Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

PENGELIHATAN (GLAUKOMA)
Dosen Pengampu : Ns.Heru Supriyatno, , S.Kep,. M.Kes

Disusun oleh : kelompok 2


1. Antika Yunanda Setyawati 2020205201007
2. Hermawan 2020205201024
3. Mirda Devita 2020205201034
4. Pinkan Niken Ageta 2020205201038
5. Putri Lestari 2020205201041
6. .Rindi Komalasari 2020205201045
7. Mahrus Ali 2020205201056

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak
lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw.
karena atas rahmat dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, semua keritik dan saran senantiasa kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.

Pringsewu,, 14 november 2022

Penulis Kelompok, 02

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit Glaucoma..........................................................2
B. Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................10
C. Tinjauan Kasus...........................................................................19

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................26
B. Saran...........................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang
baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan
sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala
indranya saja yang mendapat kesempatan kerja termasuk matanya.mata
merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu sekecil
apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkangangguan
yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang
sangat gawat.

Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab kebutaan


kedua terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia
sampai tahun 2010 akan menderita gangguan penglihatan karena glaukoma.
Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan
kasus glaukoma dapat dikendalikan.

Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang


tanpa gejala yang nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya
gangguan penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut.
Diperkirakan 50% penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita
penyakit tersebut. Karena kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak
dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan
sedini mungkin.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep penyakit glaucoma?
2. Bagaimanakah konsep pengkajian penyakit glaucoma?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan konsep penyakit glaucoma.
2. Untuk mendeskripsikan konsep pengkajian glaucoma.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit Glaucoma


1. Definisi
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal
atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf
penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas, 2004). Galukoma adalah adanya
kesamaan kenaikan tekanan intra okuler yang berakhir dengan kebutaan
(Fritz Hollwich, 1993). Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang
ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler.( Long Barbara, 1996)

Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),bahwa


Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan
tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan
atau pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik,
penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan.

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata


meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan
menyebabkan penurunan fungsi penglihatan (Mayenru Dwindra, 2009)
Glukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra
okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi. (Mansjoer, Arif : 2001)

Glukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan


bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang
permanen. (Mansjoer, Arif : 2001). Jadi menurut kelompok kami
glaukoma adalah suatu penyakit mata dimana meningkatnya tekanan intra
okuler baik akut atau kronis, sehingga menyebabkan penurunan fungsi
penglihatan.

1
2. Klasifikasi glaucoma
Klasifikasi dari glaukoma dalah sebagai berikut (Sidarta Ilyas, 2003) :
a. Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut
yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik
depan yang sempit pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu
karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian
kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-
lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma
( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan
kelainan berkembang Disebut sudut terbuka karena humor aqueous
mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran
dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran
schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga
dapat terjadi. Gejalaawal biasanya tidak ada, kelainan diagnose
dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang
timbul
2) Glaukoma sudut tertutup / sudut semut (akut)
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup
karena ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris
terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan
menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm.
Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus,
penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras
karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba
dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat, penglihatan
kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera
ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

2
b. Glaukoma Sekunder
Adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit mata lain atau
trauma didalam bola mata, yang menyebabkan penyempitan sudut
/peningkatan volume cairan dari dalam mata . Misalnya glaukoma
sekunder oleh karena hifema, laksasi / sub laksasi lensa, katarak
instrumen, oklusio pupil, pasca bedah intra okuler.
c. Glaukoma Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi
sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang ( 0,05 %) manifestasi
klinik biasanya adanya pembesaran mata (bulfamos), lakrimasi.
d. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah
terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan
fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata
dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti
batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan
penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali
akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta
pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan
bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa
sakit.

Berdasarkan lamanya glaukoma dibedakan menjadi:


a. Glaukoma akut
Penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang
meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Glaukoma kronik
Penyakit mata dengan gejalah peningkatan tekanan bola mata sehingga
terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.

3
3. Anatomi dan Fisiologi

Didalam mata terdapat dua macam cairan yaitu:


a. Aqueus humor
Cairan ini berada di depan lensa.
b. Vitreus humor
Cairan albumin berwarna keputih-putihan seperti agar-agar yang
berada dibelakang mata, mulai dari lensa hingga retina. (Evelin C
Pearce: 317). Dalam hal ini ciran yang mengalami gangguan yang
dihubungkan dengan penyakit glaukoma adalah aqueus humor, dimana
cairan ini berasal dari badan sisiari mengalir kea rah bilik anterior
melewati iris dan pupil dan diserap kembali kedalam aliran darah pada
sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai
saluran schlemm. ( Evelin C. Pearce : 317). Secara normal TIO 10-21
mmHg karena adanya hambatan abnormal terhadap aliran aqueus
humor mengakibatkan produksi berlebih badan silier sehingga terdapat
cairan tersebut. TIO meningkat kadang-kadang mencapai tekanan 50-
70 mmHg.

4
4. Etiologi
a. Glaukoma primer terdiri dari :
1) Akut: dapat disebabkan karena trauma.
2) Kronik : dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga
seperti: diabetes mellitus, arterisklerosis, pemakaian kortikosteroid
jangka panjang, myopia tiggi dan progresif.
b. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain, seperti: katarak, perubahan lensa
kelainan uvea pembedahan.

5. Manifestasi klinik
a. Glaukoma primer
1) Glaukoma sudut terbuka
 Kerusakan visus yang serius
 Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang
khas
 Perjalanan penyakit progresif lambat
2) Glaukoma sudut tertutup
 Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
 Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya
 Pandangan kabur
 Sakit kepala
 Mual, muntah
 Kedinginan
 Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina,
yang sangat sedemikian kuatnya keluhan mata ( gangguan
penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan
oleh klien.
b. Glaukoma sekunder
 Pembesaran bola mata
 Gangguan lapang pandang
 Nyeri didalam mata

5
c. Glaukoma kongential
 Gangguan penglihatan
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Glaukoma Akut
Pengukuran dengan tonometrischiotz menunjukkan peningkatan
tekanan, parimetri genioskopi dan tonografi dilakukan setelah edema
kornea menghilang.
b. Glaukoma Kronik
1) Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonomebri
menunjukkan peningkatan, nilai dianggap mencurigakan bila
berkisar antara 21 – 25 mmHg dan dianggap patologik bila berada
diatas 25 mmHg.
2) Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar
dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat dan
terdapat perdarahan pada pupil.
3) Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang
menyempit, depresi bagian nasal, tangga rone, atau stroma busur.
4) Uji provokasi minum air, uji variasi diurnal dan ujian provokasi
steroid dilakukan pada kasus-kasus yang meragukan.
5) Pengukuran tekanan intraocular (dengan tonometer), pemeriksaan
keadaan sudut bola mata dengan genioskopi. Sedangkan
pemeriksaan lapang pandangan mata dengan alat perimetri.
6) Pengecekan terhadap kondisi syaraf mata digunakan alat
Heidelberg Retinal Tomography (HRT) atau Optical Coherence
Tomography (OCT).
Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet.
Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau
meningkatkan keluarnya cairan akuos humor. Cara ini diharapkan
dapat menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai
tekanan yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan
secara terus menerus dan teratur.

6
7) Pemasangan keran Ahmed Valve
Untuk mengatasi glaukoma yang kondisinya relatif parah, dokter
akan memasang keran buatan yang populer disebut ahmed valve.
Nama ini berasal dari nama penemunya, yakni Ahmed, warga
Amerika Serikat (AS) asal Timur Tengah yang pertama kali
menciptakan klep tersebut sekitar 10 tahun silam. Alat ini terbuat
dari bahan polymethyl methacrylate (PMMA), yakni bahan dasar
lensa tanam. Ahmed valve ditanamkan pada bola mata dengan cara
operasi. Bila tekanan bola mata berada pada 18 mmHg maka klep
tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat bisa keluar,
sehingga tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep
akan tertutup kembali bila tekanan sudah berada di bawah 18
mmHg.

7. Penatalaksanaan Medis
a. Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek / Kronik
1) Obat-obat miotik
a) Golongan kolinergik (pilokarpin 1 – 4 % 5 kali / hari),
karbakol (0,75–3 %)
b) Golongan anti kolineoterase (demekarium bromid, hurmosal
0,25 %)
2) Obat-obat penghambat sekresi aquor humor (Adrenergik)
a) Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2x / hari)
b) Epinerprin 0,5 – 2 % 1 – 2 x / hari
3) Carbonucan hidrase intibitor
a) Asetazolamid (diamol 125 – 250 mg 4 x / hari)
b) Diklorfenamid (metazolamid)
4) Laser trabeculoplasty dimana suatu laser zat organ disorotkan
langsung kejaringan trabekuler untuk merubah susunan jaringan
dan membuka aliran dari humor Aguos dan iridektomi.
5) Tindakan bedah trabeculectomy.

7
8. Patofisiologi
Rongga anterior mata berada didepan dan sedikit kesamping dari lensa,
terdapat/ bermuara aqueous humor, merupakan caira bening yang
menunjukan lympha. Aqueous humor diproduksi secara terus-menerus
dalam badan silianis yang terdapat dibagian posterior irisdan mengalir
melewatipupil kedalam cameraokuli anterior. Aqueous humordisalurkan
melalui canal Schlemm disekitar mata dan berada pada bagian sudut
camera okuli anterior dimana terjadi pertemuan iris perifer dan kornea
dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara produksi dan
penyerapanaqueous humor, akan menyebabkan atau menjadikan tekanan
intra okuli relative konstan. TIO berkisar 10-20mmHg dan rata-rata
16mmHg. Tekanan intra okuler beavariasi dan naik sampai 5mmHg.
Glaukoma terjadi dimana adanya peningkatan TIO yang dapat
menimbulkan kerusakan dari saraf-saraf optic. Peningkatan tekanan
disebabkan abstruksi/sumbatan dari penyerapan aqueous humor.

9. Pathway

8
10. Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan
bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan
yaitu kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan
ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti batu dan
dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan
pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi
pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan
kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan
siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau
melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak bisa
berfungsi dan memberikan rasa sakit.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identifikasi Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl
MRS,  diagnosa medis, suku bangsa, status perkawinan.
b. Keluhan Utama
Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi,
nyeri hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah
dan bengkak.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai
terjadi nyeri hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun,
mata merah dan bengkak.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan
apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita
sebelumnya.

9
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis
vertikal atau horisontal memiliki penyakit yang serupa.
d. Pola – pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan klien
tentang penyakit yang diderita serta kemampuan klien dalam
merawat diri dan juga adanya perubahan dalam pemeliharaan
kesehatan. 
2) Pola nutrisi dan metabolik
Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan.
Pada pola nutrisi dan metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji
pola makan dan komposisi, berapa banyak / dalam porsi, jenis
minum dan berapa banyak jumlahnya.
3) Pola eliminasi
Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan
tetapi tetap dikaji konsestansi, banyaknya warna dan baunya.
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur
karena nyeri / sakit hebat menjalar sampai kepala.
5) Pola aktivitas
Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi
penglihatan klien mengalami penurunan.
6) Pola persepsi konsep diri
Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas
terhadap penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan
konsep diri.
7) Pola sensori dan kognitif
Pada klien ini akan menjadi /  mengalami gangguan pada fungsi
penglihatan dan pada kongnitif tidak mengalami gangguan.
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar
sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

10
Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea
berawan.Peningkatan air mata.
8) Pola hubungan dan peran
Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan
klien dengan keluarga dan orang lain, apakah mengalami perubahan
karena penyakit yang dideritanya.
9) Pola reproduksi
Pada pola reproduksi tidak ada gangguan.
10) Pola penanggulangan stress
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan
fungsi penglihatannya serta koping mekanis yang ditempuh klien
bisa tidak efektif.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien tidak mengalami gangguan.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta
pemeriksaan TTV.
2) Pemeriksaan Kepala dan Leher
Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat
pada kepala, mata merah, edema kornea, mata terasa kabur.
3) Pemeriksaan Integumen
Meliputi warna kulit, turgor kulit.
4) Pemeriksaan Sistem Respirasi
Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.
5) Pemeriksaan Kardiovaskular
Meliputi irama dan suara jantung.
6) Pemeriksaan Sistem  Gastrointestinal
Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah.
7) Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Meliputi pergerakan ekstermitas.

11
8) Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem
endokrin.
9) Pemeriksaan Genitouria
Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.
10) Pemeriksaan Sistem Pernafasan
Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena
terbatasnya lapang pandang.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan
refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan
optik.
2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa
tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau
glaukoma.
3) Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25
mmHg)
4) Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka
dari sudut tertutup glaukoma.
5) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika
TIO normal atau hanya meningkat ringan.
6) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler,
mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan
mikroaneurisma.
7) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosis.
9) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

12
2. Analisa Data
Masalah
No Data Fokus Penyebab/ Etiologi
keperawatan
1 Ds : Obtruksi jaringan Gangguan rasa
Mengatakan mata trabekuler nyaman nyeri
tegang. Nyeri hebat, ↓ berhubungan dengan
lebih sakit untuk Hambatan pengaliran meningkatan TIO
melihat. aqueus humor
Do : ↓
    Meringis, menangis TIO meningkat
menahan nyeri. ↓
    Sering memegangi Nyeri
mata.
2 Ds: TIO meningkat Penurunan persepsi
Menyatakan ↓ sensori
penglihatan kabur, Gangguan saraf optik visual/penglihatan
tidak jelas, penurunan ↓ berhubungan dengan
area penglihatan. Perubahan penglihatan serabut saraf oleh
Do: perifer karena peningkatan
    Pemeriksaan lapang ↓ TIO
pandang menurun. Gangguan persepsi
    Penurunan sensori penglihatan
kemampuan
identifikasi lingkungan
(benda, orang, tempat
3 Ds: TIO meningkat Cemas berhubungan
    Mengatakan takut ↓ dengan penurunan
dioperasi Gangguan saraf optik penglihatan/ kurang
    Sering menanyakan ↓ pengetahuan tentang
tentang operasi Perubahan penglihatan prosedur
Do: perifer pembedahan
    Perubahan tanda vital ↓
peningkatan nadi, Cemas
tekanan darah,
frekuensi pernapasan
    Tampak gelisah, wajah
murung, sering
melamun

13
4 Ds: Peningkatan tekanan Gangguan rasa
Mengatakan vitreus nyaman (nyeri)
nyeri/tegang. ↓ berhubungan dengan
Do: Gelisah, Pergerakan iris kedepan post tuberkulectomi
kecenderungan ↓ iriodektomi.
memegang daerah TIO meningkat
mata. ↓
Tindakan operasi

trabekulectomy

Nyeri
5 Ds: TIO meningkat Resiko infeksi
    Keinginan untuk ↓ berhubungan dengan
memegang mata Tindakan operasi luka insisi operasi.
    Menyatakan nyeri ↓
sangat trabekulectomy
Do : ↓
Do: - Perilaku tidak Resiko infeksi
terkontrol
- Kecenderungan
memegang darah
operasi

3. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan
TIO
2) Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan
dengan serabut saraf oleh karena peningkatan TIO.
3) Cemas berhubungan dengan :  
a) Penurunan ketajaman penglihatan
b) Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan
b. Post operasi
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan post
tuberkulectomi iriodektomi.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi.

14
4. Intervensi
Diagnosa
No Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Gangguan rasa Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri. 1. Memudahkan tingkat nyeri untuk
nyaman (nyeri)  Nyeri hilang atau berkurang intervensi selanjutnya.
berhubungan dengan dalam waktu 1x24 jam. 2. Pantau derajat nyeri mata setiap 30 2. Untuk mengidentifikasi kemajuan
peningkatan TIO Kriteria hasi l: mentit selama masa akut. atau penyimpanan dari hasil yang
 Klien dapat mengidentifikasi diharapkan.
penyebab nyeri. 3. Siapkan pasien untuk pembedahan 3. Setelah TIO pada glaukoma sudut
 Klien menyebutkan faktor- sesuai peranan. terbuka, pembedahan harus segera
faktor yang dapat dilakukan secara permanent
meningkatkan nyeri. menghilangkan blok pupil.
 Klien mampu melakukan 4. Pertahankan tirai baring ketat pada 4. Pada tekanan mata sudut
tindakan untuk mengurangi posisi semi fowler. ditingkatkan bila sudut datar.
nyeri. 5. Berikan lingkungan gelap dan terang. 5. Stress dan sinar menimbulkan TIO yang
6. Berikan analgesic yang diresepkan mencetuskan nyeri.
peran dan evaluasi efektifitasnya 6. Untuk mengontrol nyeri, nyeri berat
menentukan menuvervalasava,
menimbulkan TIO.
2 Penurunan persepsi Tujuan: 1. Kaji dan catat ketajaman 1. Menentukan kemampuan visual.
sensori visual /  Peningkatan persepsi sensori penglihatan
penglihatan dapat berkurang dalam waktu 2. Kaji tingkat deskripsi fugnsional 2. Memberikan keakuratan terhadap
berhubungan dengan 1 x 24 jam terhadap penglihatan dan penglihatan dan perawatan.
serabut saraf oleh kriteria hasil : perwatan
karena peningkatan  klien dapat meneteskan obat 3. Sesuaikan lingkungan dengan 3. Meningkatkan self care dan
tekanan intra okuler. mata dengan benar kemampuan penglihatan. mengurangi ketergantungan.
 Kooperatif dalam tindakan 4. Kaji jumlah dan tipe rangsangan 4. Meningkatkan rangsangan pada
 Menyadari hilangnya yang dapat diterima Klien. waktu kemampuan penglihatabn
pengelihatan secara permanen 5. Observasi TTV. menurun.
 Tidak terjadi penurunan visus 5. Mengetahui kondisi dan
lebih lanjut perkembangan klien secara dini.
6. Kolaborasi dengan tim medis 6. Untuk mempercepat proses

15
dalam pemberian terapi. penyembuhan
3 Cemas berhubungan Tujuan : 1. Hati-hati penyampaian hilangnya 1. Jika klien belum siap akan
dengan penurunan  Cemas klien dapat berkurang penglihtan secara permanen. menambah kecemasan.
penglihatan, kurang dlam waktu 1 x 24 jam 2. Berikan kesempatan klien
pengetahuan tentang Kriteria Hasil : mengekspresikan tentang 2. Mengekspresikan perasaan
pembedahan  Berkurangnya perasaan kondisinya. membantu Klien mengidentifikasi
gugup 3. Pertahankan kondisi yang rileks. sumber cemas.
 Posisi tubuh rileks 4. Observasi TTV. 3. Rileks dapat menurunkan cemas.
 Mengungkapkan pemahaman
tentang rencana tindakan 5. Siapkan bel ditempat tidur dan 4. Untuk mengetahui TTV dan per-
instruksi Klien memberikan tanda kembangannya.
bila mohon bantuan 5. Dengan memberikan perhatian
6. Kolaborasi dengan tim medis akan menambah kepercayaan klien.
dalam pemberian terapi
6. Diharapkan dapat mempercepat
proses penyembuhan
4 Gangguan rasa  Nyeri berkurang, hilang, dan 1. Kaji derajat nyeri setiap hari. 1. Normalnya, nyeri terjadi dalam
nyaman (nyeri) terkontrol. 2. Anjurkan untuk melaporkan waktu kurang dari 5 hari setelah
berhubungan dengan Kriteria hasil : perkembangan nyeri setiap hari operasi dan berangsur menghilang.
post tuberkulectomi  Klien mendemonstrasi-kan atau segera saat terjadi Nyeri dapat meningkat sebab
iriodektomi. teknik penurunan nyeri peningkatan nyeri mendadak. peningkatan TIO 2-3 hari pasca
 Klien melaporkan nyeri 3. Anjurkan pada klien untuk tidak operasi. Nyeri mendadak
berkurang atau hilang. melakukan gerakan tiba-tiba menunjukan peningkatan TIO
yang dapat memicu nyeri. masif.
2. Meningkatkan kolaborasi ,
4. Ajarkan teknik distraksi dan memberikan rasa aman untuk
relaksasi. peningkatan dukungan psikologis.
5. Lakukan tindakan kolaboratif
dalam pemberian analgesik 3. Beberapa kegiatan klien dapat
topikal/ sistemik. meningkatkan nyeri seperti gerakan
tiba-tiba, membungkuk, mengucek
mata, batuk, dan mengejan.

16
4. Mengurangi ketegangan,
mengurangi nyeri.
5. Mengurangi nyeri dengan
meningkatan ambang nyeri.
5 Resiko infeksi Tujuan : 1. Diskusikan tentang rasa sakit, 1. Meningkatkan kerjasama dan
berhubungan dengan Tidak terjadi cedera mata pembatasan aktifitas dan pembatasan yang diperlukan.
luka insisi operasi pascaoperasi pembalutan mata.
Kriteria Hasil : 2. Tempatkan klien pada tempat 2. Istirahat mutlak diberikan 12-24
      Klien menyebutkan faktor yang tidur yang lebih rendah dan jam pasca operasi
menyebabkan cedera. anjurkan untuk membatasi
      Klien tidak melakukan aktivitas pergerakan mendadak/ tiba-tiba
yang meningkatkan resiko serta menggerakkan kepala
cedera berlebih.
3. Bantu aktifitas selama fase 3. Mencegah/ menurunkan risiko
istirahat. Ambulasi dilakukan komplikasi cedera.
dengan hati-hati.
4. Ajarkan klien untuk 4. Tindakan yang dapat meningkatkan
menghindari tindakan yang TIO dan menimbulkan kerusakan
dapat menyebabkan cedera. struktur mata pasca operasi antara
5. Amati kondisi mata : luka lain:
menonjol, bilik mata depan  Mengejan ( valsalva maneuver)
menonjol, nyeri mendadak,  Menggerakan kepala mendadak
nyeri yang tidak berkurang  Membungkuk terlalu lama
dengan pengobatan, mual dan  Batuk
muntah. Dilakukan setiap 6 jam 5. Berbagai kondisi seperti luka
asca operasi atau seperlunya menonjol, bilik mata depan
menonjol, nyeri mendadak,
hiperemia, serta hipopion mungkin
menunjukan cedera mata pasca
operasi.

17
C. Tinjauan Kasus
Seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun datang ke poli mata dengan
keluhan mata kiri terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu. Awalnya pasien merasa
gatal dimata, dan kepala sering terasa sakit, selain itu, pasien juga kadang
melihat pelangi saat memandang lampu. Sekarang, pasien merasa
penglihatannya menyempit sehingga untuk berjalan menjadi kesusahan dan
harus berhati- hati. Keluhan serupa pernah dialami pasien pada mata
kanannya. Mata kanan sudah tidak bisa melihat sejak 6 tahun yang lalu.
Awalnya, mata kanan juga terasa gatal, cekot – cekot, kabur dan kadang
terlihat pelangi saat melihat lampu. lalu lama kelamaan, mata kanan hilang
pandangan penglihatan yang terasa semakin lama semakin mengecil lalu tidak
bisa melihat sampai sekarang. Pasien sudah sering ke dokter dan di beri obat
tetes, namun keluhan dirasa pasien tidak berkurang.

Riwayat operasi mata disangkal, DM disangkal, hipertensi disangkal, riwayat


memakai kacamata (-)

Pada pemeriksaan didapatkan TD 110/80 mmHg, nadi 80 x/m, respirasi 20


x/m, suhu 36,5 oc, visus OS 6/24, midriasis pupil yang tidak reaktif, reflek
cahaya (-), palpasi OS: teraba bola mata lebih keras dibandingkan OD, TIO
OS 20 mmHg
1. Pengkajian
a. Identifikasi Klien
Seorang perempuan 50 tahun .
b. Keluhan Utama
Pasien merasa penglihatannya menyempit.

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien Mengatakan mata kiri terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu.
Awalnya pasien merasa gatal dimata, dan kepala sering terasa sakit,
selain itu, pasien juga kadang melihat pelangi saat memandang lampu.

18
Sekarang, pasien merasa penglihatannya menyempit sehingga untuk
berjalan menjadi kesusahan dan harus berhati- hati.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Mata kiri terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu. Mata kanan sudah tidak
bisa melihat sejak 6 tahun yang lalu. Riwayat operasi mata disangkal,
DM disangkal, hipertensi disangkal, riwayat memakai kacamata (-)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada data pada kasus.

3. Pola – Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Tidak ada data dikasus tapi pasien kelitannya tidak tahu tentang
penyakitnya. 
b. Pola nutrisi dan metabolik
Tidak ada data pada kasus.
12) Pola eliminasi
Tidak ada data pada kasus.
c. Pola tidur dan istirahat
Tidak ada data pada kasus.
d. Pola aktivitas
Dalam aktivitas klien terganggu karena fungsi penglihatan klien
mengalami penurunan.
e. Pola persepsi konsep diri
Tidak ada data dalam kasus.
f. Pola sensori dan kognitif.
Penglihatan kabur dan kadang terlihat pelangi saat melihat lampu. lalu
lama kelamaan, mata kanan hilang pandangan penglihatan yang terasa
semakin lama semakin mengecil lalu tidak bisa melihat sampai
sekarang.
g. Pola hubungan dan peran
Tidak ada data pada kasus.

19
h. Pola reproduksi
Tidak ada data pada kasus.
i. Pola penanggulangan stress
Tidak ada data pada kasus.
j. Pola tata nilai dan kepercayaan
Tidak ada data pada kasus.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien baik hanya tidak bias melihat pada kedua
matanya.
b. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Gatal dimata, dan kepala sering terasa sakit.
c. Pemeriksaan Integumen
Gatal dimata
d. Pemeriksaan Sistem Respirasi
Respirasi 20 x/m.
e. Pemeriksaan Kardiovaskular
Pada pemeriksaan didapatkan TD 110/80 mmHg, nadi 80 x/m.
f. Pemeriksaan Sistem  Gastrointestinal
Tidak ada data pada kasus.
g. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Tidak ada data pada kasus.
h. Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada data pada kasus.
i. Pemeriksaan Genitouria
Tidak ada data pada kasus.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) :
visus OS 6/24, midriasis pupil yang tidak reaktif, reflek cahaya (-),
palpasi OS: teraba bola mata lebih keras dibandingkan OD.

20
b. Pengukuran tonografi :
TIO OS 20 mmHg

5. Analisa Data
Masalah
No Data Fokus Penyebab/ Etiologi
keperawatan
1 Ds: TIO meningkat Penurunan persepsi
Menyatakan ↓ sensori
penglihatan Gangguan saraf optik visual/penglihatan
Menyempit , dan kabur ↓ berhubungan dengan
, mata kanan sudah Perubahan penglihatan serabut saraf oleh
tidak bias melihat perifer karena peningkatan
↓ TIO
Do: Gangguan persepsi
    visus OS 6/24 sensori penglihatan
 Midriasis pupil yang
tidak reaktif,
 Reflek cahaya (-)
2 Ds: Peningkatan tekanan Gangguan rasa
Mengatakan kepala vitreus nyaman (nyeri)
sering terasa sakit. ↓ berhubungan dengan
Pergerakan iris kedepan post tuberkulectomi
Do: ↓ iriodektomi.
TIO meningkat

Tindakan operasi

trabekulectomy

Nyeri

6. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
serabut saraf oleh karena peningkatan TIO.
b. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO

21
7. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Penurunan persepsi sensori Tujuan: 1. Kaji dan catat ketajaman 1. Menentukan kemampuan visual.
visual / penglihatan  Peningkatan persepsi sensori penglihatan
berhubungan dengan serabut dapat berkurang dalam waktu 1 x
saraf oleh karena peningkatan 24 jam 2. Kaji tingkat deskripsi 2. Memberikan keakuratan terhadap
tekanan intra okuler. kriteria hasil : fugnsional terhadap penglihatan penglihatan dan perawatan.
 klien dapat meneteskan obat dan perwatan
mata dengan benar 3. Sesuaikan lingkungan dengan 3. Meningkatkan self care dan
 Kooperatif dalam tindakan kemampuan penglihatan. mengurangi ketergantungan.
 Menyadari hilangnya 4. Kaji jumlah dan tipe rangsangan 4. Meningkatkan rangsangan pada
pengelihatan secara permanen yang dapat diterima Klien. waktu kemampuan penglihatabn
 Tidak terjadi penurunan visus menurun.
lebih lanjut 5. Observasi TTV. 5. Mengetahui kondisi dan
perkembangan klien secara dini.
6. Kolaborasi dengan tim medis
6. Untuk mempercepat proses
dalam pemberian terapi.
penyembuhan

2 Nyeri berhubungan dengan Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri. 1. Memudahkan tingkat nyeri untuk
peningkatan TIO  Nyeri hilang atau berkurang intervensi selanjutnya.
dalam waktu 1x24 jam. 2. Pantau derajat nyeri mata setiap 30 2. Untuk mengidentifikasi kemajuan
mentit selama masa akut. atau penyimpanan dari hasil yang

22
Kriteria hasi l: diharapkan.
 Klien dapat mengidentifikasi
3. Siapkan pasien untuk pembedahan
penyebab nyeri. 3. Setelah TIO pada glaukoma sudut
sesuai peranan.
 Klien menyebutkan faktor-faktor terbuka, pembedahan harus segera
yang dapat meningkatkan nyeri. dilakukan secara permanent
 Klien mampu melakukan menghilangkan blok pupil.
4. Pertahankan tirai baring ketat pada
tindakan untuk mengurangi 4. Pada tekanan mata sudut
posisi semi fowler.
nyeri. ditingkatkan bila sudut datar.

5. Berikan lingkungan gelap dan


5. Stress dan sinar menimbulkan TIO yang
terang.
mencetuskan nyeri.

6. Berikan analgesic yang diresepkan


6. Untuk mengontrol nyeri, nyeri berat
peran dan evaluasi efektifitasnya
menentukan menuvervalasava,
menimbulkan TIO.
4 Gangguan rasa nyaman (nyeri)  Nyeri berkurang, hilang, dan 6. Kaji derajat nyeri setiap hari. 6. Normalnya, nyeri terjadi dalam
berhubungan dengan post terkontrol. waktu kurang dari 5 hari setelah
tuberkulectomi iriodektomi. Kriteria hasil : operasi dan berangsur menghilang.
 Klien mendemonstrasi-kan Nyeri dapat meningkat sebab
teknik penurunan nyeri peningkatan TIO 2-3 hari pasca
 Klien melaporkan nyeri operasi. Nyeri mendadak
berkurang atau hilang. menunjukan peningkatan TIO

23
masif.
7. Meningkatkan kolaborasi ,
7. Anjurkan untuk melaporkan memberikan rasa aman untuk
perkembangan nyeri setiap hari peningkatan dukungan psikologis.
atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak. 8. Beberapa kegiatan klien dapat
8. Anjurkan pada klien untuk meningkatkan nyeri seperti gerakan
tidak melakukan gerakan tiba- tiba-tiba, membungkuk, mengucek
tiba yang dapat memicu nyeri. mata, batuk, dan mengejan.
9. Mengurangi ketegangan,
9. Ajarkan teknik distraksi dan mengurangi nyeri.
relaksasi. 10. Mengurangi nyeri dengan
10. Lakukan tindakan kolaboratif meningkatan ambang nyeri.
dalam pemberian analgesik
topikal/ sistemik.

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi
buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata
terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan
saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak
mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.

Didalam sebuah kasus diatas tidak ada tanda gejala yang menunjukan nyeri
hebat dalam peningkatan intr okuler, klien hanya mengeluhkan matanya sudah
tidak bias melihat akibat kurang pengetahuan terhadap penyakitnya.

Namun didalam kasus diatas untuk riwayat kesehatan dahulu tidak jelas
bahwa klien pernah mengalami penyakit, DM, HT, dan riwayat pernah
dioperasi, dan pada kasus diatas tidak menemukan data penunjang
labolatorium yang spesifik terhadap penyakit glaucoma.

B. Saran
Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang
penyakit serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir
pengobatan itu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekankan
bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan fungsi penglihatan , tetapi
hanya mempertahankan fungsi penglihatan yang masih ada.

25
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Arsculapiks.

Corwin, Elizabeth J. , Buku saku Patofisiologi, Ed. 3, 2009, Jakarta : EGC.

Darling, Vera H, 1996, Perawatan Mata, Yogyakarta : Yayasan Esentia Medika.

Ilyas, Ramatjandra, Sidarta Ilyas, 1991, Klasifikasi dan Diagnosis Banding


Penyakit Mata, 1991, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Ilyas, Sidarta, 2002, Ilmu Penyakit Mata, Ed. 2, Jakarta : CV. Sagung Seto.

Ilyas, Sidarta, 2004, Ilmu Perawatan Mata, Jakarta : CV. Sagung Seto.

James, Bruce, 2006, Lecture Notes : Oftalmologi, Jakarta : Erlangga.

Long, Barbara C. , 2000, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan


Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran

Oka, P.N, 1993, Buku Penuntun – Ilmu Perawatan Mata, Surabaya : Airlangga
University Press.

Smeltzer, Suzzane C. , 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Ed. 8, Jakarta : EGC.

Tamsuri, Anas, 2010, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan, Jakarta : EGC

26
\

27

Anda mungkin juga menyukai