Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN SYSTEM


PENGLIHATAN

DOSEN : NS. SAKA ADHIJAYA, S.KEP.,M.KEP

Disusun oleh

Kelompok I

ABD GHANI 2018 01 047

MOH. FATURRUFAD RAJAB 2018 01 069

RIVALDI NARDI 2018 01 081

CAHYA DWI KARMILA 2018 01 053

SIKAVIANTI 2018 01 085

MIRDAYANTI 2018 01 068

REGINAVERATIKA 2016 01 131

PROGRAM STUDI S1 NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada lansia dengan gangguan penglihatan
Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan
ini masih jauh dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi maupun cara penulisannya.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk kesempurnaan laporan ini.   
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Tujuan Penulis.......................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................
A. Teori Katarak......................................................................................................
1. Defenisi........................................................................................................
2. Anatomi Dan Fisiologi.................................................................................
3. Etiologi.........................................................................................................
4. Klasifikasi....................................................................................................
5. Patofisiologi.................................................................................................
6. Manifestasi Klinik........................................................................................
7. Komplikasi...................................................................................................
8. Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................
9. Penatalaksanaan...........................................................................................
B. Proses Pengkajian................................................................................................
1. Pengkajian....................................................................................................
2. Analisis Data................................................................................................
3. Diangnosa Keperawatan..............................................................................
4. Rencana Tindakan Keperawatan..................................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan -
lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang
lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat
dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan
merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi
setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)
memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia
akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan
kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun.
Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki
catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara
berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di
negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di
Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS
Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di
Indonesiadisebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat.
“karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin
banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang berpotensi
mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak
(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan
kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh. Dalam
keadaan normal jernih dan tembus cahaya. Selama ini katarak banyak diderita
mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda.
Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes)
bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata - rata
diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara
mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi
karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari
data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak,
sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat
katarak (Irawan, 2008).

B. Tujuan Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang nyata tentang asuhan keperawatan pada Tn.
P dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Wisma Matahari UPT
pelaksana sosial lanjut usia dan anak balita wilayah Binjai - Medan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Katarak
1. Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
keduanya (Ilyas, 2008). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa
yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan
penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang
terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

2. Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm,
yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan.
Kuat dan tidak elastic yang menyusun sclera ini akan mempertahankan bentuk
bola mata dan memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus
dibawahnya.
Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
a. Lapisan luar, yang terdiri dari :
1) Sclera
2) Kornea
b. Lapisan tengah, yang terdiri dari.
1) Koroid
2) Badan (korpus) siliare
3) Iris
c. Lapisan dalam, yang terdiri dari :
1) Retina
2) Fundus optic, Lensa dan Badan vitreus
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar
bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.
Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk
smemungkinkan fovea sentralis pada masing - masing mata untuk menerima
gambaran pada waktu yang sama. gambaran berfokus dari fovea masing -
masing mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks serebri, tempat otak
menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran (Istiqomah, 2003).

3. Etiologi Katarak
              Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
a. Fisik
b. Kimia
c. Penyakit predisposisi
d. Genetik dan gangguan perkembangan
e. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
f. Usia
4. Klasifikasi Katarak
a. Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1
tahun.
2) Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3) Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
b. Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1) Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul
maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu
mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena
radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.
2) Katarak toksika
     Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan
kimia tertentu. Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena
penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.
3) Katarak komplikata
     Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.
Selai itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti
uveitis, glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata
lainnya.

c. Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :


1) Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk
bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.
2) Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,
menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik
mata depan menjadi dangkal.
3) Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi
kekeruhan lensa.
4) Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa
dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa
(Tamsuri, 2008).
5. Manifestasi Klinis Katarak
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan
distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam,
akan tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap
selama bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa
koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan
(Suddarth, 2001).
6. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
penyakit katarak adalah sebagai berikut :
a. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan
uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
b. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Uji mata
b. Keratometri
c. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
d. A-scan ultrasound (echography)
e. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth,
2001). Darah putih: dibawah 10.000 normal.
8. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan
laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur
laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan
pengisapan keluar melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka
penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap
kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari,
aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk
menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada
orang berusia lebih dari 65 tahun keatas. Kebanyakan operasi dilakukan dengan
anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata).
Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia
sehubungan dengan draping bedah.
B. PROSES PENGKAJIAN
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat klien / Data Biologis
     Nama                                               : Tn.P
     Alamat                                             : Binjai
     Telp                                                 : -
     Tempat, Tanggal lahir/Umur            : Tanjung keliling,4 maret 1932          
Jenis kelamin                                   : Laki - Laki
     Suku                                                 : Jawa
     Agama                                              : Islam
     Status perkawinan                             : Duda
     Pendidikan                                        : -
     Alamat                                               : Binjai
     Orang yang paling dekat di hubungi   : Anak Kandung
b. Riwayat Keluarga
Tn. P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian menantunya
mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P
dirumah. Anak perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya
sehingga kurang memperhatikan Tn, P istrinya sudah meninggal dunia
dikarenakan kelumpuhan. Setelah tinggal di panti sosial Tn. P menikah lagi
dengan Ny, S yang mana mereka bertemu dipanti sosial tersebut dan mereka
pun tinggal bersama di wisma Matahari, tetapi Tn. P mengatakan kalau dia
hidup bersama dengan Ny. S hanya sekitar 5 tahun. Karena Tn. P keluarga
telah meninggal dunia pada umur 100 tahun akibat kelumpuhan dan
serangan jantung dan Tn, P keluargadikebumikan di kawasan panti sosial
tersebut.
c. Riwayat Pekerjaan
Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P bekerja
sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi
kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn. P tidak lagi
sanggup untuk bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.
d. Riwayat Lingkungan Hidup
Tn. P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat
dari bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn. P tidak bertingkat, dan didalam
rumah terdapat dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn. P
tersebut adalah 11 orang, yang mana 8 orang adalah cucu dari Tn.P dan 2 lagi
adalah anak dan menantu dari An.S sendiri. Tetangga terdekat Tn. P adalah
Ny. A yang selalu membantu dikala Tn. P mengalami kesulitan.
e. Status kesehatan saat ini
 Sejak satu tahun lalu Tn. P mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada. Tn.
Pmengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn. P tidak tahu kenapa
dia terus mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn. p
berobat di klinik baru Tn. P tahu kalau Tn. P sakit hipertensi. Biasanya Tn. P
mengonsumsi captopril 12, 5 mg 2x1 dan kalau sakit dadanya kumat Tn. P
mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam sehari.
Tn. P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat alergi, baik
alergi terhadap obat maupun makanan.Tn. P makan 3x sehari dengan ½ porsi,
Tn. P mempunyai berat badan: 50 kg, Tn. P tidak punya masalah dalam
mengkonsumsi makanan.
f. Status kesehatan masa lalu
Tn. P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak pernah
di rawat di rumah sakit. Tetapi Tn. P mengatakan kalau Tn. P pernah
mengalami trauma yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn. P terkena batang
padi, sehingga menyebabkan Tn. P tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan
Tn. P juga mengatakan sewaktu terjadinya kejadian itu, Tn. P tidak langsung
berobat, karena pada waktu itu menurut keteranganTn.P belum ada layanan
kesehatan, jadi mata Tn. P hanya di obati dengan obat kampung saja.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Vital sign
TD    : 190/100 Mmhg
RR     :         28 x/i
 Pols   :         84 x/i
 Temp :          36 c
2) Pemeriksaan lain
a) Kepala
Bentuk kepala Tn. P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut
acak - acakan dengan warna rambut putih, dikepala terdapat
ketombe dan bau yang khas. Dan Tn. P juga mengaku sering
mengalami sakit dan gatal pada kulit kepala.
b) Mata
Tn.Pmengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut.
Dan mata Tn.P hanya satu yang bisa melihat. Hal itu dikarenakan
adanya trauma yang terjadi pada Tn.P sehingga mengakibatkan
mata kanannya tidak lagi berfungsi. Tn.Ptidak menggunakan
kacamata, sehingga dengan begitu Tn.Ptidak terlalu bisa melihat
dengan baik.
Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa
pada mata sebelah kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa
melihat dengan baik dikarenakan usia lanjut.
c) Telinga
Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa
mendengar detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal. Di
dalam telinga Tn.P tidak ada keluar cairan maupun peradangan.
Dan Tn.P juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa
mendengar dengan baik dikarenakan usia Tn.P yang semakin
bertambah.
d) Hidung
Tn. P dapat mencium dengan baik. Didalam hidung tidak terdapat
polip dan tidak ada obstruksi didalam hidung. Dan didalam hidung
Tn. P juga tidak ditemukan adanya pendarahan maupun
peradangan.
Fungsi Penciuman : baik, karna Tn. P masih bisa mencium dengan
baik.
e) Mulut
Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat. Gigi Tn. P hanya
tinggal 3 batang itu pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah
terlihat agak kotor dan pucat. Tn. P mengalami perubahan suara.
Suara sesak, dan Tn. P mengalami kesulitan menelan.
Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah
dikarenakan gigi yang semakin lama semakin habis keropos dan
adanya karies pada gigi Tn.P
f) Leher
Pada leher Tn. P tidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar
tyroid. Nyeri tidak ada, dan pada leher Tn. P juga tidak ditemukan
benjolan.
g) Pernapasan
Inspeksi : simetris kedua lapangan paru
Perkusi   : sonor kedua lapangan paru
Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler kedua lapangan paru
h) Kardiovaskuler
Tn. P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn. P
sering mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn. P
meminum neo napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki,
Tn. P tidak lagi dapat berjalan dengan baik, Tn. P berjalan bungkuk
dan terdapat perubahan warna kaki pada Tn. P
i) Gastrointestinal
Tn. P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi.
dan Tn. P juga mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada
ulu hati. Tetapi walaupun Tn. P mengalami disfagia tetapi Tn. P
masih dapat mencerna makanan dengan baik, walaupun sedikit
demi sedikit.
j) Musculoskeletal
Tn. P mengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn. P
tidak mempunyai masalah dengan cara berjalan. Tn. P masih bisa
berjalan sendiri tanpa menggunakan alat bantu seperti tongkat.
k) Sistem saraf pusat
Tn. P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn. P
mengatakan kalau dirinya belum pernah mengalami kejang dan
serangan jantung. Karena semakin meningkatnya usia maka Tn. P
mengalami masalah pada memorinya, sehingga Tn.P tidak mampu
mengingat semua masa lalunya.
2. Analisa Data

No                      Data            Etiologi      Masalah


1.  Ds : Klien mengatakan
pandangan tidak jelas, Penurunan tajam Penurunan
pandangan berkabut. penglihatan persepsi sensori :
 Do : visus berkurang, penurunan Penglihatan
ketajaman penglihatan, dan
terdapat kekeruhan pada lensa
mata.

2.  Ds : Pasien mengatakan cemas


dan takut. Kurang pengetahuan Ansietas
 Do : Nadi meningkat, tekanan tentang proses penyakit
darah meningkat, wajah tampak
gelisah, wajah murung dan
sering melamun.

3.  Ds : Klien mengatakan tidak bisa


melihat dengan jelas, pandangan
kabur. Penurunan fungsi Gangguan
 Do : Klien tidak dapat banyak penglihatan perawatan diri
bergerak, kondisi tubuh
tidakrapidan tampak acak -
acakan.
4.  Ds : Klien mengatakan pedih di
daerah mata. Luka dimata Nyeri
 Do: Wajah meringis menahan
sakit, klien berusaha memegang
daerah mata
3. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman


penglihatan d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan
terdapat kekeruhan pada lensa mata
2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi
meningkat, tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung
dan sering melamun.
3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak
dapat banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.
4. Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha
memegang daerah mata.

4. Catatan Perkembangan

No Tanggal Diagnosa Keperawatan INTERVENSI


           3 April 2012 Penurunan persepsi sensori Kaji ketajaman penglihatan klien
Penglihatan b/d penurunan - Identifikasikan alternatif untuk
ketajaman penglihatan d/d optimalisasi sumber
visus berkurang, rangsangan
penurunan ketajaman - Sesuaikan lingkungan untuk
penglihatan, dan terdapat optimalisasi penglihatan :
kekeruhan pada lensa - Orientasikan klien terhadap
mata. ruangan
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang lingkungan
yang dapat diterima :
auditorik, taktil.
\
Ansietas b/d kurang - Kaji adanya tanda dan gejala
pengetahuan tentang ansietas.
proses penyakit d/d nadi - Gunakan suatu sistem
meningkat, tekanan darah pendekatan yang tenang dan
meningkat, wajah tampak meyakinkan klien.
gelisah, wajah murung dan - Jelaskan mengenai penyakit
sering melamun. yang dialami oleh klien, dan
berikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat
hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur dan
berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk minum
obat tepat waktu.

Gangguan perawatan diri -Terangkan pentingnya


b/d Penurunan fungsi perawatan dan kebersihan diri
penglihatan d/d Klien tidak pada klien
dapat banyak bergerak, - Bantu klien untuk memenuhi
kondisi tubuh tidak rapi kebutuhan perawatan dirinya,
dan tampak acak - acakan. mis : ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan klien
dalam memenuhi kebutuhan
diri.
Nyeri b/d luka dimata d/d - Kaji skala nyeri setiap hari
Wajah meringis menahan - Anjurkan untuk melaporkan
sakit, klien berusaha perkembangan nyeri setiap
memegang daerah mata. hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak
- Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba - tiba
yang dapat memprovokasi
nyeri
- Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi kepada klien
- Lakukan tindakan kolaboratif
untuk pemberian analgesic
topical/sistemik.

           4 April 2012 Penurunan persepsi sensori - Kaji ketajaman penglihatan


Penglihatan b/d penurunan klien
ketajaman penglihatan d/d - Identifikasikan alternatif untuk
visus berkurang, optimalisasi sumber
penurunan ketajaman rangsangan
penglihatan, dan terdapat - Sesuaikan lingkungan untuk
kekeruhan pada lensa optimalisasi penglihatan :
mata. - Orientasikan klien terhadap
ruangan
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang lingkungan
yang dapat diterima :
auditorik, taktil.
Ansietas b/d kurang - Kaji adanya tanda dan gejala
pengetahuan tentang ansietas.
proses penyakit d/d nadi - Gunakan suatu sistem
meningkat, tekanan darah pendekatan yang tenang dan
meningkat, wajah tampak meyakinkan klien.
gelisah, wajah murung dan - Jelaskan mengenai penyakit
sering melamun. yang dialami oleh klien, dan
berikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat
hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur dan
berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk minum
obat tepat waktu.

Gangguan perawatan diri - Terangkan pentingnya


b/d Penurunan fungsi perawatan dan kebersihan diri
penglihatan d/d Klien tidak pada klien
dapat banyak bergerak, - Bantu klien untuk memenuhi
kondisi tubuh tidak rapi kebutuhan perawatan dirinya,
dan tampak acak - acakan. mis : ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan klien
dalam memenuhi kebutuhan
diri.
Nyeri b/d luka dimata d/d - Kaji skala nyeri setiap hari
Wajah meringis menahan - Anjurkan untuk melaporkan
sakit, klien berusaha perkembangan nyeri setiap
memegang daerah mata. hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak
- Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba - tiba
yang dapat memprovokasi
nyeri
- Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi kepada klien
- Lakukan tindakan kolaboratif
untuk pemberian analgesic
topical/sistemik.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa di mana seseorang akan
mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu titik usia 65 tahun adalah usia
yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses benua yang berlangsung
secara nyata dan seseorang itu lebih disebut lansia.
SARAN
setelah membaca makalah ini diharapkan penulis dan pembaca menjadi tahu
tentang perkembangan yang terjadi pada lansia lansia adalah dimana seseorang
mengalami kemunduran di mana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi titik
oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita mempersiapkan dengan baik-baik semasa
tua kita gunakan masa muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal
di masa tua.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta

Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta

Ilyas, 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta

Istiqomah, 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta

Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif  Konsep, Proses, dan Aplikasi. Salemba

Medika ; Jakarta

Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta

Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal Bedah.EGC :

Jakarta

http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html

Anda mungkin juga menyukai