Smear, sehingga
deteksi dini dan skrining untuk mendeteksi infeksi HPV menjadi
kurang dan terapi pencegahan akan terhambat apabila terkena
kanker serviks.
1) Stadium I :
Kanker banyak terbatas pada daerah mulut dan leher rahim
(serviks). Pada stadium ini dibagi menjadi dua. Pada stadium I-A
baru didapati karsinoma mikro invasif di mulut rahim. Pada
stadium I-B kanker sudah mengenai leher rahim.
2) Stadium II :
Kanker sudah mencapai badan rahim (korpus) dan sepertiga
vagina. Pada stadium II-A, kanker belum mengenai jaringan–
jaringan di seputar rahim (parametrium).
3) Stadium III :
Pada stadium III-A, kanker sudah mencapai dinding. Stadium III-
B kanker mencapai ginjal.
4) Stadium IV :
Pada stadium IV-A, kanker menyebar ke organ – organ terdekat
seperti anus, kandung kemih, ginjal, dan lain–lain. Pada stadium
14
IV-B, kanker sudah menyebar ke organ–organ jauh seperti hati,
paru–paru, hingga otak.
F. Pemeriksaan Penunjang
15
Sel serviks dapat diuji untuk kehadiran DNA dari Human
Papilloma Virus (HPV) melalui tes ini. Tes ini dapat
mengidentifikasi apakah tipe HPV yang dapat menyebabkan
kanker serviks yang hadir (Rahayu, 2015).
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer yang diberikan seperti promosi kesehatan dan
proteksi spesifik. Pencegahan primer bermaksud untuk
menurunkan risiko, dapat dilakukan dengan cara pemberian
edukasi terhadap bahaya kanker serviks, perilaku hidup sehat,
perilaku seksual yang aman serta pemberian vaksin HPV.
Pendekatan seperti ini sangat memberikan peluang yang besar
serta cost effective namun membutuhkan waktu yang cukup lama.
Apabila seseorang memiliki persepsi yang baik tentang
kesehatan, maka orang itu akan berusaha menghindari atau
meminimalkan segala sesuatu yang akan berpeluang untuk
terjadinya penyakit, setidaknya ia akan mencoba untuk
berperilaku mendukung dalam peningkatan derajat kesehatan
dengan cara pencegahan secara dini (Notoatmodjo, 2007)
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah penemuan dini, diagnosis dini, dan
terapi dini. Pencegahan sekunder termasuk skrining dan deteksi
dini, seperti Pap Smear, Koloskopi, Thin Prep, dan Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat (IVA).
3) Pencegahan Tersier
16
Pencegahan tersier merupakan upaya peningkatan penyembuhan,
survival rate, kualitas hidup dalam terapi kanker. Terapi ditujukan
pada penatalaksanaan nyeri, paliasi, dan rehabilitasi.
4) Pemberian vaksin HPV untuk mencegah terinfeksinya HPV dan
juga dapat mencegah terjadinya kanker serviks.
PEMERIKSAAN KOLPOSKOPI
Univer ½
sitas Muhammadiyah
Manado Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
PENGERTIAN Kolposkopi adalah cara untuk melihat dari dekat kondisi leher rahim. Ini
adalah cara cepat dan mudah untuk menemukan perubahan sel di leher
rahim yang biasanya dapat berubah menjadi kanker.
17
INDIKASI Untuk mendeteksi secara visual adanya kanker mulut rahim (cancer
serviks)
BAB II
20
e. Garis garis besar materi :
1. Pengertian kanker serviks
2. Etiologi
Kanker serviks disebabkan oleh adanya virus Human
Papilloma Virus (HPV). Virus papilloma manusia ini
merupakan virus yang menyerang kulit dan membran
mukosa manusia. Sebanyak 99,7% kanker seviks disebabkan
oleh Human Papilloma Virus (HPV) yang menyerang leher
rahim. Disebut papilloma karena virus ini sering
menimbulkan warts atau kutil. Penyebab dominan kanker
serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV) yang
menyerang leher rahim. Proses infeksi HPV memerlukan
waktu yang cukup lama sehingga menjadi kanker serviks,
yaitu 10-20 tahun. Menurut Rasjidi (2008) faktor – faktor
risiko pada kanker serviks antara lain :
21
1) Usia saat berhubungan seksual pertama kali
2) Usia dari kehamilan pertama
3) Jumlah pasangan seksual
4) Jumlah kehamilan
5) Faktor pasangan pria (pria berisiko tinggi)
6) Penyakit menular seksual
22
20 tahun. Risiko terjadinya kanker serviks lebih besar dua
kali lipat pada wanita yang melakukan hubungan seksual
sebelum usia 20 tahun.
2) Ras
Ras juga berpengaruh pada peningkatan risiko kanker
serviks. Peningkatan kanker serviks dua kali lebih banyak
adalah ras Afrika-Amerika dibandingkan dengan ras Asia-
Amerika.
3) Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Penyebab terbesar dari kanker serviks adalah Human
Papilloma Virus. Jenis virus yang paling banyak
menyebabkan kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18
yang sebagian besar 70% mengakibatkan kanker leher rahim.
4) Gizi Buruk
Seseorang yang memiliki gizi buruk sangat rentan terkena
infeksi HPV. Seseorang yang melakukan diet ketat dan
jarang maupun kurangnya mengkonsumsi vitamin A, C, dan
E setiap harinya akan menurunkan kekebalan tubuh sehingga
akan mudah terinfeksi.
5) Wanita Perokok
Merokok dapat menurunkan daya tahan tubuh. Banyak
penelitian yang menyatakan hubungan kebiasaan merokok
dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Dalam
penelitian yang dilakukan di Karolinska Institute di Swedia
yang dipublikasikan oleh British Journal Cancer pada tahun
2001. Zat nikotin serta racun yang masuk kedalam darah
melalui asap rokok dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya kondisi Cervical Neoplasia atau tumbuhnya sel
yang abnormal pada leher rahim.
6) Hubungan seksual usia muda
Melakukan hubungan seksual sebelum 20 tahun
meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Pada usia
23
dibawah 20 tahun, organ reproduksi wanita belum mencapai
kematangan. Usia kematangan reproduksi wanita adalah usia
20-35 tahun. Dan apabila wanita mengandung pada usia
dibawah 20 tahun akan lebih berisiko tinggi terkena infeksi
HPV.
7) Pasangan seksual lebih dari satu
Melakukan hubungan seksual sebelum 20 tahun
meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Pada usia
dibawah 20 tahun, organ reproduksi wanita belum mencapai
kematangan. Usia kematangan reproduksi wanita adalah usia
20-35 tahun. Dan apabila wanita mengandung pada usia
dibawah 20 tahun akan lebih berisiko tinggi terkena infeksi
HPV.
8) Paritas yang tinggi
Semakin sering melahirkan, semakin tinggi risiko terkena
kanker serviks. Kelahiran yang berulang kali akan
mengakibatkan trauma pada serviks. Terjadinya perubahan
hormon pada wanita selama kehamilan ketiga akan
mengakibatkan wanita lebih mudah terkena infeksi HPV.
Ketika hamil wanita memiliki imunitas yang rendah sehingga
memudahkan masuknya HPV kedalam tubuh yang berujung
pada pertumbuhan kanker.
9) Penggunaan pembalut dan sabun pH > 4
Menurut Syatriani (2010), dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa penggunaan pembalut pada saat
menstruasi dan tidak sering diganti berisiko 3 kali lebih besar
menderita kanker serviks, serta penggunan sabun dengan pH
> 4 berisiko 4 kali lebih besar menderita kanker serviks.
10) Status sosial ekonomi
Wanita yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah akan
mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan
yang adekuat termasuk melakukan pemeriksaan Pap Smear,
24
sehingga deteksi dini dan skrining untuk mendeteksi infeksi
HPV menjadi kurang dan terapi pencegahan akan terhambat
apabila terkena kanker serviks.
Kegiatan penyuluhan
2.Menyimpulkan materi
penyuluhan yang telah
26
disampaikan
BAB III
JURNAL
27
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah wanita usia subur yang
berada diwilayah kerja puskesmas Brati sejumlah 85 responden dengan
menggunakan teknik total sampling.
2) I : Intervension
Tes Untuk Penapisan Kanker Servik Antara lain
Pap Smear
Menggunakan pendekatan “jaringan Netral” computer canggih
dimana komputer dapat melakukan penapisan secara cepat pada
slide dan sesuai kriteria yang diberikan, identifikasi sel-sel
abnormal. Area tersebut kemudian dikaji melalui monitor seorang
teknisi sitologi/ahli patologi
Servikografi
Kamera khusus yang digunakan untuk memfoto servik. Film
dicetak di laboratorium dan foto diinterpretasi oleh petugas terlatih.
Terutama digunakan sebagai tambahan dari papsmear, tetapi dapat
juga sebagai metode penapisan primer (Kemenkes, 2015).
Kolposkopi
Pemeriksaan visual bertenaga tinggi (pembesaran) untuk
eksoservik, SKK (saluran Skuamosa Kolumnar) dan kanal
endoserviks. Biasanya disertai dengan biopsi jaringan ikat yang
tampak abnormal. Terutama digunakan dalam tes “diagnosa”.
Pertama dikenalkan tahun 1929 (Kemenkes, 2015).
HPV
Menggunakan teknik molekul, DNA yang terkait dengan HPV
diuji disebuah contoh materi sel yang diambil dari serviks atau
vagina.Dapat digunakan sebagai tes penapisan
IVA Test
Pemeriksaan visual endo servik, SKK, dan kanal endoservik
dengan mata telanjang(tanpa pembesaran) dengan asam
28
asetat.digunakan sebagai tes penapisanLaporan hasil (tes-positif,
tes-negatif, dicurigai kanker) (Kemenkes 2015).
3) C : Comparation
---
4) O : Outcom
5) T : Time
29
DAFTAR PUSTAKA
https://www.halodoc.com/kesehatan/kolposkopi
https://www.sehatq.com/tindakan-medis/colposcopy
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/obstetrik-dan-ginekologi/
kolposkopi/teknik
30
Chan Y, Lee PW, Ng TY et al, the use of music to reduce anxiety for patients
undergoing colposcopy: A randomized trial. Gynecol oncol 2003;91:213
Penna C et al, Laser CO2 conization in post menopausal age: Risk of cervical
stenosis and unsatisfactory follow up. Gynecol Oncol 2005;96:963
Tomlinson AE, Hooper L, Martin Hisch PL, Pain relief for cervical colposcopy
treatment (protocol) Cochrane Database Syst Rev 2006:3
Widdice E. Lea, Updated guidelines for papanicolau test, colposcopy and human
papillo mavirus testing in adolescents, Journal of Adolescent Health, Vol. 53,
2008
Wright TC, Cox Jt, Massad LS et al, 2006 consensus guidelines of women with
abnormal cervical screening test. J Low Genit Tract Dis 2007;62:11:201-22
31
SKENARIO DIALOG DETEKSI DINI KANKER SERVIKS
DENGAN PEMERIKSAAN KOLPOSKOPI
1. Pembukaan
2. Penyajian
32
3. Evaluasi
4. Penutup
33