Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

GLAUKOMA

Dosen :

Dewi Aprilianti, S.Kep.M.Kep

Oleh :

Desi Natalia

2018.C.10a.0931

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan Laporan Pendahuluan
dan Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Medis Glaukoma Pada Sistem
Pengindraan ini dengan baik. Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini
disusun sebagai penugasan dan pelaporan pada sistem pengindraan.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini saya menyadari masih banyak
kekurangan dan kelemahannya.Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan asuhan keperawatan
ini.Semoga asuhan keperawatan ini bermanfaat.

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................3
1.4 Manfaat...............................................................................................3
1.4.1 Untuk Mahasiswa......................................................................3
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga.........................................................3
1.4.3 Untuk Institusi...........................................................................3
1.4.4 Untuk IPTEK.............................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4
2.1 Konsep Penyakit..................................................................................4
2.1.1 Anatomi Fisiologi......................................................................4
2.1.2 Definisi......................................................................................4
2.1.3 Etiologi......................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi..................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi ..............................................................................7
2.1.6 Manifestasi Klinis......................................................................7
2.1.7 Komplikasi.................................................................................8
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.............................................................9
2.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................11
BAB 3 MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN..............................15
2.2.1 Pengkajian Keperawatan..........................................................15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................16
2.2.3 Intervensi Keperawatan............................................................17
2.2.4 Implementasi Keperawatan......................................................21
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..............................................................21
BAB 4 PENUTUP.......................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................30

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa
perubahan atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intraokuler (TIO) dengan segala akibatnya. Saat peningkatan TIO lebih besar
daripada toleransi jaringan, kerusakan terjadi pada sel ganglion retina, merusak
diskus optikus, menyebabkan atrofi saraf opyik dan hilangnya pandangan perifer
(Istiqomah. I, 2004). Istilah Glaukoma merujuk pada kelompok penyakit yang
berbeda dalam hal patofisiologi, presentasi klinis, dan penanganannya. Biasanya
ditandai dengan berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus.
Kerusakan ini berkaitan dengan derajat TIO, yang terlalu tinggi untuk
berfungsinya saraf optikus secara normal. Semakin tinggi tekanannya semakin
cepat kerusakan saraf optikus tersebut  berlangsung. Peningkatan TIO terjadi
akibatr perubahan patologis yang menghambat peredaran normal humor aqueus
(Smeltzer,Suzanne C.2001).
Glaukoma merupakan penyebab utama kebutaan di masyarakat barat.
Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang menderita glaukoma. Di antara
mereka, hamper setengahnya mengalami gangguan penglihatan, dan hampir
70.000 benar-benar buta; bertambahnya sebanyak 5500 orang tiap tahun.
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak.
Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita
gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa
disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.
Glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan intraokular yang disertai
oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Mekanisme
peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran keluar
humor aqueos akibat kelainan system drainase sudut kamera anterior (glaukoma
sudut terbuka) atau gangguan akses humor aqueos ke system drainase (glaukoma
sudut tertutup)(Vaughan,Daniel G, 2000). Sebagai bagian dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan, perawat mempunyai peran yang sangat penting seperti

1
2

pendidik yaitu melakukan kegiatan pembelajaran atau pendidikan kesehatan


dalam memberantas Glaukoma sesuai dengan sarana dan tenaga yang tersedia
serta memberikan penyuluhan kepada ibu- ibu tentang penyakit Glaukoma
( Suliha 2001) Perawat juga mempunyai tugas melakukan penatalaksanaan kasus-
kasus Glaukoma sesuai dengan petunjuk yang ada, melakukankonsultasi dengan
dokter untuk kasus-kasus Glaukoma seperti Glaukoma (Depkes RI. 2003). Oleh
karena itu penulis tertarik untuk membuat makalah tentang penyakit glaukoma.
Glaukoma primer sudut tertutup memiliki prevalensi yang lebih tinggi di
Asia daripada di Eropa. Hal ini disebabkan oleh struktur anatomi bilik mata depan
yang lebih dangkal pada orang Asia. Prevalensi glaukoma primer sudut tertutup
meningkat pada usia di atas 40 tahun disebabkan karena dengan bertambahnya
usia terjadi peningkatan ketebalan lensa yang mendorong iris maka kedalaman
bilik mata berkurang (Srisubekti, 2016). Pada pasien glaukoma sudut tertutup
dapat ditemukan adanya peningkatan tekanan intraokular yang disebabkan karena
aliran keluar humor aqueous yang terhambat karena penutupan sudut bilik mata
depan (Ilyas, 2017).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah penatalaksaan proses Asuhan Keperawatan Glaukoma di
sistem pengindraan.
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui, memahami dan menerapkan konsep teori dari
glaukoma dalam asuhan keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar Glaukoma.
2. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan Glaukoma.
3. Untuk memahami cara membatasi asupan cairan pada pasien Glaukoma.
4. Untuk memmahami manajemen keperawatan Glaukoma.
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
3

Sebagai bahan acuan untuk menambah pengetahuan serta


mendapatkan pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien Glaukoma.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit
Glaukoma terutama tentang cara pencegahan dan penanggulangannya.
1.4.3 Untuk Institusi ( Pendidikan dan Rumah Sakit)
1. Institusi
Menjadi masukan bagi institusi guna menambah literature atau
referensi untuk kelengkapan perkuliahan.
2. Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya penerapan
asuhan keperawatan pada klien dengan Glaukoma.
1.4.4 Untuk IPTEK
Untuk menambah atau memperkaya pengetahuan di penyakit dalam,
dan memperoleh informasi tentang Glaukoma.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Anatomi Fisiologi
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bagian
anterior bola mata mempunyai kelengkungan yang lebih cembung sehingga
terdapat bentuk dengan dua kelengkungan berbeda.
Bola mata dibungkus oleh tiga lapisan jaringan, yaitu lapisan sklera
yang bagian terdepannya disebut kornea, lapisan uvea, dan lapisan retina.Di
dalam bola mata terdapat cairan aqueous humor, lensa dan vitreous humor.

2.1.2.1 Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis)
dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).Konjungtiva
berbatasan dengan kulit pada tepi palpebral dan dengan epitel kornea di
limbus.
2.1.2.2 Skelera
Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk
pada mata.Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi bola
mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang
memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata
5

2.1.2.3 Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan.15 Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan
melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis.
Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 µm di pusatnya (terdapat
variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan
vertikalnya 10,6 mm.19Dari anterior ke posterior kornea mempunyai lima
lapisan, yaitu:
1) Epitel
Tebal dari epitel ini adalah 50 µm. Epitel kornea mempunyai lima
lapis sel epitel tak bertanduk yang terdiri dari sel basal, sel poligonal,
dan sel gepeng.
2) Membran Bowman
Membran Bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea
yang merupakan kolagen yang tersususn tidak teratur seperti stroma
dan berasal dari bagian depan stroma.
3) Stroma
Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea.Stroma
terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya.Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
di bagian perifer serta kolagen ini bercabang.
4) Membran Descemet
Membran Descemet merupakan membran aselular dan merupakan
batas belakang stroma kornea.
5) Endotel
6

Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk


heksagonal, dan tebalnya 20-40 µm. Lapisan ini berperan dalam

mempertahankan deturgesensi stroma kornea.

2.1.2.4 Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh
kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1) Iris
Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai
permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di
tengahnya, yang disebut pupil.Iris mempunyai kemampuan untuk
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara
otomatis dengan mengecilkan (miosis) atau melebarkan (midriasis)
pupil.
2) Badan siliar
Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi
mengubah tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk
objek dekat maupun jauh dalam lapang pandang.15 Badan siliar terdiri
atas zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm) yang
merupakan pembentuk aqueous humor, dan zona posterior yang datar,
pars plana (4 mm).
3) Koroid
Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina
dan sklerayang berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah besar,
7

berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang


terletak di bawahnya.
2.1.2.5 Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan sempurna.Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9
mm. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya
terdapat vitreous humor.
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Di sebelah depan terdapat
selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya.Nukleus dan korteks terbentuk dari lamela konsentris yang
panjang.
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang
dikenal sebagai zonula Zinii, yang tersusun dari banyak fibril yang berasal
dari permukaan badan siliar dan menyisip ke dalam ekuator lensa.
2.1.2.6 Aqueous Humor
Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Setelah memasuki bilik
mata belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata
depan, kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan.
2.1.2.7 Vitreous Humor
Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular
yang membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Permukaan luar
vitreous humor normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut:
kapsul lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina,
dan caput nervi optici. Basis vitreous mempertahankan penempelan yang
kuat seumur hidup ke lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang
ora serrata.
Vitreous humor mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua
komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan
konsistensi mirip gel karena kemampuannya mengikat banyak air.
2.1.2.8 Retina
8

Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung


reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Lapisan-lapisan retina mulai
dari sisi luar yang berbatas dengan koroid adalah sebagai berikut:
1) Epitel pigmen retina (Membran Bruch)
2) Fotoreseptor
3) Membran limitan eksterna
4) Lapisan nukleus luar
5) Lapisan pleksiform luar
6) Lapisan nukleus dalam
7) Lapisan pleksiform dalam
8) Lapisan sel ganglion
9) Serabut saraf
10) Membran limitan interna

2.1.2 Definisi
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal
atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf
penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas, 2015). Galukoma adalah adanya
kesamaan kenaikan tekanan intra okuler yang berakhir dengan kebutaan (Fritz
Hollwich, 1993). Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai
dengan peningkatan tekanan intra okuler.( Long Barbara, 2010)
Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),bahwa
Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan
tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau
pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan
lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan.
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata
meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan
penurunan fungsi penglihatan (Mayenru Dwindra, 2009).
Jadi Glaukoma merupakan keadaan mata mengalami kelainan yang
mengakibatkan kerusakan syaraf penglihatan dan kebutaan.
2.1.3 Etiologi
9

Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang
disebut humor aqueus.Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan
didalam bilik posterior, melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu
mengalir dari mata melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu
(biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari
bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara
saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah
kesaraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf
optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada
lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi,
lalu diikuti oleh lapang pandang sentral.Jika tidak diobati, glaukoma pada
akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi dari glaukoma dalah sebagai berikut ( Sidarta Ilyas, 2003) :
2.1.4.1 Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu
timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang
sempit pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam
keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia
tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2
yaitu:
1) Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)
Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) ,
yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang Disebut
sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabek
ular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran
schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi.
Gejalaawal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan
sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan
nyeri mata yang timbul
10

2) Glaukoma sudut tertutup / sudut semut (akut)


Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang
anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel
ke jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran
schlemm. Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus,
penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua.
Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat
nyeri mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi
pupil, tidak segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2.1.4.2 Glaukoma Sekunder
Adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit mata lain atau trauma
didalam bola mata, yang menyebabkan penyempitan sudut /peningkatan volume
cairan dari dalam mata . Misalnya glaukoma sekunder oleh karena hifema,
laksasi / sub laksasi lensa, katarak instrumen, oklusio pupil, pasca bedah intra
okuler.
2.1.4.3 Glaukoma Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder
terhadap kelainan mata sistemik jarang ( 0,05 %) manifestasi klinik biasanya
adanya pembesaran mata (bulfamos), lakrimasi.
2.1.4.4 Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi
kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada
glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan
eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata
dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan
rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan
siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata
telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
2.1.4.5 Berdasarkan lamanya glaukoma dibedakan menjadi:
1) Glaukoma akut
11

penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat
mendadak sangat tinggi.
2) Glaukoma kronik
Penyakit mata dengan gejalah peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi
kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
2.1.4.1 Glaukoma Primer
Glaukoma primer biasanya ditemukan pada pasien berusia diatas 60
tahun.Hal ini merupakan penyakit bawaan pada bayi dan anak – anak.
Ada dua bentuk glaukoma primer :
1) Glaukoma sudut terbuka
Merupakan jenis glaukoma kronik sederhana yang paling sering terjadi.Pada
glaukoma jenis ini, aliran melalui kanal Schlemn mengecil.Namun sesuai
dengan namanya, sudut antara iris dan kornea tempat dimana cairan aqueos
humor mengalir tetap terbuka.Glaukoma sudut terbuka biasanya terjadi di kedua
mata.
Tanda dan gejala meliputi hilangnya penglihatan perifer, sakit kepala ringan
dan kesulitan dalam beradaptasi dengan cahaya.Penyakit ini berkembang secara
bertahap.Pasien seringkali tetap tidak merasakan gejalanya, bahkan sesudah
terjadi kehilangan penglihatannya.
2) Glaukoma sudut tertutup
Terjadi ketika sudut aliran antara iris dan kornea menyempit atau
menutup.Tekanan intraokuler meningkat dengan cepat sehingga hilangnya
penglihatan secara permanen.Hal ini biasanya hanya terjadi pada satu mata.
Ketika sudut bilik mata depan menyempit dan iris menonjol ke dalam bilik mata
depan maka aliran cairan ke arah kanal Schlemn menjadi terbatas.
Tanda dan gejala glaukoma sudut tertutup meliputi nyeri mata, menurunnya
ketajaman penglihatan, mual dan muntah – muntah, konjungtiva merah dan
kornea berkabut.Glaukoma sudut tertutup ditangani secara farmakologi dan
bedah.Topikal miotik atau beta bloker pun diberikan.Laser iridotomi dilakukan
untuk mengalir kembali cairan intraokuler.
2.1.4.2 Glaukoma Sekunder
12

Glaukoma sekunder akibat dari infeksi, katarak, tumor atau


pendarahan.Selanjutnya perdarahan atau infeksi intraokuler menghasilkan
debris.Debris tersebut berakumulasi pada aqueous humor kemudian terjebak
dalam trabekula yang menghadap ke kanal Schlemn.Sehingga akumulasi darah
atau infeksi meningkatkan tekanan akibat dari pemenuhan ruang dan mampetnya
trabekula.
13

2.1.5 Patofisiologi (WOC)


WOC GLAUKOMA

Etiologi

Trauma Pemakaian Uveitis Katarak


kortikosteroid jangka
panjang
Kontusio bola mata Peradangan mengenai
sel-sel trabekular Katarak matur Katarak hipermatur
Metabolisme
Hifema giloksaminoglikan dan
Trabekulitis Kapsul lensa bocor
lipopolisakarida meningkat Zonulla zinni rapuh
keluar
Darah menyumbat COA
Penimbunan di trabekular Sinekia anterior Menutup saluran
meshwork Menyumbat saluran
ekskresi HA
Sudut mata menutup HA
Gg. permanen fungsi
trabekula
Menyumbat aliran HA Dislokasi lensa

Sudut COA menutup


Penurunan outflow
aqueus humor
Peningkatan TIO
14

GLAUKOMA

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Iritasi saraf vagus Iritasi saraf Tekanan pada saraf


trigeminus dan vagus optik dan retina Iritasi saraf Iskemia retina Penipisan lapisan serat
vagus saraf dan inti bagian
Bronkokontriksi dalam retina
Reflek okulokardiak Kerusakan saraf optik
Nyeri
dan retina
Mual, muntah
Suplai O2 menurun
Merangsang N. Visus menurun
Bradikardia Berkurangnya akson di
Kehilangan trigeminus
saraf optik
Peningkatan kerja
MK :Resiko Gg. Perfusi cairan
napas Penglihatan kabur
jaringan Atrofi optik Nyeri menyebar ke
MK : Resiko pelipis, rahang
Dyspnea
kekurangan volume Produksi urine menurun
Hilangnya
pandangan cairan Anoreksia
MK : perifer Imobilisasi kurang

Resiko pola napas tidak MK: Resiko perubahan


MK : nutrisi kurang dari MK :Gg. immobilitas
efektif
kebutuhan tubuh fisik
- Gg. Persepsi
sensori (visual)
- Resti cidera
46

2.1.6 Manisfestasi Klinis (Tanda dan Gejala)

2.1.6.1 Glaukoma primer


1) Glaukoma sudut terbuka
- Kerusakan visus yang serius
- Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas
- Perjalanan penyakit progresif lambat
2.1.4.2 Glaukoma sudut tertutup
- Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
- Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya
- Pandangan kabur
- Sakit kepala
- Mual, muntah
- Kedinginan
- Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat
sedemikian kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan
lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.
2.1.6.3 Glaukoma sekunder
- Pembesaran bola mata
- Gangguan lapang pandang
- Nyeri didalam mata
2.1.6.4 Glaukoma kongential
Gangguan penglihatan

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan
bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu
kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi
(penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa
sakit.Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat
menyebabkan rasa sakit yang hebat.Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan
dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untukmenekan fungsi badan
47

siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata
sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan
dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau
penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.Lapang
penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
2) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
3) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
4) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK
5) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
6) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina,
discus optikus macula dan pembuluh darah retina.
7) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap
patologi bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri
dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu
membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
8) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi
oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior
sehingga memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan
lensa khusus.
9) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang
pandangan dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
10) Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara
yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
48

2.1.9 Penatalaksaan Medis


2.1.9.1 Terapi Medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama
dengan mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
1) Obat Sistemik
Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase
yang akan mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan
mata sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan
pemberian akan terjadi hipokalemia sementara. Dapat memberikan
efek samping hilangnya kalium tubuh parastesi, anoreksia, diarea,
hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.
Agen hiperosmotik.Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat
minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk
intravena adalah manitol.Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi
atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.
2) Obat Tetes Mata Lokal
Penyekat beta.Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,
levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari,
berguna untuk menurunkan TIO.
Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai
dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi
sistemik.
2.1.9.2 Terapi Bedah
1) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata
belakang dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran
humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup
sebanyak 50%.
2) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup
lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.
49

BAB 3
MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1) B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan sangat mendukung
untuk mengetahui masalah pada klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler. Pemeriksaan ini meliputi :
 Inspeksi bentuk dada
Untuk melihat seberapa berat gangguan sistem kardiovaskuler. Bentuk
dada yang biasa ditemukan adalah :
a). Bentuk dada thoraks phfisis (panjang dan gepeng)
b). Bentuk dada thoraks en bateau (thoraks dada burung)
c). Bentuk dada thoraks emsisematous (dada berbentuk seperti tong)
d). Bentuk dada thoraks pektus ekskavatus (dada cekung ke dalam)
e). Gerakan pernapasan : kaji kesimetrisan gerakan pernapasan klien
2) B2 (Blood)
Irama jantung : Frekuensi ..x/m, reguler atau irreguler
Distensi Vena Jugularis
Tekanan Darah : Hipotensi dapat terjadi akibat dari penggunaan
ventilator
Bunyi jantung : Dihasilkan oleh aktifitas katup jantung
a). S1 : Terdengar saat kontraksi jantung / sistol ventrikel. Terjadi akibat
penutupan katup mitral dan trikuspid.
b).S2 : Terdengar saat akhir kotraksi ventrikel. Terjadi akibat penutupan
katup pulmonal dan katup aorta.
Dikenal dengan ventrikuler gallop, manandakan adanya dilatasi ventrikel.
Murmur : terdengar akibat adanya arus turbulansi darah. Biasanya terdengar
pada pasien gangguan katup atau CHF.
Pengisian kapiler : normal kurang dari 3 detik
50

Nadi perifer : ada / tidak dan kualitasnya harus diperiksa. Aritmia dapat
terjadi akibat adanya hipoksia miokardial.
PMI (Point of Maximal Impuls): Diameter normal 2 cm, pada interkostal ke
lima kiri pada garis midklavikula. Pergeseran lokasi menunjukan adanya
pembesaran ventrikel pasien hipoksemia kronis.
Edema : Dikaji lokasi dan derajatnya.
3) B3 (Brain)
Penurunan tingkat kesadaran pada pasien dengan respirator dapat
terjadi akibat penurunan PCO2 yang menyebabkan vasokontriksi
cerebral. Akibatnya akan menurunkan sirkulasi cerebral.
Untuk menilai tingkat kesadaran dapat digunakan suatu skala
pengkuran yang disebut dengan Glasgow Coma Scale (GCS).
GCS memungkinkan untuk menilai secara obyektif respon pasien
terhadap lingkungan. Komponen yang dinilai adalah : Respon terbaik
buka mata, respon motorik, dan respon verbal. Nilai kesadaran pasien
adalah jumlah nilai-nilai dari ketiga komponen tersebut.
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon
seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran
dibedakan menjadi :
 Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya..
 Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
 Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
 Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal.
 Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
51

 Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon


terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor,
termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan,
kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan
tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.
4) B4 (Bladder)
Kateter urin
Urine : warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine.
Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi
akibat menurunnya perfusi pada ginjal.
5) B5 (Bowel)
Rongga mulut Penilaian pada mulut adalah ada tidaknya lesi pada mulut
atau perubahan pada lidah dapat menunjukan adanya dehidarsi.
a). Bising usus
Ada atau tidaknya dan kualitas bising usus harus dikaji sebelum
melakukan palpasi abdomen.Bising usus dapat terjadi pada paralitik
ileus dan peritonitis.Lakukan observasi bising usus selama ± 2
menit.Penurunan motilitas usus dapat terjadi akibat tertelannya udara
yang berasal dari sekitar selang endotrakeal dan nasotrakeal.
b).Distensi abdomen
Dapat disebabkan oleh penumpukan cairan.Asites dapat diketahui
dengan memeriksa adanya gelombang air pada abdomen.Distensi
abdomen dapat juga terjadi akibat perdarahan yang disebabkan karena
penggunaan IPPV.Penyebab lain perdarahan saluran cerna pada pasien
dengan respirator adalah stres, hipersekresi gaster, penggunaan steroid
yang berlebihan, kurangnya terapi antasid, dan kurangnya pemasukan
makanan.
c). Nyeri
d).Dapat menunjukan adanya perdarahan gastriintestinal
e). Pengeluaran dari NGT : jumlah dan warnanya
52

f). Mual dan muntah


6) B6 (Bone)
Warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit.
Adanya perubahan warna kulit; warna kebiruan menunjukan
adanya sianosis (ujung kuku, ekstremitas, telinga, hidung, bibir dan
membran mukosa). Pucat pada wajah dan membran mukosa dapat
berhubungan dengan rendahnya kadar haemoglobin atau shok. Pucat,
sianosis pada pasien yang menggunakan ventilator dapat terjadi akibat
adanya hipoksemia. Jaundice (warna kuning) pada pasien yang
menggunakan respirator dapat terjadi akibatpenurunan aliran darah portal
akibat dari penggunaan FRC dalam jangka waktu lama.
Pada pasien dengan kulit gelap, perubahan warna tersebut tidak
begitu jelas terlihat.Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukan
adanya demam, infeksi.Pada pasien yang menggunkan ventilator, infeksi
dapat terjadi akibat gangguan pembersihan jalan napas dan suktion yang
tidak steril.
a). Integritas kulit
b).Perlu dikaji adanya lesi, dan dekubitu
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Glaukoma adalah
sebagai berikut:
a). Nyeri b.d peningkatan Tekanan Intra Okuler (TIO)
b). Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan;
gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang
progresif.
c). Ansietas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya
nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai
dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan
kejadian hidup.
d). Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis,
dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang
mengingat, salah interpretasi ditandai dengan : pertanyaan, pernyataan
53

salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang


dapat dicegah.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


a). Nyeri b.d peningkatan Tekanan Intra Okuler (TIO)
 Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang
 Kriteria hasil:
1) Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan
nyeri
2) Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
3) Ekspresi wajah rileks
 Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri
Rasional : Memudahkan tingkat nyeri untuk intervensi selanjutnya
2) Pantau derajat nyeri mata setiap 30 mentit selama masa akut.
Rasional : Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpanan dari
hasil yang diharapkan.
3) Atur intensitas cahaya dan ketenangan dalam ruangan
Rasional : Sinar dan stress menimbulkan TIO yang mencetuskan
nyeri.
4) Atur posisi fowler atau dalam posisi nyaman.
Rasional : Pada tekanan mata sudut ditingkatkan bila sudut datar.
5) Berikan analgesik sesuai anjuran
Rasional : Untuk mengontrol nyeri yang disebabkan TIO
b). Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan;
gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang
progresif.
 Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal
 Kriteria Hasil:
1) Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.
2) Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa
kehilangan lebih lanjut.
54

 Intervensi:
1) Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan.
Rasional: Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien
menghadapi kemungkinan/mengalami pengalaman kehilangan
penglihatan sebagian atau total.
2) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan
kehilangan penglihatan.
Rasional: Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan
intervensi.
3) Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh : menghitung tetesan,
mengikuti jadwal, tidak salah dosis.
Rasional: Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
4) Lakukan tindakan untuk membantu pasien yang mengalami
keterbatasan penglihatan, contoh : kurangi kekacauan,atur perabot,
ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat, perbaiki sinar
suram, dan masalah penglihatan malam.
Rasional: Menurunkan bahaya keamanan b/d perubahan lapang
pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap
sinar lingkungan.
5) Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi.
Rasional: Memisahkan badan siliar dari sclera untuk memudahkan
aliran keluar aquos humor.

c). Ansietas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan
ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian
hidup.
 Tujuan: Cemas hilang atau berkurang
 Kriteria Hasil:
1) Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat
dapat diatasi.
2) Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah.
55

3) Pasien menggunakan sumber secara efektif.


 Intervensi:
1) Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-
tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
Rasional: Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman
diri, potensial siklus insietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik
untuk mengontrol TIO.
2) Berikan informasi yang akurat dan jujur.
Rasional: Menurunkan ansiets b/d ketidak tahuan/harapan yang akan
datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan info
tentang pengobatan.
3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan
perasaan.
Rasional: Memberi kesempatan pasien menerima situasi nyata,
mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.
4) Identifikasi sumber/orang yang menolong.
Rasional: Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam
menghadapi masalah.
d). Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat,
salah interpretasi ditandai dengan pertanyaan, pernyataan salah persepsi,
tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
 Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
 Kriteria Hasil:
1) Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
2) Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit.
3) Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
• Intervensi:
1) Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
Rasional: Meningkatkan keefektifan pengobatan. Memberikan
kesempatan pasien menunjukan kompetensi dan menanyakan
pertanyaan.
56

2) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh : tetes mata.


Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh : midriatik, kelebihan
pemakaian steroid topikal.
Rasional: Penyakit ini dapat di kontrol dan mempertahankan
konsistensi program obat adalah kontrol vital. Beberapa obat
menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO dan potensial
kehilangan penglihatan tambahan.
3) Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan
(penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak
teratur, dll).
Rasional: Dapat mempengaruhi rentang dari ketidak nyamanan
sampai ancaman kesehatan berat.
4) Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.
Rasional: Pola hidup tenang menurunkan respon emosi thd stres,
mencegah perubahan okuler yang mendorong iris kedepan, yang dpt
mencetuskan serangan akut.
5) Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/mendorong,
menggunakan baju ketat dan sempit.
Rasional: Dapat meningkatkan TIO yang mencetuskan serangan
akut.Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan
berserat.Rasional: Mempertahankan konsistensi feses untuk
menghindari konstipasi.
6) Tekankan pemeriksaan rutin.
Rasional: Untuk mengawasi kemajuan penyakit dan memungkinkan
intervensi dini dan mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.Jenis tindakan pada
implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling
ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan
rujukan/ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan.Pada situasi nyata sering
57

implementasi jauh berbeda dengan rencana.Hal ini terjadi karena perawat


belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan
keperawatan. Yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang
dipikirkan, di rasakan, itu yang dilaksanakan.
Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal,
dan juga tidak memenuhi aspek legal.Sebelum melaksanakan tindakan yang
sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah
rencana tindakan masih sesuai dan di butuhkan klien sesuai dengan kondisi
saat ini.Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, teknik sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.

1.2.1 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada
tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan
dapat berhasil atau gagal. (Alfaro-LeFevre, 2010). Perawat menemukan
reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang telah di berikan dan
menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat di
terima. Perencanaan merupakan dasar yang mendukung suatu evaluasi.
Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien
untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan, atau
intervensi keperawatan. Menentukan target dari suatu hasil yang ingin
dicapai adalah keputusan bersama antara perawat dan klien. Evaluasi
berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses
evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana
asuhan keperawatan. Termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan
keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan
pengetahuan konsep dalam teladan dari keperawatan.
58

BAB 4

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang
tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan
mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan
menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola
mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan
menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf
mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
Glaukoma dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu: glaukoma primer, sekunder
dan kongenital. Adapun tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit
kepala , nyeri, lapang pandang menurun,dll. Komplikasi dari glaucoma adalah
kebutaan. Penatalaksanaannya dapat dilakukan berbagai terapi obat-obatan,
sala satunya adalah dengan pemberian terapi timolol yang bertujuan untuk
menurunkan intraokuler (TIO).
3.2 Saran
Setelah membaca dan memahami makalah ini, diharapkan kita sebagai
perawat dapat melakukan Asuhan Keperawatan dan peningkatan pelayanan
yang baik untuk pasien dengan Diagnosa Medis Glaukoma.
59

DAFTAR PUSTAKA

Quigley HA, Broman AT. The Number of People with Glaucoma Worldwide in
2010 and 2020. Br J Ophthalmol. 2006;90(3):262-7.

Tham YC, Li X, Wong TY, al e. Global Prevalence of Glaucoma and Projections


of Glaucoma Burden through 2040. Ophthalmology. 2014;121(11):2081-90.

Yayasan Glaukoma Indonesia [Internet]. Tentang Glaukoma. [cited 27 Januari


2018]. Available from: glaukoma.or.id.

Kementerian Kesehatan RI. Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. Jakarta:


Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI; 2014

Anda mungkin juga menyukai