GLAUKOMA
Dosen :
Oleh :
Desi Natalia
2018.C.10a.0931
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan Laporan Pendahuluan
dan Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Medis Glaukoma Pada Sistem
Pengindraan ini dengan baik. Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini
disusun sebagai penugasan dan pelaporan pada sistem pengindraan.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini saya menyadari masih banyak
kekurangan dan kelemahannya.Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan asuhan keperawatan
ini.Semoga asuhan keperawatan ini bermanfaat.
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................3
1.4 Manfaat...............................................................................................3
1.4.1 Untuk Mahasiswa......................................................................3
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga.........................................................3
1.4.3 Untuk Institusi...........................................................................3
1.4.4 Untuk IPTEK.............................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4
2.1 Konsep Penyakit..................................................................................4
2.1.1 Anatomi Fisiologi......................................................................4
2.1.2 Definisi......................................................................................4
2.1.3 Etiologi......................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi..................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi ..............................................................................7
2.1.6 Manifestasi Klinis......................................................................7
2.1.7 Komplikasi.................................................................................8
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.............................................................9
2.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................11
BAB 3 MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN..............................15
2.2.1 Pengkajian Keperawatan..........................................................15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................16
2.2.3 Intervensi Keperawatan............................................................17
2.2.4 Implementasi Keperawatan......................................................21
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..............................................................21
BAB 4 PENUTUP.......................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................30
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2.1 Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis)
dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).Konjungtiva
berbatasan dengan kulit pada tepi palpebral dan dengan epitel kornea di
limbus.
2.1.2.2 Skelera
Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk
pada mata.Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi bola
mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang
memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata
5
2.1.2.3 Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan.15 Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan
melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis.
Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 µm di pusatnya (terdapat
variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan
vertikalnya 10,6 mm.19Dari anterior ke posterior kornea mempunyai lima
lapisan, yaitu:
1) Epitel
Tebal dari epitel ini adalah 50 µm. Epitel kornea mempunyai lima
lapis sel epitel tak bertanduk yang terdiri dari sel basal, sel poligonal,
dan sel gepeng.
2) Membran Bowman
Membran Bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea
yang merupakan kolagen yang tersususn tidak teratur seperti stroma
dan berasal dari bagian depan stroma.
3) Stroma
Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea.Stroma
terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya.Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
di bagian perifer serta kolagen ini bercabang.
4) Membran Descemet
Membran Descemet merupakan membran aselular dan merupakan
batas belakang stroma kornea.
5) Endotel
6
2.1.2.4 Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh
kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1) Iris
Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai
permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di
tengahnya, yang disebut pupil.Iris mempunyai kemampuan untuk
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara
otomatis dengan mengecilkan (miosis) atau melebarkan (midriasis)
pupil.
2) Badan siliar
Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi
mengubah tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk
objek dekat maupun jauh dalam lapang pandang.15 Badan siliar terdiri
atas zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm) yang
merupakan pembentuk aqueous humor, dan zona posterior yang datar,
pars plana (4 mm).
3) Koroid
Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina
dan sklerayang berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah besar,
7
2.1.2 Definisi
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal
atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf
penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas, 2015). Galukoma adalah adanya
kesamaan kenaikan tekanan intra okuler yang berakhir dengan kebutaan (Fritz
Hollwich, 1993). Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai
dengan peningkatan tekanan intra okuler.( Long Barbara, 2010)
Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),bahwa
Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan
tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau
pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan
lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan.
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata
meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan
penurunan fungsi penglihatan (Mayenru Dwindra, 2009).
Jadi Glaukoma merupakan keadaan mata mengalami kelainan yang
mengakibatkan kerusakan syaraf penglihatan dan kebutaan.
2.1.3 Etiologi
9
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang
disebut humor aqueus.Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan
didalam bilik posterior, melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu
mengalir dari mata melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu
(biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari
bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara
saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah
kesaraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf
optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada
lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi,
lalu diikuti oleh lapang pandang sentral.Jika tidak diobati, glaukoma pada
akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi dari glaukoma dalah sebagai berikut ( Sidarta Ilyas, 2003) :
2.1.4.1 Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu
timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang
sempit pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam
keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia
tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2
yaitu:
1) Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)
Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) ,
yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang Disebut
sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabek
ular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran
schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi.
Gejalaawal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan
sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan
nyeri mata yang timbul
10
penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat
mendadak sangat tinggi.
2) Glaukoma kronik
Penyakit mata dengan gejalah peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi
kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
2.1.4.1 Glaukoma Primer
Glaukoma primer biasanya ditemukan pada pasien berusia diatas 60
tahun.Hal ini merupakan penyakit bawaan pada bayi dan anak – anak.
Ada dua bentuk glaukoma primer :
1) Glaukoma sudut terbuka
Merupakan jenis glaukoma kronik sederhana yang paling sering terjadi.Pada
glaukoma jenis ini, aliran melalui kanal Schlemn mengecil.Namun sesuai
dengan namanya, sudut antara iris dan kornea tempat dimana cairan aqueos
humor mengalir tetap terbuka.Glaukoma sudut terbuka biasanya terjadi di kedua
mata.
Tanda dan gejala meliputi hilangnya penglihatan perifer, sakit kepala ringan
dan kesulitan dalam beradaptasi dengan cahaya.Penyakit ini berkembang secara
bertahap.Pasien seringkali tetap tidak merasakan gejalanya, bahkan sesudah
terjadi kehilangan penglihatannya.
2) Glaukoma sudut tertutup
Terjadi ketika sudut aliran antara iris dan kornea menyempit atau
menutup.Tekanan intraokuler meningkat dengan cepat sehingga hilangnya
penglihatan secara permanen.Hal ini biasanya hanya terjadi pada satu mata.
Ketika sudut bilik mata depan menyempit dan iris menonjol ke dalam bilik mata
depan maka aliran cairan ke arah kanal Schlemn menjadi terbatas.
Tanda dan gejala glaukoma sudut tertutup meliputi nyeri mata, menurunnya
ketajaman penglihatan, mual dan muntah – muntah, konjungtiva merah dan
kornea berkabut.Glaukoma sudut tertutup ditangani secara farmakologi dan
bedah.Topikal miotik atau beta bloker pun diberikan.Laser iridotomi dilakukan
untuk mengalir kembali cairan intraokuler.
2.1.4.2 Glaukoma Sekunder
12
Etiologi
GLAUKOMA
B1 B2 B3 B4 B5 B6
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan
bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu
kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi
(penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa
sakit.Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat
menyebabkan rasa sakit yang hebat.Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan
dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untukmenekan fungsi badan
47
siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata
sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan
dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau
penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.Lapang
penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
2) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
3) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
4) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK
5) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
6) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina,
discus optikus macula dan pembuluh darah retina.
7) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap
patologi bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri
dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu
membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
8) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi
oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior
sehingga memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan
lensa khusus.
9) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang
pandangan dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
10) Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara
yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
48
BAB 3
MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
Nadi perifer : ada / tidak dan kualitasnya harus diperiksa. Aritmia dapat
terjadi akibat adanya hipoksia miokardial.
PMI (Point of Maximal Impuls): Diameter normal 2 cm, pada interkostal ke
lima kiri pada garis midklavikula. Pergeseran lokasi menunjukan adanya
pembesaran ventrikel pasien hipoksemia kronis.
Edema : Dikaji lokasi dan derajatnya.
3) B3 (Brain)
Penurunan tingkat kesadaran pada pasien dengan respirator dapat
terjadi akibat penurunan PCO2 yang menyebabkan vasokontriksi
cerebral. Akibatnya akan menurunkan sirkulasi cerebral.
Untuk menilai tingkat kesadaran dapat digunakan suatu skala
pengkuran yang disebut dengan Glasgow Coma Scale (GCS).
GCS memungkinkan untuk menilai secara obyektif respon pasien
terhadap lingkungan. Komponen yang dinilai adalah : Respon terbaik
buka mata, respon motorik, dan respon verbal. Nilai kesadaran pasien
adalah jumlah nilai-nilai dari ketiga komponen tersebut.
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon
seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran
dibedakan menjadi :
Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya..
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal.
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
51
Intervensi:
1) Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan.
Rasional: Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien
menghadapi kemungkinan/mengalami pengalaman kehilangan
penglihatan sebagian atau total.
2) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan
kehilangan penglihatan.
Rasional: Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan
intervensi.
3) Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh : menghitung tetesan,
mengikuti jadwal, tidak salah dosis.
Rasional: Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
4) Lakukan tindakan untuk membantu pasien yang mengalami
keterbatasan penglihatan, contoh : kurangi kekacauan,atur perabot,
ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat, perbaiki sinar
suram, dan masalah penglihatan malam.
Rasional: Menurunkan bahaya keamanan b/d perubahan lapang
pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap
sinar lingkungan.
5) Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi.
Rasional: Memisahkan badan siliar dari sclera untuk memudahkan
aliran keluar aquos humor.
c). Ansietas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan
ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian
hidup.
Tujuan: Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
1) Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat
dapat diatasi.
2) Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah.
55
BAB 4
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang
tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan
mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan
menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola
mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan
menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf
mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
Glaukoma dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu: glaukoma primer, sekunder
dan kongenital. Adapun tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit
kepala , nyeri, lapang pandang menurun,dll. Komplikasi dari glaucoma adalah
kebutaan. Penatalaksanaannya dapat dilakukan berbagai terapi obat-obatan,
sala satunya adalah dengan pemberian terapi timolol yang bertujuan untuk
menurunkan intraokuler (TIO).
3.2 Saran
Setelah membaca dan memahami makalah ini, diharapkan kita sebagai
perawat dapat melakukan Asuhan Keperawatan dan peningkatan pelayanan
yang baik untuk pasien dengan Diagnosa Medis Glaukoma.
59
DAFTAR PUSTAKA
Quigley HA, Broman AT. The Number of People with Glaucoma Worldwide in
2010 and 2020. Br J Ophthalmol. 2006;90(3):262-7.