KELOMPOK 2
KETUA : REZA MELANI ASTUTI 19192011
ANGGOTA : NURBAITI 19192009
WARDA TAUFIK 19192013
RUWAIDAH 20192001
HAJAR ISMAIL 19192020
SANNY LIMBONG PADANG
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini terdapat 180 juta penduduk dunia
yang mengalami cacat penglihatan. Sebanyak 40-45 juta diantaranya
tidak dapat melihat atau buta. Laporan WHO juga mengungkapkan
bahwa setiap detik tambah satu penderita kebutaan di dunia.
Sembilan dari 10 penderita kebutaan tersebut berada di negara miskin
dan berkembang, terutama negara-negara Afrika dan Asia Selatan atau
Asia Tenggara.Khusus untuk Indonesia, diperkirakan 3,1 juta jiwa (1,5
persen) penduduknya mengalami kebutaan. Penyebab utama kebutaan
di dunia adalah katarak (45 persen).Penyebab lain antara lain adalah
glaucoma, diabetes melitus, dan trauma (37,5persen); trachoma (12,5
persen); dan onchocerciasis atau river blindness (0,6 persen).
Katarak adalah istilah medis untuk setiap keadaan keruh pada lensa
mata.Lensa mata terutama disusun oleh air, protein, dan lipid. Protein
tersusun demikian sehingga cahaya dapat menembus lensa dan
difokuskan pada retina. Kadang-kadang protein tersebut mengumpul
bersama sehingga memperkeruh atau menutupi Bagian kecil pada lensa.
Itulah yang disebut katarak. Makin lama, kumpulan protein tersebut
membesar dan memperkeruh lensa. Tanda-tanda katarak antara lain
penglihatan kabur,Cahaya lampu terlihat terang pada malam hari,
cahaya matahari atau lampu silau,Dan warna tampak pudar.
B. Rumusan masalah
a. Apa definisi dari katarak ?
b. Ksafikasi katarak ?
c. Bagaimana etiologi katarak ?
d. Bagaimana patofisiologi dan pathyaw katarak ?
e. Bagaimana manifestasi klinis katarak ?
f. Bagaimana fatofisiologi dan pathway katarak ?
g. Bagaimana penatalaksanaan pada katarak ?
h. Bagaimana pemeriksaan katarak ?
i. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien katarak?
C. Tujuan
1. Supaya mahasiswa memahami tentang penyakit katarak secara lebih
detail
2. Supaya mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan yang
benar pada klien dengan penyakit katarak
3. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas diskusi dan kelompok
presentasi mata kuliah KMB (keperawatan Medikal Bedah)
D. Metode penulisan
Makalah ini di susun dengan melakukan tinjauan pusaka yaitu
referensi buku dan internet
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun atas 3 bab yaitu Bab 1 pendahuluan yang terdiri
dri latar belakang , rumusan masalah , tujuan, metode penulisan dan
sistematika penulisan. Bab II pembahasan dan Bab III penutup.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Katarak berasal dari kata Yunani Katarraktes, Inggris Cataract, dan Latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
terjadi akibat kedua-duanya.
B. Etiologi katarak
Menurut Mansjoer (2000), penyebab terjadinya katarak bermacam-
Macam. Umumnya adalah usia lanjut (katarak senil), tetapi dapat terjadi
Secara kongenital akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin,
genetik, dan Gangguan perkembangan. Dapat juga terjadi karena
traumatik, terapi Kortikosteroid metabolik, dan kelainan sistemik atau
metabolik, seperti Diabetes mellitus, galaktosemia, dan distrofi
miotonik. Rokok dan konsumsi Alkohol meningkatkan resiko katarak.
E. penatalaksanaan
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menuru
Sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila
telah Menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis (Mansjoer,
2000). Dalam Bedah katarak, lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa)
dengan prosedur Intrakapsular atau ekstrakapsular. Ekstraksi
intrakapsular yang jarang lagi dilakukan saat ini adalah mengangkat
lensa in toto, yakni didalam kapsulnya melaui insisi limbus superior 140-
1600. pada ekstraksi ekstrakapsular juga dilakukan insisi limbus superior,
bagian anterior kapsul dipotong dan diangkat, nukleus diekstraksi dan
korteks lensa dibuang dari mata dengan irigasi dan aspirasi atau tanpa
aspirasi sehingga menyisakan kapsul posterior.
F. Pemeriksaan katarak
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/viterus humor, kesalahan refraksi
penyakit sistem Saraf, penglihatan ke retina
2. Iluminasi oblik tampak kekeruhan yang Keabu-abuan atau putih
dengan bayangan hitam disebut iris shadow.
3. Pemeriksaan dengan optalmoskop tampak warna hitam diatas dasar
orange disebut fundus reflek.
4. Pada katarak yang lebih lanjut, kekeruhan bertambah sehingga iris
shadow menghilang dan fundus reflek menjadi hitam saja (negatif).
5. Pengukuran Tonografi : TIO (12_25 mmHg)
4. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti
mutiara keabuan Pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak
hitam terhadap refleks fundus Ketika mata diperiksa dengan
oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp Memungkinkan
pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi
lokasibOpasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya
terletak didaerah Nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak
terinduksi steroid umumnya Terletak di subkapsular posterior.
Tampilan lain yang menandakan Penyebab okular katarak
dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen Pada lensa
menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris
Menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005)
5. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut Doenges
(2000) adalah Sebagai berikut :
Aktivitas / istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/ hobi sehubungan
dengan Gangguan penglihatan.
Makanan/ cairan
Gejala : Mual/ muntah.
Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar
terang Menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
Penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan Dekat/ merasa di ruang gelap. Perubahan
kacamata/ pengobatan tidak memperbaik Penglihatan.
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
Hipersekresi air mata.
Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/ mata berair.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu
snellen, Keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi,
maka A-scan Ultrasound (echography) dan hitung sel endotel
sangat berguna sebagai Alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan Pembedahan. Dengan hitung
sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini Merupakan kandidat yang
baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan Implantasi IOL
(Smeltzer, 2002).
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur
invasive.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 60 menit
diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil:
- Klien dapat menunjukkan perubahan skala nyeri
- Klien merasa nyaman
- klien dapat menjelaskan factor-faktor penyebab nyeri
- klien tidak menunjukkan rasa sakit akibat nyeri nga (rileks).
Intervensi :
1.kaji nyeri Secara koperehenssif (P,Q,R,S,T)
R : Untuk mengetahui paliatif: yang bisa mengurangi nyeri,Quality: nyeri
yg dirasakan seperti apa,region: areanya menyebar atau menetap,
Skala : dengan mendeskripsikan skala nyeri 0-10,Tiem :kapan dan berapa
lama nyeri timbul.
2. Lakukan Distraksi dan relaksasi
R : Membantu klien mengurangi persepsi nyeri atau mengalihkan
perhatian klien dari nyeri.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic
R : Membantu mengurangi nyeri
4. Ciptakan Lingkungan yang nyaman untuk pasien
R : Menciptakan Lingkungan yang nyaman untuk pasien
2. Gangguan persepsi Sensori visual/penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam
diharapkan gangguan persepsi sensori teratasi dengan kriteria hasil :
- Mengenal perubahan simulus yang positif dan negative
- Mengidentifikasi Kebiasaan lingkungan
Intervensi :
1. Bedakan kemampuan lapang pandang diantara kedua mata
R: Menentukan kemampuan lapang pindang tiap mata
2.Anjurkan pasien menggunakan kacamata katarak,Cegah lapang
pandang parifer dan catat terjadinya bintik buta.
R : menurunkan penglihatan Perifer Dan gerakan
3. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sederhana seperti menonton
TV, radio,dll.
R : Meningkatkan input sensori,dan mempertahankan perasaan normal
tanpa meningkat stres.
4. Observasi tanda disorientasi dengan teta6 berada disisi pasien.
R :mengurangi ketakutan pasien dan meningkatkan stimulus
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan