Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PRE DAN POST OPERASI KATARAK”


Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah KMB III
Dosen Pengampu:

Disusun Oleh:
Apip Ahmad Hidayat (CKR0190085) Mira Miratulhuda (CKR0190106)
Cintya Rindyantika (CKR0190089) Nindia Destiana F. (CKR0190109)
Dinda Anggraeni (CKR0190090) Putri Dewi Susanti (CKR0190112)
Firda Asri N. (CKR0190097) Sintaria (CKR0190117)
Indy Mutia (CKR0190100) Tia Sopiah (CKR0190120)
Ineu Jumiati (CKR0190101) Vasha Apipah I. (CKR0190122)
Lisna Nur Cahyati (CKR0190105) Wida Deis Y. (CKR0190168)
KEPERAWATAN C
SEMESTER 5
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN AJARAN 2021-2022
Jln. Lingkar Bayuning No. 2 Kadugede Kab. Kuningan Jawa Barat 45561
Telp. (0232) 875847 Fax. 0232-875123 Email: info@stikeskuningan.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah
KMB III yang berjudul “Asuhan Keperawatan ”. Tugas makalah ini kami susun sebaik dan
semaksimal mungkin.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu selaku dosen mata kuliah KMB III
2. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan moral dan
material.
Dalam menyelesaikan tugas makalah ini kami sangat menyadari bahwa masih banyak
kekurangan. Untuk itu kami sangat mengharapkan tanggapan, kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan nilai yang positif bagi semua
pihak yang membacanya, dan bagi siapapun yang membutuhkannya.

Kuningan, 23 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Katarak merupakan kekeruhan yang timbul pada lensa yang dapat
menyebabkan kebutaan. Pada tahun 1997, WHO memperkirakan terdapat 38 juta
orang buta di dunia dan setengahnya disebabkan oleh katarak. Katarak yang
berhubungan dengan usia menyebabkan kira-kira 48% kebutaan didunia, yaitu sekitar
18 juta orang.
Sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (Fakultas &
Universitas 2013). Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi
akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya
yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama
sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat
seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter
(Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada
usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih
dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007). Katarak merupakan masalah penglihatan
yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun
2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48%
dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia
menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey
kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu
sebesar 52%. Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia.
Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya
katarak. Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan
terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi
vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma,
infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus, genetik dan myopia.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Penulisan
1. Teoritis
Makalah asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan wawasan serta dapat dijadikan sebagai referensi
penulis selanjutnya. Khususnya pada kasus penyakit katarak.
2. Praktis
a. Bagi Perawat
Diharapkan makalah ini bisa menambah pengetahuan dan wawasan
bagi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan
b. Bagi pasien
Diharapkan makalah ini bisa menambah pengetahuan dan informasi
mengenai asuhan keperawatan kepada keluarga pasien sehingga
bisa mengerti bagaimana cara penanganannya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003).
Menurut Nugroho (2011) Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan
jaringan di dalam mata,akan tetapi keadaan lensa yang menjadi berkabut
(Ilyas, 2004). Katarak sendiri diumpamakan seperti penglihatan yg tertutup
airterjun akibat kerunhya lensa (Tamsuri,2004) biasanya kekeruhan mengenai
kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan
dalam waktu yang lama.(Utara 2009).
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola
mata. Kekeruhan lensa atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang
masuk ke dalam mata sehingga penglihatan menjadi menurun. Katarak
menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa
yang keruh cahaya sulit mencapai retina sehingga menghasilkan bayangan
yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata
dapat bervariasi. Katarak berasal dari kata Yunani ”Cataracta” yang berarti
”Air terjun”, hal ini disebabkan karena penderita katarak seakan-akan melihat
sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya (Ilyas, 2003).
(Nyoman et al. 2014).

2.2 Etiologi
Penyebab katarak meliputi :
1) Degeneratif (penuaan), biasanya dijumpai pada katarak senilis
dikarenakan proses degenerasi atau kemunduran serat lensa karena proses
penuaan dan kemungkinan besar menjadi menurun penglihatanya.
2) Trauma, contohnya terjadi pada katarak traumatika, seperti trauma
tembus pada mata yang disebabkan oleh benda tajam/tumpul, radiasi
(terpapar oleh sinar –X atau benda-benda radioaktif).
3) Penyakit mata lain, seperti uveitis.
4) Penyakit sistemik (diabetes militus), contohnya terjadi pada katarak
diabetika dikarenakan gangguan metabolisme tubuh secara umum dan
retina sehingga mengakibatkan kelainan retina dan pembuluh-pembuluh
darahnya. Diabetes akan mengakibatkan kelainan dan kerusakan pada
retina.
5) Defek kongenital, salah satu kelainan heriditer sebagai akibat infeksi
virus prenatal) dan katarak developmental terjadi pada tahun-tahun awal
kehidupan sebagai akibat dari defek kongenital. Kedua bentuk ini
mungkin disebabkan oleh faktor herediter, toksis, nutrisional, atau proses
peradangan.

2.3 Manifestasi Klinis


a. Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
- Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan
silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi.
- Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di
malam hari
b. Gejala objektif biasanya meliputi:
- Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina
tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi
opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
- Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan
akan bertambah putih.
- Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak
benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi
negatif.
c. Gejala umum gangguan katarak meliputi:
- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi
objek.
- Gangguan penglihatan bisa berupa :
a) Peka terhadap sinar atau cahaya.
b) Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat
membaca.
d) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
e) Kesulitan melihat pada malam hari
f) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya
terasa menyilaukan mata
g) Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang
hari )
d. Gejala lainya adalah :
- Sering berganti kaca mata
- Penglihatan sering pada salah satu mata.
- Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan
peningkatan tekanan di dalam mata (glukoma) yang bisa
menimbulkan rasa nyeri.
2.4 Patofisiologi
Menurut Kowalak (2003), patofoiologi katarak dapat bervariasi
menurut masing-masing bentuk katarak. Katarak senilis memperlihatkan bukti
adanya agregasi protein, cedera oksidatif dan peningkatan pigmentasi di
bagian tengah lensa, selain itu pada katarak traumatika dapat terjadi inflamasi
atau fagositosis lensa ketika lensa mata mengalami rupture (Kowalak, 2003).
Sedangkan mekanisme katarak komplikasi bervariasi menurut proses
penyakitnya, sebagai contoh pada penyakit diabetes mellitus akan terjadi
peningkatan kadar glukosa dalam lensa yang kemudian menyebabkan lensa
mata menyerap air (Kowalak, 2011) sedangkan katarak kongenital merupakan
bentuk yang memberikan tantanggan khusus.
Tamsuri (2003) mengungkapkan bahwa secara kimiawi pembentukan
katarak ditandai dengan berkurangnya ambilan oksigen dan bertambahnya
kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan natrium
dan kalsium bertambah, sedangkan kalium, asam askorbat serta protein
menjadi berkurang. Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air,
sisanya berupa protein dan mineral penting. Katarak terjadi pada saat
penurunan ambilan oksigen dan penurunan air. Dilain sisi terjadi peningkatan
kadar kalsium dan berubahnya protein larut menjadi tidak dapat larut. Pada
kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata.
Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan perubahan kandungan bahan-
bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang pada akhirnya
menyebabkan kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang sampai di
berbagai bagian lensa atau kapsulnya.

2.5 Klasifikasi
1) Katarak senile
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Pada katarak senil akan terjadi
degenerasi lensa secara perlahan-lahan. Tajam penglihatan akan menurun
secara berangsur-angsur hingga tinggal proyeksi sinar saja. Katarak senil
merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa
karena proses penuaan. Katarak senil dapat terbagi dalam berberapa
stadium.
a. Katarak insipiens, dimana mulai timbul katarak akibat proses
degenerasi lensa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak
kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan mengeluh gangguan
penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. Pada
stadium ini proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke
dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan
kedalaman yang normal, iris dalam posisi biasa disertai dengan
kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan pasien belum
terganggu.
b. Katarak imatur, dimana pada stadium ini lensa yang degeneratif
mulai terserap cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi
cembung. Terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai
katarak intumesen. Pada katarak imatur maka penglihatannya
mulai berangsur-angsur menjadi berkurang, hal ini diakibatkan
media penglihatan tertutup oleh kekeruhan lensa yang menebal.
c. Katarak matur, merupakan proses degenarasi lanjut lensa.
Terjadi kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa
sudah keadaan seimbang dengan cairan dalam mata sehingga
ukuran lensa akan menjadi normal kembali. Tajam penglihatan
sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi saja.
d. Katarak hipermatur, dimana pada stadium ini terjadi proses
degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair
sehingga nukleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa
( katarak morgagni). Pada stadium ini terjadi juga degenerasi
kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks lensa yang
cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan. Pada stadium
hipermatur akan terlihat lensa yang lebih kecil dari pada normal,
yang akan mengakibatkan iris trimulans, dan bilik mata depan
terbuka.
2) Katarak kongenital
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak
lahir, dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin.
Katarak kongenital yang terjagi sejak perkembangan serat lensa terlihat
segera setelah bayi lahir sampai usia 1 tahun. Katarak ini terjadi karena
gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat pembentukan serat
lensa akibat gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di
dalam kandungan. Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat
bercak putih di depan pupil yang disebut sebagai leukokoria (pupil
berwarna putih). Setiap bayi dengan lekokoria sebaiknya difikirkan
diagnosis bandingan seperti retinoblastoma, endoftalmitis, fibroplasi
retroletal, hiperplastik viterus primer, dan miopia tinggi disamping
katarak sendiri. Beberapa macam jenis katarak kongenital :
a. Katarak lamelar atau zonular
Bila pada permulaan perkembangan serat lensa normal dan
kemudian terjadi gangguan perkembangan serat lensa. Biasanya
perkembangan serat lensa selanjutnya normal kembali sehingga
nyata terlihat adanya gangguan perkembangan serta lensa pada
satu lamel daripada perkembangan lensa tersebut. Katarak lamelar
bersifat herediter yang diturunkan secara dominan dan biasanya
bilateral. Tindakan pengobatan atau pembedahan dilakukan bila
fundus okuli tidak tampak pada pemeriksaan funduskopi.
b. Katarak polaris posterior
Katarak polaris posterior ini terjadi akibat arteri hialoid yang
menetap (persisten) pada saat tidak dibutuhakan lagi oleh lensa
untuk metabolismenya. Ibu dan bayi akan melihat adanya
leukokoria pada mata tersebut. Pada pemeriksaan akan terlihat
kekeruhan di dataran belakang lensa. Bila dilakukan pemeriksaan
funduskopi akan terlihat serat sisa arteri hialoid yang
menghubungkan lensa bagian belakang dengan papil saraf optik.
Adanya arteri hialoid yang menetap ini dapt dilihat dengan
pemeriksaan ultrasonografi. Bila fundus okuli masih terlihat,
maka perlu tindakan bedah pada katarak polar posterior ini karena
tidak akan terjadi ambilopia eksanopsia. Bila fudus okuli tidak
tampak, maka dialakukan tindakan bedah iridektomi optik atau
bila mungkin dilakukan lesenktomi. Ekstrasi linear ataupun disisio
lentis merupakan kontra indikasi karena akan terjadi tarikan arteri
hialoid dengan papil yang dapat mengakibatkan ablasi retina.
c. Katarak polaris anterior
Katarak polaris arterior atau piramidalis arterior akibat gangguan
perkembangan lensa pada saat mulai terbentuknya plakoda lensa.
Pada saat ibu dengan kehamilan kurang dari 3 bulan mendapat
infeksi virus, maka amnionya akan mengandung virus. Plakoda
lensa akan mendapat infeksi virus hingga rubela masuk ke dalam
vesikel akan menjadi lensa. Gambaran klinis akan terjadi ialah
adanya keluhan ibu karena anaknya mempunyai leukokoria. Pada
pemeriksaan subjektif akan terlihat kekeruhan pada kornea dan
terdapatnaya fibrosis di dalam bilik mata depan yang
menghubungkan kekeruhan kornea dengan lensa yang keruh.
Kekeruhan yang terlihat pada lensa terletak di polus anterior lensa
dalam bentuk piramid dengan puncak di dalam bilik mata depan.
Kekeruhan lensa pada katarak polar anterior ini tidak progresif.
Pengobatan dilakukan bila kekeruhan mengakibatkan tidak
terlihatnya fundus bayi tersebut. Tindakan bedah yang dilakukan
adalah disisio lentis atau suatu ekstraksi linear.
d. Katarak sentral
Katarak sentral merupakan katarak halus yang terlihat pada bagian
nukleus embrional. Katarak ini terdapat 80% orang normal dan
tidak menggangu tajam penglihatan. Pengobatan tidak dilakukan
pada katarak sentral karena tidak menggangu tajam penglihatan
dan fundus okuli dapat dilihat dengan mudah.
3) Katarak traumatic
Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi akibat trauma lensa mata,
serta robekan pada kapsul sebagai akibat dari benda tajam. Apabila terjadi
lubang yang besar pada kapsul lensa, maka humor akuosus akan masuk
ke dalam lensa dan menyebabkan penyerapan lensa, serta menyebabkan
uveitis.
4) Katarak juvenil adalah katarak yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat
terjadi karena:
a. Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata.
b. Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi
akibat :
- Penyakit lokal pada satu mata,seperti akibat uveitis anterior,
glaukoma, ablasi retiana, miopia tinggi, ftsis bulbi, yang
mengenai satu mata.
- Penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan
miotonia distrofi,yang mengenai kedua mata akibat trauma
tumpul ataupun tajam
- Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat
dan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
5) Katarak komplikata
Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel
lensa faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan
lensa. Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, miopia tinggi,
abalasi retina dan glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat
kelainan sistemik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal
yang akan mengenai satu mata.
6) Katarak diabetika
Katarak diabetika adalah katarak yang disebabkan oleh penyakit diabetes.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. kartu mata snellen/ mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit
sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mungkin karena masa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran tonografi : TIO (12-25 mmHg).
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma.
6. Oftalmuskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optic,
papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukan anemi sistematik/ infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid.
9. Tes toleransi glukosa : kontrol DM.
2.7 Komplikasi
Ganggua penglihatan dapat terjadi jika tidak diobati. Kerusakan endotel kornea,
sumbatan pupil, glaucoma, perdarahan, fistula luka operasi, edema macula
sistoid, pelepasan koroid, uveitis, dan endoftalmitis, komplikasi yang umum
terjadi pada pembedahan adalah pembentukan membrane sekunder yang terjadi
sekitar 25% pasien dalam 3-36 bulan setelah pembedahan.
2.8 penatalaksanaan medis
a. Extracapsular Cataract Ekstraktie (ECCE)
korteks dan nukles diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk mencegah
prolaps viterus, untuk melindungi retina dari sinar ultraviolet dan
memberikan sokongan untuk implantasi lensa intaokuler. ECCE paling
sering dilakukan karena memungkinkan dimasukannya lensa intraokuler ke
dalam kapsul yang tersisa. Setelah pembedahan diperlukan koreksi visus
lebih lanjut. Visus basanya pulih dalam tiga bulan setelah pembedahan.
Teknik yang sering digunakan dalam ECCE adalah fakoemulsifikasi,jaringan
dihancurkan dan debris diangkat melalui pengisapan (suction)
(Istiqomah,2003).
b. Intracapsula Cataract Extractie (ICCE)
Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya, keuntungan dari
prosedur adalah kemudahan prosedur dilakukan, sedangkan kerugiannya
mata beresiko tinggi mengalami retina detachment dan mengangkat struktur
penyongkong untuk penanaman lensa intraokuler. Salah satu teknik ICCE
adalah menggunakan cryosurgery, lensa dibekukan dengan probe
superdingin dan kemudian diangkat. Pembedahan dengan cara ini
mengurangi penyulit yang sering terjadi pada teknik ECCE (Ilyas,2003).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PRE DAN POST OPERASI KATARAK

3.1 Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada penderita katarak yaitu
A. Anamnesis
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
1. Identitas/data demograpi
Berisi nama,usia,jenis kelamin,pekerjaan,yang sering terpapar
sinar matahari secara langsung,tempat tinggal sebagai
gambaran kondisi lingkungan atau keluarga.
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya :
 Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif
{gejala utama katarak)
 Mata tidak merasa sakit,gatal atau merah
 Berkabut,berasap,penglihatan tertutup film
 Perubahan daya liat warna
 Lihat ganda
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyskit sistemik yang dimiliki oleh pasien
diantaranya : DM,hipertensi,pembedahan mata sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan system
vaskuler,kaji riwayat stres
B. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Dalam inspeksi,bagian-bagian mata yang perlu diamati
adalah dengan melihat lensa mata melalui senter tangan
(pentlight),kaca pembesar,slitlamp.dengan penyinaran miring
(45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa
dengan mengganti lebar pinggir iris pada lensa yang keruh.bila
letak bayangan jauh dan besar berarti katarak imatur.
C. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan oftalmoskopi , mengkaji struktur internal
okuler,mencatat atrofi lempeng oftic papilledema,pedarahan
retina
2. Kartu mata snellen/mesin tellebinokular ( tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan ) mungkin terganggu
dengan kerusakan lemsa system saraf atau penglihatan keretina
atau jalan optic.
3. EKG,Kolestrol serum,Pemeriksaan lipid , dilakukan untuk
memastikan aterosklerosis
4. Tes toleransi glukosa/FBS , menentukan adanya control
diabetes
3.2 .

Anda mungkin juga menyukai