DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
Tahun 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Glukoma dengan baik meskipun masih
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterimakasih kepada Ns. Mila Sartika, S.Kep,
M.kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Glukoma sebagai
calon perawat. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalah kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang memebangun demi perbaikan di masa
depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.3 Tujuan 2
ii
BAB IV PENUTUP 25
3.1 Kesimpulan 25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan
kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya
orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja
termasuk matanya. Mata merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu
sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkan gangguan yang
hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.
ii
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep dan Teori mengenai Glaukoma?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien yang menderita penyakit
glaukoma?
ii
2
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa/I dapat memahami konsep dan teori mengenai penyakit glaukoma
2. Agar mahasiswa/I dapat memahami dan mengerti bentuk asuhan keperawatan pada
pasien yang menderita penyakit glaukoma
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis
yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segalah akibatnya.
(Indriana dan N Istiqomah; 2004).
Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan
intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak lapang pandang yang khas.
(Tamsuri A; 2010).
1. Glaukoma primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul
pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada
kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri
osklerosis,
4
pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan
berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata.
Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam
sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:
3. Glaukoma kongenital
2.3 Etiologi
Infeksi
Peradangan
Risiko seseorang mengalami glaukoma juga akan meningkat jika :
2.4 Patofisiologi
a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf
pada papil saraf optik.
b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil
saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan
pada papil saraf optik.
c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik. (Tamsuri M, 2010 : 72-73).
7
Nyeri
Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan
Kebutaan
8
Gejala yang muncul pada tiap orang dapat berbeda-beda, tergantung tipe glaukoma,
keparahan, dan kondisi fisik secara menyeluruh. Namu, penderita glaukoma pada umumnya
mengalami gangguan penglihatan. Beberapa gangguan penglihatan yang muncul dapat
berupa:
a. Tonometri
— Nonkontak pneumotonometri
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat,
sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam
keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk
diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak
boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang
keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan
ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu
jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian. Tinggi rendahnya tekanan
dicatat sebagai berikut :
N : normal
N+1 : agak tinggi
N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N–1 : lebih rendah dari normal
b. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
c. Oftalmoskopi
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di
daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut yang
tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri,
mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang serta
mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).
Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran
schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah. Tindakan
pembedahan
10
dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser trabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal,
dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag selaput beku).
Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang penyakit ini
serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu. Pendidikan
kesehatan yang diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan
fungsi pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi pengelihatan yang masi ada.
2.8 Komplikasi
1. Edema kornea
2. Penurunan lapang pandang
3. Kebutaan
Risiko komplikasi ini terutama pada glaukoma sudut tertutup akut yang harus
ditangani dengan segera.
2.9 Pencegahan
Pencegahan glaukoma dilakukan dengan cara menghindari faktor risiko atau etiologi
dari penyakit itu sendiri.
BAB III
KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Rukun Ujung, Pasar Minggu
No RM : 852418
I. ANAMNESIS
Dilakukan autonamnesis pada tanggal 8 Februari 2013, jam 1300 WIB.
Keluhan utama : Pasien mengeluh penglihatan mata kanan dan kiri buram sejak 4 hari
lalu.
Keluhan tambahan : Pasien juga mengeluh kedua mata merah, nyeri sekitar mata dan
sakit kepala.
Riwayat penyakit sekarang
Sejak 4 hari lalu, pasien mengeluh penglihatan pada mata kanan dan kiri buram. Buram pada
kedua mata munculnya tiba-tiba. Pasien mengeluh hanya bisa melihat bayangan
samar-samar. Pasien juga mengeluh kedua mata merah, sedikit berair namun
menyangkal terdapatnya gatal, belekan dan silau. Pasien juga mengeluh terdapat
nyeri pada kedua mata. Nyeri dirasakan terus menerus dan menghilang setelah tidur
sebentar. Pasien juga mengeluh sakit kepala terus-menerus. Keluhan mual dan
muntah disangkal. Riwayat trauma dan penggunaan obat-obatan tetes mata yang lama
sebelumnya disangkal.
12
13
B. Status Oftalmologis
III.RESUME
Tn. S usia 45 tahun datang dengan keluhan penglihatan pada mata kanan dan kiri buram
sejak 4 hari lalu. Buram pada kedua mata munculnya tiba-tiba dan hanya bisa melihat
bayangan samar-samar. Kedua mata merah, sedikit berair dan nyeri. Nyeri dirasakan
terus menerus dan menghilang setelah tidur sebentar. Pasien juga mengeluh sakit kepala
terus-menerus.
Berdasarkan pemeriksaan oftalmologis, didapatkan visus occuli dextra (OD) dan
sinistra (OS) adalah 3/60. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva. Pada
pemeriksaan tekanan bola mata didapatkan TIO mata kanan (25.8) dan mata kiri (30.4)
IV. DIAGNOSIS
Glaukoma akut ODS
V. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Timol 0.5% eye drop 2 dd gtt I ODS
Polynel eye drop 6 dd gtt I ODS
Glaucon tab 2 dd I
KCL tab 2 dd I
VI.
16
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad fungsionam : Ad bonam
Ad sanationam : Ad bonam
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali dari kulit
putih (dewit, 1998).
f. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang dan mata
menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dan sering
menabrak, gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat itu,
riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya dapat
menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma (terutama yang mengenai
mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi).
d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami penyakit
glaucoma sudut terbuka primer.
4. Pemeriksaan fisik
17
— Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
— Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera
kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya.
Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan
TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
— Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30 mmHg.
Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma
kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris
pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO
meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya
sempit. (Indriana N dan Istiqomah; 2004)
B. Diagnosa Keperawatan
Intervensi Keperawatan