Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENGLIHATAN : GLAUKOMA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pembimbing : Yati Tursini, S.Pd., S.Kep., Ners., M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 6

Tingkat 2C

Muhamad Iqbal

Narita Zahra Putrieni Puspa R P17320118091


P17320118096
Dinda Novia Nursantika
P17320118100
N Anjali Nur Amaniah
P17320118102

JURUSAN D-III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
Dengang Gangguan Sistem Penglihatan : Glaukoma ” dengan baik dan tepat waktu. Adapun
pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami yaitu Ibu Yati
Tursini, S.Pd., S.Kep., Ners., M.Kes yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah
ini. Selain itu, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini dan kami juga
mengharapkan saran dan kritik agar daat lebih baik untuk kedepannya.

Bandung, 18 Januari 2020

Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................2

1.3 TUJUAN.................................................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................................................3

2.1 PENGERTIAN............................................................................................................................3

2.2 PATOFISIOLOGI........................................................................................................................3

2.3 ETIOLOGI..................................................................................................................................4

2.4 KLASIFIKASI.............................................................................................................................5

2.5 PENCEGAHAN GLAUKOMA..................................................................................................5

2.6 PATHWAY GLAUKOMA...........................................................................................................6

2.7 MANIFESTASI KLINIS.............................................................................................................6

2.8 DATA PENUNJANG...................................................................................................................7

2.9 PENATALAKSANAAN..............................................................................................................7

2.10 KOMPLIKASI...........................................................................................................................9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI.....................................................................................11

3.1 PENGKAJIAN..........................................................................................................................11

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................................................15

3.3 RENCANA KEPERAWATAN...................................................................................................15

3.4 IMPLEMENTASI......................................................................................................................20

3.5 EVALUASI................................................................................................................................20

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI...................................................................................21

1.1 KESIMPULAN....................................................................................................................21

1.2 REKOMENDASI................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik
merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya
lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang
mendapat kesempatan kerja termasuk matanya.mata merupakan anggota badan yang
sangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah
cukup untuk menimbulkangangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat
menimbulkan penyakit yang sangat gawat.

Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang


tanpa gejala yang nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan
penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan
50% penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita penyakit tersebut.
Karena kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka
deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin.

Sebanyak 2,78% gangguan penglihatan di dunia disebabkan oleh glaukoma.


Dalam kasus kebutaan, glaukoma menjadi penyebab kedua terbesar, setelah katarak,
di dunia. Glaukoma pada umumnya tidak memiliki gejala yang jelas. Jika tidak segera
ditangani, glaukoma akan menyebabkan penurunan penglihatan irreversible (tidak
dapat kembali seperti semula) yang dapat menuju kebutaan.

Di Indonesia, menurut Riskesdas tahun 2007 prevalensi glaukoma sebesar


0,46%, artinya sebanyak 4 sampai 5 orang dari 1.000 penduduk Indonesia menderita
glaukoma. Berdasarkan data aplikasi rumah sakit online (SIRS online), jumlah
kunjungan glaukoma pada pasien rawat jalan di RS selama tahun 2015-2017
mengalami peningkatan. (“Situasi glaukoma diindonesia, 2019”)
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem : glaucoma ?

1.3 TUJUAN

1.3.1 TUJUAN UMUM


Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
penglihatan : glaukoma.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS


a. Untuk mengetahui gambaran umum mengenai penyakit sistem penglihatan :
Glaukoma.

b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan glaukoma


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.
Glaukoma adalah gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala
patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO). (Indriana, 2012 :
146)
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan
bola mata. Meningkatnya tekanan bola mata ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara produksi cairan dan pembuangan cairan dalam bola mata dan tekanan yang tinggi
dalam bola mata bisa merusak jaringan – jaringan syaraf halus yang ada di retina dan di
belakang bola mata. (Amin Huda, 2015 : 36)
Jadi Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara produksi dengan pembuangan cairan pada bola mata sehinga
meningkatkan tekanan intraokuler (TIO) ditandai dengan pupil penderita berwarna hijau
kebiruan.

2.2 PATOFISIOLOGI
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aquelus
oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus
melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan
keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20
mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan
tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara
fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran darah
menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan
fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul
penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
2.2.1 Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut
saraf pada papil saraf optik.
2.2.2 Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi
papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi
penggaungan pada papil saraf optik.
2.2.3 Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut
saraf optic

2.3 ETIOLOGI
Penyebab dari Glaukoma (Sidarta Ilyas, 2004 dalam Nanda Nic Noc Jilid 2) :

2.3.1 Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary


2.3.2 Berkurangnya pengeuaran cairan mata di daerah sudut bilik mata / dicelah pupil

Glaukoma terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara proses produksi dan ekskresi/
aliran keluar aqueous humor. Beberapa faktor resiko yang dapat memicu terjadinya
glaukoma adalah tekanan darah yang tinggi, diabetes melitus, miopia, ras kulit hitam,
pertambahan usia dan pasca bedah.

a. Tekanan Intra Okuli


Sejumlah faktor yang dapat berhubungan dengan timbulnya glaukoma sudut terbuka
primer adalah tekanan bola mata. Nilai batas normal tekanan bola mata dalam
populasi berkisar antara 10–21 mmHg.
b. Umur
Faktor bertambahnya umur memunyai peluang lebih besar untuk menderita glaukoma
sudut terbuka primer
c. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan glaukoma dapat menjadi peluang besar seseorang menderita
glaukoma.
d. Ras
Sebuah hipotesa menyatakan bahwa ras merupakan faktor resiko terjadinya glaukoma
sudut terbuka primer berdasarkan data pada orang berkulit hitam memunyai
prevalensi tiga kali lebih besar untuk menderita glaukoma sudut terbuka primer
dibandingkan yang berkulit putih.

2.4 KLASIFIKASI
Klasifikasi Vaugen untuk glaukoma :
2.4.1 Glaukoma Primer
a. Glaukoma Sudut Terbuka Primer (Glaukoma Simplek)
Glaukoma sudut terbuka primer terdapat kecenderungan familial yang kuat.
Gambaran patologi utama berupa proses degeneratif trabekular meshwork
sehingga dapat mengakibatkan penurunan drainase humor aquos yang
menyebabkan peningkatan takanan intraokuler
b. Glaukoma Sudut Tertutup Primer
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi anatomis
tanpa ada kelainan lainnya. Adanya peningkatan tekanan intraokuler karena
sumbatan aliran keluar humor aquos akibat oklusi trabekular meshwork oleh iris
perifer.
2.4.2 Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat gangguan
perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma kongenital seringkali
diturunkan
2.4.3 Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder dapat terjadi karena ;
a. Karena perubahan lensa
b. Kelainan uvea (uveitis anterior)
c. Karena trauma mata
d. Pemakaian kortikosteroid local dan lainnya
e. Rubeosis iridis, sering terdapat pada DM dan oklusi vena centralis retina
f. Akibat operasi, misalnya operasi katarak dengan prolaps retina
2.4.4 Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut, adalah fase akhir dari glaukoma tidak terkontrol (visus=0, bola
mata keras dan sering sakit kepala).

2.5 PENCEGAHAN GLAUKOMA


a) Banyak konsumsi makanan yang mengandung vitamin A dan pemeriksaan kesehatan
mata ke dokter secara rutin.
b) Istirahat yang cukup dengan memejamkan mata
c) Pola hidup tenang menurunkan respon emosi terhadap stress, mencegah perubahan
okuler yang mendorong iris ke depan.
d) Gunakan obat tetes mata yang diresepkan dokter secara teratur.
e) Gunakanlah pelindung mata. Cedera mata yang serius dapat menyebabkan glaukoma.
2.6 PATHWAY GLAUKOMA

http://nersjofan.blogspot.com/2013/11/pathway-glukoma-jofan-arya-pratama.html

2.7 MANIFESTASI KLINIS

a) Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).


b) Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
c) Mual, muntah, berkeringat.
d) Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
e) Visus menurun.
f) Edema kornea.
g) Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
h) Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
i) TIO meningkat.
2.8 DATA PENUNJANG
a) Kartu mata Snellen/mesin telebinokular(tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau
jalan optik
b) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
c) Pengukuran tonografi: Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d) Pengukuran gonioskop:Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
e) Tes Provokatif:digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
f) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng
optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
g) Darah lengkap, LED:Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
h) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan Aterosklerosisi,PAK.
i) Tes Toleransi Glukosa : Menentukan adanya DM.

2.9 PENATALAKSANAAN

2.9.1 Medis
a. Laser trabeculoplasty
Tindakan ini dilakukan dengan local anastesi untuk membuat lubang dijaringan
trabekular untuk membuka sudut , untuk mempermudah aliran keluar aquos
humor. Komplikasi bedah laser ditandai dengan sakit kepala yang tidak berkurang
dengan asetaminofen dan atau disertai mual, nyeri dahi, dan atau perubahan tajam
penglihatan.
b. Operasi filtrasi
Jenis ini meliputi trefinasi, sklerektomi atau sklerostomi dengan membuat saluran
dari ruang anterior ke luar subkonjungtiva.
c. Laser irodotomy atau iridectomy perifer
Kedua prosedur ini mengurangi tekanan dengan mengeluarkan bagian iris untuk
membangun kembali outflow aquos humor.
d. Cyclocryotherapy
Tindakan ini secara pemanen merusak sel dalam badan silier dan menurunkan
produksi aquos humor.

2.9.2 Non medis


a. Supresi pembentukan humor akuos
Penghambat adrenergic beta adalah obat yang paling luas digunakan untuk terapi
glaukoma. Obat ini dapat digunakan tersendiri atau dikombinasikan dengan obat
lain. Preparat yang tersedia sekarang yaitu timolol maleat 0,25% dan 0,5%,
betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5%, dan metipranolol
0,3%.
1) Apraklonidin adalah suatu agonis adrenergik α2 baru yang menurunkan
pembentukan humor akuos tanpa efek pada aliran keluar.
2) Inhibitor karbonat anhidrase sistemik asetazolamid adalah yang paling banyak
digunakan, tetapi terdapat alternatif lain yaitu diklorfenamid dan metazolamid.
Digunakan untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak memberi hasil
memuaskan dan glaukoma akut dimana tekanan intraokuler yang sangat tinggi
yang perlu segera di kontrol. Obat ini mampu menekan pembentukan humor
akuos sebesar 40-60%.
3) Brimonidine adalah agonis alpha adrenergik yang terutama menurunkan
produksi humor akuos dan yang kedua untuk meningkatkan aliran keluar
humor akuos.

b. Fasilitasi Aliran keluar humor akuos.


1) Obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar humor akuos dengan
bekerja pada jalinan trabekular meshwork melalui kontraksi otot siliaris. Obat
pilihan adalah pilokaprin, larutan0,5-6% yang diteteskan beberapa kali sehari,
atau gel 4% yang diteteskan sebelum tidur.
2) Analog prostaglandin meningkatkan sekresi uveoskleral

c. Penurunan volume korpus vitreum.


Obat-obat hiperosmotik menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga air
tertarik keluar dari korpus vitreum. Selain itu terjaid penurunan produksi humor
akuos. Obat yang paling sering digunakan adalah Gliserin (gliserol) oral.

d. Miotik, midriatik dan sikloplegik


Konstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup
akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam
pengobatan penutupan sudut akibat iris bombe karena sinemia posterior. Apabila
penutupan sudut disebabkan oleh pergeseran lensa ke anterior, sikloplegik
(siklopentolat dan atropin) dapat digunakan untuk melemaskan otot siliaris
sehingga mengencangkan aparatus zonularis dalam usaha untuk menarik lensa
kebelakang.

2.10 KOMPLIKASI
a) Glaukoma Kronis
Penatalaksaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan glaukoma yang lebih parah
b) Sinekia Anterior
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabecular (sinekia
anterior), sehingga menimbulkan sumbatan ireversibel sudut kamera anterior dan
menghambat aliran aqueous humor keluar
c) Katarak
Pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi,maka akan terjadi permeabilitas
kapsul lensa sehingga terjadi kekeruhan lensa
d) Kerusakan saraf optikus
Tekanan mata yang tinggi akan menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan
mata akan semakin berat kerusakan saraf yang terjadi

e) Kebutaan
Kontrol tekanan intraocular yang jelek akan menyebabkan semakin rusaknya nervus
optic dan semakin menurunnya visus sampai terjadi kebutaan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1. Pengumpulan Data

a. Identitas Klien
Nama :
TTL/Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Golongan Darah :
Diagnosis medis :
Tanggal masuk RS :
Tanggal Pengkajian :
Alamat :
b. Identitas Penanggungjawab
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Hub. Dengan Klien :

3.1.2. Riwayat Kesehatan


a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang terdiri dari keluhan utama, keluhan saat dikaji, dan
penyebab masuk RS. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah tekanan intra
okuler meningkat, nyeri hebat di sekitar mata yang menjalar ke kepala, mual muntah,
penglihatan menurun, mata merah dan bengkak. Pada bagian ini keluhan saat dikaji
dikembangkan dengan PQRST.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu, perawat menanyakan faktor predisposisi
yang berhubungan dengan penyakit glaukoma, seperti adanya glaukoma
sebelumnya, riwayat trauma (terutama yang mengenai mata), riwayat penyakit lain
yang sedang diderita seperti diabetes mellitus, myopia tinggi, penyakit
kardiovaskular, serebrovaskular, gangguan tiroid. penggunaan antihistamin, obat
kortikosteroid jangka lama baik topical atau sistemik, penggunan antidepresan
trisiklik, fenotiazine.
c.Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada pengkajian ini ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit glaukoma, riwayat penyakit turunan seperti diabetes mellitus, hipertensi
dan riwayat penyakit menular seperti TBC.
3.1.3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik diperiksa head to toe. Pemeriksaan survei umum bisa
terlihat sakit ringan, sampai gelisah akibat menahan sakit. TTV biasa normal atau
bisa didapatkan perubahan, seperti takikardi, peningkatan pernapasan. Data yang di
fokuskan adalah pada pemeriksaan bagian mata.
Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sclera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil yang sedang gagal bereaksi terhadap
cahaya. Sedang untuk palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan
TIO, terasa lebih keras disbanding dengan mata yang lain. Pemeriksaan lapang
pandang, pada keadaan akut lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan
keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
3.1.4. Pola Aktivitas
Kaji kebiasaan sehari-hari klien :
a. Nutrisi dan metabolisme: kebiasaan makan rendah karena mual dan muntah.
b. Eliminasi : Pada glaucoma tidak terdapat gangguan pola eliminasi namu
tetap harus di kaji.
c. Pola tidur dan istirahat: Pola tidur da istirahat akan menurun, klien akan
gelisah/ sulit tidur karena nyeri/sakit hebat yang menjalar ke kepala
d. Aktivitas : Jelas akan terganggu karena fungsi penglihata akan terganggu
karena fungsi penglihatan mengalami penurunan

3.1.5. Data Psikososial Dan Spiritual


Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta
perlunya pemenuhan informasi intervensi keperawatan, pengobatan, dan rencana
pembedahan.
3.1.6. Data Penunjang
a. Tonometri
Pada keadaan kronik didapat nilai 22-23 mmHg, sedangkan keadaan akut
lebih dari sama dengan 30 mmHg
b. Gonioskopi
Pada uji gonioskopi akan di dapat sudut normal pada glaucoma kronik.
Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris
pada korea) maka sudut akan tertutup. Pada glaucoma akut ketika TIO
meningkat, sudut COA aka tertutup sedangkan pada waktu TIO normalnya
sudutnya sempit.
3.1.7. Therapi
Program therapi diberikan sesuai dengan anjuran dari dokter. Obat diberikan
untuk mengurangi gejala dan menghilangkan penyebab masalah. Obat yang biasa
diberikan untuk pasien dengan glaukoma sikloplegik, miotik dan midriatik.
3.1.8 Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds : Kortikosteroid jangka panjang, Nyeri akut
- Pasien mengatakan mata myopia, trauma
tegang, nyeri hebat,
lebih sakit untuk melihat Obstruksi jaringan trabekuler
- Pasien mengatakan sulit
tidur Hambatan pengaliran aqueus humor
Do :
- Pasien tampak meringis, TIO meningkat
menangis menahan nyeri
- Pasien tampak gelisah Nyeri akut
- Frekuensi nadi, tekanan
darah meningkat
- Sering memegangi mata
- TIO 25 mmHg
- Mata terlihat menonjol
Ds : Penurunan
- Pasien menyatakan Kortikosteroid jangka panjang, persepsi
pengelihatan kabur, myopia, trauma sensori
tidak jelas, penglihatan
penurunan area Obstruksi jaringan trabekuler
kesadaran
Do : Hambatan pengaliran aqueus humor
- Pemeriksaan lapang
pandang menurun TIO meningkat
- Penurunan
kemampuan Mengecilkan (memepetkan) saraf
identifikasi optik
lingkungan (benda
,orang tempat) Retina bergeser

Aliran darah menurun ke optikus

Membentuk bitnik buta pada lapang


pandang

Penurunan persepsi sensori


penglihatan
Ds : Ansietas
- Mengatakan TIO meningkat
nyeri/tegang
Do : Gangguan saraf optik
- Tampak gelisah
- Kecenderungan perubahan pengelihatan perifer
memegang mata
mata Cemas

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


2.2.1 Pre Operasi

1) Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intraokuler


2) Penurunana persepsi sensori penglihatan b.d penurunan tajam penglihatan dan
kejelasan penglihatan

3) Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang prosedur operasi dan penurunan


ketajaman penglihatan

4) Gagguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah akibat peningkatan
TIO

2.2.2 Post Operasi

5) Nyeri b.d luka pasca operasi

6) Gangguan perawatan diri b.d penurunan penglihatan, pembatasan aktivitas pasca


operasi

7) Resiko tinggi cidera b.d peningkayan TIO perdarahan, kehilangan vitreus

8) Gangguan body image b.d

3.3 RENCANA KEPERAWATAN


Rencana keperawatan disusun sesuai dengan diagnosa yang ditemukan pada setiap
pasien berdasarkan SMART.
2.3.1 Pre Operasi
Dx 1 : Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intraokuler
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang
Kriteria evaluasi :
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri
- Pasien menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri
- Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
Intervensi Rasional
Kaji derajat nyeri setiap hari atau Nyeri glaucoma umumnya sangat parah
sesering mungkin, jika diperlukan. terutama pada glaucoma sudut tertutup
Anjurkan pasien untuk menghindari
Untuk mencegah peningkatan TIO lebih
perilaku yang dapat memprovokasi
lanjut
nyeri
Ajarkan tindakan distraksi da relaksasi Menurunkan sensasi nyeri dan
pada pasien memblokir sensasi nyeri menuju otak.
Teknik ini efektif saat nyeri tidak
mengganggu pasien
Analgetik berfungdi untuk
meningkatkan ambang nyeri. Biasanya
Secara kolaboratif berikan analgetik
analgetik yang diberikan adalah
kelomok narkotika

Dx 2. Penurunana persepsi sensori penglihatan b.d penurunan tajam penglihatan dan kejelasan
penglihatan

Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam peningkatan persepsi sensori dapat berkurang


Kriteria evaluasi :
- Tidak terjadi penurunan visus

Intervensi Rasional
Kaji ketajaman penglihatan pasien Mengidentifikasi kemampuan visus
pasien
Pantau kemampuan pasien untuk Mengetahui perubahan visual
melihat dengan jelas. Tanyakan
kepada pasien secara rutin tentan
terjadinya perubahan visual
Sesuaikan lingkungan untuk Meningkatkan kemampuan persepsi
optimalisasi penglihatan : sensori
- Orientasikan pasien terhadap
ruanng perawat
- Letakan alat yang sering digunkan
di dekat pasien atau pada sisi mata
yang sehat
- Berikan pencahayaan yang cukup,
hindari cahaya yang menyilaukan
Anjurkan penggunaan alternative Meningkatkan kemampuan respons
rangsang lingkungan yang dapat terhadap stimulus lingkungan
diterima : audiotorik
Dx. 3 Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang prosedur operasi dan penurunan
ketajaman penglihatan

Tujuan : Dalam 1 x 24 jam cemas hilang atau berkurang


Kriteria evaluasi : - Pasien tampak rileks
- Berkurangnya rasa gugup
- Mengungkapkan pemahaman tentang rencana tindakam

Intervensi Rasional
Kaji derajat kecemasan, faktor yang Umumnya faktor yang
menyebabkan kecemasan, tingkat menyebabkan kecemasan adalah
pengetahuan dan ketakutan pasien kurangnya pengetahuan. Pada
akan penyakit pasien glaucoma, rasa nyeri dan
penurunan lapang pandang
menimbulkan ketakutan utama
Orientasikan tentang penyakit yang Meningkatkan pemahaman pasien
dialami pasien, prognosis dan akan penyakit. Jangan memberikan
tahapan perawatan yang akan di keamanan palsu seperti mengataka
jalani penglihatan akan pulih atau nyeri
akan hilang.
Berikan kesempatan pada pasien Menimbulkan rasa aman dan
untuk bertanya mengenai peyakitnya perhatian terhadap pasien
Beri dukungan psikologis Dukungan psikologis berupa
penguatan tentang kondisi pasien,
peran serta aktif pasien dalam
perawatan
Bantu klien mengekspresikan Memberi kesempatan pasien untuk
kecemasan dan ketakutan dengan berbagi perasaan dan pendapat dan
mendengar aktif menurunkan ketegangan pikiran
Jelaskan gambaran kejadian pre dan Meningkatkan pemahaman tentang
post operasi, dan sikapi yang harus di gambaran operasi untuk
lakukan pasien selama masa operasi menurunkan asietas

2.3.1 Pre Operasi


Dx. 4 Nyeri b.d luka pasca operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam nyeri dapat berkurang
atau hilang dan terkontrol.
Kriteria evaluasi : - skala nyeri berkurang
- Klien dapat mendemonstrasikan teknik penurunan nyeri
- Klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang

Intervensi Rasional
Kaji derajat nyeri setip hari Normalnya, nyeri terjadi dalam
waktu kurang dari lima hari setelah
operasi dan berangsur menghilang.
Nyeri dapat meningkat seabab
peningkatan TIO 2-3 hari pasca
operasi
Anjurkan untuk melaporkan Memberikan rasa aman untuk
perkembangan nyeri setiap hari atau peningkatkan dukungan psikologis
segera saat terjadi peningkatan nyeri
mendadak
Anjurkan pasien untuk tidak Beberapa tindakan pasien dapat
melakukan gerakan tiba-tiba yang menyebabkan penngkatan nyeri
dapat memicu nyeri seperti gerakan tiba-tiba,
membungkuk, megucek mata, batuk
dan mengejan
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi Mengurangi ketegangan,
mengurangi nyeri
Lakukan tindakan kolaboratif dalam Mengurangu nyeri dengan
pemberian analgetik meningkatkan ambang nyeri

Dx. 5 Gangguan perawatan diri b.d penurunan penglihatan, pembatasan aktivitas pasca
operasi

Tujuan : Dalam 1 x 24 jam gangguan perawatan diri teratasi


Kriteria evaluasi : - Klien merasa nyaman dengan kondisi badannya
- Tubuh pasien tampak bersih

Intervensi Rasional
Terangkan penting nya perawatan diri Pasein di anjurkan untuk istirahat di
dan pembatasan aktivtas selama fase tempat tidur pada 2-3 jam pertama
pascaoperasi pasca operasi atau 12 jam jika ada
komplikasi. Selama fase ini,
bantuan total di perlukan pasien.
Bantu pasien untuk memenuhi Memenuhi kubutuha perawatan diri
perawatan diri

Secara bertahap libatkan pasien Pelibatan pasien dalam aktivitas


dalam memenuhi kebuthan diri perawatan dirinya dilakukan
bertahap dengan berpendoman pada
prinsip bahwa aktivitas tersebut
tidak memprovokasi peningkatan
TIO

3.4 IMPLEMENTASI
Melaksanakan apa yang sudah di rencaakan di intervensi

3.5 EVALUASI
Penulisan evaluasi menggunakan teknik SOAPIER dengan berokus pada kriteria hasil
yang terdapat di intervensi
BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

1.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pada tujuang laporan kasus yang penulis buat maka penulis
menyimpulkan beberapa hal antara lain :

1. Pengkajian pada pasien Glaukoma terfokus pada pengkajian Nyeri daerah mata
dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga), peningkatan tekanan intraokolar
melalu tes Tonometri, Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu, mual,
muntah, berkeringat, mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.Penurunan
visus, oedema kornea. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada
glaukoma sudut terbuka). Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
Semua pengkajian diperoleh langsung dari pasien serta keluarga pasien
mengguanakan metode wawancara.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit glaukoma yaitu diagnose Pre
Operasi terdiri dari Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intraokuler, Penurunana
persepsi sensori penglihatan b.d penurunan tajam penglihatan dan kejelasan
penglihatan, Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang prosedur operasi dan
penurunan ketajaman penglihatan, Gagguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d.
mula muntah. Sedangkan diagnose post operasi terdiri dari Nyeri b.d luka pasca
operasi, Gangguan perawatan diri b.d penurunan penglihatan, pembatasan
aktivitas pasca operasi, Resiko tinggi cidera b.d peningkayan TIO perdarahan,
kehilangan vitreus, Gangguan body image .

3. Dalam perencanaan keperawatan laporan kasus asuhan keperawatan pada pasien


dengan Glaukoma Kaji tingkat, frekuensi, intensitas, dan reaksi nyeri, melakukan
observasi suhu karena menyangkut hipertermi, meningkatkan intake makanan.

4. Melaksanakan implementasi keperawatan sesuai dengan apa yang tertera di


intervensi.

5. Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dimana


ada dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif/evaluasi berjalan dan evaluasi
somatif atau evaluasi akhir dimana dalam metode ini menggunakan SOAP
(Nursalam, 2011). Berdasarkan hal tersebut penulis meggunakan evaluasi somatif
dan dengan permasalahan yang muncul ketiga permasalahan tersebut teratasi
secara penuh dan intervensi dihentikan untuk masing – masing permasalahan.

1.2 REKOMENDASI
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan
asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan Glaukoma.
4.2.2 Bagi Pembaca
Dengan literatur ini, diharapkan pembaca dapat meningkatkan pengetahuan
kesehatannya dan lebih menjaga kesehatannya agar tidak terkena penyakit Glaukoma.
DAFTAR PUSTAKA

N Indriana. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC

Tamsuri Anas. 2012. Klien gangguan mata da penglihatan keperawatan medical bedah.
Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC

Huda Amin, Kusuma Hardi. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan diagnose medis dan nanda
nic noc jilid 2. Jogjakarta : Mediaction

Ilyas, Sidarta. 2007. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi). Jakarta : Sagung Seto

Ameliana, Diana. 2014. Glaukoma. http://eprints.undip.ac.id/44546/3/Dina_Ameliana


22010110120122-BAB_2_KTI.pdf. Diakses pada 19 Januari 2020

Kamelia. 2018. Mengenal Penyakit Glaukoma: Etiologi, Patofisiologi, Terapi, dll.


http://klikfarmasi.com/artikel-ilmiah/glaukoma/. Diakses pada 19 Januari 2020

Yanuar, Saputra. 2010. Glukoma. https://www.academia.edu/31628610/glukoma. Diakses


pada 19 Januari 2020

Yoso WI . LP Askep Glaukoma. https://www.academia.edu/30744242/LP_Askep_Glaukoma .


Diakses pada 18 Januari 2019

Tueez,Nasha.2013.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kasus Glaukoma.


https://id.scribd.com/doc/122922455/Resume-Askep-Glaukoma-Nasikhatus-s.
Diakses pada tanggal 20 Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai