Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan
bahwa upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan,
dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Kesehatan indra penglihatan merupakan syarat penting untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat, dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia yang
cerdas,produktif,maju,mandiri dan sejahtera lahir batin.1
Katarak merupakan keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening
menjadi keruh.2 Bila lensa mata kehilangan sifat beningnya atau kejernihannya maka
penglihatan akan menjadi berkabut atau tidak dapat melihat sama sekali. Katarak dapat
menyebabkan terjadinya kebutaan, sekitar 50% kasus kebutaan diseluruh dunia
disebabkan oleh katarak.3 Asia tenggara terdapat 28% penderita katarak dari total
populasi dan Indonesia menempati urutan tertinggi di Asia Tenggara.4
Survey pada tahun 1996, prevalensi kebutaan di Indonesia mencapai 1,5% dari jumlah
penduduk. Berdasarkan angka kejadian tersebut, katarak merupakan penyebab utama
kebutaan di Indonesia dengan presentase sebesar 0,78%. Katarak umumnya adalah
penyakit usia lanjut, namun 16-20% penyakit katarak telah dialami oleh penduduk
Indonesia pada usia 40-54 tahun. Secara Nasional, 10 Kabupaten/Kota dengan
prevalensi katarak pada umur ≥ 30 tahun tertinggi adalah propinsi
Sulawesi Utara (3,7%), Jambi (2,8%), Bali (2,7%),Aceh (2,8%), Sulawesi Selatan
(2,5%), Sulawesi Tengah (2,4%), Papua (2,4%),Jawa Tengah (2,4%), Riau (2,3%),
dan Maluku Utara (2,3%). Untuk di Sulawesi Tenggara sendiri prevalensi katarak pada
umur ≥ 30 tahun mencapai (1,8%).5
Katarak merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja, katarak banyak terjadi
pada usia di atas 40 tahun dan salah satu faktor risiko penyebab utama kejadian katarak
adalah usia. Sedangkan beberapa faktor risiko yang dikaitkan dengan terjadinya katarak
antara lain jenis kelamin, penyakit diabetes mellitus (DM), pajanan terhadap sinar
ultraviolet, merokok, dan pekerjaan. Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan
telah terbukti bahwa faktor tersebut mempengaruhi angka kejadian katarak.6

1
B. Tujuan Penyuluhan
Tujuan dari penyuluhan ini yaitu untuk mengenalkan penyakit katarak pada
masyarakat yang berada di wilayah pelayanan Puskesmas Wawonasa.

C. Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan ini adalah masyarakat di wilayah Puskesmas Wawonasa.

D. Metode Penyuluhan
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah dengan melakukan ceramah
dan tanya jawab.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan
lensa yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih
sering dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di
seluruh dunia. Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi
banyak juga factor lain yang mungkin terlibat, antara lain : trauma, toksin,
penyakit sistemik (mis; diabetes), merokok, dan herediter. Kata katarak berasal
dari Yunani “katarraktes” yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia
disebut bular dimana seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak
sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi, denaturasi
protein, dan proses penuaan.sehingga memberikan gambaran area berawan atau
putih.2,7
Kekeuruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina,
sehingga penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek
terlihat kabur. Mereka mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah
mengalami gangguan katarak apabila kekeruhan tidak terletak dibagian tengah
lensanya.2,7

Gambar 1. Gambar Lensa Nornal dan Katarak

3
2. Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan
lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh
faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit
E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang
mengandung timbal.2,7
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi,
dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti
katarak.8 Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai
katarak kongenital. Katarak kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi
ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai
komplikasi penyakit infeksi dan metabolik lainnya seperti diabetes mellitus.2

3. Manifestasi Klinis
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien
melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan tadi, temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun , dan ketika katarak
sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk
menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah
arah. Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar
tidak akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi
berkelepak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat
mengendarai mobil pada siang hari.8

4
4. Jenis-jenis Katarak

Jenis- jenis katarak terbagi atas :

a. Katarak terkait usia (katarak senilis)

Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai.


Satu-satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang
semakin kabur.

b. Katarak Kongenital

Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera


sesudahnya. Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui
penyebabnya walaupun mungkin terdapat faktor genetik, yang lain
disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan
dengan berbagai sindrom.

c. Katarak traumatik

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda


asing di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi
putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada
kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus
vitreum masuk kedalam struktur lensa.

d. Katarak komplikata

Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit


intraokular pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah
sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa.
Penyakit- penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan

5
pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma,
retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.2,7

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi


lensa. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah
lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler
cataract ekstraksi (ECCE).7

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup


indikasi visus,medis, dan kosmetik.7

 Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda


pada tiap individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh
katarak terhadap aktivitas sehari-harinya.
 Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan
kekeruhan pada lensa matanya, namun beberapa indikasi medis
dilakukan operasi katarak seperti glaukoma imbas lensa (lens-induced
glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina
misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.
 Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur
meminta ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk
mengembalikan visus) untuk memperoleh pupil yang hitam.

Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga


prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu
ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi, SICS.

1) Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)

6
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior
yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan
lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama
populer.ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.2,7,9

Gambar 2. Teknik ICCE

2) Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan


pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui
robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien

7
dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan
kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat
melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit
yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder.2,7,9

G
a
Gambar 3. Teknik ECCE

Gamabar 4. ECCE dengan pemasangan IOL

8
3) Phacoemulsification

Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan


memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat
kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot
massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular
yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang
kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang
memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis.2,7,9

Gambar 5. Phakoemulsifikasi (phaco)

4) Small Incision Cataract Surgery (SICS)


Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8
mm. Namun tetap dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan,
Penutupan luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik
operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature, mature, dan
hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma
fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.9

9
6. Preventif Dan Promotif
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak
senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan
terhadap hal-hal yang memperberat seperti mengontrol penyakit
metabolik, mencegah paparan langsung terhatap sinar ultraviolet dengan
menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya. Pemberian intake
antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat.10
Bagi perokok, diusahakan berhenti merokok, karena rokok
memproduksi radikal bebas yang meningkatkan risiko katarak.
Selanjutnya, juga dapat mengkonsumsi makanan bergizi yang seimbang.
Memperbanyak porsi buah dan sayuran. Lindungilah mata dari sinar
ultraviolet. Selalu menggunakan kaca mata gelap ketika berada di bawah
sinar matahari. Lindungi juga diri dari penyakit seperti diabetes.9

7. Prognosis
Tindakan pembedahan secara defenitif pada katarak senilis dapat
memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus.
Sedangkan prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang
memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak
senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau
retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien
ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi
paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada
katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.11

B. Perencanaan dan Persiapan

Perencanaan
 Tempat Pelaksanaan : Puskesmas Wawonasa
 Waktu Pelaksanaan : Jumat, 21 September 2018

10
Persiapan

 Media: Leaflet
 Materi penyuluhan yang akan diberikan sudah disiapkan dan akan
disebarluaskan dalam leaflet yang berisi gambar dan tulisan.

C. Evaluasi Keberhasilan Kegiatan

 Masyarakat dapat memahami pengertian Katarak


 Masyarakat dapat memahami gejala dan tanda Katarak
 Masyarakat dapat memahani factor risiko Katarak
 Masyarakat dapat memahami cara pencegahan Katarak
 Masyarakat dapat memahasil penatalaksanaan Katarak

D. Indikator Keberhasilan Kegiatan

Indikator Input:
 Puskesmas Wawonasa
 Dokter
 Petugas Kesehatan
Indikator Proses:

 Penyediaan sarana promosi kesehatan sesuai standar (banner, poster,


leaflet, LCD projector)
 Memantau dan mengawasi jalannya kegiatan promosi kesehatan di
wilayahnya.

Indikator Output:

 Perorangan: persentase penyakit katarak

11
E. Hasil Evaluasi Program
Derajat Keberhasilan:

o Berhasil apabila ada penurunan angka kejadian Katarak dan kesadaran


masyarakat memeriksakan Mata di puskesmas
o Belum berhasil jika Katarak masih banyak terjadi dan tidak ditangani
dengan tepat

Faktor Penunjang:

o Adanya upaya dokter atau petugas kesehatan lain untuk memberikan


informasi melalui penyuluhan.
o Masyarakat dapat mengaplikasikan cara-cara pencegahan penyakit

Faktor Penghambat:

o Pemahaman yang masih kurang akibat ketidakpedulian terhadap


kesehatan.
o Kesadaran diri terhadap perilaku hidup sehat.
o Kurangnya dorongan dari keluarga dan lingkungan

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Katarak adalah abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak merupakan
penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Hal ini didukung oleh factor usia,
radiasi dari sinar ultraviolet, kurangnya gizi dan vitamin serta factor tingkat
kesehatan dan penyakit yang diderita. Penderita katarak akan mengalami gejala-
gejala umum seperti penglihatan mulai kabur, kurang peka dalam menangkap
cahaya (fotofobia) sehingga cahaya yang dilihat hanya berbentuk lingkaran
semu, lambut laun akan terlihat seperti noda keruh berwarna putih di bagian
tengah lensa kemudian penderita katarak akan sulit menerima cahaya untuk
mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yautu katarak senile,
congenital, traumatic, dan komplikata. Katarak hanya dapat diatasi melalui
prosedur operasi. Ada 4 jenis teknik operasi katarak yaitu ICCE, ECCE,
Phacoemulsification, SICS. Akan tetapi jika gejala tidak mengganggu tindakan
operasi tidak diperlukan, kadang kala hanya dengan mengganti/menggunakan
kacamata.

B. Saran
Disarankan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman masyarakat tentang katarak, maka penyuluhan dapat berupa
promosi kesehatan. Sehingga penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan
tanda dan gejala katarak, upaya-upaya pencegahan terjadinya katarak, serta
pentingnya menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja diluar
gedung dapat diketahui masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Departement Kesehatan Republik Indonesia. Rencana strategi nasional


penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan (PGPK) untuk
mencapai vision 2020. Jakarta, Indonesia, h.1
2. Ilyas, S. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. Javitt, JC, Wang F, West SK. 1996. Blindness due to cataract: epidemiology
and prevention.Annual Review of Public Health. 17: 159-77.
4. World Health Organization. 2007. Vision 2020 The Right To Sight.Global
Initiative for the elimination of avoidable blindness Action Plan 2006-2011.
5. Departement Kesehatan R.I Rencana strategi nasional : Penanggulangan
gangguan penglihatan dan kebutaan untuk mencapai vision 2020. Jakarta;
2005 h.4-5
6. Robman, L., Taylor. H. 2005. External Factors in the Development of
Cataract. Nature Publishing Group. Vol. 19.
7. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14.
Jakarta: Widya Medika, 2000.
8. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal
Bedah 2, Edisi 8. Jakarta : EGC
9. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol.
2011.
10. Ocampo VVD. Cataract, Senile : Differential Diagnosis and Workup. 2009. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview, tanggal 26 September 2018.
11. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China:
Elsevier : 2011. (e-book)

14
LAMPIRAN

Dokumentasi penyuluhan

Gambar 6. Saat melakukan Penyuluhan

Gambar 7. Saat melakukan Penyuluhan

15

Anda mungkin juga menyukai