Anda di halaman 1dari 6

Glaukoma

adalah

penyakit

mata

yang

ditandai

ekskavasi

glaukomatosa, neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandangan


yang khas dan utamanya diakibatkan oleh meningkatnya tekanan
intraokular. Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 jenis yaitu
glaukoma primer, glaukoma kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma
absolut

sedangkan

berdasarkan

mekanisme

peningkatan

tekanan

intraokular glaukoma dibagi menjadi dua, yaitu glaukoma sudut terbuka


dan glaukoma sudut tertutup 1-4.
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit /
terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut3.
Diagnosis glaukoma absolut pada pasien ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Gejala klinis
utama yang dikeluhkan sehingga pasien datang ke rumah sakit adalah
mata kanannya merah terasa sangat nyeri dan pegal, seperti ada yang
mengganjal, perih dan gatal, kadang berair, kepala terasa sakit, terjadi
penurunan penglihatan sampai tidak bisa melihat lagi. Mata kiri sudah
tidak bisa melihat sebelum keluhan pada mata kanan di rasakan.
Keluhan-keluhan yang telah didapatkan pada anamnesis sesuai
dengan keluhan-keluhan yang sering dikeluhkan oleh pasien dengan
glaukoma absolut, yaitu nyeri menyeluruh pada mata, mata merah, dan
pandangan menjadi kabur. Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan

tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti.


Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh
darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris,
keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma
hemoragik

2,3,7

Gambar 1. Glaukoma absolut


Pada pasien ini terjadinya glaukoma absolut diduga disebabkan oleh
glaukoma kronik yang tidak terkontrol. Dari anamnesis didapatkan bahwa
sejak tahun 2009 Os sudah disarankan operasi glaukoma tetapi menolak
dan pasien tidak pernah memeriksa keadaan matanya setelah terakhir
berobat pada tahun 2012.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus mata kanan adalah 0 (nol),
terdapat injeksi siliar pada sklera, dan kornea berwarna putih keruh. Pada
pemeriksaan tekanan intraokular dengan tonometri diperoleh nilai TIO
mata kanan pasien adalah 37,2 mmHg.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis adanya
glaukoma dapat dilakukan1-3:

1. Pemeriksaan Lapang Pandang

Pemeriksaan ini penting untuk menegakan diagnosis, meneliti


perjalanan penyakitnya, dan untuk menentukan sikap pengobatan
selanjutnya. Harus selalu diteliti keadaan lapang pandangan perifer
dan juga sentral. Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandangan
perifer belum menujukan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral
sudah

menunjukan

adanya

macam-macam

skotoma.

Jika

glaukomanya sudah lanjut, lapang pandang perifer juga memberikan


kelainan berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas.
Yang kemudian akan bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang
dapat menimbulkan tunnel vision, yaitu seolaholah melihat melalui
teropong dan akhirnya menjadi buta.
2. Pemeriksaan oftalmoskopi
Pada pemeriksaan ini, akan terlihat penggaungan dan atrofi tampak
pada papil N. II. Ada yang mengatakan, bahwa pada glaukoma sudut
terbuka, didalam saraf optik didapatkan kelainan degenerasi yang
primer, yang disebabkan oleh insufisiensi vaskular. Sebab menurut
penelitian kemunduran fungsinya terus berlanjut, meskipun tekanan
intraokulernya telah dinormalisir dengan obat obatan ataupun
dengan operasi. Juga penderita dengan kelainan sistemik seperti
diabetes melitus, arteriosklerosis, lebih mudah mendapat kelainan
saraf optik, akibat kenaikan tekanan intraokuler, dari pada yang lain.
Kelainan dikatakan bermakna bila ada pembesaran cup-to-disc ratio
(CDR) lebih besar dari 0.5, dan asimetri CDR antara dua mata 0.2 atau
lebih.

3. Pemeriksaan Gonioskopi
Dengan lensa gonioskopi dapat dilihat keadaan sudut bilik mata
yang dapat menimbulkan glaukoma. Penentuan gambaran sudut bilik
mata dilakukan pada setiap kasus yang dicurigai adanya glaukoma.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens)
di dataran depan kornea setelah diberikan local anestesi. Lensa ini
dapat digunakan untuk melihat sekeliling sudut bilik mata dengan
memutarnya 360 derajat.
4. Pemeriksaan Tonometri
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui tekanan intraokular.
Alat sederhana yang biasa digunakan adalah tonometer Schiotz, yaitu
dengan dilakukan indentasi (penekanan) pada kornea. TIO > 20 mmHg
di curigai adanya glaukoma.

TIO > 25 mmHg pasien menderita

glaukoma.
5. Tes Provokasi
Tes provokasi yang sering dilakukan adalah uji kopi, uji minum air,
uji steroid, uji variasi diurnal, dan uji kamar gelap.
Efek peningkatan tekanan intraokular di dalam mata ditemukan
pada semua bentuk glaukoma, yang manifestasinya dipengaruhi oleh
perjalanan waktu dan besar peningkatan tekanan intraokular. Tekanan
intraokular yang normal berkisar antara 15-20 mmHg (dengan Schiotz).
Umumnya tekanan 24,4 mmHg masih dianggap sebagai batas tertinggi.
Tekanan 22 mmHg dianggap high normal dan kita sudah harus waspada2.

Gambar 2. Peningkatan Tekanan dalam Bola


Mata

Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah


atrofi sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf
dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus.
Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran cekungan optikus. Iris
dan

korpus

siliare

juga

menjadi

atrofik,

dan

prosessus

siliaris

memperlihatkan degenerasi hialin. Pada glaukoma, tekanan intraokular


mencapai 60-80 mmHg, sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang
disertai edema kornea1.
Pemilihan pengobatan glaukoma dapat dibagi berdasarkan jenis
glaukomanya.

Pengobatan

ditujukan

pada

penyebabnya

dan

juga

terhadap glaukomanya sendiri. Walaupun glaukoma absolut merupakan


stadium akhir dari glaukoma, tetapi terapi medikamentosa masih
diperlukan.

Terapi

penatalaksanaannya

medikamentosa
adalah

pada

glaukoma

menurunkan

TIO,

absolut,

prinsip

memberi

terapi

simptomatik, dan mengatasi ketidakmampuan penglihatan pasien.


Pada kasus ini penderita hanya mendapat terapi obat-obatan saja.
Pasien mendapatkan obat tetes mata timolol. Timolol merupakan suatu
agen yang menyekat beta adrenergik, dengan khasiat antihipertensi dan

antiaritmia. Bahan ini digunakan secara topikal untuk menurunkan


tekanan intraokular pada glaukoma, dengan menurunkan pembentukan
humor aqeous. Pengobatan selanjutnya adalah asetazolamid (glaukon). Ini
dikarenakan dalam cairan bola mata banyak sekali terdapat enzim
karbonik anhidrase dan bikarbonat. Pemberian asetazolamid baik secara
oral maupun parenteral, mengurangi pembentukan cairan bola mata
disertai penurunan tekanan intraokular, efek ini mungkin disebabkan oleh
penghambatan terhadap karbonik anhidrase.
Timolol maleate adalah penghambat reseptor beta adrenergik non
selektif yang digunakan untuk pengobatan glaukoma dalam bentuk
sediaan tetes mata dengan kadar 0,25%, 0,5% dan 0,68%. Sama seperti
Brinzolamide, Timolol maleate mengurangi tekanan pada mata akibat
glaukoma. Selain itu diberikan pula Cendo carpine 2-4 %, 3-6 kali satu
tetes

sehari

berfungsi

membesarkan

pengeluaran

cairan

mata 1,3.

Pengobatan lain untuk glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar


beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol
retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah
tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit2,3,7.
Diharapkan pasien terus kontrol rutin untuk mengetahui tekanan
intraokulinya. Karena telah memasuki stadium absolut, pengobatan hanya
diberikan untuk mengurangi tekanan intraokuli, namun pasien diberikan
edukasi apabila rasa nyeri pada mata kanannya tidak berkurang lagi dan
tekanannya terus meningkat dengan pemberian obat-obatan, maka
disarankan untuk dilakukan pengangkatan bola mata (enukleasi).

Anda mungkin juga menyukai