Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERWATAN PADA PENYAKIT KATARAK

DISUSUN OLEH:

TK. II B

NOVITA RAHMA PUTRI

DOSEN PEMBIMBING: Ns.DEBBY SILVIA , S.Kep, M.Kep

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TAHUN AJARAN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha penyayang kami
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat hidayah-Nya
pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Penyakit Katarak” ini dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya
maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi aran dan kritik pada kami sehingga kami
dapat memperbaiki makalah kami dikemudian hari.

Pariaman, 14 Oktober 2019


Penyusun,

Novita Rahma Putri

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3 Tujuan............................................................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................... 2

2.1 Definisi........................................................................................................... 2

2.2 Etiologi............................................................................................................ 2

2.3 Patofisiologi..................................................................................................... 6

2.4 Manifestasi Klinis............................................................................................ 7

2.5 Proses perjalanan penyakit (WOC)................................................................. 8

2.6 Akibat dan komplikasi..................................................................................... 8

2.7 Penatalaksanaan............................................................................................... 12

2.8 Asuhan Keperawatan....................................................................................... 14

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 15

3.2 Saran............................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


              Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan - lahan.
Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa
mata.
              Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan
meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati.
Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius
bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group
(2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan
didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata
dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun.
Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki
catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara
berkembang.
1.2 Rumusan Masalah

Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi, etiologi, patofisiologi, tanda


dan gejala, proses perjalanan penyakit (woc), akibat dan komplikasi, penatalaksanaan,
dan asuhan keperawatan dari penyakit katarak .

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini, secara umum adalah mahasiswa dapat


memahami definisi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, proses perjalanan
penyakit (woc), akibat dan komplikasi, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan dari
penyakit katarak.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

              Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya
(Ilyas, 2015).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2016)
              Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang
terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2018).

2.2 Etiologi
              Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1.      Fisik
2.      Kimia
3.      Penyakit predisposisi
4.      Genetik dan gangguan perkembangan
5.      Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6.      Usia
 (Tamsuri, 2008)

2.3 Patofisiologi

Lensa normal adalah struktur posterior iris yang jernih, tranparan, berbentuk
seperti kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Perubahan
fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada
serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah
di luar lensa, misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.

2
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.

Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.


Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun
sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Katarak dapat
bersifat kongenitaldan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopi dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling
sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi ultraviolet B, obat obatan,
alkohol, merokok, diabetes dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalm
jangka waktu lama.

2.4 Manifestasi Klinis

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien


mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
              Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan
tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama
bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang
lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2015).

3
2.5 WOC

4
2.6 Komplikasi

Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit
katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2015).

2.7 Penatalaksanaan

Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan
laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru
yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar
melalui kanula.
          Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan
biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari
pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja,
ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling
cocok bagi masing - masing penderita.
          Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk
lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang
berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia
local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang
cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan
draping bedah.
          Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak :
ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya
penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang

5
menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler
lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2016).

2.8 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2015), pengkajian merupakan langkah pertama dari
proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien
sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian
terdiri dari pengumpulan data, validasi data dan identifikasi masalah.
Hal-hal yang dikaji pada klien dengan hipertiroid meliputi (Carpenito, 2017) :
a. Identitas klien

Biasanya berisikan nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa / ras,
pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat.

b. Tanda-tanda vital

Nadi : biasanya menurun (melemah)

Suhu: biasanya menurun

Pernafasaan: biasa meningkat

c. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi perlahan selama


berbulan-bulan, sehingga pada awalnya pasien atau keluarganya tidak
menyadari, bahkan menganggapnya sebagai efek .

2. Riwayat kesehatan utama

Bisanya sesak nafas,biasanya sulit menelan, biasanya pembengkakan pada


leher,biasnya pasien nampak gelisah, tidak mau makan. rasa capek, intoleransi
terhadap dingin, kulit terasa kering, bicara lamban, demensia, dispnea, suara
serak, gangguan haid: menorrhagia dan amenore, rambut rontok dan menipis,

6
kulit tebal karena penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan sub cutan,
pasien sering mengeluh dingin walaupun dalam keadaan hangat.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga
yang menderita penyakit

Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:


a. Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b.Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar
terang menyebabkan silau  dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan
merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),danPeningkatan
air mata.
d. Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair
(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan
sekitar mata, sakit kepala  (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma,
diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan
vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan
endokrin, diabetes (glaukoma).

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Carpenito dan Moyet (2017) diagnosa keperawatan adalah suatu
pernyataan klinik yang menjelaskan tentang respons individu, keluarga, atau
masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan baik aktual atau
potensial. Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab.

7
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan hipertiroid
adalah sebagai berikut (Carpenito, 2017):
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,
kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status
organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,
gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.

3. Intervensi
Menurut Hidayat (2016), perencanaan keperawatan merukan suatu proses
penyususnanbebrabagia intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien.
No Diagnosa Keperawatan Luaran dan kriteria (SLKI) Intervensi (SIKI)
.
1. 1. Risiko Setelah dilakukan intervensi Observasi
tinggi terhadap selama 3 x 24 jam,maka 1. Identifikasi kebiasaan
cedera b/d diharapkan hambatan berjalan dan faktor-faktor yang
peningkatan pasien dapat dikontrol , dengan mengakibatkan risiko
TIO, kriteria hasil : jatuh
perdarahan  Penggunaan alat bantu 2. Kaji riwayat jatuh
intraokuler, dengan benar pada klien dan
kehilangan  Tidak ada penggunaan keluarga
vitreous. karpet
.  Hindari barang- 3. Identifikasi
barang berserakan di karakteristik
lantai lingkungan yang dapat
meningkatkan
terjadinya risiko jatuh
(lantai licin)
Terapeutik

 Sediakan

8
alat bantu
(tongkat, walker)

Edukasi

 Ajarkan
cara penggunaan
alat bantu (tongkat
atau walker)
 Instruksika
n pada klien untuk
meminta bantuan
ketika melakukan
perpindahan, joka
diperlukan
 Ajarkan
pada keluarga
untuk
menyediakan
lantai rumah yang
tidak licin
 Ajarkan
pada keluarga
untuk
meminimalkan
risiko terjadinya
jatuh pada pas

2. 1. Resiko Setelah dilakukan intervensi  Observasi


tinggi terhadap selama 3 x 24 jam, maka tanda dan gejala
infeksi b/d diharapkan Tidak terjadi infeksi infeksi
prosedur invasif dengan kriteria hasil :  Gunakan

9
(bedah tidak ada tanda – tanda infeksi teknik steril saat
pengangkatan seperti menggigil, demam. merawat mata dan
katarak). mengganti balutan
 Atur
antibiotik atau
steroid tetes sesuai
order
 Hindari
untuk tidak
menyentuh atau
atau menekan
mata yang
dioperasi
3. 1. Ganggu Setelah dilakukan intervensi  Orientasik
an sensori- selama 3 x 24 jam diharapkan an pasien akan
perseptual : gangguan sensori dirasakan lingkungan fisik
penglihatan b/d minimal dengan kriteria : sekitarnya, bunyi
gangguan pasien memahami bahwa dan
penerimaan gangguan persepsi sensori pendengarannya.
sensori/status normal akan terjadi .  Pendekata
organ indra, n pada sisi yang
lingkungan tidak dioperasi
secara    Jelaskan
terapeutik bahwa pandangan
dibatasi d/d tidak akan normal
menurunnya sampai luka
ketajaman, sembuh dan bila
gangguan perlu
penglihatan, menggunakan
perubahan kacamata
respons
biasanya
terhadap
rangsang.

10
4. Implementasi
     Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2015). Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat
perkembangan pasien.
Pelaksanaan  mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari.  Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2018).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak (Hidayat ,2016).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang
disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang
dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi
tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan
dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan,
nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil
perbandingan  standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam 2018)

11
12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Katarak adalah suatu nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan virus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam
mata. Defek kongenital merupakan salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari
infeksi virus prenatal,seperti German Measles. Pembedahan diindikasikan bagi
mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Salah
satu diagnosa kep.yang bias munsul yaitu Risiko tinggi terhadap cedera b/d
peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, kehilangan vitreous.

3.2 Saran

Sebagai seorang perawat seharunya dapat memberikan asuhan keperawatan


secara intensif mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi pada paien
dengan katarak.

13
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2015.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta


Doengoes A Marylin, 2016. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta
Ilyas, 2018.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
Istiqomah, 2016.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Muttaqin, 2017.Asuhan Keperawatan Perioperatif  Konsep, Proses, dan Aplikasi.
Salemba Medika ; Jakarta
Nursalam, 2015.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta
Tamsuri, 2017.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal
Bedah.EGC : Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai