Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH KELOMPOK

“CA. COLORECTAL”
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa
Dosen Pengampu : Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp.Kep,MB

Dibuat Oleh:
Kelompok 11
Intan Jesika (23311011)
Mafika Berliana (23311013)
Maizatul Azamiyah (23311015)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta,


tidak lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw.
karena atas rahmat dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Ibu Ns. Sri Yanti, M.Kep,
Sp.Kep. MB
dan teman–teman serta semua yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah
ini dengan judul “CA. COLORECTAL”
Tugas ini kami buat untuk memenuhi tugas akademik Keperawatan
Dewasa Program Studi S1 Keperawatan, dan untuk memudahkan teman-teman
mahasiswa dalam memahami materi di dalam makalah ini kami rincikan secara
detail.
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu, semua kritik dan saran senantiasa kami
harapkan untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik. Kepada Allah
SWT. kami mohon rahmat dan hidayah-Nya. Semoga usaha yang kami lakukan ini
selalu dalam keridaan-Nya.

Pekanbaru, 25 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
1.3 Manfaat Penulisan .................................................................................... 2
1.3.1 Bagi Penulis .......................................................................................... 2
1.3.2 Bagi Institusi ......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................. 3
2.1 Anatomi dan Fisiologi ................................................................................. 3
2.2 Konsep Penyakit .......................................................................................... 4
2.2.1 Definisi.................................................................................................. 4
2.2.2 Etiologi.................................................................................................. 4
2.2.3 Patofisiologi .......................................................................................... 5
2.2.4 Manifestasi Klinis ................................................................................. 6
2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................... 6
2.2.6 Komplikasi ............................................................................................ 8
2.2.7 Penatalaksanaan Medis ......................................................................... 9
2.4 Asuhan Keperawatan Ca. Colorectal ........................................................ 12
2.4.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................... 12
2.4.2 Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 15
2.4.3 Intervensi Keperawatan ...................................................................... 15
2.4.4 Pendidikan Kesehatan Terkait Ca. Colorectal. ................................... 30
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................... 32
3.1 Kasus ......................................................................................................... 32
3.2 Pembahasan Kasus .................................................................................... 32
3.3 MCP Kasus ................................................................................................ 34
3.4 Asuhan Kperawatan .................................................................................. 35
3.4.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................... 35
3.4.2 Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 38
3.4.3 Intervensi Keperawatan ...................................................................... 40

ii
BAB IV JURNAL TERKAIT ............................................................................... 47
4.1 Analisis Jurnal ........................................................................................... 47
4.2 Terapi Komplementer terkait Gangguan Muskuloskeletal dan persyarafan
(Nyeri) ....................................................................................................... 48
4.3 EBP Terkait Gangguan Mukulokeletal dan Persyarafan (Nyeri) .............. 49
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 51
5.1 Kesimpulan................................................................................................ 51
5.2 Saran .......................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 52

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu
masalah kesehatan yang ada saat ini. Ca. Colorectal atau bisa disebut kanker
kolonrektal merupakan salah satu jenis kanker yang dunia. Pada tahun 2020,
kanker merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia, terdapat hampir 10
juta kematian atau hampir satu dari enam kematian (World Health Organization,
2022). Kanker kolonrektal pada tahap awal tidak akan menimbulkan gejala sampai
dengan kanker ini berkembang lebih lanjut. Gejala dari penyakit ini biasanya
muncul setelah 5–10 tahun setelah terjadinya kanker (LeMone, Priscilla., Burke,
Karen M., Bauldoff, 2015). Tergantung dimana letak tumornya, gejala kanker
kolorektal yaitu perubahan buang air besar, termasuk sembelit atau diare yang tidak
kunjung sembuh, merasa seperti tidak dapat mengosongkan perut sepenuhnya atau
sangat ingin buang air besar, kram di rectum, pendarahan dubur, bercak darah
gelap di dalam atau tinja berbentuk panjang, tipis, dan berserabut, perut tidak
nyaman atau kembung, kelelahan, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat
badan tanpa penyebab jelas, nyeri panggul, dan anemia (WebMed, 2022).
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan memiliki peranan penting dalam
merawat pasien dengan kanker kolonrektal. Asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien meliputi aspek fisik dan psikologis. Dasar dilakukannya asuhan
keperawatan adalah data dari riwayat kesehatan dan pengkajian fisik, yang
mencakup mengidentifikasi adanya defisit pada sistem pencernaan. Maka dari itu,
penulis melakukan studi kasus asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker
kolonrektal.

1.2 Tujuan Penulisan


1.1.1 Tujuan Umum
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Ca. Colorectal.
1.1.2 Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian keperawatan pada pasien Ca. Colorectal.

1
b. Mendeskripsikan diagnosis keperawatan pada pasien Ca. Colorectal.
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien Ca. Colorectal.
d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada pasien Ca. Colorectal.
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien Ca. Colorectal.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Penulis
Memperoleh pengetahuan dan menambah pengalaman dalam membuat dan
menyusun makalah tentang Ca. Colorectal.
1.3.2 Bagi Institusi
Dapat berguna sebagai bahan penimbangan dalam upaya pengembangan
pengetahuan dan pemberian untuk menyusuh makalah tentang Ca. Colorectal.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Anatomi dan Fisiologi


Usus besar memanjang dari ujung akhir dari ileum sampai anus. Panjangnya
bervariasi sekitar 1.5 m. Ukuran Usus besar berbentuk tabung muskular berongga
dengan panjang sekitar 1.5 m (5 kaki) yang terbentang dari saekum hingga kanalis
ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu sekitar
6.5 cm (2.5 inci). Makin dekat anus diameternya akan semakin kecil.

Usus besar terdiri dari bagian yaitu:


2.1.1 Caecum → kantong yang terletak di bawah muara ileum pada usus besar.
2.1.2 Kolon asenden → bagian ini memanjang dari saekum ke fossa iliaka kanan
sampai ke sebelah kanan abdomen.
2.1.3 Kolon Transversum → bagian usus besar yang paling besar dan paling dapat
bergerak bebas karena tergantung pada mesokolon, yang ikut membentuk
omentum majus.

3
2.1.4 Kolon desenden → terletak di bawah abdomen bagian kiri, dari atas ke
bawah, dari depan fleksura lienalis sampai di depan ileum kiri, bersambung
dengan sigmoid, dan dibelakang peritoneum.
2.1.5 Kolon sigmoid → disebut juga kolon pelvinum.
2.1.6 Rektum → lanjutan dari usus besar, yaitu kolon sigmoid dengan panjang
sekitar 15 cm.

2.2 Konsep Penyakit


2.2.1 Definisi
Kanker kolon merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar, yakni
bagian akhir dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal
dimulai dari sebuah benjolan/polip kecil, dan kemudian membesar menjadi tumor
(Yayasan Kanker Indonesia,2018).
2.2.2 Etiologi
Menurut (Nouva dkk, 2019), banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya kanker kolorektal, diantaranya adalah :
a. Diet tinggi lemak, rendah serat.
Salah satu faktor risiko meningkatnya angka kejadian karsinoma
kolorektal adalah perubahan diet pada masyarakat. Diet rendah serat dan
tinggi lemak diduga meningkatkan risiko karsinoma kolorektal. Sejumlah
penelitian epidemiologi menunjukkan diet tinggi serat berkolerasi negatif
dengan risiko kanker kolorektal. Seseorang dengan asupan rendah serat
mempunyai risiko 11 kali lebih besar terkena karsinoma kolorektal
dibandingkan dengan tinggi serat. Sedangkan asupan serat harian rata-rata
orang Indonesia masih rendah sebesar 10,5 g/hari. Serat memberikan efek
protektif dari sel kanker dengan mempercepat waktu kontak antara
karsinogen dan usus besar saat penggumpalan feses, sehingga menipiskan dan
menonaktifkan karsinogen. Efek protektif juga diperoleh dari antioksidan
pada sayur dan buah. Selain itu, asam lemak rantai pendek hasil fermentasi
serat meningkatkan diferensiasi sel atau menginduksi apoptosis.
b. Usia lebih dari 50 tahun.

4
c. Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker kolorektal
mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.
d. Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome. Pada
semua pasien ini tanpa dilakukan kolektomi dapat berkembang menjadi
kanker rektum.
e. Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis syndrome, Peutz-
Jeghers syndrome dan Muir syndrome.
f. Terjadi pada 50 % pasien kanker kolorektal herediter nonpolyposis.
g. Inflammatory bowel disease.
h. Kolitis Ulseratif (resiko 30 % setelah berumur 25 tahun).
i. Crohn disease, berisiko 4 sampai 10 kali lipat
2.2.3 Patofisiologi
Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari
polip adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya
masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Polip tumbuh dengan lambat, sebagian
besar tumbuh dalam waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi ganas. Ketika polip
membesar, polip membesar di dalam lumen dan mulai menginvasi dinding usus.
Tumor di usus kanan cenderung menjadi tebal dan besar, serta menyebabkan
nekrosis dan ulkus. Sedangkan tumor pada usus kiri bermula sebagai massa kecil
yang menyebabkan ulkus pada suplai darah (Black & Hawks, 2014).
Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke dalam lapisan
lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker kolorektal
menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa,
dan dinding luar usus. Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor
lambung, duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan
dinding abdominal juga dapat dikenai oleh perluasan. Metastasis ke kelenjar getah
bening regional sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi,
bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional masih normal.
Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem limpatik atau
sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal.
“Penyemaian” dari tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor

5
meluas melalui serosa atau selama pemotongan pembedahan (Black & Hawks,
2014).
Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan 20–
30 % terjadi di sigmoid dan kolon desending. Kanker kolorektal terutama
adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. Tumor pada
kolon asenden lebih banyak ditemukan daripada pada transversum (dua kali lebih
banyak). Tumor bowel maligna menyebar dengan cara (Black & Hawks, 2014):
a. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung
misalnya ke abdomen dari kolon transversum. Penyebaran secara langsung
juga dapat mengenai bladder, ureter dan organ reproduksi.
b. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa mengenai
paru-paru, ginjal dan tulang.
c. Tertanam ke rongga abdomen.
2.2.4 Manifestasi Klinis
Menurut (Nouva dkk, 2019), gejala umum dari kanker kolorektal ditandai
oleh perubahan kebiasaan buang air besar. Gejala tersebut meliputi:
a. Diare atau sembelit
b. Perut terasa penuh
c. Ditemukannya darah (baik merah terang atau sangat gelap) di feses.
d. Feses yang dikeluarkan lebih sedikit dari biasanya.
e. Sering mengalami sakit perut, kram perut, atau perasaan penuh atau
kembung.
f. Sering ingin defekasi namun tinja sedikit.
g. Kehilangan berat badan tanpa alasan yang diketahui.
h. Merasa sangat lelah sepanjang waktu.
i. Mual atau muntah.
2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Prabowo (2019) Menyatakan bahwa proses pencarian sel kanker kolorektal
dalam tubuh manusia memiliki beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan
skrining, pemeriksaan polip lanjutan, pemeriksaan tinja, pemeriksaan pencitraan
untuk mencari kanker kolorektal.
a. Skrining

6
Skrining berupa pemeriksaan untuk mencari sel kanker pada tubuh
manusia dengan gejala maupun tanpa gejala yang spesifik. Pada kanker
kolorektal tes skrining dapat menemukan polip dan kanker kolorektal dengan
melihat struktur abnormal pada usus besar.
b. Pemeriksaan polip lanjutan
1) Sigmoidoskopi fleksibel
Pemeriksaan dengan memasukan alat teropong melalui anus dan masuk
sampai ke rektum hingga pada bagian bawah usus besar, hal ini untuk melihat
kelainan pada kolon dan rektum.
2) Kolonoskopi
Pemeriksaan ini hampir sama dengan sigmoidoskopi fleksibel, akan tetapi
kolonoskopi dapat digunakan untuk memasukan alat khusus untuk biopsi atau
memotong dan mengeluarkan bagian abnormal seperti polip apabila
diperlukan dalam tes laboratorium untuk mendeteksi sel-sel kanker. Efek
samping yang terjadi setelah dilakukannya kolonoskopi yaitu abdomen akan
terasa kembung, nyeri atau kram untuk beberapa saat, dan perubahan ritme
jantung akibat sedasi.
3) Kontras ganda enema barium
Tes ini dapat disebut dengan seri GI bagian bawah atau enema barium
kontras udara di mana tergolong dalam jenis tes sinar-x. Tes tersebut berguna
untuk menunjukkan bagian abnormal dan bertujuan untuk menentukan
apakah prosedur kolonoskopi perlu dilakukan lebih lanjut pada pasien.
4) CT kolonografi (kolonoskopi virtual)
Tes tersebut merupakan tes lanjutan dari CT scan pada usus besar dan
rektum dengan pandangan x-ray 2 dan 3 dimensi sehingga memungkinkan
dokter dalam melihat polip dan kanker.
c. Pemeriksaan tinja
1) Tes darah samar feses berbasis guaiac (gFOBT)
Tes gFOBT atau tes darah samar berbasis guaiac bertujuan untuk
mendeteksi darah pada fese dengan reaksi kimia. Apabila hasil positif maka
dibutuhkan pemeriksaan kolonoskopi pada pasien.
2) Uji imunokimia tinja (FIT)

7
Hal ini bertujuan untuk menguji darah tersembunyi pada feses untuk
menemukan reaksi terhadap protein hemoglobin.
d. Pemeriksaan pencitraan untuk mencari kanker kolorektal
Pemeriksaan tersebut berguna untuk mengetahui seberapa jauh kanker
menyebar dalam tubuh, melihat area yang dicurigai terdapat kanker, dan
menentukan apakah pengobatan pada kanker dapat bekerja. Adapun
pemeriksaan tersebut yaitu berupa :
1) CT scan
Untuk mengetahui apakah kanker kolorektal telah meluas pada organ lain
pada tubuh. Hal ini berguna pada pasien yang tidak dapat melakukan tes
invasif seperti kolonoskopi.
2) Ultrasound
Pemeriksaan ultrasound berupa USG endorektal bertujuan untuk melihat
pertumbuhan kanker pada organ atau jaringan terdekat melalui dalam rektum
melalui dubur.
3) Scan tomografi emisi positron (PET Scan)
Pemeriksaan tersebut menggunakan bentuk radioaktif gula yang
dimasukan kedalam darah, sel-sel kanker yang berkembang dengan cepat
cenderung mengambil lebih banyak gula dibandingkan dengan sel normal
tubuh. Apabila pasien telah terdiagnosis kanker kolorektal dokter akan
menggunkan tes tersebut untuk mengetahui penyebaran kanker pada kelenjar
getah bening atau bagian organ tubuh lain.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi awal yang dapat terjadi adalah sumbatan (obstruksi) saluran cerna.
Sumbatan tersebut tentu diakibatkan tumor yang memenuhi saluran usus. Adanya
sumbatan tersebut menyebabkan penderitanya mengalami konstipasi dan nyeri perut.
Selain obstruksi, tumor juga dapat menyebabkan usus mengalami kebocoran
(perforasi). Perforasi usus dapat menimbulkan gejala yang berat seperti nyeri perut
hebat, perut terlihat membesar dan tegang, muntah, serta infeksi berat.
Tak berhenti di situ, kanker usus juga dapat menimbulkan perdarahan. Hal
tersebut dapat terjadi bila tumor berada di sekitar rektum, salah satu bagian terakhir
usus besar. Perdarahan tumor dapat menyebabkan penderitanya kehilangan darah

8
yang cukup banyak, sehingga menimbulkan anemia (kekurangan sel darah merah).
Komplikasi lain dari kanker usus adalah penyebaran sel tumor ke organ yang lain.
Proses yang disebut metastasis ini lazim terjadi pada berbagai jenis kanker,
terutama yang sifatnya ganas. Organ tubuh yang paling sering menjadi sasaran
metastasis sel kanker usus adalah kelenjar getah bening, paru, dan selaput rongga
perut. Metastasis dapat menimbulkan gejala sesuai organ yang terkena, misalnya
benjolan di sekitar leher, sesak napas, dan nyeri perut serta perut yang semakin
membesar (Timurtini, 2019).

2.2.7 Penatalaksanaan Medis


Latifah (2020) Kanker kolorektal memiliki beberapa penatalaksanaan medis
berupa :
a. Terapi paliatif
Terapi ini bertujuan untuk menjamin kualitas hidup pasien lebih baik
dengan mengatasi dan mencegah obstruksi serta menghentikan pendarahan,
serta memperhatikan aspek spiritual dan psikologis.
b. Terapi kuratif
Terapi tersebut berupa tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
mempermudah saluran pencernaan di mana bersifat kuratif maupun non
kuratif. Pada tindakan pembedahan terdapat beberapa penanganan berupa
abdominoperineal resection, hemocolectomy,sigmoid colectomy, transverse
colectomy, dan left hemocolectomy.
c. Terapi lain
Pada kanker kolorektal terdapat beberapa tindakan terapi lain berupa
radioterapi ajuvan, kemoterapi poliatif, dan kemoradioterapi. Kemoterapi
bertujuan untuk mengecilkan ukuran tumor pada pasien dimana tergolong
dalam tindakan preoperasi yang diberikan melalui injeksi maupun oral.

9
2.3 MCP Teori Ca. Colorectal
MD: Ca. Corectal
2. DX: Nyeri Kronik b.d infiltrasi tumor. 1. DX: Diare b.d inflamasi gastrointestinal
Ds : Key Assesment: Ds:
- Ps mengatakan sering mengalami sakit 1. Diare
- Ps mengatakan dalam 1 hari sudah defekasi
perut. 2. Sering mengalami sakit perut, kram lebih dari 3 kali.
- Ps mengatakan rasa nyeri seperti perut, atau perasaan penuh atau - Ps mengatakan feses lunak kadang cair
tertekan atau ditusuk-tusuk. kembung. (atau tidak terbentuk).
- Ps mengatakan ada rasa takut 3. Feses berwarna kehitaman dan ada - Ps mengatakan BAB tidak tuntas
mengalami cedera berulang. darah bercampur lendir. - Ps mengatakan ada rasa nyeri di perut
- Ps mengatakan pola tidur tidak teratur. 4. Mual atau muntah. ketika defekasi atau flatus dengan skala
Do: 5. Anemia dan Hipoklemia nyeri 6.
- Ps tampak meringis. 6. Pucat, kelelahan, dan lemah Do:
- Ps tampak gelisah. 7. Merasa cemas - Feses lunak atau cair.
- Ps tampak tidak mampu menuntaskan 8. Turgor kulit menurun - Adanya bising usus hiperaktif.
aktivitas. 9. Berat badan menurun tanpa
- P: Ca. Colorectal. signifikan dan nafsu makan menurun
Q: seperti tertekan atau ditusuk-tusuk 10. Pola tidur tidak teratur.
R: abdomen bawah sebelah kiri. 11.
S: nyeri skala 6.
T: nyeri diarasakan saat ingin BAB dan 3. DX: Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif.
flatus. Ds:
- Ps mengatakan dalam 1 hari sudah defekasi lebih dari 3 kali.
- Ps mengatakan ada rasa mual
- Ps mengatakan ada muntah
- Ps mengatakan ada rasa mudah lelah dan lemah.
Do:
- Ps tampak pucat.
- Turgor kulit menurun.
- Membran mukosa kering.

10
4. DX: Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d MD: Ca. Corectal 5. DX: Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan
penurunan konsentrasi mencerna makanan.
Key Assesment:
hemoglobin. Ds:
Ds : 1. Diare - Ps mengatakan berat badan menurun tanpa
- Ps mengatakan feses berwarna 2. Sering mengalami sakit perut, kram signifikan.
kehitaman dan ada darah bercampur perut, atau perasaan penuh atau - Ps mengatakan ada rasa nyeri di perut
lendir. kembung. ketika defekasi atau flatus dengan skala
Do: 3. Feses berwarna kehitaman dan ada nyeri 6.
- Ps tampak pucat. darah bercampur lendir. - Ps mengatakan nafsu makan menurun.
- Turgor kulit menurun.. 4. Mual atau muntah. - Ps mengatakan dalam 1 hari sudah defekasi
- Akral teraba dingin. 5. Anemia dan Hipoklemia lebih dari 3 kali
Pengisian kapiler > 3 detik 6. Pucat, kelelahan, gelisah, dan lemah Do:
7. Merasa cemas - Feses lunak atau cair.
8. Turgor kulit menurun - Adanya bising usus hiperaktif.
9. Berat badan menurun tanpa - Membran mukosa pucat.
signifikan dan nafsu makan menurun
10. Pola tidur tidak teratur.

6. DX: Ansietas b.d ancaman terhadap kematian.


Ds:
- Ps mengatakan ada rasa bingung terhadap penyakit.
- Ps mengatakan ada rasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi.
- Ps mengatakan nafsu makan menurun.
- Ps mengatakan berat badan menurun tanpa signifikan.
Do:
- Ps tampak pucat dan gelisah.
- Turgor kulit menurun.
- Ps tampak sulit tidur.

11
2.4 Asuhan Keperawatan Ca. Colorectal
2.4.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang pasien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan pasien. Pengkajian
yang komprehensif atau menyeluruh, sistematis yang logis akan mengarah dan
mendukung pada identifikasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dapat
diperoleh dari data subyektif melalui wawancara dan dari data obyektif melalui
observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Hartati Widya, 2020).
a. Pengumpulan Data
1) Identitas pasien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
alamat, tempat tinggal
2) Riwayat penyakit sekarang: Pada pengkajian ini yang perlu dikaji
adanya keluhan pada area abdomen terjadi pembesaran
3) Riwayat penyakit dahulu: Adakah riwayat penyakit dahulu yang
diderita pasien dengan timbulnya kanker kolon.
4) Riwayat penyakit keluarga: Adakah anggota keluarga yang
mengalami penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota
keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya
5) Riwayat psikososial dan spiritual: Bagaimana hubungan pasien
dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum
maupun saat sakit, apakah pasien mengalami kecemasan, rasa sakit,
karena penyakit yang dideritanya, dan bagaimana pasien
menggunakan koping mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
b. Riwayat bio- psiko- sosial- spiritual
1) Pola Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan apa saja
yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai, frekwensi
makanannya
2) Pola Eliminasi

12
Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK, adakah keluar darah
atau tidak, keras, lembek, cair?
3) Pola personal hygiene
Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun atau
tidak, menyikat gigi.
4) Pola istirahat dan tidur
-Kebiasaan istirahat tidur berapa jam?
-Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa saja yang dilakukan?
5) Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar
kegiatan olaraga, misalnya mengurusi urusan adat di kampung dan
sekitarnya.
6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras,
ketergantungan dengan obat-obatan (narkoba).
7) Hubungan peran
Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, teman-teman
sekitar lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat?
8) Pola persepsi dan konsep diri
Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap keluarga,
kebersamaan dengan keluarga
9) Pola nilai kepercayaan
Kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap agama
yang dianut, mengerjakan perintah agama yang di anut dan patuh terhadap
perintah dan larangan-Nya.
10) Pola reproduksi dan seksual
Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan dengan keluarga
besarnya dan lingkungan sekitar.
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher: Dengan tehnik inspeksi dan palpasi
2) Rambut dan kulit kepala: Pendarahan, pengelupasan, perlukaan,
penekanan

13
3) Telinga: Perlukaan, darah, cairan, bau?
4) Mata: Perlukaan, pembengkakan, replek pupil, kondisi kelopak mata,
adanya benda asing, skelera putih?
5) Hidung: Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan anatomi
akibat trauma?
6) Mulut: Benda asing, gigi, sianosis, kering?
7) Bibir: Perlukaan, pendarahan, sianosis, kering?
8) Rahang: Perlukaan, stabilitas?
9) Leher: Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar tiroid.
d. Pemeriksaan dada
1) Inspeksi: Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi
pernapasan, irama, gerakkan cuping hidung, terdengar suara napas
tambahan.
2) Palpasi: Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama antara
kanan kiri dinding dada.
3) Perkusi: Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup pada
batas paru dan hepar.
4) Auskultasi: Terdengar adanya suara visikoler di kedua lapisan paru,
suara ronchi dan wheezing.
e. Kardiovaskuler
1) Inspeksi: Bentuk dada simetris
2) Palpasi: Frekuensi nadi,
3) Parkusi: Suara pekak
4) Auskultasi: Irama regular, systole/ murmur
f. System pencernaan / abdomen
1) Inspeksi: Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen
membuncit atau datar, tapi perut menonjol atau tidak, lembilikus
menonjol atau tidak, apakah ada benjolan benjolan / massa.
2) Palpasi: Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor, teses)
turgor kulit perut untuk mengetahui derajat bildrasi pasien, apakah
tupar teraba, apakah lien teraba?

14
3) Perkusi: Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cair
akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinaria, tumor).
4) Auskultasi: Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya 5- 35 kali
permenit.
g. Pemeriksaan extremitas atas dan bawah yaitu warna dan suhu kulit,
perabaan nadi distal, depornitas extremitas alus, gerakan extremitas secara
aktif dan pasif, gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi, derajat
nyeri bagian yang cidera, edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh, dan
reflek patella.
h. Pemeriksaan pelvis/genitalia yaitu kebersihan, pertumbuhan rambut,
kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, terpasang kateter, terdapat lesi
atau tidak.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut (Tim Pokja SDKI, DPP, 2017), diagnosa keperawatan yaitu:
a. Diare b.d inflamasi gastrointestinal.
b. Nyeri Kronik b.d infiltrasi tumor.
c. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif.
d. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin.
e. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan.
f. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian.

2.4.3 Intervensi Keperawatan


Menurut (Tim Pokja SIKI, DPP, PPNI, 2018), intervensi keperawatan yaitu:

15
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diare b.d inflamasi gastrointestinal Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare (I.03101)
keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan eliminasi fekal membaik, a) Observasi
dengan kriteria hasil: 1) Identifikasi penyebab diare (mis: inflamasi
a) Kontrol pengeluaran feses gastrointestinal, iritasi gastrointestinal,
meningkat proses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres,
b) Keluhan defekasi lama dan sulit obat-obatan, pemberian botol susu)
menurun 2) Identifikasi Riwayat pemberian makanan
c) Mengejan saat defekasi 3) Identifikasi gejala invaginasi (mis:
menurun tangisan keras, kepucatan pada bayi)
d) Konsistensi feses membaik 4) Monitor warna, volume, frekuensi, dan
e) Frekuensi BAB membaik konsistensi feses
f) Peristaltik usus membaik 5) Monitor tanda dan gejala hypovolemia
(mis: takikardia, nadi teraba lemah,
tekanan darah turun, turgor kulit turun,
mukosa kulit kering, CRT melambat, BB
menurun)

16
6) Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah
perianal
7) Monitor jumlah dan pengeluaran diare
8) Monitor keamanan penyiapan makanan

b) Terapeutik
1) Berikan asupan cairan oral (mis: larutan
garam gula, oralit, Pedialyte, renalyte)
2) Pasang jalur intravena
3) Berikan cairan intravena (mis: ringer
asetat, ringer laktat), jika perlu
4) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
5) Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu

c) Edukasi
1) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap

17
2) Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas, dan mengandung
laktosa
3) Anjurkan melanjutkan pemberian ASI

d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
(mis: loperamide, difenoksilat)
2) Kolaborasi pemberian antispasmodik
/spasmolitik (mis: papaverine, ekstrak
belladonna, mebeverine).
3) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
(mis: atapugit, smektit, kaolin-pektin).
2. Nyeri Kronik b.d infiltrasi tumor. Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
tingkat nyeri menurun, dengan a. Observasi
kriteria hasil: 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
a) Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b) Perasaan depresi menurun 2) Identifikasi skala nyeri

18
c) Meringis menurun 3) Idenfitikasi respon nyeri non verbal
d) Gelisah menurun 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan
e) Kemampuan menuntaskan memperingan nyeri
aktivitas meningkat 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
8) Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9) Monitor efek samping penggunaan
analgetik

b. Terapeutik
1) Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi

19
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgesik secara
tepat
5) Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri

20
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3. Hipovolemia b.d kehilangan cairan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia (I.03116)
aktif. keperawatan selama 3 x 24 jam, maka a) Observasi
status cairan membaik, dengan 1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis:
kriteria hasil: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
a) Kekuatan nadi meningkat lemah, tekanan darah menurun, tekanan
b) Output urin meningkat nadi menyempit, turgor kulit menurun,
c) Membran mukosa lembab membran mukosa kering, volume urin
meningkat menurun, hematokrit meningkat, haus,
d) Ortopnea menurun lemah)
e) Dispnea menurun 2) Monitor intake dan output cairan
f) Paroxysmal nocturnal dyspnea b) Terapeutik
(PND) menurun 1) Hitung kebutuhan cairan
g) Edema anasarka menurun 2) Berikan posisi modified Trendelenburg
h) Edema perifer menurun 3) Berikan asupan cairan oral
i) Frekuensi nadi membaik c) Edukasi
j) Tekanan darah membaik 1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan
k) Turgor kulit membaik oral

21
l) Jugular venous pressure 2) Anjurkan menghindari perubahan posisi
membaik mendadak
m) Hemoglobin membaik d) Kolaborasi
n) Hematokrit membaik 1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis: NaCL, RL)
2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis: glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3) Kolaborasi pemberian cairan koloid
(albumin, plasmanate)
4) Kolaborasi pemberian produk darah
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Setelah dilakukan intervensi Perawatan Sirkulasi (I.02079)
penurunan konsentrasi hemoglobin. keperawatan selama 3 x 24 jam, maka a) Observasi
perfusi perifer meningkat, dengan 1) Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer,
kriteria hasil: edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
a) Pengisian kapiler membaik ankle-brachial index)
b) Akral membaik 2) Identifikasi faktor risiko gangguan
c) Warna kulit pucat menurun sirkulasi (mis: diabetes, perokok, orang
d) Turgor kulit membaik tua, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi)

22
3) Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ekstremitas
b) Terapeutik
1) Hindari pemasangan infus, atau
pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
2) Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
3) Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cidera
4) Lakukan pencegahan infeksi
5) Lakukan perawatan kaki dan kuku
6) Lakukan hidrasi
c) Edukasi
1) Anjurkan berhenti merokok
2) Anjurkan berolahraga rutin
3) Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar

23
4) Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
5) Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
6) Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
7) Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat (mis: melembabkan kulit kering pada
kaki)
8) Anjurkan program rehabilitasi vaskular
9) Ajarkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi (mis: rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
10) Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis: rasa sakit yang
tidak hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa).

24
5. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (I.03119)
mencerna makanan. keperawatan selama 3 x 24 jam, maka a) Observasi
status nutrisi membaik, dengan 1) Identifikasi status nutrisi
kriteria hasil: 2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
a) Porsi makan yang dihabiskan 3) Identifikasi makanan yang disukai
meningkat 4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
b) Berat badan membaik nutrien
c) Indeks massa tubuh (IMT) 5) Identifikasi perlunya penggunaan selang
membaik nasogastrik
6) Monitor asupan makanan
7) Monitor berat badan
8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b) Terapeutik
1) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
2) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis:
piramida makanan)
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai

25
4) Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
6) Berikan suplemen makanan, jika perlu
7) Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogastik jika asupan oral dapat
ditoleransi
c) Edukasi
1) Ajarkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang diprogramkan
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (misal: Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

26
6. Ansietas b.d ancaman terhadap Setelah dilakukan intervensi Reduksi Ansietas (I.09314)
kematian. keperawatan selama 3 x 24 jam, maka a) Observasi
tingkat ansietas menurun, dengan 1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
kriteria hasil: (mis: kondisi, waktu, stresor)
a) Verbalisasi kebingungan 2) Identifikasi kemampuan mengambil
menurun keputusan
b) Perilaku gelisah menurun 3) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
c) Perilaku tegang menurun nonverbal)
d) Konsentrasi membaik b) Terapeutik
1) Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2) Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
3) Pahami situasi yang membuat ansietas
4) Dengarkan dengan penuh perhatian
5) Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
6) Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan

27
7) Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
8) Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
c) Edukasi
1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2) Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3) Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
4) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6) Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
7) Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat

28
8) Latih Teknik relaksasi
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
jika perlu

29
2.4.4 Pendidikan Kesehatan Terkait Ca. Colorectal.
Pendidikan Kesehatan dalam arti Pendidikan secara umum adalah segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu,
kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
promosi Kesehatan. Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau Pendidikan
Kesehatan adalah perilaku Kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan
meningkatkan Kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi Kesehatan
(Notoadmodjo, 2014).
a Diit Pada Pasien Ca. Colorectal.
Jenis diet untuk pasien kanker sangat tergantung pada keadaan pasien,
perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanannya.
Oleh sebab itu, diet disusun secara individual. Jenis makanan atau diet yang
diberikan hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indera
pencecap, rasa cepat kenyang, mual, penurunan berat badan akibat
pengobatan. Sesuai keadaan pasien makanan yang diberikan secara oral,
enteral maupun parenteral. Makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan
padat, makanan cair atau kombinasi. Makanan padat dapat berbentuk
makanan biasa, makanan lunak atau makanan lumat (Almatsier 2004).
Syarat diet penyakit kanker adalah energi tinggi yaitu 36 kkal/kg BB untuk
laki-laki dan 32 kkal/kg BB untuk perempuan. Protein tinggi yaitu 1-1,5 g.kg
BB, lemak sedang yaitu 15-20% dari kebutuhan total energi. Karbohidrat, dan
vitamin dan mineral diberikan cukup, rendah yodium apabila sedang
menjalankan medikasi radioaktif internal, dan porsi makanan diberikan kecil
dan sering (Almatsier 2004).
b Pemberian Motivasi Dari Dukungan Keluarga
Bejanaro (2009) mengungkapkan bahwa selain mengalami gangguan
psikologis, penderita kanker mengalami gangguan fisik yang dapat
menurunkan asupan makannya sebagai efek samping terapi. Dalam hal ini,
keluarga memiliki peran, selain untuk mendampingi penderita dari sisi
psikologis, namun juga terkait dengan perawatan serta pemberian asupan
nutrisi pada anggota keluarga yang sakit.

30
Keluarga harus menyadari pentingnya pemberian motivasi pada penderita
kanker untuk mengonsumsi makanan yang mampu diterimanya, karena
persoalan makan dan gizi merupakan masalah yang berkaitan dengan emosi
dalam keadaan anoreksia (Wilkes, 2000). Hasil penelitian Huda (2012)
menunjukkan bahwa jika dilihat dari sisi keluarga, makanan merupakan salah
satu bentuk kasih sayang yang dapat diberikan kepada penderita kanker,
sehingga keluarga akan mengawasi intake makanan penderita agar tidak
terjadi penurunan berat badan yang dianggap berimbas pada semakin parah
penyakitnya. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa kebiasaan makan
penderita dapat memengaruhi kualitas hidup penderita kanker.
Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan berupa sikap, tindakan,
dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya yang bersifat mendukung dan
memberikan pertolongan kepada anggotanya (Friedman, 2010). Dukungan
keluarga merupakan faktor yang sangat penting untuk memotivasi dan
meningkatkan semangat hidup penderita kanker (Sari, 2012). Frahm (2002)
dan Sari (2012) memaparkan bahwa keluarga merupakan teman terbaik bagi
penderita kanker untuk sama-sama berjuang menghadapi penyakitnya.
Friedman (1998) menuliskan beberapa bentuk, yaitu:
1) Dukungan informasional terkait dengan pemberian informasi,
nasehat, saran, serta petunjuk yang diberikan kepada anggota
keluarga.
2) Dukungan finansial berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan
keluarga untuk pengobatan atau perawatan dalam menunjang
kesehatan.
3) Dukungan emosional terkait dengan psikologis serta spiritual
penderita kanker.
4) Dukungan instrumental berupa pemenuhan kebutuhan intake
makanan, nutrisi, dan pakaian penderita (Anggraeni, 2010).

31
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus
Tn x, berusia 50 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan diare, sakit perut
tidak menentu, sering ingin defekasi namun tinja sedikit, perdarahan campur lendir.
Kadang-kadang gejala yang timbul menyerupai gejala penyakit disentri. Sejak 1
bulan yang lalu, Sebelumnya pernah di rawat di puskesmas yang diduga disentri,
setelah pengobatan dan dirawat selama 3 hari tidak ada perubahan, tidak nafsu
makan dan berat badan semakin menurun selama 1 bulan ini, TTV: Td 130/mmHg
N:110xm P 23x/m S:36,5. Kebiasaan sehari-hari klien yaitu merokok 2 bungkus
per hari. Jarang berolahraga. Dan jarang konsumsi sayur dan buah-buahan.

3.2 Pembahasan Kasus


Secara teori didapatkan bahwa salah satu penyebab dari kanker kolonrektal
ini adalah merokok. Dari hasil pengkajian, didapatkan bahwa pasien adalah
perokok selama 20 tahun. Pasien mengatakan bahwa sampai saat ini, pasien masih
merokok kecuali saat pasien mulai dirawat di RS. Pasien mengatakan gejala awal
yang dirasakan pasien adalah nyeri perut saat BAB maupun BAK sejak tiga bulan
sebelum masuk rumah sakit. Gejala ini sesuai dengan teori dari, yang menyatakan
bahwa salah satu gejala dari kanker kolonrektal berupa nyeri pada perut (LeMone,
Priscilla., Burke, Karen M., Bauldoff, 2019) . Penelitian yang dilakukan di Amerika
disebutkan bahwa terdapat peningkatan risiko terhadap perokok terhadap kanker
kolonrektal dilihat dari durasi merokok, jumlah rokok yang diisap setiap harinya,
dan jumlah rokok yang diisap pertahunnya.
Pasien ini mempunyai riwayat merokok selama dua puluh tahun dan ini
sesuai dengan jurnal diatas dimana durasi merokok yang dimiliki oleh pasien.
Merokok dapat menjadi berisiko untuk kanker kolonrektal karena nikotin yang
terdapat dalam rokok dapat membuat mutasi gen oenekan tumor dan onkogen
sehingga dapat terjadi perubahan DNA yang dapat memicu terjadinya kanker.
Sedangkan pada pasien juga etiologi yang didapat bahwa pasien mengkonsumsi
makanan tinggi lemak dan rendah serat. Makanan tinggi lemak seperti

32
menyebabkan terjadinya lipid peroksidasi yang dapat membuat terjadinya
kerusakan DNA sehingga terjadi mutasi yang menimbulkan kanker.
Selain itu kebiasaan pasien mengkonsumsi daging olahan dan kurang
konsumsi serat seperti sayur dan buah-buahan juga sebagai pemicu kanker kolon.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa konsumsi daging merah secara berlebih
dapat meningkatkan risiko kanker. Makanan pemicu kanker ini mengandung lemak
jenuh dan kolesterol tinggi. Risiko kanker akibat daging merah berlebih akan
semakin meningkat bila diolah dengan cara dibakar, digoreng, atau dipanggang.
Hal ini dikarenakan metode tersebut dapat mendorong pembentukan zat atau
senyawa karsinogenik yang dapat memicu timbulnya risiko beberapa jenis kanker,
seperti kanker kololectar dan kanker lambung.

33
3.3 MCP Kasus

MD: Ca. Corectal 1. DX: Nyeri Kronik b.d infiltrasi tumor.


1. DX: Diare b.d inflamasi gastrointestinal Ds :
Key Assesment:
Ds: - Ps mengatakan sering mengalami sakit
- Ps mengatakan dalam 1 hari sudah defekasi 1. Diare perut.
lebih dari 3 kali. 2. Sering mengalami sakit perut, - Ps mengatakan rasa nyeri seperti
- Ps mengatakan feses lunak kadang cair kram perut, atau perasaan penuh tertekan atau ditusuk-tusuk.
(atau tidak terbentuk). atau kembung. - Ps mengatakan ada rasa takut
- Ps mengatakan BAB tidak tuntas 3. Feses berwarna kehitaman dan mengalami cedera berulang.
- Ps mengatakan ada rasa nyeri di perut ada darah bercampur lendir. - Ps mengatakan pola tidur tidak teratur.
ketika defekasi atau flatus dengan skala 4. Pucat, kelelahan, dan lemah Do:
nyeri 6. 5. Merasa cemas - Ps tampak meringis.
Do: 6. Turgor kulit menurun - Ps tampak gelisah.
- Feses lunak atau cair. 7. Berat badan menurun tanpa - Ps tampak tidak mampu menuntaskan
- Adanya bising usus hiperaktif. signifikan dan nafsu makan aktivitas.
menurun - P: Ca. Colorectal.
Q: seperti tertekan atau ditusuk-tusuk
R: abdomen bawah sebelah kiri.
S: nyeri skala 3.
3. DX: Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif. T: nyeri diarasakan saat ingin BAB dan
Ds: flatus.
- Ps mengatakan dalam 1 hari sudah defekasi lebih dari 3 kali.
- Ps mengatakan ada rasa mual
- Ps mengatakan ada muntah
- Ps mengatakan ada rasa mudah lelah dan lemah.
Do:
- Ps tampak pucat.
- Turgor kulit menurun.
- Membran mukosa kering.
34
3.4 Asuhan Kperawatan
3.4.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Nama : Tn.x
Umur : 50 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jakarta
Tempat tinggal : Jl. Sisingamagaraja
b. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien mengeluh sakit perut tidak menentu, dan diare serta mengalami
penurunan berat badan, Ketika dilakukan pemeriksaan nyeri pada abdomen
c. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien sebelumnya pernah dirawat dipuskesmas dengan keluhan diare
berat.
d. Riwayat penyakit keluarga:
Ada anggota keluarga yang mengalami penyakit seperti yang dialami
pasien, yaitu kakek pasien
e. Riwayat psikososial dan spiritual:
Pasien memiliki hubungan yang baik terhadap keluarga inti, yaitu isteri
anak, serta hubungan baik dengan keluarga yang lain, apabila pasien memiliki
masalah biasanya dibantu oleh keluarga yang lain. Pasien sebelumnya juga
sering beribadah di masjid dan seorang yang memiliki dan menjalankan
agama yang taat.
f. Riwayat bio- psiko- sosial- spiritual
g. Pola Nutrisi
Pasien biasanya makan 3 kali sehari, makanan kesukaan pasien adalah
daging, tidak suka mengkonsumsi sayur dan buah, sering konsumsi kopi dan
the di pagi hari.
h. Pola Eliminasi
Sebelum sakit biasanya pasien bab 1 kali sehari lunak, dan tidak cair pada
pagi hari dan buang air kecil sering pada pagi dan malam hari berwran putih

35
agak kekuningan dan tidak bau, semenjak sakit, lebih kurang selama 1 bulan,
sering diare dan berbau berwarna agak kehitaman terkadang berlacpur dengan
darah.
i. Pola personal hygiene
Pasien biasanya mandi 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore,
menggunakan sabun cair, mengosok gigi 2 kali sehari
j. Pola istirahat dan tidur
Pasein biasanya tidur siang hari 1 jam, dan pada malam hari mulai tidur
pada jam 11 malam dan bangun pada jam 5 pagi biasanya sebelum tidur
pasien sering konsumsi kopi dan mengobrol Bersama teman-temnaya.
k. Pola aktivitas dan latihan
Pasien jarang berolahgraga, dan pasien menganggap bahwa bekerja itu
termsuk olahraga karena sering berkeringan juga. Selain berdagang pasien
juga termasuk aktiv di masrakat seperti gotong royong.
l. Hubungan peran
Pasien emiliki hubungan yang baik dengan keluarga yang lain dan
harmonis.
m. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien memandang dirinya sebagai orang biasa saja, dan suka menolong
siapapun yang membtuhkan bantuan.
n. Pola nilai kepercayaan
Pasien berasal dari keluarga islam yang taat, menjalakan ibadah2 yang
dianjurkan dalam agama islam, seperti shalat, mengaji,
o. Pola reproduksi dan seksual
Pasien mengatakan tidak ada masalah hubungan seksual sebelumnya, tapi,
semenjak 1 bulan ini sering mengeluh sakit Ketika berhubungan seksual yaitu
sakit pada perut.
p. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher:
I: bentuk simteris, JVP tidak ada tanda JVP
P: tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada nyeri area kepala
2) Rambut dan kulit kepala:

36
Warna rambut putih, kulit kepala kotor. Bnyak ketombe
3) Telinga:
Bentuk simtersi, tidak ada cairan
4) Mata:
Tidak ada pembengkakan area mata, reflek pupil bagus, kelopakmata
normal kondisi kelopak mata,tidak adanya benda asing, skelera putih
5) Hidung:
Tidak ada luka disekitar hidung, tidak ada kelainan
6) Mulut:
Benda asing, gigi, sianosis, kering?
7) Bibir:
Tampak kering, tidak ada perdarahan,
8) Leher:
Bendungan vena tidak ada, deviasi trakea tidak ada, pembesaran
kelenjar tiroid tidak ada
9) Pemeriksaan dada
Inspeksi : Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi
pernapasan sama, irama teratur, gerakkan cuping hidung tidak ada,
tidak terdengar suara napas tambahan.
Palpasi: Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama antara
kanan kiri dinding dada.
Perkusi: Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup
pada batas paru dan hepar.
Auskultasi: Terdengar adanya suara visikoler di kedua lapisan paru,
suara ronchi (-) dan wheezing (-).
10) Kardiovaskuler
Inspeksi: Bentuk dada simetris
Palpasi: Frekuensi nadi 120x/m
Parkusi: Suara pekak
Auskultasi: Irama regular, systole
11) Sistem pencernaan / abdomen

37
Inspeksi: Abdomen tampak membuncit, perut menonjol, lembilikus
menonjol.
Palpasi: Nyeri tekan abdomen skala 3, adanya masa pada saat palpasi
abdomen, tupar teraba, lien teraba
Perkusi: Pada saat dilakukan perkusi terdengar suara pekak.
Auskultasi: Peristaltic usus 30 kali permenit.
12) Pemeriksaan extremitas atas dan bawah
Tidak ada edema, jari-jari lengkap dan utuh, dan reflek patella (+).
Kedua ekstremitas atas dan bawah simetris dan lengkap.

3.4.2 Diagnosa Keperawatan


No Data Etiologi Masalah
1. Ds :
- Pasien mengatakan Inflamasi Diare
diare sudah semenjak 1 gastrointestinal
bulan yang lalu
- Pasien mengatakan bab
cair
- Pasien mengatakan
diare terkadang
berdarah

Do :
- Pasien tampak letih dan
lesu
- Mata pasien tampak
cekung
- Nadi cepat : 120x/m

2. Infiltrasi Tumor Nyeri Kronik


DS :

38
- Pasien mengatakan
nyeri saat BAB
- Pasien mengatakan
nyeri tekan pada bagian
perut bawah
- Nyeri semakin hebat
jika beraktivitas

DO:
- Pada saat palpasi, nyeri
pada abdomen bagian
bawah, skala nyeri 3,
nyeri hilang timbul
- Pasien tampak meringis

3. Ds: Kehilangan Hipovolemia


- Pasien mentakan sangat Cairan
letih, lesu
- Pasien mengatakan
jarang berkeringat

Do:
- Pasien tampak lesu
- Nadi cepat 120/m
- Mata tampak cekung
Diagnosa Keperawatan
a. Diare b.d inflamasi gastrointestinal d.d .
b. Nyeri Kronik b.d infiltrasi tumor.
c. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif.

39
3.4.3 Intervensi Keperawatan
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diare b.d inflamasi gastrointestinal Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare (I.03101)
keperawatan selama 3x24 jam, a) Observasi
diharapkan eliminasi fekal membaik, 1) Identifikasi penyebab diare (mis:
dengan kriteria hasil: inflamasi gastrointestinal, iritasi
a) Kontrol pengeluaran feses gastrointestinal, proses infeksi,
meningkat malabsorpsi, ansietas, stres, obat-obatan,
b) Keluhan defekasi lama dan sulit pemberian botol susu)
menurun 2) Identifikasi Riwayat pemberian makanan
c) Mengejan saat defekasi menurun 3) Identifikasi gejala invaginasi (mis:
d) Konsistensi feses membaik tangisan keras, kepucatan pada bayi)
e) Frekuensi BAB membaik 4) Monitor warna, volume, frekuensi, dan
f) Peristaltik usus membaik konsistensi feses
5) Monitor tanda dan gejala hypovolemia
(mis: takikardia, nadi teraba lemah,
tekanan darah turun, turgor kulit turun,
mukosa kulit kering, CRT melambat, BB
menurun)

40
6) Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah
perianal
7) Monitor jumlah dan pengeluaran diare
8) Monitor keamanan penyiapan makanan
b) Terapeutik
1) Berikan asupan cairan oral (mis: larutan
garam gula, oralit, Pedialyte, renalyte)
2) Pasang jalur intravena
3) Berikan cairan intravena (mis: ringer
asetat, ringer laktat), jika perlu
4) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
5) Ambil sampel feses untuk kultur, jika
perlu
c) Edukasi
1) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap

41
2) Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas, dan mengandung
laktosa
3) Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
(mis: loperamide, difenoksilat)
2) Kolaborasi pemberian antispasmodik
/spasmolitik (mis: papaverine, ekstrak
belladonna, mebeverine).
3) Kolaborasi pemberian obat pengeras
feses (mis: atapugit, smektit, kaolin-
pektin).
2. Nyeri Kronik b.d infiltrasi tumor. Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka a) Observasi
tingkat nyeri menurun, dengan 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
f) Keluhan nyeri menurun 2) Identifikasi skala nyeri
g) Perasaan depresi menurun 3) Idenfitikasi respon nyeri non verbal

42
h) Meringis menurun 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan
i) Gelisah menurun memperingan nyeri
j) Kemampuan menuntaskan 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
aktivitas meningkat tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
8) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9) Monitor efek samping penggunaan
analgetik
b) Terapeutik
1) Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)

43
2) Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
c) Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgesik secara
tepat
5) Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri
d) Kolaborasi

44
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
3. Hipovolemia b.d kehilangan cairan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia (I.03116)
aktif. keperawatan selama 3 x 24 jam, maka a) Observasi
status cairan membaik, dengan 1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia
kriteria hasil: (mis: frekuensi nadi meningkat, nadi
o) Kekuatan nadi meningkat teraba lemah, tekanan darah menurun,
p) Output urin meningkat tekanan nadi menyempit, turgor kulit
q) Membran mukosa lembab menurun, membran mukosa kering,
meningkat volume urin menurun, hematokrit
r) Ortopnea menurun meningkat, haus, lemah)
s) Dispnea menurun 2) Monitor intake dan output cairan
t) Paroxysmal nocturnal dyspnea b) Terapeutik
(PND) menurun 1) Hitung kebutuhan cairan
u) Edema anasarka menurun 2) Berikan posisi modified Trendelenburg
v) Edema perifer menurun 3) Berikan asupan cairan oral
w) Frekuensi nadi membaik c) Edukasi
x) Tekanan darah membaik 1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan
y) Turgor kulit membaik oral

45
z) Jugular venous pressure 2) Anjurkan menghindari perubahan posisi
membaik mendadak
aa) Hemoglobin membaik d) Kolaborasi
bb) Hematokrit membaik 1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis: NaCL, RL)
2) Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis: glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3) Kolaborasi pemberian cairan koloid
(albumin, plasmanate)
4) Kolaborasi pemberian produk darah

46
BAB IV
JURNAL TERKAIT

4.1 Analisis Jurnal


Judul PENGARUH HIPNOSIS LIMA JARI
TERHADAP TINGKAT NYERI DAN
KECEMASAN PADA PASIEN KANKER
KOLOREKTAL: STUDI KASUS
Nama Jurnal JPPNI
Volume Volume 8
Tahun 2023
Penulis Alvian Harisandy1, Nurlelasari Harahap1,
Nurmalasari1, Dewi Gayatri
Tujuan Penelitian Mengevaluasi penurunan skala nyeri dan
kecemasan setelah dilakukan intervensi
hipnosis lima jari
Subjek Penelitian Pasien Ca Colon
Metode Penelitian Studi kasus ini menggunakan demonstrasi
secara langsung dan teknik purposive
sampling bertujuan untuk mengambil
sampel berdasarkan seleksi khusus dengan
kriteria inklusi pasien lansia yang
mengalami kanker. Intervensi ini diberikan
kepada Tn. A (63 tahun) dengan diagnosis
medis kanker kolorektal. Instrumen
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dan
Visual Analogue Scale (VAS) digunakan
sebagai pre-test dan post-test setelah
dilakukan hipnosis lima jari selama 10 - 15
menit setiap kali pertemuan selama 1
minggu

47
Hasil Penelitian Studi kasus ini menunjukkan bahwa pasien
mengalami penurunan skala nyeri rata-rata 1
poin setelah dilakukan intervensi dan
penurunan tingkat kecemasan sebanyak 6
poin setelah dilakukan intervensi selama 1
minggu.
Kelebihan dan kekurangan Kelebihan penelitian ini adalah dimana
penelitian sudah memiliki issbn sudah terdaftar secara
remi
Adapun kekurangan penelitian ini adalah
hanya melibatkan 1 reponden saja
Kesimpulan dan saran Perawat diharapkan dapat memberikan
intervensi hipnosis lima jari kepada pasien
kanker kolorektal untuk membantu
mengurangi tingkat nyeri dan kecemasan

4.2 Terapi Komplementer terkait Gangguan Muskuloskeletal dan


persyarafan (Nyeri)
Salah satu terapi komplemeter yang digunkan untuk mengatasi nyeri pada
pasien kanker kolon adalah hypnosis 5 jari. Hipnosis merupakan tambahan
substansial yang mampu meningkatkan efisiensi perawatan standar dan merupakan
intervensi pikiran-tubuh (mind-body) yang berfokus pada interaksi antara otak,
tubuh, pikiran, jiwa dan perilaku (Harisandy, 2023).
Beberapa penelitian sebelumnya hipnosis lima jari diterapkan dengan
berbagai kondisi seperti, diabetes melitus, ibu post sectio caesarea, kanker
payudara, dan lansia . Keterampilan seperti hipnosis lima jari yang bisa dilakukan
oleh perawat pada pasien, sehingga menjadi alternatif tindakan yang bisa pasien
lakukan secara mandiri di rumah sebagai tambahan terapi nonfarmakologis
(Fatimah et al., 2023).
Ca colon adalah penyakit tumor ganas yang muncul pada kolon penyakit ini
disebabkan akibat mutasi genetik. Salah satu terapi nonfarmakologi untuk
mengatasi penurunan nyeri dengan pemberian hipnosis 5 jari. Terapi hipnosis 5 jari

48
adalah teknik relaksasi yang memepergunakan imajinasi lewat sebuah cara
menyentuh jari – jari tangan lalu membayangkan bayangan menyenangkan untuk
mengurangi rasa nyeri yang berlebih. (Fatimah et al., 2023).
Menurut penelitian dengan judul Pengaruh Hipnoterapi Lima Jari Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Kanker subjek studi kasus berjumlah 2
orang yang didapatkan secara purposive sampling. Hasil studi
kasusmenunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan skala nyeri dengan rata-
rata 1 poin setelah dilakukan hipnoterapi lima jari. Hipnoterapi dapat
menurunkan skala nyeri pasien pada penyakit kanker serviks, hal ini terjadi
karena hipnoterapi lima jari dapat mempengaruhi sistem limbik dan saraf
otonom, menciptakan suasana rileks, aman dan menyenangkan sehingga
merangsang pusat rasa ganjaran dan pelepasan substrat kimia gamma amino butyric
acid (GABA), enkephalin, dan β endorphin, yang mengeliminasi neurotransmiter
rasa nyeri. Diharapkan setiap pihak rumah sakit untuk memberikan hipnoterapi
lima jari kepada pasien kanker serviks untuk membantu mengurangi nyeri
(Amalia & Hartiti, 2021)

4.3 EBP Terkait Gangguan Mukulokeletal dan Persyarafan (Nyeri)


Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri ialah hipnosis lima jari yang
diberikan tim peneliti kepada pasien selama 10 - 15 menit 2 - 3 kali sehari selama
1 minggu. Implementasinya dilakukan dengan cara 1) mengatur posisi yang
nyaman menurut pasien sesuai dengan kondisi pasien (duduk/ berbaring); 2)
mengatur lingkungan yang nyaman dan tenang; 3) meminta pasien untuk tarik
napas dalam terlebih dahulu sampai pasien benar-benar nyaman; 4) meminta pasien
untuk memejamkan kedua matanya; 5) meminta pasien menyatukan ibu jari dengan
jari telunjuk, bayangkan kondisi saat sehat; 6) meminta pasien menyatukan ibu jari
dengan jari tengah, bayangkan bahwa pasien berada di tengah-tengah orang yang
sayangi sehingga pasien benar-benar merasa Bahagia; 7) meminta pasien
menyatukan ibu jari dengan jari manis, bayangkan prestasi yang pernah pasien
capai sehingga pasien merasa berharga bagi keluarga dan orang lain; 8) meminta
pasien menyatukan ibu jari dengan jari kelingking, bayangkan tempat terindah yang
pernah pasien kunjungi sehingga pasien merasakan kembali situasi yang bahagia

49
itu; 9) meminta pasien sekarang untuk tarik napas, embuskan pelan-pelan melalui
mulut sebanyak 2 kali, sambil meminta pasien untuk membuka matanya pelan-
pelan (Mawarti & Yuliana, 2021)
Metode yang digunakan dalam studi kasus ini dengan menggunakan
demonstrasi secara langsung yang dilakukan oleh pasien sesuai dengan instruksi
yang diberikan. Studi kasus menggunakan purposive sampling yang bertujuan
untuk mengambil sampel berdasarkan seleksi khusus dengan kriteria inklusi pasien
lansia yang mengalami kanker. Kriteria inklusi dalam studi kasus ini yaitu pasien
dengan kasus kanker yang mengalami masalah nyeri dan kecemasan serta bersedia
menjadi responden. Sebelum dilakukan pengambilan data responden diberikan
lembar informed consent untuk diisi. Proses studi kasus yang dilakukan untuk
mendapatkan data dilakukan dengan cara pengkajian (pre-test) melalui wawancara
dan menggunakan instrument Visual Analog Scale (VAS) untuk menilai nyeri dan
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) versi bahasa Inggris yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (Suprihatiningsih et al., 2020)..
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian hipnosis
lima jari terhadap penurunan skala nyeri, dibuktikan dengan pasien mengalami
penurunan skala nyeri rata-rata 1 poin setelah dilakukan intervensi serta
kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri yang timbul dengan menggunakan
hipnosis lima jari secara mandiri (Suprihatiningsih et al., 2020). Hal ini dapat dilihat
dari keadaan pasien yang mengatakan pasien tersebut merasa rileks dan
mengatakan nyeri yang dirasakan sudah berkurang. Pasien melaporkan telah
melakukan hipnosis lima jari sebanyak 2 kali sehari rata-rata pada pukul 05.00 WIB
dan 16.00 WIB karena merasakan nyeri lebih berat dibandingkan waktu yang lain.
Hal ini dapat terjadi karena pada waktu tersebut merupakan kondisi nyeri pasien
sebelum meminum obat.

50
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sebagian besar pasien yang terdiagnosa ca colon mengalami beberapa gejala
seperti BAB encer, berdarah, nyeri pada saat BAB. Seiring dengan seringnya diare
akan mengakibatkan kekurangan cairan pada tubuh pasien.
Salah satu intervensi berbasis evidence based yang dapat mengatasi maslaah
keperawatan pada ca colorectal terutama mengatasi nyeri adalah dengan hipnosis,
dimana dengan menerapkan dan mengaplikasikan terapi ini dapat mengurangi
intesnsitas nyeri pada pasien kanker kolorectal. Asuhan keperawatan yang tepat
akan menentukan keberhasilan perawtan klien dengan colorectal cancer.

5.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang Keperawatan Dasar dengan judul Ca. Colorectal. Kami
selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca dan
teman-teman sekalian agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

51
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2004, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Amalia, K., & Hartiti, T. (2021). Pemberian terapi murattal terhadap penurunan
nyeri pada pasien kanker kolorektal pre operasi. Ners Muda, 2(3), 119.
https://doi.org/10.26714/nm.v2i3.6247
Fatimah, I., Rohmah, M., Sembiring, R., Maulidia, Z., Banten, T., & Nyeri, S.
(2023). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tumor Mandibula Sinistra Dengan
Intervensi Pemberian Terapi Hipnosis 5 Jari Terhadap Penurunan Nyeri Post
Op Di Ruang. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(8), 13–18.
Harisandy, A. (2023). Pengaruh Hipnosis Lima Jari Terhadap Tingkat Nyeri Dan
Kecemasan Pada Pasien Kanker Kolorektal. Jurnal Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (JPPNI), 8(1), 32. https://doi.org/10.32419/jppni.v8i1.374
Mawarti, I., & Yuliana. (2021). Hipnotis Lima Jari Pada Klien Ansietas. Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan, 9(3), 297–304.
Nouvo. dkk. (2019). KANKER KOLOREKTAL. Jurnal Averrous, 76-88.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Prabowo, S. dr. (2019). Kenali KANKER USUS BESAR (KOLOREKTAL) Sejak
Dini.
Suprihatiningsih, T., Kusnaeni, A., & Andika, R. (2020). Pemberian Terapi
Hipnosis 5 Jari Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Karena Penyakit
Covid-19 Pada Lansia Penderita DM dan Abstrak DM dan Hipertensi akibat
Covid-19. Pelaksanaan pengabdian menggunakan Penyakit tidak menular
(PTM) adalah jenis penyakit y. Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad,
4(1), 19–33.
Timurtini, S. (2019). Komplikasi Kanker Kolon.

52

Anda mungkin juga menyukai