DISUSUN OLEH:
TK. II B
PRODI D3 KEPERAWATAN
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha penyayang kami
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat hidayah-Nya
pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Penyakit Katarak” ini dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya
maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi aran dan kritik pada kami sehingga kami
dapat memperbaiki makalah kami dikemudian hari.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1
2.1 Definisi........................................................................................................... 2
2.2 Etiologi............................................................................................................ 2
2.3 Patofisiologi..................................................................................................... 6
2.7 Penatalaksanaan............................................................................................... 12
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 15
3.2 Saran............................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya
(Ilyas, 2015).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2016)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang
terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2018).
2.2 Etiologi
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia
(Tamsuri, 2008)
2.3 Patofisiologi
Lensa normal adalah struktur posterior iris yang jernih, tranparan, berbentuk
seperti kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Perubahan
fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada
serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah
di luar lensa, misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
2
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
menderita katarak.
3
2.5 WOC
4
2.6 Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit
katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2015).
2.7 Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan
laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru
yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar
melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan
biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari
pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja,
ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling
cocok bagi masing - masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk
lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang
berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia
local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang
cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan
draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak :
ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya
penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang
5
menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler
lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2016).
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2015), pengkajian merupakan langkah pertama dari
proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien
sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian
terdiri dari pengumpulan data, validasi data dan identifikasi masalah.
Hal-hal yang dikaji pada klien dengan hipertiroid meliputi (Carpenito, 2017) :
a. Identitas klien
Biasanya berisikan nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa / ras,
pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat.
b. Tanda-tanda vital
c. Riwayat kesehatan
6
kulit tebal karena penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan sub cutan,
pasien sering mengeluh dingin walaupun dalam keadaan hangat.
Biasanya klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga
yang menderita penyakit
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Carpenito dan Moyet (2017) diagnosa keperawatan adalah suatu
pernyataan klinik yang menjelaskan tentang respons individu, keluarga, atau
masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan baik aktual atau
potensial. Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab.
7
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan hipertiroid
adalah sebagai berikut (Carpenito, 2017):
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,
kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status
organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,
gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.
3. Intervensi
Menurut Hidayat (2016), perencanaan keperawatan merukan suatu proses
penyususnanbebrabagia intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien.
No Diagnosa Keperawatan Luaran dan kriteria (SLKI) Intervensi (SIKI)
.
1. 1. Risiko Setelah dilakukan intervensi Observasi
tinggi terhadap selama 3 x 24 jam,maka 1. Identifikasi kebiasaan
cedera b/d diharapkan hambatan berjalan dan faktor-faktor yang
peningkatan pasien dapat dikontrol , dengan mengakibatkan risiko
TIO, kriteria hasil : jatuh
perdarahan Penggunaan alat bantu 2. Kaji riwayat jatuh
intraokuler, dengan benar pada klien dan
kehilangan Tidak ada penggunaan keluarga
vitreous. karpet
. Hindari barang- 3. Identifikasi
barang berserakan di karakteristik
lantai lingkungan yang dapat
meningkatkan
terjadinya risiko jatuh
(lantai licin)
Terapeutik
Sediakan
8
alat bantu
(tongkat, walker)
Edukasi
Ajarkan
cara penggunaan
alat bantu (tongkat
atau walker)
Instruksika
n pada klien untuk
meminta bantuan
ketika melakukan
perpindahan, joka
diperlukan
Ajarkan
pada keluarga
untuk
menyediakan
lantai rumah yang
tidak licin
Ajarkan
pada keluarga
untuk
meminimalkan
risiko terjadinya
jatuh pada pas
9
(bedah tidak ada tanda – tanda infeksi teknik steril saat
pengangkatan seperti menggigil, demam. merawat mata dan
katarak). mengganti balutan
Atur
antibiotik atau
steroid tetes sesuai
order
Hindari
untuk tidak
menyentuh atau
atau menekan
mata yang
dioperasi
3. 1. Ganggu Setelah dilakukan intervensi Orientasik
an sensori- selama 3 x 24 jam diharapkan an pasien akan
perseptual : gangguan sensori dirasakan lingkungan fisik
penglihatan b/d minimal dengan kriteria : sekitarnya, bunyi
gangguan pasien memahami bahwa dan
penerimaan gangguan persepsi sensori pendengarannya.
sensori/status normal akan terjadi . Pendekata
organ indra, n pada sisi yang
lingkungan tidak dioperasi
secara Jelaskan
terapeutik bahwa pandangan
dibatasi d/d tidak akan normal
menurunnya sampai luka
ketajaman, sembuh dan bila
gangguan perlu
penglihatan, menggunakan
perubahan kacamata
respons
biasanya
terhadap
rangsang.
10
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2015). Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat
perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2018).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak (Hidayat ,2016).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang
disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang
dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi
tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan
dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan,
nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil
perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam 2018)
11
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Katarak adalah suatu nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan virus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam
mata. Defek kongenital merupakan salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari
infeksi virus prenatal,seperti German Measles. Pembedahan diindikasikan bagi
mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Salah
satu diagnosa kep.yang bias munsul yaitu Risiko tinggi terhadap cedera b/d
peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, kehilangan vitreous.
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14