Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GLAUKOMA

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Keperawatan Medikal Bedah II
Yang dibina oleh Bapak Dr. Tri Johan AY, M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 6 (Tingkat 3B)
1. Ahmad Arif Fachruddin (1601100050)
2. Putri Ayu Amalia (1601100058)
3. Imam Safi’i (1601100064)
4. Fika Arnisa Candra Dewi (1601100065)
5. Shofia Elmas Faridah (1601100073)
6. Ria Melati Adiningrum (1601100078)
7. Risma Budi Utami (1601100079)

POLTEKKES KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG
Oktober 2018
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu


melimpahkan taufik, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
GLAUKOMA” sebagai syarat memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Tri Johan AY, M.Kepselaku dosen Keperawatan Medikal
Bedah IIkelas III B Poltekkes Kemenkes Malang
2. Semua pihak yang membantu sehingga terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Malang, 28 Oktober 2018

Penyusun

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................i

i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI.........................................................................4
2.1 Pengertian......................................................................................................4
2.2 Etiologi..........................................................................................................5
2.3 Klasifikasi.....................................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis.........................................................................................6
2.5 Patofisiologi..................................................................................................8
2.6 Penatalaksanaan............................................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................14
BAB IV PENUTUP..............................................................................................25
4.1 Kesimpulan......................................................................................................25
4.2 Saran................................................................................................................25
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata merupakan satu diantara organ terpenting tubuh manusia dimana
mata memiliki fungsi sebagai indra penglihatan. Jika terjadi kerusakan atau
gangguan pada fungsi dan peran dari mata, maka pengaruhnya sangatlah
besar pada penglihatan.Gangguan penglihatan adalah suatu kondisi yang
ditandai dengan penurunan tajam penglihatan atau menurunnya luas lapang
pandang yang dapat mengakibatkan kebutaan.Satu diantara banyak kerusakan
atau gangguan pada mata adalah glaukoma.
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh adanya
penambahan tekanan dalam mata yang lama-kelamaan dapat menghilangkan
daya penglihatan pada mata. Glaukoma merupakan penyakit pada mata yang
ditandai dengan kerusakan pada saraf utama bola mata yaitu saraf optik dan
juga ditandai dengan terbatasnya lapangan pandang mata.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia.
Terdapat sejumalah 0,40% penderita glaucoma di Indonesia yang
mengakibatkan kebutaan pada 0,60% penduduk prevalensi penyakit mata di
Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72%, pterigium 8,79%, katarak 7,40%,
konjungtivitis 1,74%, parut kornea 0,34%, glaucoma 0,40%, retinopati
0,17%, strabismus 0,12%. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah
lensa 1,02%, glaukom dan saraf kedua 0,16%, kelainan refaksi 0,11%, retina
0,09%, kornea0,06%, dan lain-lain0,03%, prevalensi total 1,47%. (Sidharta
Ilyas, 2004). Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang
menderita glaucoma. Diantaranya mereka hamper setenganya mengalami
gangguan penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar buta, bertambah
sebanyak 5.500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan
pada pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma (Suzanne C. smeltzer.2001).
Menurut hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan angka kebutaan sebesar
0,9%. Dengan angka tertinggi di Provinsi Sulawesi Selatan (2,6%) dan
terendah di Provinsi Kalimantan Timur (0,3%).Sementara hasil Survei
Kebutaan dan Kesehatan Mata di Propinsi Jawa Barat tahun 2005,

1
menunjukkan pada kelompok usia di atas 40 tahun prevalensi glaukoma
sebesar 1,2 % dan prevalensi kebutaan karena glaukoma sebesar 0,1% dari
total kebutaan sebesar 4,0 %.
Menurut Menkes, kebutaan karena penyakit glaukoma sebetulnya dapat
dicegah melalui deteksi dini dan penanganan yang tepat agar tidak berlanjut
menjadi kebutaan permanen. Pemeriksaan dini glaukoma khususnya bagi
yang berusia 40 tahun ke atas, dapat dilakukan melalui kelompok/ Posyandu
usia lanjut, pemeriksaan di Puskesmas, RS dan sarana pelayanan kesehatan
lainnya. Untuk itu perlu kerjasama dan dukungan dari Organisasi Profesi,
Lintas Sektor, swasta, dan partisipasi dari masyarakat.
Untuk menanggulangi kebutaan, Kemenkes telah mengembangkan
strategi-strategi yang dituangkan dalam Kepmenkes nomor
1473/MENKES/SK/2005 tentang Rencana Strategi Nasional Penanggulangan
Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (Renstranas PGPK) untuk mencapai
Vision 2020.Salah satu strategi dalam Renstranas PGPK adalah penguatan
advokasi, komunikasi dan sosialisasi pada semua sektor untuk upaya
penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan. Upaya sosialisasi ini
dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya menjaga kesehatan penglihatan. Upaya advokasi
dilaksanakan untuk mendapatkan dukungan dari semua sektor untuk upaya
penanggulangan gangguan penglihatan.Selain itu, Kemenkes juga telah
melakukan upaya deteksi dini dan penanggulangan gangguan penglihatan
pada kelompok masyarakat mulai dari bayi/ Balita, usia sekolah sampai usia
lanjut, terutama terhadap penyebab utama kebutaan yaitu katarak, kelainan
refraksi, glaukoma dan xeroftalmia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latarbelakang diatas, berikut ini jabaran rumusan masalah:
1. Apa pengertian glaukoma?
2. Apa saja etiologi glaukoma?

2
3. Apa saja klasifikasi glaukoma?
4. Bagaimana manifestasi klinis glaukoma?
5. Bagaimana patofisiologi glaukoma?
6. Bagaimana penatalaksanaan glaukoma?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, berikut ini tujuan penulisan:
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan glaukoma.
2. Menjelaskan etiologi glaukoma.
3. Menjelaskan klasifikasi glaukoma.
4. Menjelaskan manifestasi klinis glaukoma.
5. Menjelaskan bagaimana patofisiologi glaucoma.
6. Menjelaskan bagaimana penatalaksanaan glaucoma.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari glaukoma.
2. Untuk mengetahui etiologi glaukoma.
3. Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis glaukoma.
5. Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan glaukoma.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh adanya
penambahan tekanan dalam mata yang lama-kelamaan dapat menghilangkan
daya penglihatan pada mata.Glaukoma merupakan penyakit pada mata yang

3
ditandai dengan kerusakan pada saraf utama bola mata yaitu saraf optik dan
juga ditandai dengan terbatasnya lapangan pandang mata.
Glaukoma adalah penyakit pada saraf utama mata, yang disebut saraf
optik.Saraf optik menerima impuls saraf dari retina dan memancarkannya ke
otak, di mana kita mengubah sinyal-sinyal listrik itu sebagai
gambar.Glaukoma ditandai oleh kerusakan progresif pada saraf optik yang
umumnya dimulai dengan kehilangan penglihatan samping halus (peripheral
vision).Jika glaukoma tidak didiagnosis dan diobati maka dapat berkembang
menjadi kehilangan penglihatan sentral dan kebutaan.Glaukoma biasanya,
tetapi tidak selalu, berhubungan dengan tekanan tinggi di mata (tekanan
intraokuler).Secara umum, tekanan mata tinggi ini mengarah ke kerusakan
saraf mata (saraf optik).Dalam beberapa kasus, glaukoma dapat terjadi pada
tekanan mata normal namun ada gangguan pengaturan aliran darah ke saraf
optik.Belum ada obat untuk glaukoma.Namun, obat atau operasi dapat
memperlambat atau mencegah perkembangan kehilangan
penglihatan.Pengobatan yang tepat tergantung pada jenis glaukoma dan
faktor-faktor lainnya.Deteksi dini sangat penting untuk menghentikan
perkembangan penyakit ini.Jenis glaukoma yang paling umum adalah
glaukoma sudut terbuka.Jenis utama lainnya adalah glaukoma sudut tertutup.
Glaukoma adalah jenis gangguan penglihatan yang ditandai dengan
terjadinya kerusakan pada saraf optik yang biasanya diakibatkan oleh adanya
tekanan di dalam mata. Gejala-gejala glaukoma dapat berupa: Nyeri pada
mata, Sakit kepala, Melihat bayangan lingkaran di sekeliling cahaya, Mata
memerah, Mual atau muntah, Mata berkabut (khususnya pada bayi),
Penglihatan yang makin menyempit hingga pada akhirnya tidak dapat melihat
obyek sama sekali. Menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO, glaukoma
merupakan penyebab kebutaan kedua terbesar di seluruh dunia setelah
katarak. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data yang didapat oleh Kementrian
Kesehatan (kemenkes), prevalensi penderita glaukoma pada tahun 2007
mencapai 4,6 per 1000 penduduk.

2.2 Etiologi

4
Glaukoma bisa diklasifikasikan menjadi glaukoma primer dan sekunder.
Sejauh ini, penyebab glaukoma primer belum bisa dipastikan secara jelas.
Beberapa pihak mendalilkan bahwa mutasi genetik memegang peran tertentu
dalam menyebabkan glaukoma primer. Glaukoma sekunder merupakan jenis
glaukoma yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi okular lainnya, seperti
penggunaan steroid jangka panjang (baik melalui metode oral, topikal, atau
inhalasi), trauma atau bedah mata, katarak, retinopati diabetik proliferatif,
oklusi vena retina pusat, uveitis (radang jaringan uveal), tumor mata, dll.
Glaukoma juga bisa diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka dan
sudut tertutup. Kata 'sudut' mengacu pada sudut drainase di bagian anterior
bola mata, yang mengelola drainase cairan di dalam bola mata, untuk
menjaga tekanan intraokular yang optimal. Jika sudutnya tertutup, drainase
terganggu dan tekanan di dalam bola mata akan meningkat. Dalam glaukoma
sudut terbuka, drainase tidak secepat sekresi cairan yang terjadi, sehingga
tekanan intraokular juga akan meningkat.

2.3 Klasifikasi
Ada beberapa type glaukoma dan dapat di klaasifikasikan sebagai berikut :
1. Glaukoma Primer Dewasa
Glaukoma primer dewasa meliputi:
a. Glaukoma Sudut Terbuka / Kronis
Glaukoma jenis ini umumnya terjadi karena keturunan. Glaukoma
jenis ini sering terjadi pada orang yang mempunyai sudut ruang
terbuka yang normal tapi mempunyai resistensi aliran aquous humor
keluar dari ruang sudut.
b. Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma jenis inin jarang terjadi. Ada kesalahan tempat yang maju
dari ujung akar dan gulungan iris yang melawan kornea.
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma ini biasa di bangun dari banyak sebab seperti uveitis, gangguan
neuvaskuler, trauma tumor, penyakit degenerasi mata, dll.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma ini terjadi di mata selama ada dalam masa awal tumbuh dan
berkembang. Biasanya terlihat selama 6 bulan kelahiran.
4. Glaukoma Absolut

5
Glakoma ini biasanya adalah hasil dari beberapa kejadian glaukoma dan
itu berarti mengarah pada kebutaan yang mana tekanan intraokuler
meningkat.

2.4 Manifestasi Klinis


1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma primer sudut terbuka
Pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronik sudut
terbuka) dapat tidak memberikan gejala sampai kerusakan penglihatan
yang berat terjadi, sehingga dikatakan sebagai pencuri penglihatan.
b. Glaukoma primer sudut tertutup
Glaukoma akut sudut tertutup, peningkatan tekanan TIO berjalan cepat
dan memberikan gejala mata merah, nyeri dan gangguan penglihatan.
 Peningkatan TIO
Normal TIO berkisar 10-21 mmHg (rata-rata 16 mmHg). Tingginya
TIO menyebabkan kerusakan saraf optik tergantung beberapa
faktor, meliputi tingginya TIO dan apakah glaukoma dalam tahap
awal atau lanjut. Secara umum, TIO dalam rentang 20-30 mmHg
biasanya menyebabkan kerusakan dalam tahunan. TIO yang tinggi
40-50 mmHg dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang
cepat dan mencetuskan oklusi pembuluh darah retina .
 Halo sekitar cahaya dan kornea yang keruh
Kornea akan tetap jernih dengan terus berlangsungnya pergantian
cairan oleh sel-sel endotel. Jika tekanan meningkat dengan cepat
(glaukoma akut sudut tertutup), kornea menjadi penuh air,
menimbulkan halo di sekitar cahaya.
 Nyeri
Nyeri bukan karakteristik dari glaukoma primer sudut terbuka .
 Penyempitan lapang pandang
Tekanan yang tinggi pada serabut saraf dan iskemia kronis pada
saraf optik menimbulkan kerusakan dari serabut saraf retina yang
biasanya menghasilkan kehilangan lapang pandang (skotoma).
Pada glaukoma stadium akhir kehilangan lapang penglihatan terjadi
sangat berat (tunnel vision), meski visus pasien masih 6/6.

6
 Perubahan pada diskus optik.
Kenaikan TIO berakibat kerusakan optik berupa penggaungan dan
degenerasi papil saraf optik .
 Oklusi vena
 Pembesaran mata
Pada dewasa pembesaran yang signifikan tidak begitu tampak.
Pada anak-anak dapat terjadi pembesaran dari mata (buftalmus)
2. Glaukoma sekunder
 Pembesaran bola mata
 Gangguan lapang pandang
 Nyeri didalam mata
3. Glaukoma kongential
Gangguan penglihatan

2.5 Patofisiologi
Glaukoma dibedakan berdasarkan penyebabnya:

7
1. Glaukoma Sudut Terbuka (Primary Open-Angle Glaucoma / POAG)
POAG merupakan penyakit kronis dengan patofisiologi yang
masih belum diketahui secara jelas. Penelitian mendukung bahwa
beberapa faktor memiliki risiko terjadinya glaukoma, seperti usia,
myopia tinggi, penggunaan kortikosteroid sistemik dan topikal dalam
jangka panjang, dan ras kulit hitam. Peningkatan tekanan mata pada
glaukoma sudut terbuka disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi kelancaran aliran Aqueous Humor:
 Obstruksi trabecular meshwork oleh akumulasi beberapa material.
 Hilangnya sel endothelial trabekular.
 Berkurangnya kepadatan badan trabekular dan ukuran dinding dalam
lapisan endothelial dari kanal Schlemm.
 Berkurangnya vakuola besar dalam dinding dalam endotelial dari
kanal Schlemm.
 Berkurangnya aktifitas normal fagositosis

Sumber: OpenI, 2012.

Gambar: Hasil CT optik segmen anterior yang menunjukan perbedaan POAG


sebelah kanan dan PACG di sebelah kiri.

Tekanan mata yang meningkat lebih dari normal dan secara kronik,
akan menyebabkan gangguan pada organ mata baik di anterior dan
posterior, salah satunya adalah penekanan pada saraf optikus. Terdapat 2
teori yang menyebabkan optik neuropati pada glaukoma sudut terbuka:
a. Disfungsi vaskuler yang menyebabkan saraf optik menjadi iskemik

8
Disfungsi mekanik dari lamina cribiform yang menekan akson-
akson.Lamina ini adalah titik terlemah dari dinding mata di bagian
posterior. Peningkatan tekanan intraokuler akan mencederai oleh
akibat kompresi, deformasi, dan remodelling dari lamina cribosa.
b. Penekanan dan gangguan vaskuler tersebut secara patologik akan
menyebabkan eksitotoksisitas yang merusak saraf optik dengan
penumpukan berlebih glutamat di retina, hilangnya growth
factor pada saraf, penumpukan toksik peroksinitrit dari peningkatan
aktifitas sintesis nitritoksida, kerusakan saraf oleh mediasi imun, dan
stress oksidasi. Kerusakan sel ganglion saraf mata secara progresif
dan berkepanjangan akan menyebabkan kematian sel, sehingga
pasien sering mengeluhkan penurunan lapangan pandang hingga
kebutaan.

2. Glaukoma Sudut Tertutup (Primary Angle-Closure Glaucoma / PACG)


Glaukoma sudut tertutup dibedakan menjadi kondisi akut,
disebut acute angle-closure glaucoma, dan kronik, disebut chronic
angle-closure glaucoma.Perbedaan antara glaukoma sudut tertutup
dengan terbuka adalah sudut yang dibentuk dari iris dengan kornea.
Posisi iris terhadap kornea sangat mempengaruhi sudut yang dibentuk,
sudut yang yang terlalu kecil akan menyebabkan sudut menjadi tertutup
secara anatomikal. Faktor yang mempengaruhi PACG adalah iris, lensa,
dan struktur retrolentikuler.Penyebab yang tersering adalah gangguan iris
atau pupillary blocksehingga Aqueous Humor tidak dapat dialirkan
dari Chamber Oculi Posterior ke Chamber Oculi Anterior.

9
Sumber: Openi, 2011.
Gambar: Hasil CT optik segmen Anterior yang menunjukan adanya pupillary
block.
Iris menempel pada lensa anterior sehingga Aqueous
Humor menekan iris. Pada bangsa Asia, penyebab PACG sering kali
adalah non-pupillary block, yaitu bentuk iris yang seperti bukit (plateau
iris) sehingga aliran Aqueous Humor ke trabekula meshworkmenjadi
terhambat. Kondisi plateau iris ini dapat juga terjadi pada pupillary block.
Ketika tekanan chamber oculi posterior meningkat tinggi, Aqueous
Humor akan mendesak iris sehingga terjadi plateau iris.

Sumber: Openi, 2012.

10
Gambar: Gambaran Biomikroskop Ultrasound yang menunjukkan adanya
gambaran double-hump.
Gambaran tersebut terjadi akibat peningkatan tekanan chamber
oculi posterior. Aqueous Humor tidak dapat mengalir ke chamber oculi
anterior oleh karena pupil yang melekat terhadap lensa.Tekanan tersebut
mendesak iris, iris membukit (plateau iris) sehingga
tampak iridotrabecular contact / ITC. PACG oleh faktor fisiodinamik dapat
terjadi bila terjadi peningkatan volume dari iris, ditambah dilatasi pada
pupil, dan efusi pada badan koroidal.

3. Glaukoma Normotensi (Normal-Tension Glaucoma / NTG)


NTG ditandai dengan neuropati optikus yang diasosiasikan dengan
kerusakan saraf optik oleh glaukoma, penipisan lapisan serabut saraf
retinal yang progresif, sudut COA yang terbuka pada gonioskopi dan
tekanan intraokuler di bawah 21 mmHg.Penyebabnya adalah adanya
perfusi vaskuler yang rendah dalam jangka panjang, adanya fenomena
Raynaud, migraine, hipotensi sistemik nokturnal, dan pengobatan
sistemik hipertensi yang tidak terkontrol.

4. Glaukoma Kongenital dan Glaukoma Lainnya


Pada glaukoma kongenital, terjadi gangguan perkembangan sistem
drainase cairan bola mata. Terdapat juga variasi glaukoma lainnya,
seperti:
 Glaukoma sekunder.
 Glaukoma berpigmen.
 Glaukoma traumatika.
 Glaukoma neovaskuler.
 Irido Corneal Endothelial Syndrome (ICE).
 Glaukoma uveitis.

2.6 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi glaukoma adalah dengan menurunkan tekanan
intraokular serta meningkatkan aliran humor aquos (drainase) dengan efek
samping yang minimal. Penangananya meliputi:
1. Penatalaksanaan Medis

11
a. Glaukoma Primer
 Pemberian tetes mata Beta blocker (misalnya timolol, betaxolol,
carteolol, levobunolol atau metipranolol) yang kemungkinan akan
mengurangi pembentukan cairan di dalam mata dan TIO.
 Pilocarpine untuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan
membuka saluran yang tersumbat.
 Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine,
dipivephrine dan carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan
atau mengurangi pembentukan cairan).
 Minum larutan gliserin dan air biasa untuk mengurangi tekanan
dan menghentikan serangan glaukoma.
 Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya
acetazolamide).
 Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya
diberikan manitol intravena (melalui pembuluh darah).

b. Glaukoma sekunder
Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada
penyebabnya.Jika penyebabnya adalah peradangan, diberikan
corticosteroid dan obat untuk melebarkan pupil.Kadang dilakukan
pembedahan.
c. Glaukoma kongenitalis
Untuk mengatasi Glaukoma kongenitalis perlu dilakukan
pembedahan.Apabila obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan
peningkatan TIO menetap, maka terapi laser dan pembedahan
merupakan alternatif.
2. Terapi Laser
a. Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata
yang berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara
normal pada mata dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or
closed angles).
b. Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya
pada mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles).
Laser trabeculoplasty tidak menyembuhkan glaukoma, namun sering
dilakukan daripada meningkatkan jumlah obat-obat tetes mata yang
berbeda-beda. Pada beberapa kasus-kasus, dia digunakan sebagai
terapi permulaan atau terapi utama untuk open-angle glaukoma.

12
Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak sakit, dan relatif aman
untuk menurunkan tekanan intraocular. Dengan mata yang dibius
dengan obat-obat tetes bius, perawatan laser dilaksanakan melalui lens
kontak yang berkaca pada sudut mata (angle of the
eye). Microscopic laser yang membakar sudut mengizinkan cairan
keluar lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran.
c. Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary
atau cyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang
umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk-bentuk
yang parah dari glaukoma dengan potensi penglihatan yang miskin.
Prosedur ini melibatkan pelaksanaan pembakaran laser pada bagian
mata yang membuat cairan aqueous (ciliary body). Pembakaran laser
ini menghancurkan sel-sel yang membuat cairan, dengan demikian
mengurangi tekanan mata.
3. Terapi Pembedahan
a. Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit,
digunakan untuk merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu
potongan kecil dari trabecular meshwork yang tersumbat dihilangkan
untuk menciptakan suatu pembukaan dan suatu jalan kecil
penyaringan yang baru dibuat untuk cairan keluar dari mata. Untk
jalan-jalan kecil baru, suatu bleb penyaringan kecil diciptakan dari
jaringan conjunctiva (conjunctival tissue). Conjunctiva adalah
penutup bening diatas putih mata. Filtering bleb adalah suatu area
yang timbul seperti bisul yang ditempatkan pada bagian atas mata
dibawah kelopak atas. Sistim pengaliran baru ini mengizinkan cairan
untuk meninggalkan mata, masuk ke bleb, dan kemudian lewat
masuk kedalam sirkulasi darah kapiler (capillary blood circulation)
dengan demikian menurunkan tekanan mata. Trabeculectomy adalah
operasi glaukoma yang paling umum dilaksanakan. Jika sukses, dia
merupakan alat paling efektif menurunkan tekanan mata.
b. Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang
digunakan untuk menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan
penghilangan suatu potongan dari sclera (dinding mata) untuk
meninggalkan hanya suatu membran yang tipis dari jaringan

13
melaluinya cairan aqueous dapat dengan lebih mudah mengalir.
Ketika dia lebih tidak invasiv
dibanding trabeculectomy dan aqueous shunt surgery, dia juga
bertendensi lebih tidak efektif. Ahli bedah kadangkala menciptakan
tipe-tipe lain dari sistim pengaliran (drainage systems). Ketika
operasi glaukoma seringkali efektif, komplikasi-komplikasi, seperti
infeksi atau perdarahan, adalah mungkin. Maka, operasi umumnya
dicadangkan untuk kasus-kasus yang dengan cara lain tidak dapat
dikontrol.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus:
Pasien datang ke RS X diantar keluarga dengan keluhan nyeri pada mata
bagian kanan cenat cenut bertambah pada saat kepala lebih rendah atau bila sujud
dan rukuk, tidak begitu jelas melihat objek disekitarnya,demam,lemas bila diraba
pasien mengatakan nyeri pada mata yang sakit,sejak satu hari yang lalu. Pasien
juga mengatakan matanya silau bila melihat cahaya 3 hari yang lalu.Hasil cek
laboratorium leukositnya meningkat 17000 Hb 12mg/dl. Pada saat dilakukan
pengukuran ttv didapatkan hasil TD 120/80 mmHg, RR 24X/menit , suhu 38 C,
HR 90X/menit. Mata yang kanan terlihat lebih menonjol dan membesar dari yang
kiri. Kesimpulan sementara hasil pemeriksaan fisik pasien mengalami
peningkatan tekanan intra okuli 25mmHg, diagnosa sementara pasien menderita
glaukoma. Terapi yang diberikan Miotik tiap menit 1 tetes selama 5 menit
kemudian 1 tetes tiap jam selama 6 jam, Carbonic anhidrase
inhibitor/azetazolamid @250 mg 2 tab sekaligus kemudian tiap 4 jam 1 tab
sampai 24 jam , morfin 10 mg injeksi.

A. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Tn. T
Umur : 43 tahun
AlamaT : Kebumen

14
Keluhan Utama : Nyeri pada mata sebelah kanan
b. Riwayat Penyakit
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri pada mata kanan cenat
cenut, bertambah pada saat kpela lebih rendah, tidak begitu jelas
melihat objek disekitarnya, dengan lemas , bila diraba pasien
mengatakan nyeri pada mata yang sakit. Leukosit 17000 , Hb 12
mg/dl, TD 120mmHg, RR 24 x/menit, SUHU 38 C, HR 90 , TIO 25
mmHg.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami sakit
seperti ini.
c. Pengkajian Pola Virginia Handerson
1. Pola Pernafasan
Sebelum sakit : Pasien dapat bernafas dengan normal dan tidak
mengalami kesulitan dalam bernafas.
Saat dikaji : tidak mengeluh sesak nafas.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 3x sehari.
Saat dikaji : Saat dirawat di rumah sakit, makan 3 kali sehari
dengan menu yang disediakan oleh rumah sakit,
minum 8 gelas sehari. Pasien mampu
mengahabiskan menu yang disediakan.
3. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x sehari, fesesnya lunak, warna kuning
dan BAK lancar , warna jernih kekuningan.
Saat dikaji : BAB 1x sehari, fesesnya lunak, warna kuning
dan BAK lancar , warna jernih kekuningan.
4. Gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa gangguan
Saat dikaji :Pasien tampak keseimbangannya terganggu
karena penglihatannya kabur.
5. Kebutuhan Istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Pasien biasa tidur 8 jam sehari.
Saat dikaji : Malam hari kadang terbangun karena suara gaduh.
6. Personal Hygiene
Sebelum Sakit : Mandi 2x sehari dan gosok gigi mandiri.
Saat dikaji : Pasien mandi dengan di seka oleh istrinya pagi dan
sore, serta gosok gigi.

15
7. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : Pasien merasa aman dan nyaman jika bersama
keluarga dan istrinya.
Saat dikaji : Pasien mengeluh mata kanannya terasa nyeri
(P :nyeri saat posisi kepala lebih rendah dari tubuh,
Q: cenat cenut, R: bagian mata sebelah kanan, S :
skala 6, T hilang timbul 5 menitan).
8. Kebutuhan berpakaian
Sebelum sakit : Pasien ganti baju 2x sehari dan dapat berpakaian
sendiri.
Saat dikaji : Memakai pakaian dibantu oleh anaknya.
9. Kebutuhan Spiritual
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan ibadah solat 5 waktu
Saat dikaji : Pasien masih bisa sholat 5 waktu dalam keadaan
berbaring,dan dibimbing keluarga agar selalu
berdoa untuk kesembuhannya.
10. Kebutuhan berkomunikasi dan berhubungan
Sebelum sakit : Hubungan pasien dengan keluarga baik biasa
berkomunikasi dengan bahasa jawa.
Saat dikaji : Pasien mau berkomunikasi dengan perawat dengan
ditemani anaknya
11. Temparatur tubuh
Sebelum sakit : Pasien menggunakan pakaian tebal jika merasa
dingin, dan menggunakan yg tipis jika merasa
kepanasan.
Saat dikaji : Pasien merasa demam , memakai baju tipis karena
merasa panas.
12. Kebutuhan bekerja
Sebelum sakit : Pasien adalah seorang pedagang.
Saat dikaji : Pasien hanya berbaring ditempat tidur.
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Sebelum sakit : Pasien tidak biasa bermaian ataupun rekreasi.
Saat dikaji : Pasien tidak bisa pergi kemana - mana, hanya
tetangganya sering menjenguk di RS untuk
menghibur.
14. Kebutuhan Belajar
Sebelum Sakit : Pasien tidak tahu tentang penyakit glaukoma yang
dideritanya.
Saat dikaji : Pasien sudah tahu tentang penyakit yang dideritanya
karena penjelasan perawat.
d. Pemeriksaan Fisik

16
1. Keadaan Umum : Compos mentis, TD: 120 mmHg,
RR 24 x/menit, Suhu 38 C.
2. Kepala
a. Bentuk kepala : Mesosephal.
b. Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut.
c. Mata : Bulu mata tidak mudah dicabut, sklera tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis, palpebra dekstra udem dan
spasme, oedem pada kornea dekstra.
d. Hidung : Bersih, tidak ada polip hidung, tidak ada septum
deviasi.
e. Telinga : Besih, tidak ada serumen, reflek suara baik.
f. Mulut : Gigi kekuningan, lengkap, tidak ada stomatitis.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
3. Dada
a. Paru
- Inspeksi : Pengembangan paru kanan kiri simetris.
- Palpasi : Vokal premitus kiri kana sama.
- Perkusi : Sonor.
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler.

b. Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
- Palpasi : ictus cordisteraba pada interkosta 5-6.
- Perkusi : Pekak, tidak ditemukan adanya pembesaran
jantung.
- Auskultasi : tidak terdengar bunyi murmur.
c. Abdomen
- Inspeksi : Datar.
- Auskultasi : Bising usus 9 kali per menit.
- Perkusi : tympani.
- Palpasi : tidak ada pembesaran hepar dan lien.
d. Ektremitas : tidak ada oedem pada kedua ekstremitas atas dan
bawah.
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit : 17.000
b. Hb : 12 mg/Hg
2. Terapi
a. Miotik : 5 tetes 5 menit & 6 tetes 6 jam
b. Carbonic anhidrase inhibitor /azetazolamid : @ 250 mg 2 tablet & 4
jam 1 tablet smpai 24 jam
c. Morfin : 10 mg / injeksi

17
C. Analisa Data

Tanggal Data Fokus Etiologi Problem


10 DS: Agen cidera biologis Nyeri akut
Januari Pasien mengatakan nyeri (peningkatan TIO)
2013 pada mata bagian kanan
DO:
TIO 25 mmHg, mata kanan
pasien terlihat menonjol
10 DS: Perubahan penerimaan Gangguan
Januari a. Pasien mengatakan tidak sensorik persepsi
2013 begitu jelas melihat sensorik
objek disekitarnya (melihat)
b. Pasien mengatakan
matanya silau bila
melihat cahaya
DO:
Pasien tampak menunjukan
ekspresi kesulitan untuk
melihat
10 DS: Proses infeksi Hiperthermi
Januari Pasien mengatakan demam
2013 DO:
Suhu 38o C

18
D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (peningkatan TIO) d.d mata kanan
menonjol.
2. Gangguan persepsi sensorik (melihat) b.d perubahan penerimaan sensorik
d.d kesulitan untuk melihat.
3. Hiperthermi b.d proses infeksi d.d suhu 38o C.
E. Intervensi Keperawatan

No Tanggal Diagnosa NOC NIC Ttd


Jam
1 10 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Managemen nyeri
Januari agen cidera tindakan keperawatan (1400)
2013 biologis selama 2 X 24 jam a. Lakukan
(peningkatan gangguan rasa nyaman pengkajian nyeri
TIO) d.d mata dapat teratasi dengan secara
kanan kriteria hasil: komprehensif
menonjol. Pain Level (2102) termasuk lokasi,
(00132) a. Mampu mengontrol karakteristik,
nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi,
nyeri, mampu kualitas dan faktor
menggunakan tehnik presipitasi
b. Observasi reaksi
nonfarmakologi untuk
nonverbal dari
mengurangi nyeri,
ketidaknyamanan
mencari bantuan)
c. Bantu pasien dan
b. Melaporkan bahwa
keluarga untuk
nyeri berkurang
mencari dan
dengan menggunakan
menemukan
manajemen nyeri
c. Mampu mengenali dukungan
d. Kontrol
nyeri (skala, intensitas,
lingkungan yang
frekuensi dan tanda
dapat
nyeri)
d. Menyatakan rasa mempengaruhi

19
nyaman setelah nyeri nyeri seperti suhu
berkurang ruangan,
e. Tanda vital dalam
pencahayaan dan
rentang normal
kebisingan
e. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
f. Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
g. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi: napas
dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
h. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
i. Tingkatkan
istirahat
j. Berikan informasi
tentang nyeri
seperti penyebab
nyeri, berapa lama
nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
k. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali

20
2 10 Gangguan Setelah dilakukan Neurologic
Januari persepsi tindakan keperawatan Monitoring (2620)
2013 sensorik selama 2 X 24 jam a. Monitor TTV
b. Monitor ukuran
(melihat) b.d gangguan rasa nyaman
pupil, ketajaman,
perubahan dapat teratasi dengan
kesimetrisan dan
penerimaan kriteria hasil:
reaksi
sensorik d.d Sensory Function : Vision
c. Monitor adanya
kesulitan untuk (2404)
diplopia,
melihat a. Peningkatan
pandangan kabur,
ketajaman
nyeri kepala
penglihatan (kanan d. Monitor level
kiri) kebingungan dan
b. Lapang pandang
orientasi
normal e. Monitor tonus
c. Pandangan tidak
otot pergerakan
kabur f. Catat perubahan
d. Pandangan tidak
pasien dalam
silau
merespon
e. Penglihatan tidak
stimulus
terganggu

3 10 Hiperthermi b.d Setelah dilakukan Termoregulation


Januari proses infeksi tindakan keperawatan ( 3900)
2013 d.d suhu 38o C selama 2 X 24 jam a. Monitor suhu
gangguan rasa nyaman sesering mungkin
b. Monitor warna dan
dapat teratasi dengan
suhu kulit
kriteria hasil:
c. Monitor tekanan
Thermoregulation (0800)
darah, nadi dan RR
a. Suhu tubuh dalam d. Berikan anti
rentang normal piretik:
e. Berikan cairan
b. Nadi dan RR dalam
intravena
rentang normal
f. Kompres pasien
c. Tidak ada perubahan
pada lipat paha dan
warna kulit dan tidak

21
ada pusing, aksila
g. Tingkatkan
d. Merasa nyaman
sirkulasi udara
h. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
i. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
j. Monitor hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembaban
membran mukosa)

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

22
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh
adanya penambahan tekanan dalam mata yang lama-kelamaan dapat
menghilangkan daya penglihatan pada mata.
Glaukoma bisa diklasifikasikan menjadi glaukoma primer dan
sekunder.Mutasi genetik memegang peran tertentu dalam menyebabkan
glaukoma primer. Glaukoma sekunder merupakan jenis glaukoma yang
disebabkan oleh penyakit atau kondisi okular lainnya, seperti penggunaan
steroid jangka panjang (baik melalui metode oral, topikal, atau inhalasi),
trauma atau bedah mata, katarak, retinopati diabetik proliferatif, oklusi
vena retina pusat, uveitis (radang jaringan uveal), tumor mata, dll.
Ada beberapa tipe glaukoma dan dapat di klasifikasikan sebagai
berikut glaukoma primer dewasa (glaukoma sudut terbuka / kronis dan
glaukoma sudut tertutup), glaukoma sekunder, glaukoma kongenital,
glaukoma absolute.
Manifestasi klinis dari glaukoma adalah peningkatan tio , halo
sekitar cahaya dan kornea yang keruh, nyeri, penyempitan lapang
pandang, perubahan pada diskus optik, oklusi vena dan pembesaran mata.

4.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
maka penulis berharap agar pembaca juga mampu memberbaiki makalah
ini.

DAFTAR PUSTAKA

23
Academia.2018.LP dan Askep Glaukoma. (online).
(https://www.academia.edu/30744242/LP_Askep_Glaukoma).diakses
22 September 2016
Alomedika.2018.PatofisiologiGlaukoma.(online).
(https://www.alomedika.com/penyakit/oftalmologi/glaukoma/patofisi
ologi).diakses 7 November 2018
Askepglaukoma.2018. Asuhan Keperawatan (ASKEP) Glaukoma.(http://nuzulul-
fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35542 Kep%20Sensori%20dan
%20Persepsi-Askep%20Glaukoma.html#popup). diakses 09
November 2018
Glaukoma.2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. (online).
(https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/10/glaukoma_files_of_drs
med.pdf).diakses 8 November 2018
GlaukomaIndonesia.2016.Glauokoma.(online).
(https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EM
Media/Glaucoma-Indonesian.pdf?ext=.pdf).diakses 08 November
2018
Menurutparaahli.2018.Pengertian Glaukoma. (online).
(http://menurutparaahli.com/tag/pengertian-glaukoma/).diakses 08
November 2018

24

Anda mungkin juga menyukai