Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GLUKOMA
Untuk Memenuhi Tugas Makalah Mata kuliah KMB III

Dosen Pengampu: Ns. Mila Sartika S.Kep. M.,kep

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1

Leyla Suri Handayani (130317462)


Marjaya (130317464)
Siti Ning Setiyowati (130317471)
Tria Pradita (130317473)
Wulandari (130317474)

PROGRAM STUDI NERS AKADEMIK

INSTITUT MEDIKA Drg. SUHERMAN

Jalan Raya Pasir Gombong, Jababeka Cikarang – Bekasi

Telp. (021) 8904160 (Hunting) Fax. (021) 8904159

Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Glukoma dengan baik meskipun masih
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterimakasih kepada Ns. Mila Sartika, S.Kep,
M.kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Glukoma sebagai
calon perawat. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalah kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang memebangun demi perbaikan di masa
depan.

Bekasi, 09 Januari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Definisi Glaukoma 3

2.2 Klasifikasi Glaukoma 3

2.3 Etiologi Glaukoma 5

2.4 Patofisiologi Glaukoma 6

2.5 Manisfestasi Klinis Glaukoma 8

2.6 Pemeriksaan Penunjang Glaukoma 8

2.7 Penatalaksaan Glaukoma 10

2.8 Komplikasi Glaukoma 11

2.9 Pencegahan Glaukoma 11

BAB III PEMBAHASAN 12

3.1 Kasus Glaukoma 12

3.2 Asuhan Keperawatan Glaukoma 13

ii
BAB IV PENUTUP 25

3.1 Kesimpulan 25

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan
kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya
orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja
termasuk matanya. Mata merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu
sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkan gangguan yang
hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.

Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab kebutaan


kedua terbesar di dunia setelah katarak. The World Health Organization (WHO) melaporkan
5.1 juta orang telah mengalami kebutaan karena glaucoma. Jumlah penyakit glaukoma di
dunia oleh WHO diperkirakan sekitar 61 juta orang di tahun 2010, dan diperkirakan akan
menjadi 79,4 juta di tahun 2020. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi
pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.

Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa


gejala yang nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan penglihatan
sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan 50% penderita
glaukoma tidak menyadari mereka menderita penyakit tersebut. Karena kerusakan yang
disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan penanganan
harus dilakukan sedini mungkin.

ii
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep dan Teori mengenai Glaukoma?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien yang menderita penyakit
glaukoma?

ii
2

1.3 Tujuan

1. Agar mahasiswa/I dapat memahami konsep dan teori mengenai penyakit glaukoma
2. Agar mahasiswa/I dapat memahami dan mengerti bentuk asuhan keperawatan pada
pasien yang menderita penyakit glaukoma
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Glaukoma

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis
yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segalah akibatnya.
(Indriana dan N Istiqomah; 2004).

Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan
intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak lapang pandang yang khas.
(Tamsuri A; 2010).

Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan


intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil
syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan
penurunan tajam pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan Sunaryo Joko Waluyo; 2009).

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata


meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan (Dwindra M; 2009)

Glaukoma adalah suatu kelompok kelainan patologis ditandai dengan neuropati


optik yang disertai penyempitan lapang pandang, dan tekanan intraokular yang tinggi
merupakan salah satu faktor risiko utamanya (Salsabila Amira dkk ;2019)

2.2 Klasifikasi Glaukoma

1. Glaukoma primer

Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul
pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada
kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri
osklerosis,
4

pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan
berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Glaukoma sudut terbuka

Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-


95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang
disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan
trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular,
saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi.
Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan
sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri
mata yang timbul.

b. Glaukoma sudut tertutup

Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena


ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan,
menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke
saluran schlemm. Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan
vitreus, penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia
tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO,
dapat nyeri mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan
dilatasi pupil, tidak segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

2. Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata.
Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam
sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:

 Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak


 Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea
 Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris
5

3. Glaukoma kongenital

Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah


kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata
tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan
menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan peka
terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal dari sudut
filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%)
manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia
blepharospme.

2.3 Etiologi

Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi sebagai


bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi faktor genetik.
Selain karena faktor genetik, terdapat juga kondisi lain yang diduga dapat menyebabkan
gangguan pada sistem drainase yang dialami penderita glaukoma. Beberapa diantaranya
adalah :

 Cedera akibat paparan zat kimia

 Infeksi

 Penyumbatan pembuluh darah

 Peradangan
Risiko seseorang mengalami glaukoma juga akan meningkat jika :

 Berusia lebih dari 60 tahun

 Memiliki riwayat penyakit diabetes, serangan jantung, tekanan darah tinggi,


dan anemia sel sabit

 Memiliki riwayat penyakit mata, seperti rabun jauh

 Pernah melakukan operasi pada mata


5

 Mengalami kondisi kekurangan estrogen, seperti yang dapat muncul ketika


menjalani pengangkatan kedua indung telur
6

 Menerima obat kortikosteroid untuk jangka waktu lama.

2.4 Patofisiologi

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aqueus


oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus melalui
sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan
episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada
pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli
lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis, tekanan intraokuli
yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan
ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi
peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus
yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf
pada papil saraf optik.

b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil
saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan
pada papil saraf optik.

c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.

d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik. (Tamsuri M, 2010 : 72-73).
7

Usia ≥ 40 tahun, DM, kortikosteroid jangka


panjang, miopia, trauma mata.

Obtruksi jaringan Peningkatan tekanan


trabekuler vitreus

Hambatan pengaliran Pergerakan iris ke


cairan humor aqueous depan

TIO meningkat Glaukoma TIO meningkat

Nyeri

Gangguan saraf optik Tindakan operasi

Perubahan Anxietas Kurang pengetahuan


pengelihatan perifer

Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan

Kebutaan
8

2.5 Manifestasi klinis

Gejala yang muncul pada tiap orang dapat berbeda-beda, tergantung tipe glaukoma,
keparahan, dan kondisi fisik secara menyeluruh. Namu, penderita glaukoma pada umumnya
mengalami gangguan penglihatan. Beberapa gangguan penglihatan yang muncul dapat
berupa:

1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).


2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat. (pada sudut tertutup)
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar. (pada sudut tertutup)
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)
10. Terdapat lingkaran seperti pelangi ketika melihat ke arah cahaya terang
11. Terdapat sudut buta (blind spot) pada bagian sisi (perifer) atau tengah (sentral) luas
pandang.
Gejala glaukoma umumnya membutuhkan waktu yang tergolong lama untuk
muncul dan dirasakan penderitanya. Cara terbaik mendeteksi glaukoma adalah dengan
melakukan pemeriksaan mata secara rutin.

2.6 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.

a. Tonometri

Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat


cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :

— Palpasi atau digital dengan jari telunjuk


— Indentasi dengan tonometer schiotz
— Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
9

— Nonkontak pneumotonometri

Tonomerti Palpasi atau Digital

Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat,
sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam
keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk
diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak
boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang
keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan
ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu
jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian. Tinggi rendahnya tekanan
dicatat sebagai berikut :

 N : normal
 N+1 : agak tinggi
 N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
 N–1 : lebih rendah dari normal

 N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

b. Gonioskopi

Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.

c. Oftalmoskopi

Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan


papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil
saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi.
Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang
luasnya tetap atau terus melebar.
9
10

2. Pemeriksaan lapang pandang

a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di
daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.

b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum, yang


meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang
ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas, 2002:
242-248).

2.7 Penatalaksanaan

Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut yang
tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri,
mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang serta
mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).

Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik seperti


gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humor aqueus ditekan
dengan memberikan karbonik anhidrase seperti acetazolamide (Acetazolam, Diamox).
Dorzolamide (TruShop), methazolamide (Nepthazane). Penurunan humor aqueus dapat
juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat beta adrenergik seperti latanoprost
(Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol (Begatan).

Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil dengan


miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum ini
menyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikum
dilakukan apabila telah terdapat tanda-tanda penurunan TIO.

Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan dengan memberikan


analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau kostikosteroid untuk reaksi radang.

Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran
schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah. Tindakan
pembedahan
10

dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser trabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal,
dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag selaput beku).

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan kesehatan


terhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit glaukoma merupakan
penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam
pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian untuk mempertahankan
pengobatan dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan progresif dan mengakibatkan
kebutaan.

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang penyakit ini
serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu. Pendidikan
kesehatan yang diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan
fungsi pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi pengelihatan yang masi ada.

2.8 Komplikasi

1. Edema kornea
2. Penurunan lapang pandang
3. Kebutaan
Risiko komplikasi ini terutama pada glaukoma sudut tertutup akut yang harus
ditangani dengan segera.

2.9 Pencegahan

Pencegahan glaukoma dilakukan dengan cara menghindari faktor risiko atau etiologi
dari penyakit itu sendiri.
BAB III

KASUS

3.1 Kasus Glaukoma

Identitas Pasien

Nama : Tn. S
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Rukun Ujung, Pasar Minggu
No RM : 852418

I. ANAMNESIS
Dilakukan autonamnesis pada tanggal 8 Februari 2013, jam 1300 WIB.
Keluhan utama : Pasien mengeluh penglihatan mata kanan dan kiri buram sejak 4 hari
lalu.
Keluhan tambahan : Pasien juga mengeluh kedua mata merah, nyeri sekitar mata dan
sakit kepala.
Riwayat penyakit sekarang
Sejak 4 hari lalu, pasien mengeluh penglihatan pada mata kanan dan kiri buram. Buram pada
kedua mata munculnya tiba-tiba. Pasien mengeluh hanya bisa melihat bayangan
samar-samar. Pasien juga mengeluh kedua mata merah, sedikit berair namun
menyangkal terdapatnya gatal, belekan dan silau. Pasien juga mengeluh terdapat
nyeri pada kedua mata. Nyeri dirasakan terus menerus dan menghilang setelah tidur
sebentar. Pasien juga mengeluh sakit kepala terus-menerus. Keluhan mual dan
muntah disangkal. Riwayat trauma dan penggunaan obat-obatan tetes mata yang lama
sebelumnya disangkal.

12
13

Riwayat penyakit dahulu :


Riwayat sakit mata sebelumnya disangkal pasien. Tidak ada riwayat hipertensi dan
diabetes mellitus pada pasien. Riwayat memakai kaca mata juga disangkal.
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga serumah yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien.

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 84x/ menit
Suhu : 36.6oC
Pernafasan : 20x/ menit

B. Status Oftalmologis

Occuli Dekstra (OD) Occuli Sinistra (OS)


3/60 Visus 3/60
Ortoforia Kedudukan bola mata Ortoforia
14

Bola mata bergerak ke Pergerakan bola mata Bola mata bergerak ke


segala arah segala arah
Oedema (-), Hiperemis (-), Palpebra superior Oedema (-), Hiperemis (-),
Enteropion (-), Ekteropion Enteropion (-), Ekteropion
(-), Trikiasis (-), Distikiasis (-), Trikiasis (-), Distikiasis
(-) (-)
Oedema (-), Hiperemis (-), Palpebra inferior Oedema (-), Hiperemis (-),
Enteropion (-), Ekteropion Enteropion (-), Ekteropion
(-), Trikiasis (-), Distikiasis (-), Trikiasis (-), Distikiasis
(-) (-)
Hiperemis (-), Folikel (-), Konjungtiva Tarsal Hiperemis (-), Folikel (-),
Papil (-), Litiasis (-) Konjungtiva Superior Papil (-), Litiasis (-)
Hiperemis (-), Folikel (-), Konjungtiva Tarsal Hiperemis (-), Folikel (-),
Papil (-), Litiasis (-), Sekret Inferior Papil (-), Litiasis (-, Sekret
(-) (-)
Injeksi silier (-), Injeksi Konjungtiva Bulbi Injeksi silier (+), Injeksi
konjungtiva (+), konjungtiva (+),
Subkonjungtival bleeding Subkonjungtival bleeding
(-), Pinguekula (-), (-), Pinguekula (-),
Pterigium (-) Pterigium (-)
Occuli Dekstra (OD) Occuli Sinistra (OS)
Jernih Kornea Jernih
Dalam COA Dalam
Warna coklat, kripti baik Iris Warna coklat, kripti baik
Bulat, tepi regular, Pupil Bulat, tepi regular,
RCL/RCTL (+) RCL/RCTL (+)
15

Jernih Lensa Jernih


Jernih Vitreous humor Jernih
Refleks fundus (+), papil Funduskopi Refleks fundus (+), papil
bulat, batas tegas, CD ratio bulat, batas tegas, CD ratio
0.3, arteri : vena = 2:3, 0.3, arteri : vena = 2:3,
refleks macula (+) refleks macula (+)
25.8 TIO 30.4

III.RESUME
Tn. S usia 45 tahun datang dengan keluhan penglihatan pada mata kanan dan kiri buram
sejak 4 hari lalu. Buram pada kedua mata munculnya tiba-tiba dan hanya bisa melihat
bayangan samar-samar. Kedua mata merah, sedikit berair dan nyeri. Nyeri dirasakan
terus menerus dan menghilang setelah tidur sebentar. Pasien juga mengeluh sakit kepala
terus-menerus.
Berdasarkan pemeriksaan oftalmologis, didapatkan visus occuli dextra (OD) dan
sinistra (OS) adalah 3/60. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva. Pada
pemeriksaan tekanan bola mata didapatkan TIO mata kanan (25.8) dan mata kiri (30.4)

IV. DIAGNOSIS
Glaukoma akut ODS

V. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
 Timol 0.5% eye drop 2 dd gtt I ODS
 Polynel eye drop 6 dd gtt I ODS
 Glaucon tab 2 dd I
 KCL tab 2 dd I

VI.
16

VII. PROGNOSIS
 Ad vitam : Ad bonam
 Ad fungsionam : Ad bonam
 Ad sanationam : Ad bonam

3.2 Asuhan Keperawatan Glaukoma

A.  Pengkajian Keperawatan

1. Identitas

a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali dari kulit
putih (dewit, 1998).
f. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang dan mata
menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dan sering
menabrak, gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat itu,
riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya dapat
menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma (terutama yang mengenai
mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi).
d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami penyakit
glaucoma sudut terbuka primer.

3. Psikososisl: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh, berkendaraan.

4. Pemeriksaan fisik
17

— Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui


adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan
lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor
keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.

— Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.

— Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera
kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya.
Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan
TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.

— Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30 mmHg.
Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma
kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris
pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO
meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya
sempit. (Indriana N dan Istiqomah; 2004)

B.  Diagnosa Keperawatan

a. DX 1: Nyeri b.d peningkatan tekanan intraokuler (TIO). (Indriana N. Dan Istiqomah;


2004).

b. DX 2: Gangguan persepsi sensori: pengelihatan b.d ganguan penerimaan, gangguan


status organ indra. (Doenges, Marilynn E; 1999).

c. DX 3: Ansietas b.d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan; adanya nyeri;


kemungkinan/kenyataan kehilangan pengelihatan. (Doenges, Marilynn E; 1999).

d. DX 4: Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang


terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi informasi.
18

Intervensi Keperawatan

No.Dx Tujuan Intervensi Rasionl


42. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan
1. Tujuan: tindakan — Diskusikan
Pastikan derajat/tipe
perlunya -— Vital
Tekanan pada
untuk mata
memberikan
Setelah Mandiri — Sementara intervensi
R keperawatan kehilangan
menggunakan informasi pada jika
meningkatkan perawat
diberikan tindakan - Pertahankan tirah dini mencegah 18
diharapkan
keperawatangangguan
Klien penglihatan. contoh
identifikasi, tubuhkasus
pada datardarurat
dan
pengelihatan
mengetahui tentang
dapat baring
gelang ketat pada
Waspada- kebutaan,
manuver pasien
valsalva
diharapkan nyeri untuk menurunkan
berkurang
kondisi, prognosis
dan atau posisi
medik. semi-Fowler menghadapi
diaktifkan sepertiobat
pada
dapat berkurang resiko menerima
penggunaan
dan pengobatannya dan cegah tindakan kemungkinan/mengala
aktivitas tersebut.
terkontrol. yang dikontradikasikan
pengelihatan yang yang dapat mi pengalaman
(contoh ; atropin).
Kriteria hasil:
secara optimal. meningkatkan TIO kehilangan penglihatan
(batuk, bersin,
— Tunjukkan tehnik — sebagian
Stres dan atau
sinartotal.
akan
 Klien
Pasien dapat
menyatakan Meningkatkan
Kriteria hasil: mengejan)
yang benar pemberian Meskipun
meningkatkan kehilangan
TIO yang
mengidentifikasi
pemahaman kondisi, keefektifan pengobatan.
- Berikan lingkungan
tetes mata. Izinkan pengelihatan
dapat mencetuskantelah
penyebab
Pasiennyeri.
prognosis,
 akan
dan Memberikan
gelap dan tenang. terjadi
nyeri. tak dapat
Tujuan:
 Klien setelah
dapat
pengobatan.
mempertahankan — pasien mengulang — kesempatan pasien
diberikan tindakan. — diperbaiki (meskipun
Mengidentifikasi
3 lapangtindakan
mengetahui faktor-
ketajaman menunjukan kompetensi
dengan pengobatan)
 keperawatan
Mengidentifikasi
faktor yang dapat kemajuan
dan menanyakanatau
penglihatan tanpa — Obsevasi tekanan kehilangan
diharapkan
hubungan
meningkatkan cemas
antar nyeri.
kehilangan lebih pertanyaan.lanjut
penyimpanan daridapat
hasil
darah, nadi dan
— Kaji
Dorong
pentingnya dicegah.
yang diharapkan.
 dapat berkurang
gejala/tanda
Klien mampudengan
lanjut. dan
pernapasan tiap 24
— Penyakit ini dapat di
hilang. mengekspresikan
mempertahankan — Mempengaruhi
control dan harapan
proses penyakit
melakukan tindakan jam jika klientidak
perasaan
jadwal obat,
tentang
contoh masa depan pasien dan
mempertahankan
untuk mengurangi menerimah agens pilihan intervensi.
Kriteria
 nyeri. hasil: prosedur
Melakukan kehilangan/
tetes mata. Diskusikan konsistensi program
dengan benar dan osmotik
yangsecara
kemungkinan
obat harus
Pasien tampak obat adalah control

menjelaskan alasan intravena dan
kehilangancontoh
dihindari, tiap 2
rileks dan vital. Beberapa obat
tindakan. jam jika klien
penglihatan.
midriatik, kelebihan
melaporkan menyebabkan dilatasi
menerimah
— pemakaian
agens
Tunjukkan pemberian
steroid — Mengidentifikasi
ansitas menurun pupil, peningkatan TIO
osmotik
tetes mata,
topikal. intravena.
contoh — Mengontrol
kemajuan TIO,
atau
sampai tingkat dan potensial
— Observai derajat nyeri mencegah kehilangan
menghitung tetesan, penyimpangan
kehilangan dari hasil
penglihatan
dapat diatasi. mata tiap jadwal,
20 menittidak penglihatan lanjut.
menikuti yang diharapkan.
tambahan.
selama fase
— Identifikasi
akut.
salah dosis. efek Mengidentifikasi
 Pasien — Efek samping obat
menunjukkan — samping/reaksi
Lakukan tindakan kemajuan atau
dapat mempengaruhi
— Observasi ketajaman — Menurunkan bahaya
ketrampilan merugikan
untuk membantu
dari penyimpangan
rentang dari ketidak dari hasil
pengelihatan
pasien yang setiap
pengobatan keamanan sehubungan
yang diharapkan.
pemecahan nyamanan sampai
waktu sebelum
mengalami
(penurunan nafsu dengan perubahan
masalah ancaman kesehatan
penetesan
keterbatasan
makan, obat mata
mual/muntah, lapang pandang atau50%
berat. Kurang lebih
 Pasien
yang diresepkan.
penglihatan,
kelemahan, jantung
contoh, kehilangan penglihatan
pasien akan mengalami
menggunakan Koaborasi
kurangi
tak teratur, dll). — Agens
dan osmotik pupil
akomodasi
sesitifitas/alergi
— Berikan obat mata intravena
thd akan
sinar obat
lingkungan.
sumber secara kekacauan,atur terhadap
efektif. yang diresepkan
perabot, ingatkanuntuk menurunkan TIO
parasimpatis (contoh
glaukoma dan beri
memutar kepala ke tau dengan cepat. Agens
pilokarpin) atau obat
dokter jika terjadi
subjek yang terlihat; osmitik bersifat
antikolinesterase.
hipotensi, haluaran
perbaiki sinar suram hiperosmolor dan dapat
Masalah ini
urin <24
dan masalahml/jam, nyeri menyebabkan dehidrasi;
memerlukan evaluasi
pada mata tidak
penglihatan malam. hilang manitol dapat
medik dan
mencetuskan
kemungkinan
dalam waktu 30 menit hiperglikemis pada
perubahan program
setelah terapi obat,
Kolaborasi — pasienmiotik
Obat DM, tetes mata
topikal ini
terapi.
tajamsederhana,
Kronis, pengelihatan
tipe miotik memperlancar
menyebabkan konstriksi
— Pola hidup tenang
turun
sudut
— Dorong terus
terbuka: menerus.
pasien drainase
pupil, akuos humor
memudahkan
menurunkan respon
— membuat
Pilokarpinperubahan dan menurunkan
keluarnya aqueus
emosi terhadap stres,
yang perlu untuk pola
hidroklorida produksinya.
humor.
mencegah perubahan
(Isoptocarpine,
hidup. — Pengobatan
Menurunkan TIO adalah
okuler yang mendorong
OcuserPilo, pilopine esensial
pembentukanuntuk aqueus
iris kedepan, yang dapat
HS Gel). memperbaiki
humor tampa
mencetuskan serangan
— Timolol maleat
pengelihatan.
mengubah ukuran pupil,
\ akut.
(Timoptic), betaksalol — Mengontrol nyeri.
pengelihatan, atau Nyeri
— Dapat meningkatkan
— Berikan analgesik berat akan
akomodasi. mencetuskan
— Dorong
(Betopic).
menghindari TIO yang mencetuskan
narkotik yang manuver valsalva
Menurunkan dan
aktivitas,seperti —
serangan akut.laju Catatan:
diresepkan
mengangkatjika klien meningkatkan
produksi aqueus TIO.
bila pasien tidak humor

Anda mungkin juga menyukai