Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN ANAK II

TETRALOGY OF FALLOT

DOSEN PEMBIMBING : SRI YULIANTI, S.Kep.,Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 (IV)

SRY DJULIANTY (201801088)


ARIANTO K. AHMAD (201801050)
NURAISYAH R. RADJAB (201801075)
SISKAVIANTI (201801085)
NURMAIYAH (201801078)
ABD GHANI (201801047)
CAHYA DWI KARMILA (201801053)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah keperawatan
anak yang di berikan oleh Dosen pengajar. penulis menyadari adanya berbagai
kekurangan, baik dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian,
perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.

Palu, 16 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN........................................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................5
B. TUJUAN........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................6
A. ANATOMI FISIOLOGI JANTUNG....................................................................................6
B. KONSEP MEDIS.............................................................................................................7
1. Definisi.....................................................................................................................7
2. Aspek Epidemiologi..................................................................................................8
3. Etiologi.....................................................................................................................8
4. Patofisiologi..............................................................................................................9
5. Patway....................................................................................................................11
6. Manifestasi Klinis....................................................................................................12
7. Klasifikasi................................................................................................................12
8. Pencegahan primer, sekunder, tersier...................................................................12
9. Penatalaksanaan....................................................................................................14
10. Komplikasi..........................................................................................................16
11. Farmakologi........................................................................................................16
12. Terapi komplementer.........................................................................................17
C. PROSES KEPERAWATAN.............................................................................................18
1. Pengkajian..............................................................................................................18
2. Diagnosa.................................................................................................................23
3. Rencana keperawatan............................................................................................24
BAB III.....................................................................................................................................28
PENUTUP................................................................................................................................28
A. KESIMPULAN..............................................................................................................28
B. SARAN........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling
banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit
jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum
atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh
penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi
fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung
bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral 
akibat adanya pirau kanan ke kiri.

B. TUJUAN
1. Mengetahui definisi Tetralogy of Fallot
2. Mengetahui aspek epidemiologi Tetralogy of Fallot
3. Mengetahui penyebab Tetralogy of Fallot
4. Mengetahui patofisiologi Tetralogy of Fallot
5. Mengetahui Patway Tetralogy of Fallot
6. Mengetahui menifestasi klinik Tetralogy of Fallot
7. Mengetahui klasifikasi Tetralogy of Fallot
8. Mengetahui pencegahan primer, sekunder, tersier Tetralogy of Fallot
9. Mengetahui penatalaksanaan Tetralogy of Fallot
10. Mengetahui komplikasi Tetralogy of Fallot
11. Mengetahu farmakologi Tetralogy of Fallot
12. Mengetahui terapi komplementer Tetralogy of Fallot
BAB II

PEMBAHASAN
A. ANATOMI FISIOLOGI JANTUNG

Gambar 1. Jantung normal dan jantung TOF

Menurut Syaifuddin (2009), sistem kardiovaskuler


merupakan organ sirkulasi darah yang terdiri dari jantung,
komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan
daan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan
tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Sistem
kardiovaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar
fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas jaringan dapat
terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak
di arahkan pada organ- organ vital seperti jantung daan otak
yang berfungsi memelihara dan mempertahankan sistem sirkulasi
itu sendiri. Jantung berbentuk seperti pir / kerucut seperti piramida
terbalik dengan apeks (superior-posterior : C-II) berada di bawah
dan basis (anterior-inferior ICS-V) berada diatas. Pada basis jantung
terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah
dan pembuluh balik. Jantung sebagai pusat sistem kardiovaskuler
terletak di sebelah rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri
yang terlindung oleh costae tepatnya pada mediatinum. Untuk
mengetahui denyutan jantung, kita dapat memeriksa dibawah papilla
mamae 2 jari setelahnya. Berat pada orang dewasa sekitar
250-350,gram.(Syarifuddin,2006).

B. KONSEP MEDIS

1. Definisi
Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik.
Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau
lubang dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga
ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang
aorta (Yayan A.I, 2010). Sebagai konsekuensinya, didapatkan adanya empat
kelainan anatomi sebagai berikut:
a. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara
kedua rongga ventrikel
b. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah
yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep
juga menebal dan menimbulkan penyempitan.
c. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari
ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah
sebagian aorta keluar dari bilik kanan.
d. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan
karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis
pulmonal
Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek
septum ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel
paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I, 2010).

2. Aspek Epidemiologi
Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan
menempati angka 5-7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat
ini para dokter tidak dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi
penyebabnya dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga factor
genetic atau keduanya. Dapat juga berhubungan dengan kromosom 22
deletions dan juga Digeorge Syndrome. Ia lebih sering muncul pada laki-laki
daripada wanita. Pengertian akan embryology daripada penyakit ini adalah
sebagai hasil kegagalan dalam conal septum bagian anterior, menghasilkan
kombinasi klinik berupa VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta.
Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan adalah oleh karena kerja yang
makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal. Hal ini dapat
diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang dini.Supit, Alice
I., Kaunang. Erling D, 2012).

3. Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui,
biasanya melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan
dengan resiko terjadinya tetralogi Fallot adalah:
a. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi
virus lainnya
b. Gizi yang buruk selama
c. Ibu yang alkoholik
d. Usia ibu diatas 40 tahun
e. Ibu menderita diabetes
f. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang
menderita sindroma Down Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam
kelainan jantung sianotik karena terjadi pemompaan darah yang
sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi
sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan sesak nafas. Mungkin
gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana bayi
mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis
(Yayan A.I, 2010).
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga
diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :
a. Faktor endogen :
1) Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan
3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes
melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
b. Faktor eksogen :
1) Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral
atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter,
(thalidmide, dextroamphetamine.aminopterin, amethopterin,
jamu).
2) Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
3) Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut
jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih
dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan
terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan ,
oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin
sudah selesai.

4. Patofisiologi
a. Pada RVOTO ringan-sedang; awalnya shunt left to right (Pink TOF), 1-2
thn kemudian akan sianotik (R to L)
b. Klasik TOF: RVOTO severe, PA kecil. Tekanan systole sama pada RV,
LV, aorta.
c. Adanya RVOTO à shunt right to left melalui VSD
d. Adanya VSD besar pada TOF akan menyebabkan tekanan yang sama
pada LV dan RV. Sedangkan rasio aliran darah yang mengalir ke sistemik
atau pulmonal (Qp/Qs) ditentukan oleh resistensi pulmonal (PS) dan
SVR.  Bila dianggap rvoto tetap maka besarnya shunt ditentukan oleh
resistensi sistemik. SVR¯ maka R to L shunt dan sianosis.
e. Takikardia dan hipovolemia berat akan menyebabkan R to L shunt –
f. Murmur yang terjadi adalah krn PS; intensitas dan lamanya tergantung
jumlah darah yg lewat P. valve. Atau berbanding terbalik dengan derajat
stenosis.
g. TOF tidak menyebabkan CHF pada infant.
5. Patway
6. Manifestasi Klinis
Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :
a. Sesak yang biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (misalnya
menangis atau mengedan).
b. Berat badan bayi tidak bertambah
c. Pertumbuhan berlangsung lambat
d. Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers)
e. Sianosis /kebiruan sianosis akan muncul saat anak beraktivitas,
makan/menyusu, atau menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran
pembuluh darah di seluruh tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan
shunt dari kanan ke kiri (right to left shunt).
Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya
oksigen dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh.
Akibatnya jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala
kebiruan. Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami
dengan berjongkok yang justru dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah
sistemik karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan right
to left shunt dan membawa lebih banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam
paru-paru. Semakin berat stenosis pulmonal yang terjadi maka akan semakin
berat gejala yang terjadi (Yayan A.I, 2010).

7. Klasifikasi
Dibagi menjadi 4 kelompok :
a. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal.
b. Derajat II : Sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang.
c. Derajat III : sianosis waktu istirahat, kuku terlihat cembung, saat
beraktifitas sianosis bertambah ada dispneu
d. Derajat IV : sianosis dan diapneu istirahat, clubbing fingers.

8. Pencegahan primer, sekunder, tersier.


Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan seorang bayi terlahir
dengan kondisi Tetralogy of Fallot. Ketika ibu memasuki masa kehamilan,
ada beberapa hal perlu dilakukan untuk mencegah peningkatan faktor
penyebab Tetralogy of Fallot:
a. Primer
1) Virus Rubella
Sebaiknya lakukan tes kesehatan pada ibu hamil agar
terhindar dari virus rubella. Virus rubella menjadi faktor yang
dapat meningkatkan terjadinya penyakit ToF pada bayi.
b. Sekunder
1) Diabetes dan Kekurangan Gizi saat Masa Kehamilan
Menjaga asupan nutrisi dan gizi saat menjalani masa
kehamilan adalah hal penting yang perlu dilakukan oleh setiap
ibu. Konsumsi makanan sehat yang mengandung pemanis
alami seperti buah-buahan dan hindari pemanis buatan. Selain
untuk menjaga kadar gula dan menjauhkan ibu dari penyakit
diabetes, mengonsumsi buah-buahan saat hamil membantu
melancarkan pencernaan ibu. Biasanya, ibu hamil akan
mengalami sembelit saat masa kehamilan. Kekurangan gizi
pada ibu hamil juga berdampak buruk bagi perkembangan
janin dalam kandungan. Kekurangan gizi mengakibatkan
perkembangan bayi tidak sempurna, salah satunya pada
jantung. Sebaiknya konsumsi beberapa makanan yang bisa
membantu pembentukan jantung bayi pada saat dalam
kandungan. Wortel menjadi salah satu sayuran yang berperan
baik dalam pembentukan jantung janin dalam kandungan.
Kacang kenari juga menjadi makanan yang baik untuk
pembentukan jantung bayi ketika dalam kandungan.
c. Tersier
1) Usia Ibu di Atas 40 Tahun
Kehamilan di atas 40 tahun memiliki risiko bayi
mengalami ToF ketika lahir. Sebaiknya lakukan pengecekan
kesehatan ibu dan janin pada dokter saat masa kehamilan.
Selain itu, rutin mengonsumsi vitamin kehamilan agar
kesehatan janin tetap terjaga.
2) Kelainan Bawaan
Bayi dengan kelainan bawaan juga memiliki risiko
mengalami ToF ketika dilahirkan. Bayi yang mengalami
down syndrome atau sindrom Di George memiliki risiko
penyakit jantung lebih tinggi dibandingkan bayi yang tidak
memiliki kelainan. Operasi bisa menjadi pilihan yang paling
baik untuk mengobati penyakit ini. Pada umumnya, bayi yang
menjalani beberapa tahap operasi bisa bertahan hidup dengan
normal. Namun, penyakit ini bisa meningkatkan risiko
komplikasi kesehatan seperti penyakit jantung koroner,
pembesaran pembuluh darah aorta, jantung berhenti secara
mendadak, dan gangguan irama jantung ketika anak dewasa.

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan deangan kemungkinan penderita Tetralogi Fallot
dapat dirawat jalan jika derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa
sianosis maupun dispneu berat. Jika penderita perlu rawat inap, apabila
Tetralogi Fallot termasuk dalam derajat IV dengan sianosis atau dispneu berat
(Yayan A.I, 2010). Berikut penatalaksanaannya:
a. Tatalaksana Penderita Rawat Inap:
1) Mengatasi kegawatan yang ada.
2) Oksigenasi yang cukup.
3) Tindakan konservatif.
4) Tindakan bedah (rujukan) :
a) Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan
b) koreksi total: dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan
keluhan yang jelas. (derajat III dan IV)
c) Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup
VSD + reseksi infundibulum.
5) Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
6) Tatalaksana radang paru kalau ada.
7) Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan
endokarditis
b. Tatalaksana Rawat Jalan
1) Derajat I : Medikametosa : tidak perlu Operasi (rujukan )
perlu dimotivasi, operasi total dapat dikerjakan kalau BB > 10
kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu
dilakukan operasi paliatif.
2) Kontrol : tiap bulan.
3) Derajat II dan III :
a) Medikamentosa ; Propanolol
b) Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total
dapat dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat
sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu dilakukan
operasi paliatif.
c)  Kontrol : tiap bulan
d) Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan
baik.
c. Pengobatan Pada Serangan Sianosis
1) Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil dengan cara:
a) Membuat posisi knee chest atau fetus
b) Ventilasi yang adekuat
2) Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg
im atau subkutan
3) Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/kg
iv untuk mencegah asidosis metabolik
4) Bila Hb < 15 gr/dl berikan transfusi darah segar 5 ml/kg pelan
sampai Hb 15-17 gr/dl
5) Propanolol 0,1 mg/kg iv terutama untuk prolonged spell
diteruskan dosis rumatan 1-2 mg/kg oral
Tujuan utama menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer yaitu
penutupan defek septum ventrikel dan pelebaran infundibulum ventrikel
kanan. Pada umunya koreksi primer dilaksanakan pada usia kurang lebih 1
tahun dengan perkiraan berat badan sudah mencapai sekurangnya 8 kg. Jika
syaratnya belum terpenuhi, dapat dilakukan tindakan paliatif, yaitu membuat
pirau antara arteri sistemik dengan dengan arteri pulmonalis,
misalnya Blalock-Tausig shunt (pirau antara A. subclavia dengan cabang A.
pulmonalis). Bila usia anak belum mencapai 1 tahun(Yayan A.I, 2010). Orang
tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan bisa diajari
tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
a) Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan
b) Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.
c) Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.
d) Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.
e) Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada
selama serangan sianosis.

10. Komplikasi
a. Trombosis pulmonal
b. CVA trombosi
c. Abses otak
d. Perdarahan
e. Anemia relatif

11. Farmakologi
Operasi adalah pilihan yang efektif untuk menangani Tetralogy of
Fallot. Dua pilihan operasi yang umumnya dilakukan dokter adalah perbaikan
kelainan tersebut (intracardiac repair), atau operasi sementara dengan
membuat pembuluh darah baru atau shunt. Waktu dan jenis operasi yang
dipilih tergantung pada kondisi penderita. Pada beberapa kasus, dokter akan
memberi obat untuk mempertahankan aliran darah dari jantung ke paru-paru,
sebelum dilakukan operasi.
a. Intracardiac repair
Operasi ini dilakukan di tahun pertama setelah bayi lahir.
Tujuan operasi ini adalah untuk memperbaiki katup pulmonal
yang sempit serta menutup lubang akibat VSD. Kadar oksigen
dalam darah pasien akan meningkat selepas menjalani operasi ini,
dan gejala yang dialami akan berkurang.
b. Operasi sementara
Pada bayi dengan kelahiran prematur atau dengan kondisi
arteri paru-paru yang tidak berkembang sempurna, perlu dilakukan
operasi sementara sebelum menjalani intracardiac repair. Hal
tersebut dilakukan untuk mempertahankan aliran darah ke paru-
paru. Dalam operasi, dokter akan membuat sambungan atau aliran
darah baru antara aorta dan arteri paru-paru. Jika kondisi bayi
sudah siap, dokter akan melepas sambungan sebelum intracardiac
repair.

12. Terapi komplementer


Terapi medika mentosa yang diberikan antara lain diuretik, memiliki
keuntungan pada gagal jantung melalui peningkatan kehilangan cairan,
peningkatan kehilangan sodium. Digunakan luas pada gagal jantung dewasa
dan anak-anak, mengurangi gejala dengan cepat akibat volume overload.
Pilihan diuretik adalah loop diuretik karena efeknya yang kuat, namun
memiliki potesi efek yang tidak diinginkan terhadap kadar magnesium dan
calcium intra dan extra seluler dan defisiensi thiamin.Cochrane systematic
review menyimpulkan diuretik menurunkan resiko kematian dan
memburuknya gagal jantung.5 Terapi yang lain menggunakan ACE inhibitor
yang berfungsi menurunkan efek yang dihasilkan dari aktivasi sistem RAA
yang sering terjadi pada keadaan gagal jantung. Keuntungan efek ACE
inhibitor pada gagal jantung antara lain menurunkan vasokonstriksi, potensiasi
aktivitas system saraf simpatis, dan menurunkan pelepasan aldosterone
(sehingga menurunkan retensi air dan sodium, fibrosis myocardial, hambatan
pelepasan NO, dan kerusakan bradikinin vasodilator).

C. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari tahapan proses keperawatan.
Dalam melakukan pengkajian, harus memperhatikan data dasar pasien.
Pengkajian yang perlu dilakukan pada klien anak dengan Tetralogi of fallot
diantaranya adalah:

a. Pengkajian Umum
1) Identitas pasien
Pada sebagian besar kasus, diagnosis kelainan ini
ditegakkan setelah melewati masa neonatus, ditemukan pada
anak yang berusia diatas 5 tahun dan prevalensi menurun
setelah berumur 10 tahun.
2) Riwayat kesehatan pasien
a) Keluhan utama
(1). Dispnea terjadi bila penderita melakukan aktivitas
fisik.
(2). Berat badan bayi tidak bertambah
b) Riwayat penyakit dahulu
Anak yang sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan
c) Riwayat penyakit sekarang
(1). sesak saat beraktivitas
(2).berat badan bayi tidak bertambah
(3).pertumbuhan berlangsung lambat
(4).jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang)
(5).kebiruan
3) Riwayat kesehatan keluarga
Tetralogi of falot biasanya juga bisa dikarenakan
kelainan genetik, seperti sindrom down, adanya penyakit
tertentu dalam keluarga seperti hipertensi,diabetes mellitus,
penyakit jantung atau kelainan bawaan.
4) Riwayat kehamilan dan persalinan
Adanya penyakit rubela atau infeksi virus lainnya
pada ibu saat hamil khususnya bila terserang pada trimester 1,
penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter seperti
talidomid,dextroamphetamine,aminopterin,jamu.
a) Riwayat kesehatan lingkungan
Tidak ada hubungan atau keterkaitan.
b) Imunisasi
Tidak ada hubungan atau keterkaitan.
b. Pengkajian Khusus
1) Persepsi terhadap kesehatan manajemen kesehatan : Tidak
dapat terkaji.
2) Pola aktivitas dan latihan : Pasien tetralogi of fallot
mengalami intoleransi aktivitas sehingga pola aktivitas dan
latihan mengalami penurunan sehingga dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang dari pasien itu sendiri.
3) Pola istirahat dan tidur : Anak yang menderita tetralogi of
fallot membutuhkan pola istirahat yang cukup, teratur, dan
lebih banyak daripada anak normal untuk menghindari
kelelahan yang terjadi serta meminimalkan terjadinya
intoleransi aktivitas sehingga dapat mengoptimalkan proses
tumbuh kembang anak sendiri.
4) Pola nutrisi dan metabolik : Pasien tetralogi of fallot dapat
mengalami penurunan nafsu makan yang dapat berakibat
status nutrisi pada pasien tetralogi of fallot berada pada
rentang gizi sedang dan gizi buruk. Status gizi seorang anak
dapat dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar)
X 100 %, dengan interpretasi yaitu <60% (gizi buruk), <30%
(gizi sedang) dan >80% (gizi baik).
5) Pola eliminasi : Pola eliminasi pasien tetralogi of fallot
normal.
6) Pola kognitif perceptual : Pasien tetralogi of fallot mengalami
gangguan tumbuh kembang karena fatiq selama makan.
7) Konsep diri : Pasien tetralogi of fallot dapat mengalami
gangguan citra diri karena kelemahan dan adanya keadaan
patologi dalam tubuhnya.
8) Pola koping : Tidak ada hubungan dan keterkaitan.
9) Pola seksual reproduksi : Tidak ada hubungan dan
keterkaitan.
10) Pola peran hubungan : Tidak ada hubungan dan keterkaitan.
11) Pola nilai dan kepercayaan : Tidak ada hubungan dan
keterkaitan.
c. Pemerikaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran : Kesadaran pasien ventrikel septum defek
dapat mengalami penurunan karena ketidakadekuatan
suplai O2 dan nutrisi ke jaringan dan otak.
b) Sirkulasi : Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang
keras di daerah pulmonal yang semakin melemah dengan
bertambahnya derajat obstruksi.
c) Respirasi : Sering sianotik mendadak ditandai dengan
dyspnea, napas cepat dan dalam, lemas, kejang, sinkop
bahkan sampai koma dan kematian.
d) Eliminasi : Sistem eliminasi pada pasien tetralogi of fallot
dalam batas normal.
e) Neurosensori : Sistem neurosensori pasien tetralogi of
fallot dalam batas normal.
f) Gastrointestinal : Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik
g) Muskuloskeletal : Bentuk dada bayi masih normal,
namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol
akibat pelebaran ventrikel kanan
h) Integumen : Pada awal bayi baru lahir biasanya belum
ditemukan sianotik, bayi tampak biru setelah tumbuh.
Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan
i) Endokrin : Sistem endokrin pada pasien tetralogi of fallot
dalam batas normal.
j) Reproduksi : Sistem reproduksi pada pasien tetralogi of
fallot dalam batas normal.
2) Inspeksi
a) Status nutrisi : Gagal tumbuh atau penambahan berat
badan yang buruk berhubungan dengan penyakit jantung.
b) Warna : Sianosis merupakan gambaran umum dari
penyakit jantung congenital.
c) Deformitas dada : Bentuk dada menonjol akibat
pelebaran ventrikel kanan
d) Pulsasi tidak umum : Terkadang terjadi pulsasi yang
dapat dilihat.
e) Ekskursi pernafasan : Pernafasan dispnea, nafas cepat dan
dalam.
f) Jari tabuh : Berhubungan dengan beberapa tipe penyakit
jantung congenital, clubbing finger
g) Perilaku : Anak akan sering squatting (jongkok) setelah
anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak
akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia
berjalan kembali.
3) Palpasi dan perkusi
a) Dada : Membantu melihat perbedaan antara ukuran
jantung dan karakteristik lain (seperti thrill, vibrasi yang
dirasakan pemeriksa saat mempalpasi) yang berhubungan
dengan penyakit jantung.
b) Nadi perifer : Frekuensi, keteraturan, dan amplitudo
(kekuatan) dapat menunjukkan ketidaksesuaian.
4) Auskultasi
a) Jantung : Mendeteksi adanya murmur jantung.
b) Frekuensi dan irama jantung : Observasi adanya
ketidaksesuaian antara nadi apikal dan perifer.
c) Karakteristik bunyi jantung : Bunyi jantung I normal,
sedang bunyi jantung II tunggal dan keras
d) Paru-paru : Menunjukkkan adanya sesak nafas.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan
hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang
rendah. Nilai AGD menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen
(PO2) dan penurunan pH. Pasien dengan Hb dan Ht normal
atau rendah mungkin menderita defisiensi besi. Nilai juga
faktor pembekuan darah (trombosit, protombin time)
2) Radiologis : Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan
aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung .
Tampak pembesaaran aorta asendens. Gambaran khas jantung
tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
3) Elektrokardiogram : Pada neonatus EKG tidak berbeda
dengan anak normal. Pada anak mungkin gelombang T positif
di V1, EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Gelombang P di
hantaran II tinggi (P pulmonal)
4) Ekokardiografi : Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding
aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri
pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru.
5) Kateterisasi : Diperlukan sebelum tindakan pembedahan
untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple,
mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Melihat ukuran a.pulmonalis. Mendeteksi
adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan
ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau
rendah.

2. Diagnosa
Pada pasien dengan TOF, diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul antara lain :
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan aliran
darah ke pulmonal.
b.  Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar
oksigen dalam darah.
c. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan fatique selama makan dan peningkatan
kalori, penurunan nafsu makan.
d. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
f. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan
keluarga tentang diagnosa atau prognosis penyakit anak.
g. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial sekunder abses otak.
h. Resiko terjadinya spell berulang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh

3. Rencana keperawatan
a. Resiko terjadinya spell berulang berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh
1) Tujuan : Serangan Spell berulang tidak terjadi
2) Kriteri hasil :
a) Tidak ditemukan tanda – tanda spell seperti : sianotik yang
bertambah, pernapasan cepat dan dalam, kesadaran menurun dan
kejang.
b) Tanda – tanda vital dalam batas normal sesuai umur
c) Akral hangat dan Kesadaran compos mentis
3) Intervensi :
a) Kenali tanda – tanda spell seperti : menangis berkepanjangan,
bertambah sianosis, pernafasan cepat dan dalam, gelisah, lemas,
kesadaran menurun dan kejang disertai kejang.
b) Monitor tanda -tanda vital
c) Ciptakan lingkungan yang tenang, hindari lingkungan penuh
stress.
d) Batasi aktivitas dan pengujung.
e) Atur posisi squatting atau knee chest jika terjadi tanda – tanda
spell mulai terjadi
f) Berikan makanan yang lunak dan mudah dicerna.
g) Kolaborasi pemberian O2 / Obat batuk / penurun panas / pelunak
feces / penenang serta propanolol jika diperlukan.
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan fatique selama makan dan peningkatan kebutuhan
kalori,penurunan nafsu makan.
1) Tujuan : Anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat
dipertahankan sesuai dengan berat badan normal dan pertumbuhan
normal.
2) Kriteria hasil :
a) Anak menunjukan kenaikan berat badan sesuai dengan umur.
b) Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.
c) Peningkatan toleransi makan.
d) Hasil lab tidak menunjukan tanda malnutrisi, albumin dan Hb.
e) Mual dan muntah tidak ada.
f) Anemia tidak ada.
3) Intervensi  :
a) Kaji makan dan minum yang disukai atau yang tidak disukai.
b) Jelaskan dan diskusikan pada keluarga pentingnya nutrisi.
c) Berikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan
disesuaikan denmgan aktivitas selama makan (menggunakan
terapi bermain).
d) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan dan bersama dengan
pasien lain
e) Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diapers pada alat
ukur yang sama dan di dokumentasikan.
f) Berikan perawatan mulut untuk meningkatkan nafsu makan
anak.
g) Gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat
di sela makan dan sendawakan.
h) Berikan susu formula yang mengandung kalori tinggi yang
disesuaikan dengan kebutuhan.
i) Catat intake dan output secara akurat.
j) Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian makanan
k) Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan
laboratorium
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
1) Tujuan : Anak menunjukan peningkatan kemampuan dalam
melakukan aktivitas ( tekanan darah, irama dalam batas normal ).
2) Kriteria hasil :
a) Tanda- tanda vital normal sesuai umur
b) Anak mencapai peningkatan teloransi aktivitas sesuai umur
c) Fatiq dengan kelelahan berkurang
d) Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan
e) Anak dapat tidur dengan lelap
3) Intervensi :
a) Kaji tingkat / kemampuan aktivitas pasien
b) Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum,selama dan
sesudah melakukan aktivitas.
c) Jelaskan dan diskusikan tentang pentingnya pembatasan
aktivitas. (terlalu lama / permainan yang banyak membutuhkan
tenaga / energi, dll)
d) Beri kesempatan pada pasein untuk memilih kegiatan /
permainan yang tidak banyak membutuhkan energi seperti
membaca buku cerita, bergambar, menyusun balok, dll ( fasilitas
perkembangan motorik, sensori, kognitif, sosial, kemandirian
anak, dll. ).
e)  Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung ke
arah. Kemandirian anak sesuai dengan indikasi.
f) Jadwalkan sesuai dengan usia, kondisi, dan kemampuan anak.
g) Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas
melebihi batas.
d. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
oksigenasi tidak adekuat, pemenuhan nutrisi  jaringan tubuh.
1) Tujuan : Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva
tumbuh kembang sesuai dengan usia.
2) Kriteri hasil : Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang sesuai dengan usia.
3) Intervensi :
a) Sediakan kebutuhan nutrisi yang ada kuat.
b) Monitor BB / TB , buat catatan khusus sebagai monitor.
c) Kolaborasi intake Fe dalam nutris
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tepatnya penanganan dan pemberian asuhan keperawatan pada anak
dengan kelainan jantung bawaan sianotik : tetralogi fallot sangat menentukan
untuk kelangsungan hidup anak mengingat masalah yang komplit yang dapat
terjadi pada anak TF bahkan dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan
karena hipoksia , syok maupun gagal. Oleh karena itu perawat harus memiliki
keterampilan dan pengetahuan konsep dasar perjalanan penyakit TF yang baik
agar dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi
fallot sehingga angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.

B. SARAN
Dari penjelasan diatas kita tahu bahwa kita tidak dapat langsung menerima
pengetahuan dijadikan sebuah ilmu. Suatu pengetahuan harus kita teliti kembali
dan bisa kita tunjukkan kebenarannya, barulah hal itu bisa dikatakan sebagai ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Gloria, M. Bulechek. Dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).
Kidlington: Elsevier

Israr, A.Y., (2010). Tetralogi fallot (TOF). Diunduh pada tanggal 22 September 2017.
Diunduh dari http://www.Files-of-DrsMed.tk.

Supit, Alice I., Kaunang. Erling D. (2012). Tetralogi fallot dan atresia pulmonal.
Diunduh pada tanggal 22 September 2017. Diunduh dari
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:_uQxZEY1waEJ:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/artic
le/download/1205/975+&cd=8&hl=en&ct=clnk&gl=id
Sue. Moorhead. Dkk. 2013. Nursing Outcame Classification (NOC). Kidlington:
Elsevier

Samik Wahab, (1996). Kardiologi anak Nadas. Yogyakarta : Gadjah Mada


Ununiversity Press.

Anda mungkin juga menyukai