Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan

tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi

pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap

mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum

untuk membelahak-haknya.

Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk

mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi

telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi

pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien

sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap

memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan

yang dilakukan.

Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada

kewenangan yang diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi

sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Kesehatan no 23 tahun 1992. Praktik

keperawatan merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan

yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui registrasi, seritifikasi, akreditasi

pendidikan dan pelatihan berkelanjutan serta pemantauan terhadap tenaga keperawatan sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Terjadinya pergeseran paradigma

dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan

pada diagnosis penyakit dan pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic yang melihat
penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen, 1996),

maka perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini. Hal ini ditopang oleh

kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan

(Gillies, 1994), Swansburg dan Swansburg, 1999) dan hampir semua pelayanan promosi

kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun di tatanan pelayanan

kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Hasil penelitian Direktorat Keperawatan dan PPNI

tentang kegiatan perawat di Puskesmas, ternyata lebih dari 75% dari seluruh kegiatan

pelayanan adalah kegiatan pelayanan keperawatan (Depkes, 2005) dan 60% tenaga kesehatan

adalah perawat yang bekerja pada berbagai sarana/tatanan pelayanan kesehatan dengan

pelayanan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, merupakan kontak pertama dengan sistem klien

1.2. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah makalah ini,

sebagai berikut :

1. seperti apakah prinsip-prinsip dalam praktek legal dalam keperawatan ?

2. bagaimanakah perlindungan hukum dalam praktik keperawatan ?

3. mengapa dalam praktek keperawatan perlunya perlindungan hukum keperawatan ?

1.3. Tujuan Masalah

1. Dapat mengetahui batas standar pelauanan keperawatan.

2. Menilai mana yang boleh dan tidaknya perawat untuk menjalankan praktik keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Malpraktek

Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar

profesi atau standar prosedur oprasional.Untuk malpraktek kedokteran juga dapat dikenai

hukum kriminal. Malpraktek kriminal terjadi ketika seorang dokter yang menangani sebuah

kasus telah melanggar undang-undang hukum pidana. Perbuatan ini termasuk ketidakjujuran,

kesalahan dalam rekam medis, penggunaan ilegal obat-obatan, pelanggaran dalam sumpah

dokter, perawatan yang lalai, dan tindakan pelecehan seksual pada pasien.

Adapun pengertian dari malprakrek lainnya adalah kelalaian dari seorang dokter atau

perawat untuk menterapkan tingkat ketrampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan

pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam

mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama. Ellis dan

Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan yang spesifik dari

kelalaian (negligence) yang ditujukan kepada seseorang yang telah terlatih atau

berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekejaannya. Terhadap

malpraktek dalam keperawatan maka malpraktik adalah suatu batasan yang dugunakan untuk

menggambarkan kelalaian perawat dalam melakukankewajibannya.

Tindakan yang termasuk dalam malpraktek

1. Kesalahan diagnosa

2. Penyuapan

3. Penyalahan alat

4. Pemberian dosis obat yang salah

5. Alat-alat yang tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak steril.

Dampak yang terjadi akibat malpraktek


a) Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang permanen.

b) Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa bersalah.

c) Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.

d) Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat .

e) Dari segi agama mendapat dosa.

f) Dari etika keperawatan melanggar eitka keperawatan bukan tindakan professional.

2.2. Kelalaian

Kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter dikatakan lalai jika ia bertindak

tak acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain sebagaimana lazimnya. Akan tetapi,

jika kelalaian itu telah mencapai suatu tingkat tertentu sehingga tidak memperdulikan jiwa

orang lain maka hal ini akan membawa akibat hukum, apalagi jika sampai merenggut nyawa,

maka hal ini dapat digolongkan sebagai kelalaian berat. Kelalaian adalah suatu sikap

seseorang dimana dalam melakukan suatu tindakan ia tidak berhati-hati. Dari pengertian

diatas dapat diartikan bahwa kelalaian dapat bersifat ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang

hati - hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli terhadap kepentingan orang lain tetapi

akibat tindakan bukanlah tujuannya. Kelalaian bukan suatu pelanggaran hukum atau

kejahatan. Jika kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain

dan orang itu dapat menerimannya, namun jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi,

mencelakakan atau bahkan merenggut nyawa orang lain ini diklasifikasikan sebagai kelalaian

berat, serius dan criminal.

2.3. Pertanggunggugatan Dan Pertanggungjawaban

2.3.1.Pertanggunggugatan

Pertanggunggugatan Yaitu suatu tindakan gugatan apabila terjadi suatu kasus tertentu.

Contoh:

Ketika dokter memberi instruksi kepada perawat untuk memberikan obat kepada pasien
tapi ternyata obat yang diberikan itu salah, dan mengakibatkan penyakit pasien menjadi

tambah parah dan dapat merenggut nyawanya. Maka, pihak keluarga pasien berhak

menggugat dokter atau perawat tersebut.

2.3.2.Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban yaitu suatu konsekuensi yang harus diterima seseorang atas

perbuatannya.

Contoh:

Jika ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh dokter dan pihak keluarga pasien tidak

terima karena kondisi pasien semakin parah maka, dokter akan bertanggung jawab atas

kesalahan atau kelalaiannya.

2.4. Situasi Yang Harus Dihindari Oleh Perawat

2.4.1.Kelalaian

Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak

melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan

hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.

2.4.2.Pencurian

Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri. Jika

anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak berharga sekalipun dapat

dianggap sebagai pencurian.

2.4.3.Fitnah.

Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang tersebut,

anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan secara verbal

atau tertulis.

2.4.4.False imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepatmerupakan pelanggaran hukum

atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancam akan

melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment.

Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter.

2.4.5.Penyerangan dan pemukulan

Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain atau

bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh orang

lain tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini

berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.

2.4.6.Pelanggaran privasi

Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya. Pelanggaran terhadap

kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang melawan hukum.

2.4.7.Penganiayaan

Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara

hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak

melakukan sesuatu yang membahayakan pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya

orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah

yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa

seseorang menganiaya ornag lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa

orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan

berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga

keamanan dan keselamatan pasiennya.

2.5. Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan

2.5.1.Masalah Dalam Praktek Keperawatan


Masalah kesehatan di Indonesia sangat memprihatinkan mulai dari munculnya

penyakit – penyakit degenaratif, bencana alam dan kemiskinan yang semuanya itu membuat

masyarakat harus dikelilingi oleh kondisi kesehatan yang kurang baik. Kondisi ini diperburuk

oleh kurangnya tenaga kesehatan perawat yang tersebar didaerah – daerah terpencil akibat

tidak rasionalnya penempatan tenaga kesehatan didaerah – daerah terpencil maupun daerah –

daerah sangat terpencil. Selain itu masalah – masalah sosial, ekonomi, politik dan keamanan

yang mempengaruhi penduduk, khususnya keluarga miskin untuk dapat menjangkau

pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.

Berdasarkan hasil kajian (Depkes & UI, 2005) menunjukkan, bahwa sebagian besar

perawat (56.1%) melakukan asuhan keperawatan dalam gedung Puskesmas dengan baik,

(55.29%) melakukan asuhan keperawatan keluarga dan (52.4%) sudah menerapkan asuhan

keperawatan pada kelompok dengan baik. Disamping itu, perawat juga melakukan tugas lain,

antara lain menetapkan diagnosis penyakit (92.6%); membuat resep obat (93.1%); melakukan

tindakan pengobatan di dalam maupun di luar gedung puskesmas (97.1%); melakukan

pemeriksaan kehamilan (70.1%); melakukan pertolongan persalinan (57.7%). Hal ini terjadi

tidak saja di Puskesmas terpencil tetapi juga di Puskesmas tidak terpencil. Selain itu (78.8%)

perawat melaksanakan tugas petugas kebersihan dan (63.6%) melakukan tugas administrasi

antara lain sebagai bendahara(1).

Tumpang tindih pada tenaga keperawatan maupun dengan profesi kesehatan lainnya

merupakan hal yang sering sulit untuk dihindari dalam praktik, terutama terjadi dalam

keadaan darurat maupun karena keterbatasan tenaga di daerah terpencil. Dalam keadaan

darurat, perawat yang dalam tugasnya sehari-hari berada disamping klien selama 24 jam,

sering menghadapi kedaruratan klien, sedangkan dokter tidak ada. Dalam keadaan seperti ini

perawat terpaksa harus melakukan tindakan medis yang bukan merupakan wewenangnya

demi keselamatan pasien. Tindakan ini dilakukan perawat tanpa adanya delegasi dan
protapnya dari pihak dokter dan atau pengelola Rumah Sakit. Keterbatasan tenaga dokter

terutama di Puskesmas yang hanya memiliki satu dokter yang berfungsi sebagai pengelola

Puskesmas, sering menimbulkan situasi yang mengharuskan perawat melakukan tindakan

pengobatan. Tindakan pengobatan oleh perawat yang telah merupakan pemandangan umum

di hampir semua Puskesmas terutama yang bearada di daerah tersebut dilakukan tanpa

adanya pelimpahan wewenang dan prosedur tetap yang tertulis. Dengan pengalihan fungsi

perawat ke fungsi dokter, maka sudah dapat dipastikan fungsi perawat akan terbengkalai dan

tentu saja hal ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara professional.

2.5.2. Alasan Perlunya Perlidungan Hukum Dalam Praktek Keperawatan

Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan.

Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan

derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari

pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan

perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan

pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum. Perawat juga

memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional, semangat pengabdian

yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika

profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan, lingkup profesi yang jelas,

kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak (masyarakat, profesi, pemerintah

dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas,

efisiensi dankeselarasan.

2.5.3. Fungsi Hukum Dalam Pelayanan Keperawatan

Adapun fungsi hukum dalam pelayanan keperawatan yaitu, sebagai berikut :

o Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan


o Membedakan tanggungjawab dengan profesi yang lain

o membantu mempertahankan standar praktik keperawatan dengan meletakan posisi perawat

memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

2.5.4. Undang – Undang Dalam Praktek Keperawatan

Berikut beberapa undang – undang tentang praktek keperawatan :

1. UU No. 6 tahun 1963 tentan Tenaga Kesehatan.

UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. Undang- undang ini membedakan

tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, apoteker, dan

dokter gigi. Tenaga perawat termasuk tenaga yang bukan sarjana atau tenaga kesehatan

dengan pendidikan rendah. UU ini boleh dikatan sudah usang, karena dalam UU ini juga

tercantum berbagai jenis tenaga sarjan keperawatan seperti sekarang ini.

2. UU Kesehatan No. 18 tahun 1964 mengatur tentang Wajib Kerja Paramedis.

Pada pasal 2, ayat (3) dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah, dan

rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam UU ini, lagi-

lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan

akademis termasuk dokter.

3. Dalam SK Menkes No. 262/Per/Vll/1979 tahun 1979 yan membedakan paramedis menjadi

dua golongan yaitu golongan medis keperawatan (termasuk bidan) dan paramdis non

keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat di sini bahwa tenaga bidan tidak

terpisah tetapi juga termasuk katagori keperawatan.

4. Permenkes No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980, pemerintah membuat suatu peryataan

yang jelas perbedaan antara tenaga keperawatan dan bidan.

5. Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 94/Menpan/1986,

tangal 4 nopenber 1986 menjelaskan jabatan fungsional tenaga keperawatan dan system
kredit poin. Sistem ini menguntungan perawat, karena dapat naik pangkatnya dan tidak

tergantung kepada pangkat/golongan atasannya.

6. UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi

perkembangan keperawatan termasuk praktik keperawatan profesional, kerena dalam UU ini

dinyatakan tentang standar praktik, hak- hak pasien, kewenagan, maupun perlindungan

hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.

a) Beberapa peryataan UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan

pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah:

Pasal 53 ayat 1 mengatakan ; Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum

dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

b) Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak- hak pasien

ditetepkan dengan peraturan pemerintah.

c) Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelengarakan atau

melaksakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenagannya.

d) Sedangkan pada pasal 53 ayat 3 menyatakan bahwa ; Tenaga kesehatan, untuk kepentingan

pembuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan

kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan(3).

2.2.5 Undang - Undang Praktik Keperawatan Di Negara Tetangga.

Negara-negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia, sudah memiliki

Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan tahun yang lalu.

Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya dan lebih siap untuk menghadapi globalisasi

perawat asing yang masuk ke negaranya dan perawatnya bekerja di negara lain. Ketika

penandatanganan Mutual Recognition Arrangement di Philippines tahun 2006, posisi

Indonesia, bersama dengan Vietnam, Laos dan Myanmar, yang belum memiliki Konsil
Keperawatan. Semoga apa yang dilakukan oleh PPNI dapat mengangkat derajad bangsa ini

dengan negara lain, khususnya dalam pelayanan kesehatan.


2.5.5.Subtansi RUU Praktik Keperwatan

Secara garis besar hal-hal substansial yang dimuat dan ditampung dalam rancangan

Undang-Undang Praktik Keperawatan ini antara lain menyangkut:

1. Pengaturan kompetensi seorang tenaga keperawatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

2. Pengaturan ijin praktik kaitannya dengan sertifikasi, registrasi dan lisensi.

3. Akreditasi tempat praktik dan orang-orang yang bertangung jawab terhadap praktik.

4. Pengaturan tentang keterkaitan antarapraktik dengan penelitian.

5. Pengaturan penetapan kebijakan yang sekarang ini ada pada departemen kesehatan.

6. Ketatalaksanaan hubungan antara pasien dengan perawat

7. Penerapan ilmu kaitannya dengan penapisan ilmu pengetahuan dan tehnologi.

8. Pemberian sanksi disiplin(4).


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar

profesi atau standar prosedur oprasional. Mal praktek juga dapat diartikansebagai kelalaian

dari seorang dokter atau perawat untuk menterapkan tingkat ketrampilan dan pengetahuannya

di dalam memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang

lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan

wilayah yang sama. Dampak dari malpraktek diantaranya :

1. Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang permanen.

2. Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa bersalah.

3. Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.

4. Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat .

5. Dari segi agama mendapat dosa.

6. Dari etika keperawatan melanggar eitka keperawatan bukan tindakan professional.

Kemudian perlindungan hukum dipraktek keperawatan bertujuan mengendalikan

cakupan praktek keperawatan, ketentuaan, perizinan bagi perawat, dan standar asuhan adalah

melindungi kepentingan masyarakat .perawat yang mengetahui dan menjalankan undang-

undang praktik perawat serta standar asuhan akan memberikan layanan keperawatan yang

aman dan kompeten.

3.2 SARAN

1. Perlunya kehatian-hatian seseorang tentunya keperawatan dalam melakukan suatu tindakan

agar tidak terjadi sesuatu yang dapat menyababkan kejadian yang fatal akibatnya.
2. Adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan partisipatif semua

pihak (Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran Praktik Keperawatan berorientasi

kepada pelayanan yang bermutu.

3. Perlu adanya peraturan perundang-undangan dibidang keperawatan yang diselenggarakan

oleh tenaga keperawatan dapat mengayomi dan bersikap mendidik sekaligus bersifat

menghukum yang mudah dipahami dan dilaksanakan, karena penyelenggaraan praktik

keperawatan menyangkut berbagai pihak sehingga yang terkait hendaknya bersifat proaktif

dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan tersebut.

4. Setelah mengatahui perkembangan UU yang mengatur tentang praktek keper awatan,

sebagai calon perawat atau mahasiswa keperawatan harus meningkatkan mutu belajar agar

memiliki kemampuan berpikir rasional dalam menyalankan tugas sebagai perawat

profesional.

Anda mungkin juga menyukai