“CA. COLORECTAL”
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa
Dosen Pengampu : Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp.Kep,MB
Dibuat Oleh:
Kelompok 11
Intan Jesika (23311011)
Mafika Berliana (23311013)
Maizatul Azamiyah (23311015)
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB IV JURNAL TERKAIT ............................................................................... 47
4.1 Analisis Jurnal ........................................................................................... 47
4.2 Terapi Komplementer terkait Gangguan Muskuloskeletal dan persyarafan
(Nyeri) ....................................................................................................... 48
4.3 EBP Terkait Gangguan Mukulokeletal dan Persyarafan (Nyeri) .............. 49
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 51
5.1 Kesimpulan................................................................................................ 51
5.2 Saran .......................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 52
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
b. Mendeskripsikan diagnosis keperawatan pada pasien Ca. Colorectal.
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien Ca. Colorectal.
d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada pasien Ca. Colorectal.
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien Ca. Colorectal.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
2.1.4 Kolon desenden → terletak di bawah abdomen bagian kiri, dari atas ke
bawah, dari depan fleksura lienalis sampai di depan ileum kiri, bersambung
dengan sigmoid, dan dibelakang peritoneum.
2.1.5 Kolon sigmoid → disebut juga kolon pelvinum.
2.1.6 Rektum → lanjutan dari usus besar, yaitu kolon sigmoid dengan panjang
sekitar 15 cm.
4
c. Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker kolorektal
mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.
d. Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome. Pada
semua pasien ini tanpa dilakukan kolektomi dapat berkembang menjadi
kanker rektum.
e. Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis syndrome, Peutz-
Jeghers syndrome dan Muir syndrome.
f. Terjadi pada 50 % pasien kanker kolorektal herediter nonpolyposis.
g. Inflammatory bowel disease.
h. Kolitis Ulseratif (resiko 30 % setelah berumur 25 tahun).
i. Crohn disease, berisiko 4 sampai 10 kali lipat
2.2.3 Patofisiologi
Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari
polip adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya
masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Polip tumbuh dengan lambat, sebagian
besar tumbuh dalam waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi ganas. Ketika polip
membesar, polip membesar di dalam lumen dan mulai menginvasi dinding usus.
Tumor di usus kanan cenderung menjadi tebal dan besar, serta menyebabkan
nekrosis dan ulkus. Sedangkan tumor pada usus kiri bermula sebagai massa kecil
yang menyebabkan ulkus pada suplai darah (Black & Hawks, 2014).
Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke dalam lapisan
lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker kolorektal
menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa,
dan dinding luar usus. Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor
lambung, duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan
dinding abdominal juga dapat dikenai oleh perluasan. Metastasis ke kelenjar getah
bening regional sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi,
bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional masih normal.
Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem limpatik atau
sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal.
“Penyemaian” dari tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor
5
meluas melalui serosa atau selama pemotongan pembedahan (Black & Hawks,
2014).
Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan 20–
30 % terjadi di sigmoid dan kolon desending. Kanker kolorektal terutama
adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. Tumor pada
kolon asenden lebih banyak ditemukan daripada pada transversum (dua kali lebih
banyak). Tumor bowel maligna menyebar dengan cara (Black & Hawks, 2014):
a. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung
misalnya ke abdomen dari kolon transversum. Penyebaran secara langsung
juga dapat mengenai bladder, ureter dan organ reproduksi.
b. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa mengenai
paru-paru, ginjal dan tulang.
c. Tertanam ke rongga abdomen.
2.2.4 Manifestasi Klinis
Menurut (Nouva dkk, 2019), gejala umum dari kanker kolorektal ditandai
oleh perubahan kebiasaan buang air besar. Gejala tersebut meliputi:
a. Diare atau sembelit
b. Perut terasa penuh
c. Ditemukannya darah (baik merah terang atau sangat gelap) di feses.
d. Feses yang dikeluarkan lebih sedikit dari biasanya.
e. Sering mengalami sakit perut, kram perut, atau perasaan penuh atau
kembung.
f. Sering ingin defekasi namun tinja sedikit.
g. Kehilangan berat badan tanpa alasan yang diketahui.
h. Merasa sangat lelah sepanjang waktu.
i. Mual atau muntah.
2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Prabowo (2019) Menyatakan bahwa proses pencarian sel kanker kolorektal
dalam tubuh manusia memiliki beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan
skrining, pemeriksaan polip lanjutan, pemeriksaan tinja, pemeriksaan pencitraan
untuk mencari kanker kolorektal.
a. Skrining
6
Skrining berupa pemeriksaan untuk mencari sel kanker pada tubuh
manusia dengan gejala maupun tanpa gejala yang spesifik. Pada kanker
kolorektal tes skrining dapat menemukan polip dan kanker kolorektal dengan
melihat struktur abnormal pada usus besar.
b. Pemeriksaan polip lanjutan
1) Sigmoidoskopi fleksibel
Pemeriksaan dengan memasukan alat teropong melalui anus dan masuk
sampai ke rektum hingga pada bagian bawah usus besar, hal ini untuk melihat
kelainan pada kolon dan rektum.
2) Kolonoskopi
Pemeriksaan ini hampir sama dengan sigmoidoskopi fleksibel, akan tetapi
kolonoskopi dapat digunakan untuk memasukan alat khusus untuk biopsi atau
memotong dan mengeluarkan bagian abnormal seperti polip apabila
diperlukan dalam tes laboratorium untuk mendeteksi sel-sel kanker. Efek
samping yang terjadi setelah dilakukannya kolonoskopi yaitu abdomen akan
terasa kembung, nyeri atau kram untuk beberapa saat, dan perubahan ritme
jantung akibat sedasi.
3) Kontras ganda enema barium
Tes ini dapat disebut dengan seri GI bagian bawah atau enema barium
kontras udara di mana tergolong dalam jenis tes sinar-x. Tes tersebut berguna
untuk menunjukkan bagian abnormal dan bertujuan untuk menentukan
apakah prosedur kolonoskopi perlu dilakukan lebih lanjut pada pasien.
4) CT kolonografi (kolonoskopi virtual)
Tes tersebut merupakan tes lanjutan dari CT scan pada usus besar dan
rektum dengan pandangan x-ray 2 dan 3 dimensi sehingga memungkinkan
dokter dalam melihat polip dan kanker.
c. Pemeriksaan tinja
1) Tes darah samar feses berbasis guaiac (gFOBT)
Tes gFOBT atau tes darah samar berbasis guaiac bertujuan untuk
mendeteksi darah pada fese dengan reaksi kimia. Apabila hasil positif maka
dibutuhkan pemeriksaan kolonoskopi pada pasien.
2) Uji imunokimia tinja (FIT)
7
Hal ini bertujuan untuk menguji darah tersembunyi pada feses untuk
menemukan reaksi terhadap protein hemoglobin.
d. Pemeriksaan pencitraan untuk mencari kanker kolorektal
Pemeriksaan tersebut berguna untuk mengetahui seberapa jauh kanker
menyebar dalam tubuh, melihat area yang dicurigai terdapat kanker, dan
menentukan apakah pengobatan pada kanker dapat bekerja. Adapun
pemeriksaan tersebut yaitu berupa :
1) CT scan
Untuk mengetahui apakah kanker kolorektal telah meluas pada organ lain
pada tubuh. Hal ini berguna pada pasien yang tidak dapat melakukan tes
invasif seperti kolonoskopi.
2) Ultrasound
Pemeriksaan ultrasound berupa USG endorektal bertujuan untuk melihat
pertumbuhan kanker pada organ atau jaringan terdekat melalui dalam rektum
melalui dubur.
3) Scan tomografi emisi positron (PET Scan)
Pemeriksaan tersebut menggunakan bentuk radioaktif gula yang
dimasukan kedalam darah, sel-sel kanker yang berkembang dengan cepat
cenderung mengambil lebih banyak gula dibandingkan dengan sel normal
tubuh. Apabila pasien telah terdiagnosis kanker kolorektal dokter akan
menggunkan tes tersebut untuk mengetahui penyebaran kanker pada kelenjar
getah bening atau bagian organ tubuh lain.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi awal yang dapat terjadi adalah sumbatan (obstruksi) saluran cerna.
Sumbatan tersebut tentu diakibatkan tumor yang memenuhi saluran usus. Adanya
sumbatan tersebut menyebabkan penderitanya mengalami konstipasi dan nyeri perut.
Selain obstruksi, tumor juga dapat menyebabkan usus mengalami kebocoran
(perforasi). Perforasi usus dapat menimbulkan gejala yang berat seperti nyeri perut
hebat, perut terlihat membesar dan tegang, muntah, serta infeksi berat.
Tak berhenti di situ, kanker usus juga dapat menimbulkan perdarahan. Hal
tersebut dapat terjadi bila tumor berada di sekitar rektum, salah satu bagian terakhir
usus besar. Perdarahan tumor dapat menyebabkan penderitanya kehilangan darah
8
yang cukup banyak, sehingga menimbulkan anemia (kekurangan sel darah merah).
Komplikasi lain dari kanker usus adalah penyebaran sel tumor ke organ yang lain.
Proses yang disebut metastasis ini lazim terjadi pada berbagai jenis kanker,
terutama yang sifatnya ganas. Organ tubuh yang paling sering menjadi sasaran
metastasis sel kanker usus adalah kelenjar getah bening, paru, dan selaput rongga
perut. Metastasis dapat menimbulkan gejala sesuai organ yang terkena, misalnya
benjolan di sekitar leher, sesak napas, dan nyeri perut serta perut yang semakin
membesar (Timurtini, 2019).
9
2.3 MCP Teori Ca. Colorectal
MD: Ca. Corectal
2. DX: Nyeri Kronik b.d infiltrasi tumor. 1. DX: Diare b.d inflamasi gastrointestinal
Ds : Key Assesment: Ds:
- Ps mengatakan sering mengalami sakit 1. Diare
- Ps mengatakan dalam 1 hari sudah defekasi
perut. 2. Sering mengalami sakit perut, kram lebih dari 3 kali.
- Ps mengatakan rasa nyeri seperti perut, atau perasaan penuh atau - Ps mengatakan feses lunak kadang cair
tertekan atau ditusuk-tusuk. kembung. (atau tidak terbentuk).
- Ps mengatakan ada rasa takut 3. Feses berwarna kehitaman dan ada - Ps mengatakan BAB tidak tuntas
mengalami cedera berulang. darah bercampur lendir. - Ps mengatakan ada rasa nyeri di perut
- Ps mengatakan pola tidur tidak teratur. 4. Mual atau muntah. ketika defekasi atau flatus dengan skala
Do: 5. Anemia dan Hipoklemia nyeri 6.
- Ps tampak meringis. 6. Pucat, kelelahan, dan lemah Do:
- Ps tampak gelisah. 7. Merasa cemas - Feses lunak atau cair.
- Ps tampak tidak mampu menuntaskan 8. Turgor kulit menurun - Adanya bising usus hiperaktif.
aktivitas. 9. Berat badan menurun tanpa
- P: Ca. Colorectal. signifikan dan nafsu makan menurun
Q: seperti tertekan atau ditusuk-tusuk 10. Pola tidur tidak teratur.
R: abdomen bawah sebelah kiri. 11.
S: nyeri skala 6.
T: nyeri diarasakan saat ingin BAB dan 3. DX: Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif.
flatus. Ds:
- Ps mengatakan dalam 1 hari sudah defekasi lebih dari 3 kali.
- Ps mengatakan ada rasa mual
- Ps mengatakan ada muntah
- Ps mengatakan ada rasa mudah lelah dan lemah.
Do:
- Ps tampak pucat.
- Turgor kulit menurun.
- Membran mukosa kering.
10
4. DX: Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d MD: Ca. Corectal 5. DX: Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan
penurunan konsentrasi mencerna makanan.
Key Assesment:
hemoglobin. Ds:
Ds : 1. Diare - Ps mengatakan berat badan menurun tanpa
- Ps mengatakan feses berwarna 2. Sering mengalami sakit perut, kram signifikan.
kehitaman dan ada darah bercampur perut, atau perasaan penuh atau - Ps mengatakan ada rasa nyeri di perut
lendir. kembung. ketika defekasi atau flatus dengan skala
Do: 3. Feses berwarna kehitaman dan ada nyeri 6.
- Ps tampak pucat. darah bercampur lendir. - Ps mengatakan nafsu makan menurun.
- Turgor kulit menurun.. 4. Mual atau muntah. - Ps mengatakan dalam 1 hari sudah defekasi
- Akral teraba dingin. 5. Anemia dan Hipoklemia lebih dari 3 kali
Pengisian kapiler > 3 detik 6. Pucat, kelelahan, gelisah, dan lemah Do:
7. Merasa cemas - Feses lunak atau cair.
8. Turgor kulit menurun - Adanya bising usus hiperaktif.
9. Berat badan menurun tanpa - Membran mukosa pucat.
signifikan dan nafsu makan menurun
10. Pola tidur tidak teratur.
11
2.4 Asuhan Keperawatan Ca. Colorectal
2.4.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang pasien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan pasien. Pengkajian
yang komprehensif atau menyeluruh, sistematis yang logis akan mengarah dan
mendukung pada identifikasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dapat
diperoleh dari data subyektif melalui wawancara dan dari data obyektif melalui
observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Hartati Widya, 2020).
a. Pengumpulan Data
1) Identitas pasien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
alamat, tempat tinggal
2) Riwayat penyakit sekarang: Pada pengkajian ini yang perlu dikaji
adanya keluhan pada area abdomen terjadi pembesaran
3) Riwayat penyakit dahulu: Adakah riwayat penyakit dahulu yang
diderita pasien dengan timbulnya kanker kolon.
4) Riwayat penyakit keluarga: Adakah anggota keluarga yang
mengalami penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota
keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya
5) Riwayat psikososial dan spiritual: Bagaimana hubungan pasien
dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum
maupun saat sakit, apakah pasien mengalami kecemasan, rasa sakit,
karena penyakit yang dideritanya, dan bagaimana pasien
menggunakan koping mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
b. Riwayat bio- psiko- sosial- spiritual
1) Pola Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan apa saja
yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai, frekwensi
makanannya
2) Pola Eliminasi
12
Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK, adakah keluar darah
atau tidak, keras, lembek, cair?
3) Pola personal hygiene
Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun atau
tidak, menyikat gigi.
4) Pola istirahat dan tidur
-Kebiasaan istirahat tidur berapa jam?
-Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa saja yang dilakukan?
5) Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar
kegiatan olaraga, misalnya mengurusi urusan adat di kampung dan
sekitarnya.
6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras,
ketergantungan dengan obat-obatan (narkoba).
7) Hubungan peran
Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, teman-teman
sekitar lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat?
8) Pola persepsi dan konsep diri
Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap keluarga,
kebersamaan dengan keluarga
9) Pola nilai kepercayaan
Kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap agama
yang dianut, mengerjakan perintah agama yang di anut dan patuh terhadap
perintah dan larangan-Nya.
10) Pola reproduksi dan seksual
Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan dengan keluarga
besarnya dan lingkungan sekitar.
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher: Dengan tehnik inspeksi dan palpasi
2) Rambut dan kulit kepala: Pendarahan, pengelupasan, perlukaan,
penekanan
13
3) Telinga: Perlukaan, darah, cairan, bau?
4) Mata: Perlukaan, pembengkakan, replek pupil, kondisi kelopak mata,
adanya benda asing, skelera putih?
5) Hidung: Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan anatomi
akibat trauma?
6) Mulut: Benda asing, gigi, sianosis, kering?
7) Bibir: Perlukaan, pendarahan, sianosis, kering?
8) Rahang: Perlukaan, stabilitas?
9) Leher: Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar tiroid.
d. Pemeriksaan dada
1) Inspeksi: Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi
pernapasan, irama, gerakkan cuping hidung, terdengar suara napas
tambahan.
2) Palpasi: Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama antara
kanan kiri dinding dada.
3) Perkusi: Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup pada
batas paru dan hepar.
4) Auskultasi: Terdengar adanya suara visikoler di kedua lapisan paru,
suara ronchi dan wheezing.
e. Kardiovaskuler
1) Inspeksi: Bentuk dada simetris
2) Palpasi: Frekuensi nadi,
3) Parkusi: Suara pekak
4) Auskultasi: Irama regular, systole/ murmur
f. System pencernaan / abdomen
1) Inspeksi: Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen
membuncit atau datar, tapi perut menonjol atau tidak, lembilikus
menonjol atau tidak, apakah ada benjolan benjolan / massa.
2) Palpasi: Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor, teses)
turgor kulit perut untuk mengetahui derajat bildrasi pasien, apakah
tupar teraba, apakah lien teraba?
14
3) Perkusi: Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cair
akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinaria, tumor).
4) Auskultasi: Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya 5- 35 kali
permenit.
g. Pemeriksaan extremitas atas dan bawah yaitu warna dan suhu kulit,
perabaan nadi distal, depornitas extremitas alus, gerakan extremitas secara
aktif dan pasif, gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi, derajat
nyeri bagian yang cidera, edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh, dan
reflek patella.
h. Pemeriksaan pelvis/genitalia yaitu kebersihan, pertumbuhan rambut,
kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, terpasang kateter, terdapat lesi
atau tidak.
15
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diare b.d inflamasi gastrointestinal Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare (I.03101)
keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan eliminasi fekal membaik, a) Observasi
dengan kriteria hasil: 1) Identifikasi penyebab diare (mis: inflamasi
a) Kontrol pengeluaran feses gastrointestinal, iritasi gastrointestinal,
meningkat proses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres,
b) Keluhan defekasi lama dan sulit obat-obatan, pemberian botol susu)
menurun 2) Identifikasi Riwayat pemberian makanan
c) Mengejan saat defekasi 3) Identifikasi gejala invaginasi (mis:
menurun tangisan keras, kepucatan pada bayi)
d) Konsistensi feses membaik 4) Monitor warna, volume, frekuensi, dan
e) Frekuensi BAB membaik konsistensi feses
f) Peristaltik usus membaik 5) Monitor tanda dan gejala hypovolemia
(mis: takikardia, nadi teraba lemah,
tekanan darah turun, turgor kulit turun,
mukosa kulit kering, CRT melambat, BB
menurun)
16
6) Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah
perianal
7) Monitor jumlah dan pengeluaran diare
8) Monitor keamanan penyiapan makanan
b) Terapeutik
1) Berikan asupan cairan oral (mis: larutan
garam gula, oralit, Pedialyte, renalyte)
2) Pasang jalur intravena
3) Berikan cairan intravena (mis: ringer
asetat, ringer laktat), jika perlu
4) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
5) Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
c) Edukasi
1) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap
17
2) Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas, dan mengandung
laktosa
3) Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
(mis: loperamide, difenoksilat)
2) Kolaborasi pemberian antispasmodik
/spasmolitik (mis: papaverine, ekstrak
belladonna, mebeverine).
3) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
(mis: atapugit, smektit, kaolin-pektin).
2. Nyeri Kronik b.d infiltrasi tumor. Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
tingkat nyeri menurun, dengan a. Observasi
kriteria hasil: 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
a) Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b) Perasaan depresi menurun 2) Identifikasi skala nyeri
18
c) Meringis menurun 3) Idenfitikasi respon nyeri non verbal
d) Gelisah menurun 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan
e) Kemampuan menuntaskan memperingan nyeri
aktivitas meningkat 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
8) Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9) Monitor efek samping penggunaan
analgetik
b. Terapeutik
1) Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
19
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgesik secara
tepat
5) Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri
20
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3. Hipovolemia b.d kehilangan cairan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia (I.03116)
aktif. keperawatan selama 3 x 24 jam, maka a) Observasi
status cairan membaik, dengan 1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis:
kriteria hasil: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
a) Kekuatan nadi meningkat lemah, tekanan darah menurun, tekanan
b) Output urin meningkat nadi menyempit, turgor kulit menurun,
c) Membran mukosa lembab membran mukosa kering, volume urin
meningkat menurun, hematokrit meningkat, haus,
d) Ortopnea menurun lemah)
e) Dispnea menurun 2) Monitor intake dan output cairan
f) Paroxysmal nocturnal dyspnea b) Terapeutik
(PND) menurun 1) Hitung kebutuhan cairan
g) Edema anasarka menurun 2) Berikan posisi modified Trendelenburg
h) Edema perifer menurun 3) Berikan asupan cairan oral
i) Frekuensi nadi membaik c) Edukasi
j) Tekanan darah membaik 1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan
k) Turgor kulit membaik oral
21
l) Jugular venous pressure 2) Anjurkan menghindari perubahan posisi
membaik mendadak
m) Hemoglobin membaik d) Kolaborasi
n) Hematokrit membaik 1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis: NaCL, RL)
2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis: glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3) Kolaborasi pemberian cairan koloid
(albumin, plasmanate)
4) Kolaborasi pemberian produk darah
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Setelah dilakukan intervensi Perawatan Sirkulasi (I.02079)
penurunan konsentrasi hemoglobin. keperawatan selama 3 x 24 jam, maka a) Observasi
perfusi perifer meningkat, dengan 1) Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer,
kriteria hasil: edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
a) Pengisian kapiler membaik ankle-brachial index)
b) Akral membaik 2) Identifikasi faktor risiko gangguan
c) Warna kulit pucat menurun sirkulasi (mis: diabetes, perokok, orang
d) Turgor kulit membaik tua, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi)
22
3) Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ekstremitas
b) Terapeutik
1) Hindari pemasangan infus, atau
pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
2) Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
3) Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cidera
4) Lakukan pencegahan infeksi
5) Lakukan perawatan kaki dan kuku
6) Lakukan hidrasi
c) Edukasi
1) Anjurkan berhenti merokok
2) Anjurkan berolahraga rutin
3) Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
23
4) Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
5) Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
6) Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
7) Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat (mis: melembabkan kulit kering pada
kaki)
8) Anjurkan program rehabilitasi vaskular
9) Ajarkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi (mis: rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
10) Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis: rasa sakit yang
tidak hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa).
24
5. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (I.03119)
mencerna makanan. keperawatan selama 3 x 24 jam, maka a) Observasi
status nutrisi membaik, dengan 1) Identifikasi status nutrisi
kriteria hasil: 2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
a) Porsi makan yang dihabiskan 3) Identifikasi makanan yang disukai
meningkat 4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
b) Berat badan membaik nutrien
c) Indeks massa tubuh (IMT) 5) Identifikasi perlunya penggunaan selang
membaik nasogastrik
6) Monitor asupan makanan
7) Monitor berat badan
8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b) Terapeutik
1) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
2) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis:
piramida makanan)
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
25
4) Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
6) Berikan suplemen makanan, jika perlu
7) Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogastik jika asupan oral dapat
ditoleransi
c) Edukasi
1) Ajarkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang diprogramkan
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (misal: Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
26
6. Ansietas b.d ancaman terhadap Setelah dilakukan intervensi Reduksi Ansietas (I.09314)
kematian. keperawatan selama 3 x 24 jam, maka a) Observasi
tingkat ansietas menurun, dengan 1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
kriteria hasil: (mis: kondisi, waktu, stresor)
a) Verbalisasi kebingungan 2) Identifikasi kemampuan mengambil
menurun keputusan
b) Perilaku gelisah menurun 3) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
c) Perilaku tegang menurun nonverbal)
d) Konsentrasi membaik b) Terapeutik
1) Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2) Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
3) Pahami situasi yang membuat ansietas
4) Dengarkan dengan penuh perhatian
5) Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
6) Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
27
7) Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
8) Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
c) Edukasi
1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2) Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3) Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
4) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6) Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
7) Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
28
8) Latih Teknik relaksasi
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
jika perlu
29
2.4.4 Pendidikan Kesehatan Terkait Ca. Colorectal.
Pendidikan Kesehatan dalam arti Pendidikan secara umum adalah segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu,
kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
promosi Kesehatan. Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau Pendidikan
Kesehatan adalah perilaku Kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan
meningkatkan Kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi Kesehatan
(Notoadmodjo, 2014).
a Diit Pada Pasien Ca. Colorectal.
Jenis diet untuk pasien kanker sangat tergantung pada keadaan pasien,
perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanannya.
Oleh sebab itu, diet disusun secara individual. Jenis makanan atau diet yang
diberikan hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indera
pencecap, rasa cepat kenyang, mual, penurunan berat badan akibat
pengobatan. Sesuai keadaan pasien makanan yang diberikan secara oral,
enteral maupun parenteral. Makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan
padat, makanan cair atau kombinasi. Makanan padat dapat berbentuk
makanan biasa, makanan lunak atau makanan lumat (Almatsier 2004).
Syarat diet penyakit kanker adalah energi tinggi yaitu 36 kkal/kg BB untuk
laki-laki dan 32 kkal/kg BB untuk perempuan. Protein tinggi yaitu 1-1,5 g.kg
BB, lemak sedang yaitu 15-20% dari kebutuhan total energi. Karbohidrat, dan
vitamin dan mineral diberikan cukup, rendah yodium apabila sedang
menjalankan medikasi radioaktif internal, dan porsi makanan diberikan kecil
dan sering (Almatsier 2004).
b Pemberian Motivasi Dari Dukungan Keluarga
Bejanaro (2009) mengungkapkan bahwa selain mengalami gangguan
psikologis, penderita kanker mengalami gangguan fisik yang dapat
menurunkan asupan makannya sebagai efek samping terapi. Dalam hal ini,
keluarga memiliki peran, selain untuk mendampingi penderita dari sisi
psikologis, namun juga terkait dengan perawatan serta pemberian asupan
nutrisi pada anggota keluarga yang sakit.
30
Keluarga harus menyadari pentingnya pemberian motivasi pada penderita
kanker untuk mengonsumsi makanan yang mampu diterimanya, karena
persoalan makan dan gizi merupakan masalah yang berkaitan dengan emosi
dalam keadaan anoreksia (Wilkes, 2000). Hasil penelitian Huda (2012)
menunjukkan bahwa jika dilihat dari sisi keluarga, makanan merupakan salah
satu bentuk kasih sayang yang dapat diberikan kepada penderita kanker,
sehingga keluarga akan mengawasi intake makanan penderita agar tidak
terjadi penurunan berat badan yang dianggap berimbas pada semakin parah
penyakitnya. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa kebiasaan makan
penderita dapat memengaruhi kualitas hidup penderita kanker.
Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan berupa sikap, tindakan,
dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya yang bersifat mendukung dan
memberikan pertolongan kepada anggotanya (Friedman, 2010). Dukungan
keluarga merupakan faktor yang sangat penting untuk memotivasi dan
meningkatkan semangat hidup penderita kanker (Sari, 2012). Frahm (2002)
dan Sari (2012) memaparkan bahwa keluarga merupakan teman terbaik bagi
penderita kanker untuk sama-sama berjuang menghadapi penyakitnya.
Friedman (1998) menuliskan beberapa bentuk, yaitu:
1) Dukungan informasional terkait dengan pemberian informasi,
nasehat, saran, serta petunjuk yang diberikan kepada anggota
keluarga.
2) Dukungan finansial berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan
keluarga untuk pengobatan atau perawatan dalam menunjang
kesehatan.
3) Dukungan emosional terkait dengan psikologis serta spiritual
penderita kanker.
4) Dukungan instrumental berupa pemenuhan kebutuhan intake
makanan, nutrisi, dan pakaian penderita (Anggraeni, 2010).
31
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
Tn x, berusia 50 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan diare, sakit perut
tidak menentu, sering ingin defekasi namun tinja sedikit, perdarahan campur lendir.
Kadang-kadang gejala yang timbul menyerupai gejala penyakit disentri. Sejak 1
bulan yang lalu, Sebelumnya pernah di rawat di puskesmas yang diduga disentri,
setelah pengobatan dan dirawat selama 3 hari tidak ada perubahan, tidak nafsu
makan dan berat badan semakin menurun selama 1 bulan ini, TTV: Td 130/mmHg
N:110xm P 23x/m S:36,5. Kebiasaan sehari-hari klien yaitu merokok 2 bungkus
per hari. Jarang berolahraga. Dan jarang konsumsi sayur dan buah-buahan.
32
menyebabkan terjadinya lipid peroksidasi yang dapat membuat terjadinya
kerusakan DNA sehingga terjadi mutasi yang menimbulkan kanker.
Selain itu kebiasaan pasien mengkonsumsi daging olahan dan kurang
konsumsi serat seperti sayur dan buah-buahan juga sebagai pemicu kanker kolon.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa konsumsi daging merah secara berlebih
dapat meningkatkan risiko kanker. Makanan pemicu kanker ini mengandung lemak
jenuh dan kolesterol tinggi. Risiko kanker akibat daging merah berlebih akan
semakin meningkat bila diolah dengan cara dibakar, digoreng, atau dipanggang.
Hal ini dikarenakan metode tersebut dapat mendorong pembentukan zat atau
senyawa karsinogenik yang dapat memicu timbulnya risiko beberapa jenis kanker,
seperti kanker kololectar dan kanker lambung.
33
3.3 MCP Kasus
35
agak kekuningan dan tidak bau, semenjak sakit, lebih kurang selama 1 bulan,
sering diare dan berbau berwarna agak kehitaman terkadang berlacpur dengan
darah.
i. Pola personal hygiene
Pasien biasanya mandi 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore,
menggunakan sabun cair, mengosok gigi 2 kali sehari
j. Pola istirahat dan tidur
Pasein biasanya tidur siang hari 1 jam, dan pada malam hari mulai tidur
pada jam 11 malam dan bangun pada jam 5 pagi biasanya sebelum tidur
pasien sering konsumsi kopi dan mengobrol Bersama teman-temnaya.
k. Pola aktivitas dan latihan
Pasien jarang berolahgraga, dan pasien menganggap bahwa bekerja itu
termsuk olahraga karena sering berkeringan juga. Selain berdagang pasien
juga termasuk aktiv di masrakat seperti gotong royong.
l. Hubungan peran
Pasien emiliki hubungan yang baik dengan keluarga yang lain dan
harmonis.
m. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien memandang dirinya sebagai orang biasa saja, dan suka menolong
siapapun yang membtuhkan bantuan.
n. Pola nilai kepercayaan
Pasien berasal dari keluarga islam yang taat, menjalakan ibadah2 yang
dianjurkan dalam agama islam, seperti shalat, mengaji,
o. Pola reproduksi dan seksual
Pasien mengatakan tidak ada masalah hubungan seksual sebelumnya, tapi,
semenjak 1 bulan ini sering mengeluh sakit Ketika berhubungan seksual yaitu
sakit pada perut.
p. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher:
I: bentuk simteris, JVP tidak ada tanda JVP
P: tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada nyeri area kepala
2) Rambut dan kulit kepala:
36
Warna rambut putih, kulit kepala kotor. Bnyak ketombe
3) Telinga:
Bentuk simtersi, tidak ada cairan
4) Mata:
Tidak ada pembengkakan area mata, reflek pupil bagus, kelopakmata
normal kondisi kelopak mata,tidak adanya benda asing, skelera putih
5) Hidung:
Tidak ada luka disekitar hidung, tidak ada kelainan
6) Mulut:
Benda asing, gigi, sianosis, kering?
7) Bibir:
Tampak kering, tidak ada perdarahan,
8) Leher:
Bendungan vena tidak ada, deviasi trakea tidak ada, pembesaran
kelenjar tiroid tidak ada
9) Pemeriksaan dada
Inspeksi : Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi
pernapasan sama, irama teratur, gerakkan cuping hidung tidak ada,
tidak terdengar suara napas tambahan.
Palpasi: Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama antara
kanan kiri dinding dada.
Perkusi: Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup
pada batas paru dan hepar.
Auskultasi: Terdengar adanya suara visikoler di kedua lapisan paru,
suara ronchi (-) dan wheezing (-).
10) Kardiovaskuler
Inspeksi: Bentuk dada simetris
Palpasi: Frekuensi nadi 120x/m
Parkusi: Suara pekak
Auskultasi: Irama regular, systole
11) Sistem pencernaan / abdomen
37
Inspeksi: Abdomen tampak membuncit, perut menonjol, lembilikus
menonjol.
Palpasi: Nyeri tekan abdomen skala 3, adanya masa pada saat palpasi
abdomen, tupar teraba, lien teraba
Perkusi: Pada saat dilakukan perkusi terdengar suara pekak.
Auskultasi: Peristaltic usus 30 kali permenit.
12) Pemeriksaan extremitas atas dan bawah
Tidak ada edema, jari-jari lengkap dan utuh, dan reflek patella (+).
Kedua ekstremitas atas dan bawah simetris dan lengkap.
Do :
- Pasien tampak letih dan
lesu
- Mata pasien tampak
cekung
- Nadi cepat : 120x/m
38
- Pasien mengatakan
nyeri saat BAB
- Pasien mengatakan
nyeri tekan pada bagian
perut bawah
- Nyeri semakin hebat
jika beraktivitas
DO:
- Pada saat palpasi, nyeri
pada abdomen bagian
bawah, skala nyeri 3,
nyeri hilang timbul
- Pasien tampak meringis
Do:
- Pasien tampak lesu
- Nadi cepat 120/m
- Mata tampak cekung
Diagnosa Keperawatan
a. Diare b.d inflamasi gastrointestinal d.d .
b. Nyeri Kronik b.d infiltrasi tumor.
c. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif.
39
3.4.3 Intervensi Keperawatan
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diare b.d inflamasi gastrointestinal Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare (I.03101)
keperawatan selama 3x24 jam, a) Observasi
diharapkan eliminasi fekal membaik, 1) Identifikasi penyebab diare (mis:
dengan kriteria hasil: inflamasi gastrointestinal, iritasi
a) Kontrol pengeluaran feses gastrointestinal, proses infeksi,
meningkat malabsorpsi, ansietas, stres, obat-obatan,
b) Keluhan defekasi lama dan sulit pemberian botol susu)
menurun 2) Identifikasi Riwayat pemberian makanan
c) Mengejan saat defekasi menurun 3) Identifikasi gejala invaginasi (mis:
d) Konsistensi feses membaik tangisan keras, kepucatan pada bayi)
e) Frekuensi BAB membaik 4) Monitor warna, volume, frekuensi, dan
f) Peristaltik usus membaik konsistensi feses
5) Monitor tanda dan gejala hypovolemia
(mis: takikardia, nadi teraba lemah,
tekanan darah turun, turgor kulit turun,
mukosa kulit kering, CRT melambat, BB
menurun)
40
6) Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah
perianal
7) Monitor jumlah dan pengeluaran diare
8) Monitor keamanan penyiapan makanan
b) Terapeutik
1) Berikan asupan cairan oral (mis: larutan
garam gula, oralit, Pedialyte, renalyte)
2) Pasang jalur intravena
3) Berikan cairan intravena (mis: ringer
asetat, ringer laktat), jika perlu
4) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
5) Ambil sampel feses untuk kultur, jika
perlu
c) Edukasi
1) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap
41
2) Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas, dan mengandung
laktosa
3) Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
(mis: loperamide, difenoksilat)
2) Kolaborasi pemberian antispasmodik
/spasmolitik (mis: papaverine, ekstrak
belladonna, mebeverine).
3) Kolaborasi pemberian obat pengeras
feses (mis: atapugit, smektit, kaolin-
pektin).
2. Nyeri Kronik b.d infiltrasi tumor. Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka a) Observasi
tingkat nyeri menurun, dengan 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
f) Keluhan nyeri menurun 2) Identifikasi skala nyeri
g) Perasaan depresi menurun 3) Idenfitikasi respon nyeri non verbal
42
h) Meringis menurun 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan
i) Gelisah menurun memperingan nyeri
j) Kemampuan menuntaskan 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
aktivitas meningkat tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
8) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9) Monitor efek samping penggunaan
analgetik
b) Terapeutik
1) Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
43
2) Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
c) Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgesik secara
tepat
5) Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri
d) Kolaborasi
44
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
3. Hipovolemia b.d kehilangan cairan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia (I.03116)
aktif. keperawatan selama 3 x 24 jam, maka a) Observasi
status cairan membaik, dengan 1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia
kriteria hasil: (mis: frekuensi nadi meningkat, nadi
o) Kekuatan nadi meningkat teraba lemah, tekanan darah menurun,
p) Output urin meningkat tekanan nadi menyempit, turgor kulit
q) Membran mukosa lembab menurun, membran mukosa kering,
meningkat volume urin menurun, hematokrit
r) Ortopnea menurun meningkat, haus, lemah)
s) Dispnea menurun 2) Monitor intake dan output cairan
t) Paroxysmal nocturnal dyspnea b) Terapeutik
(PND) menurun 1) Hitung kebutuhan cairan
u) Edema anasarka menurun 2) Berikan posisi modified Trendelenburg
v) Edema perifer menurun 3) Berikan asupan cairan oral
w) Frekuensi nadi membaik c) Edukasi
x) Tekanan darah membaik 1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan
y) Turgor kulit membaik oral
45
z) Jugular venous pressure 2) Anjurkan menghindari perubahan posisi
membaik mendadak
aa) Hemoglobin membaik d) Kolaborasi
bb) Hematokrit membaik 1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis: NaCL, RL)
2) Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis: glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3) Kolaborasi pemberian cairan koloid
(albumin, plasmanate)
4) Kolaborasi pemberian produk darah
46
BAB IV
JURNAL TERKAIT
47
Hasil Penelitian Studi kasus ini menunjukkan bahwa pasien
mengalami penurunan skala nyeri rata-rata 1
poin setelah dilakukan intervensi dan
penurunan tingkat kecemasan sebanyak 6
poin setelah dilakukan intervensi selama 1
minggu.
Kelebihan dan kekurangan Kelebihan penelitian ini adalah dimana
penelitian sudah memiliki issbn sudah terdaftar secara
remi
Adapun kekurangan penelitian ini adalah
hanya melibatkan 1 reponden saja
Kesimpulan dan saran Perawat diharapkan dapat memberikan
intervensi hipnosis lima jari kepada pasien
kanker kolorektal untuk membantu
mengurangi tingkat nyeri dan kecemasan
48
adalah teknik relaksasi yang memepergunakan imajinasi lewat sebuah cara
menyentuh jari – jari tangan lalu membayangkan bayangan menyenangkan untuk
mengurangi rasa nyeri yang berlebih. (Fatimah et al., 2023).
Menurut penelitian dengan judul Pengaruh Hipnoterapi Lima Jari Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Kanker subjek studi kasus berjumlah 2
orang yang didapatkan secara purposive sampling. Hasil studi
kasusmenunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan skala nyeri dengan rata-
rata 1 poin setelah dilakukan hipnoterapi lima jari. Hipnoterapi dapat
menurunkan skala nyeri pasien pada penyakit kanker serviks, hal ini terjadi
karena hipnoterapi lima jari dapat mempengaruhi sistem limbik dan saraf
otonom, menciptakan suasana rileks, aman dan menyenangkan sehingga
merangsang pusat rasa ganjaran dan pelepasan substrat kimia gamma amino butyric
acid (GABA), enkephalin, dan β endorphin, yang mengeliminasi neurotransmiter
rasa nyeri. Diharapkan setiap pihak rumah sakit untuk memberikan hipnoterapi
lima jari kepada pasien kanker serviks untuk membantu mengurangi nyeri
(Amalia & Hartiti, 2021)
49
itu; 9) meminta pasien sekarang untuk tarik napas, embuskan pelan-pelan melalui
mulut sebanyak 2 kali, sambil meminta pasien untuk membuka matanya pelan-
pelan (Mawarti & Yuliana, 2021)
Metode yang digunakan dalam studi kasus ini dengan menggunakan
demonstrasi secara langsung yang dilakukan oleh pasien sesuai dengan instruksi
yang diberikan. Studi kasus menggunakan purposive sampling yang bertujuan
untuk mengambil sampel berdasarkan seleksi khusus dengan kriteria inklusi pasien
lansia yang mengalami kanker. Kriteria inklusi dalam studi kasus ini yaitu pasien
dengan kasus kanker yang mengalami masalah nyeri dan kecemasan serta bersedia
menjadi responden. Sebelum dilakukan pengambilan data responden diberikan
lembar informed consent untuk diisi. Proses studi kasus yang dilakukan untuk
mendapatkan data dilakukan dengan cara pengkajian (pre-test) melalui wawancara
dan menggunakan instrument Visual Analog Scale (VAS) untuk menilai nyeri dan
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) versi bahasa Inggris yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (Suprihatiningsih et al., 2020)..
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian hipnosis
lima jari terhadap penurunan skala nyeri, dibuktikan dengan pasien mengalami
penurunan skala nyeri rata-rata 1 poin setelah dilakukan intervensi serta
kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri yang timbul dengan menggunakan
hipnosis lima jari secara mandiri (Suprihatiningsih et al., 2020). Hal ini dapat dilihat
dari keadaan pasien yang mengatakan pasien tersebut merasa rileks dan
mengatakan nyeri yang dirasakan sudah berkurang. Pasien melaporkan telah
melakukan hipnosis lima jari sebanyak 2 kali sehari rata-rata pada pukul 05.00 WIB
dan 16.00 WIB karena merasakan nyeri lebih berat dibandingkan waktu yang lain.
Hal ini dapat terjadi karena pada waktu tersebut merupakan kondisi nyeri pasien
sebelum meminum obat.
50
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sebagian besar pasien yang terdiagnosa ca colon mengalami beberapa gejala
seperti BAB encer, berdarah, nyeri pada saat BAB. Seiring dengan seringnya diare
akan mengakibatkan kekurangan cairan pada tubuh pasien.
Salah satu intervensi berbasis evidence based yang dapat mengatasi maslaah
keperawatan pada ca colorectal terutama mengatasi nyeri adalah dengan hipnosis,
dimana dengan menerapkan dan mengaplikasikan terapi ini dapat mengurangi
intesnsitas nyeri pada pasien kanker kolorectal. Asuhan keperawatan yang tepat
akan menentukan keberhasilan perawtan klien dengan colorectal cancer.
5.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang Keperawatan Dasar dengan judul Ca. Colorectal. Kami
selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca dan
teman-teman sekalian agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
51
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2004, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Amalia, K., & Hartiti, T. (2021). Pemberian terapi murattal terhadap penurunan
nyeri pada pasien kanker kolorektal pre operasi. Ners Muda, 2(3), 119.
https://doi.org/10.26714/nm.v2i3.6247
Fatimah, I., Rohmah, M., Sembiring, R., Maulidia, Z., Banten, T., & Nyeri, S.
(2023). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tumor Mandibula Sinistra Dengan
Intervensi Pemberian Terapi Hipnosis 5 Jari Terhadap Penurunan Nyeri Post
Op Di Ruang. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(8), 13–18.
Harisandy, A. (2023). Pengaruh Hipnosis Lima Jari Terhadap Tingkat Nyeri Dan
Kecemasan Pada Pasien Kanker Kolorektal. Jurnal Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (JPPNI), 8(1), 32. https://doi.org/10.32419/jppni.v8i1.374
Mawarti, I., & Yuliana. (2021). Hipnotis Lima Jari Pada Klien Ansietas. Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan, 9(3), 297–304.
Nouvo. dkk. (2019). KANKER KOLOREKTAL. Jurnal Averrous, 76-88.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Prabowo, S. dr. (2019). Kenali KANKER USUS BESAR (KOLOREKTAL) Sejak
Dini.
Suprihatiningsih, T., Kusnaeni, A., & Andika, R. (2020). Pemberian Terapi
Hipnosis 5 Jari Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Karena Penyakit
Covid-19 Pada Lansia Penderita DM dan Abstrak DM dan Hipertensi akibat
Covid-19. Pelaksanaan pengabdian menggunakan Penyakit tidak menular
(PTM) adalah jenis penyakit y. Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad,
4(1), 19–33.
Timurtini, S. (2019). Komplikasi Kanker Kolon.
52