Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

Diagnosis dan Penatalaksanaan Mioma Uteri

Oleh:

Fira Ardianti Fabanyo

17014101005

Masa KKM: 07 Januari – 17 Maret 2019

SUPERVISOR PEMBIMBING

dr. Rudy A. Lengkong, SpOG(K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI

RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU

MANADO

2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
“DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN MIOMA UTERI”

Oleh:
Fira Ardianti Fabanyo

17014101005

Masa KKM: 07 Januari – 17 Maret 2019

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada tanggal untuk


memenuhi syarat tugas Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Koordinator Pendidikan
Bagian Obstetri dan Ginekologi Supervisor Pembimbing
FK Unsrat

dr. Suzanna Mongan, Sp. OG(K) dr. Rudy A. Lengkong, SpOG(K)

2
BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri yang dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun

leiomyoma adalah tumor jinak ginekologi yang struktur utamanya berasal dari otot

polos uterus dan jaringan ikat.1 Mioma uteri merupakan tumor ginekologi terbanyak

kedua yang sering muncul pada wanita usia reproduktif. Mioma uteri belum pernah

ditemukan sebelum terjadinya menarche dan hanya kira-kira 10% mioma yang

masih tumbuh setelah menopause.2

World Health Organization (WHO) melaporkan, bahwa di dunia setiap

tahunnya ada 62,5 juta penderita tumor ginekologi dalam 20 tahun terakhir.

Penyebab angka kematian ibu karna mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22

(1,95%) kasus dan tahun 2011 sebanyak 21 (2,04%). Dan perlu dicatat bahwa 2/3

kejadian ini terjadi di negara berkembang. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar

20-30% dari seluruh wanita. Prevalensi mioma uteri mengalami peningkatan

hingga 14,1% pada kelompok umur 35 tahun ke atas.3

Di Indonesia, insiden mioma uteri ditemukan 2,39-11,70% pada semua

penderita ginekologi yang dirawat. Berdasarkan data di RSUP Prof. Dr. R.D

Kandou Manado, sebanyak 410 kasus mioma uteri ditemukan pada tahun 2015-

2017 dengan rincian 112 (27%) kasus pada tahun 2015, 170 (42%) kasus pada tahun

2016, dan 128 (31%) kasus pada tahun 2017.3

Penyebab sebenarnya dari mioma uteri masih belum jelas.4 Tidak ada bukti

bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma, namun diketahui

estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor

1
estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium

sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium.5

Sekitar dua per tiga kasus mioma uteri asimptomatik dan hampir setengah

kasus ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologi. Diperkirakan

hanya 20-50% mioma saja yang menimbulkan gejala klinik seperti menoragia,

ketidaknyaman pelvis serta disfungsi reproduksi. Tanda dan gejala dari mioma uteri

sangat bergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural,

submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi, serta

jumlah mioma. Gejala yang sering ditemui antara lain adalah perdarahan abnormal,

nyeri panggul, gejala penekanan, dan disfungsi reproduksi.5,6

Penatalaksanaan mioma uteri bisa berupa pengobatan farmakologik berupa

hormon, ataupun tindakan operatif dengan melakukan miomektomi ataupun

histerektomi. Histerektomi merupakan terapi kuratif terbaik.2 Pada miomektomi,

perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya kekambuhan. Hasil penelitian

menunjukkan kekambuhan sebesar 2-3% per tahun setelah dilakukan miomektomi.4

Berikut ini akan dilaporkan kasus mioma uteri pada seorang wanita usia 45 tahun

yang dirawat di Bagian Ginekologi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. GF

Usia : 45 tahun

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SMA

Alamat : Amurang Uwuran I

MRS tanggal : 12 Januari 2019

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Perut semakin membesar

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien merasa perut semakin membesar sejak 1 tahun terakhir. Awalnya

pasien merasa terdapat benjolan pada perut bagian bawah sejak tahun 2017.

Pasien mengatakan benjolan tersebut awalnya tidak bertambah besar.

Namun sejak 1 tahun terakhir pasien menyadari bahwa benjolan tersebut

makin lama makin membesar. Pasien tidak memeriksakan diri ke dokter dan

hanya menjalani pengobatan herbal. Pasien kemudian memeriksakan diri ke

Poliklinik Obsetri dan Ginekologi di RSUP Prof Dr.dr R. D Kandou

3
Malalayang sebelum masuk rumah sakit dan didiagnosa dengan mioma uteri

+ diabetes mellitus tipe II. Pasien juga memiliki siklus haid yang tidak

teratur yang disadari setelah menikah. Saat haid pasien merasakan nyeri

hebat pada perut bagian bawah. Nyeri perut, keputihan, dan perdarahan dari

jalan lahir disangkal. Mual dan muntah disangkal. Buang air kecil dan buang

air besar tidak ada keluhan. Penurunan berat badan disangkal.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Diabetes Mellitus : disangkal

Hipertensi : disangkal

Penyakit Jantung : disangkal

Alergi : disangkal

Asma : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti ini.

5. Riwayat Perkawinan

Kawin : 1 kali

Usia perkawinan : 17 tahun

Status perkawinan sekarang : menikah

4
6. Riwayat Kehamilan

P1 : 1990 / Laki-laki / Sptlbk / Bidan / 2900 / Sehat

P2 : 1996 / Laki-laki / Sptlbk / Bidan / 3200 / Sehat

P3 : 2001 / Perempuan / Sptlbk / Bidan / 3200 / Sehat

7. Riwayat Haid

 HPHT 15 Oktober 2018

 Lamanya haid ± 3-4 hari, saat haid sering terasa nyeri

 Ganti pembalut ± 3 kali /hari

 Siklus haid tidak teratur

 Menarche usia 12 tahun

8. Riwayat Kontrasepsi

Pil KB : 1990

Suntik KB : 1999

AKDR : 1999 s/d 2003

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Praesens

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 82 kali/menit, regular, isi cukup

5
Respirasi : 20 kali/menit

Suhu : 36,5 ºC

BB : 55 kg

TB : 150 cm

IMT : 24.4 kg/m2

Mata : pupil isokor, konjungtiva anemis (-/-),

sklera ikterik (-/-)

Hidung : sekret (-)

Gigi dan mulut : karies (-), beslag (-)

Tenggorokan : T1/T1

Telinga : serumen (-)

Leher : pembesaran KGB (-)

Thoraks : simetris, retraksi (-)

Jantung : bunyi jantung I – II normal, bising (-)

Paru-paru : Sp. vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen : Inspeksi : tampak cembung

Palpasi : lemas, teraba massa setinggi ½ pusat

– symphisis, mobile, nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas : akral hangat, edema (-), pembesaran KGB (-)

6
2. Status Ginekologi

Inspeksi : fluksus (-), vulva tak ada kelainan

Inspekulo : fluksus (-), vagina tidak ada kelainan, portio tampak licin,

OUE tertutup

VT : fluksus (-), fluor (-), vulva/vagina tidak ada kelainan, portio

teraba kenyal, OUE tertutup

Adneksa/Parametrium bilateral : lemas, massa (-), nyeri (-)

Corpus Uteri : sebesar usia kehamilan 16 minggu

Cavum Douglasi : tidak menonjol

RT : mukosa licin, TSA cekat, ampula kosong

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. EKG tanggal 03 Januari 2019 : normal sinus ritme dengan heart rate 80

kali per menit.

2. Foto Thoraks tanggal 07 Januari 2019 : foto thoraks normal.

3. USG tanggal 14 Desember 2018 : kesan mioma uteri.

7
4. Laboratorium Klinik tanggal 05 Januari 2019:

Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan


Leukosit 7600 4000 – 10000 /uL
Eritrosit 5.81 4.70 – 6.10 106/uL
Hemoglobin 14.9 11.5 – 16.5 g/dL
Hematokrit 47.5 37.0 – 47.0 %
Trombosit 236 150 – 450 103/uL
MCH 25.6 27.0 – 35.0 Pg
MCHC 31.3 30.0 – 40.0 g/dL
MCV 87.1 80.0 – 100.0 fL
GDS 215 70 – 125 mg/dL
SGOT 21 <33 U/L
SGPT 22 <43 U/L
Ureum Darah 18 10 – 40 mg/dL
Kreatinin Darah 0.7 0.5 – 1.5 mg/dL
Chlorida Darah 99.1 98.0 – 109.0 mEq/L
Kalium Darah 4.02 3.50 – 5.30 mEq/L
Natrium Darah 138 135 – 153 mEq/L
PT 11.5 12.0 – 16.0 Detik
INR 0.83 0.80 – 130 Detik
APTT 38.4 27.0 – 39.0 Detik

5. Pap Smear tanggal 5 Januari 2019 : Negative for intraepithelial lesion or

malignancy.

E. RESUME MASUK

P3A0 45 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 12 Januari 2019, dengan keluhan

perut terasa semakin membesar sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 110/70 mmHg, tanda-tanda vital

lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik abdomen terlihat cembung

dan teraba massa setinggi ½ pusat – symphisis, mobile, nyeri tekan (-). Pada

pemeriksaan USG ditemukan kesan mioma uteri.

8
F. DIAGNOSIS

P3A0 45 tahun dengan mioma uteri + DM Tipe II

G. SIKAP

Persiapan operasi elektif Histerektomi Total Selasa, 15 Januari 2019

Pre operatif anestesi hari Senin, 14 Januari 2019

Konsul Interna

Persiapan darah

Konseling pasien dan keluarga pasien

H. FOLLOW UP

Perawatan Hari Ke-1 Minggu, 13 Januari 2019

S : perut membesar, nyeri perut tidak dirasakan

O : KU: cukup Kesadaran: compos mentis

TD : 110/80 mmHg N : 76 x/m RR : 20 x/m SB : 36,0ºC

Konjungtiva anemis -/- Sklera ikterik -/-

Abdomen : teraba massa setinggi ½ pusat – symphisis, mobile,

nyeri tekan (-)

A : P3A0 45 tahun dengan mioma uteri + DM Tipe II

P : Persiapan operasi Selasa, 15 Januari 2019

Konsul pre-operatif Senin, 14 Januari 2019

Konsul interna  advis: Novorapid 3x6 IU, Levemir 1x12 IU

Persiapan darah

9
Konseling pasien dan keluarga pasien  pasien setuju untuk dilakukan

histerektomi

Perawatan Hari Ke-2 Senin, 14 Januari 2019

S : perut membesar, nyeri perut tidak dirasakan

O : KU: cukup Kesadaran: compos mentis

TD : 110/70 mmHg N : 80 x/m RR : 20 x/m SB : 36,8ºC

Konjungtiva anemis -/- Sklera ikterik -/-

Abdomen : teraba massa setinggi ½ pusat – symphisis, mobile,

nyeri tekan (-)

A : P3A0 45 tahun dengan mioma uteri + DM Tipe II

P : Pre Operatif Hari ini

Persiapan operasi besok 15 Januari 2019

Puasa muali dari pukul 00.00

Persiapan darah

Konseling pasien dan keluarga pasien

Perawatan Hari Ke-3 Selasa, 15 Januari 2019

S : perut membesar, nyeri perut tidak dirasakan

O : KU: cukup Kesadaran: compos mentis

TD : 120/70 mmHg N : 78 x/m RR : 20 x/m SB : 36,6ºC

Konjungtiva anemis -/- Sklera ikterik -/-

Abdomen : teraba massa setinggi ½ pusat – symphisis, mobile,

nyeri tekan (-)

A : P3A0 45 tahun dengan mioma uteri + DM Tipe II

10
P : Persiapan operasi hari ini

Konseling pasien dan keluarga pasien

Instruksi pasca operasi :

Ceftriaxone 1 gr iv pre-op 1 jam

I. LAPORAN OPERASI

Pasien dibaringkan terlentang di atas meja operasi. Dalam keadaan general

anestesi, dilakukan desinfeksi dengan povidon iodin pada daerah abdomen dan

sekitarnya. Dilakukan pemasangan doek steril. Dilakukan insisi linea mediana

inferior. Insersi diperluas sampai beberapa cm di atas umbilikus. Insisi

diperdalam lapis demi lapis sampai fascia. Fascia dijepit dengan 2 klem kocher

diperluas ke kiri dan ke kanan. Otot disisihkan secara tumpul ke lateral.

Peritoneum dijepit dengan 2 pinset setelah yakin tidak ada jaringan usus terjepit

di bawahnya, digunting kecil dan diperlebar ke atas dan ke bawah. Setelah

peritoneum terbuka dilakukan eksplorasi. Tampak uterus membesar ukuran ±

12x19cm. Identifikasi ligamentum rotudum kanan dijepit, diguntung dan

dijahit, begitupula dengan sisi sebelahnya. Plika vesikouterina interna buka

dengan haes abdomen. Tampak kedua tuba dan ovarium kanan. Diputuskan

dilakukan histerektomi totalis salfingoovorektomi dextra. Ligamentum latum

kanan ditembus secara tumpul untuk membuat jendela. Ligamentum

infendibulopelvis kanan dijepit dengan 3 klem digunting dan dijahit double

ligasi. Pangkal tuba dan ligamentum ovarii proprium kiri dijepit 3 klem

digunting dan dijahit double ligasi. Identifikasi arteri uterina kanan dijepit 3

11
klem digunting dan dijahit double ligasi. Demikian juga sisi sebelahnya.

Ligamentum sacrouterina sisi kanan dijepit, diklem digunting dan dijahit,

demikian sisi sebelahnya. Identifikasi puncak vagina, dijepit 2 klem dan

digunting. Puncak vagina dijepit 4 klem kocher panjang kemudian dimasukkan

kasa betadin ke dalam puncak vagina, kemudian dikeluarkan. Puncak vagina

dijahit secara jelujur dengan safil. Kontrol perdarahan (+) minimal. Dilakukan

retroperitonealisasi. Diputuskan dilakukan pemasangan drain. Kavum

abdomen ditutup, dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, peritoneum dijahit

jelujur dengan chromic catgut. Otot terjahit simpul dengan chromic catgut.

Fascia dijahir jelujur dengan safil. Lemak dijahit simpul dengan plain catgut.

Kulit dijahit secara subkutikuler dengan safil. Luka operasi ditutup dengan kasa

steril. Operasi selesai. Jaringan dikirim ke laboratorium patologi anatomi.

Perdarahan : 200 cc

Diuresis : 500 cc

Foto jaringan post operasi

12
Pemeriksaan laboratorium pasca operasi tanggal 15 Januari 2019

Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan


Leukosit 15900 4000 – 10000 /uL
Eritrosit 4.90 4.70 – 6.10 106/uL
Hemoglobin 12.8 11.5 – 16.5 g/dL
Hematokrit 39.4 37.0 – 47.0 %
Trombosit 182 150 – 450 103/uL
MCH 26.1 27.0 – 35.0 Pg
MCHC 32.5 30.0 – 40.0 g/dL
MCV 80.5 80.0 – 100.0 fL

FOLLOW UP POST OPERASI

Ruangan IRINA D Atas: 16 Januari 2019 – 18 Januari 2019

16 Januari 2019 17 Januari 2019 18 Januari 2019


S Nyeri luka operasi (+) Nyeri luka operasi (+) Nyeri luka operasi (+)
VAS 3 VAS 2 VAS 2
O KU: cukup, KU: cukup, KU: cukup,
Kesadaran: compos Kesadaran: compos Kesadaran: compos
mentis mentis mentis
TD : 110/80 mmHg TD : 120/80 mmHg TD : 110/70 mmHg
N :74 x/m N : 80 x/m N : 78 x/m
RR : 20 x/m RR : 20 x/m RR : 20 x/m
SB : 36,6ºC SB : 36,5ºC SB : 36,7 ºC
Kep: Konjungtiva Kep: Konjungtiva Kep: Konjungtiva
anemis -/-, Sklera anemis -/-, Sklera anemis -/-, Sklera
ikterik -/- ikterik -/- ikterik -/-
Abdomen : tampak Abdomen : tampak Abdomen : tampak
luka post operasi luka post operasi luka post operasi
terawat baik terawat baik terawat baik
A P3A0 45 tahun dengan P3A0 45 tahun dengan P3A0 45 tahun dengan
mioma uteri post mioma uteri post mioma uteri post
HTSOD Hari ke-1 + HTSOD Hari ke-2 + HTSOD Hari ke-3 +
DM Tipe II DM Tipe II DM Tipe II
P Rawat luka operasi Rawat luka operasi Rawat luka operasi
Ceftriaxone 2 x 1 gram Ceftriaxone 2 x 1 gram Ceftriaxone 2 x 1 gram
iv iv iv
Metronidazole 2 x 500 Metronidazole 2 x 500 Metronidazole 2 x 500
mg iv mg iv mg iv
Asam Mefenamat 3 x 1 Asam Mefenamat 3 x 1 Asam Mefenamat 3 x 1
iv iv iv
Novorapid 3x6 IU Novorapid 3x6 IU Novorapid 3x6 IU
Levemir 1x12 IU Levemir 1x12 IU Levemir 1x12 IU

13
Mobilisasi bertahap Mobilisasi bertahap Mobilisasi bertahap
Konseling pasien dan Konseling pasien dan Konseling pasien dan
keluarga pasien keluarga pasien keluarga pasien

Ruangan IRINA D Atas: 19 Januari 2019 – 21 Januari 2019

13 November 2018 14 November 2018 15 November 2018


S Nyeri luka operasi (+) Nyeri luka operasi (+) Nyeri luka operasi (+)
berkurang berkurang berkurang
O KU: cukup, KU: cukup, KU: cukup,
Kesadaran: compos Kesadaran: compos Kesadaran: compos
mentis mentis mentis
TD : 110/70 mmHg TD : 110/80 mmHg TD : 110/70 mmHg
N :80 x/m N : 78 x/m N : 78 x/m
RR : 20 x/m RR : 20 x/m RR : 20 x/m
SB : 36,6ºC SB : 36,5ºC SB : 36,7 ºC
Kep: Konjungtiva Kep: Konjungtiva Kep: Konjungtiva
anemis -/-, Sklera anemis -/-, Sklera anemis -/-, Sklera
ikterik -/- ikterik -/- ikterik -/-
Abdomen : tampak Abdomen : tampak Abdomen : tampak
luka post operasi luka post operasi luka post operasi
terawat baik terawat baik terawat baik
A P3A0 45 tahun dengan P3A0 45 tahun dengan P3A0 45 tahun dengan
mioma uteri post mioma uteri post mioma uteri post
HTSOD Ke-4 + DM HTSOD + DM Tipe II HTSOD + DM Tipe II
Tipe II
P Rawat luka operasi Rawat luka operasi Rawat luka operasi
Cefadroxil 3x500mg Cefadroxil 3x500mg Cefadroxil 3x500mg
po po po
Asam Mefenamat 3 x 1 Asam Mefenamat 3 x 1 Asam Mefenamat 3 x 1
iv iv iv
Novorapid 3x6 IU Novorapid 3x6 IU Novorapid 3x6 IU
Levemir 1x12 IU Levemir 1x12 IU Levemir 1x12 IU
Mobilisasi bertahap Mobilisasi bertahap Mobilisasi bertahap
Konseling pasien dan Konseling pasien dan Konseling pasien dan
keluarga pasien keluarga pasien keluarga pasien
Rencana rawat jalan Rencana rawat jalan Rencana rawat jalan
besok hari ini

Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi tanggal 24 Januari 2019

Kesimpulan: Leiomyoma uteri. Tidak ditemukan tanda ganas

14
BAB III

PEMBAHASAN

A. DIAGNOSIS

Berdasarkan teori, walaupun tanda dan gejala mioma uteri kebanyakan

asimtomatik, mioma uteri dapat bergejala seperti menoragia, metroragia, nyeri,

hingga infertilitas.6 Beberapa mekanisme yang menjelaskan terjadinya perdarahan

yang banyak pada mioma uteri yaitu berupa anovulasi, perluasan permukaan

endometrium, gangguan kontraktilitas uterus, serta dilatasi vena-vena kecil pada

miometrium dan endometrium yang mengandung fibroid dan mengganggu efek

hemostatis trombosit dan fibrin.7 Pada kasus ini pasien mengeluhkan perut

membesar sejak tahun 2017.

Dismenorea bukanlah gejala khas tetapi dapat timbul karena gangguan

sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertasi nekrosis setempat dan

peradangan.8-10 Mioma yang berukuran besar juga dapat menyebabkan

penyempitan pada kanalis servikalis sehingga terjadi nyeri berupa dismenore.8

Dismenorea juga dapat disebabkan oleh efek tekanan, kompresi, termasuk hipoksia

lokal miometrium.6 Pada kasus ini pasien mengeluhkan adanya nyeri hebat ketika

pasien mengalami haid.

Riwayat gangguan buang air kecil tidak dikeluhkan oleh pasien begitu pula

riwayat sulit buang air besar. Berdasarkan teori, hal ini disebabkan adanya efek

penekanan yang sering dikaitkan dengan mioma uteri, namun bila ukuran mioma

lebih besar baru dapat menyebabkan efek penekanan pada ureter, kandung kemih

dan rektum.6

15
Faktor risiko berkembangnya mioma uteri berupa nullipara, usia menarche

dini, riwayat dismenorea, riwayat keluarga dengan mioma uteri, ras, dan usia.11

Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun dan jarang pada wanita 20

tahun dan wanita post menopause, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri

dengan estrogen.3 Dengan adanya stimulasi estrogen, menyebabkan terjadinya

proliferasi di uterus, sehingga menyebabkan perkembangan yang berlebihan dari

garis endometrium, sehingga terjadilah pertumbuhan mioma. Mioma uteri banyak

ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.12

Pada kasus ini ditemukan adanya faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya

mioma uteri yaitu pasien ada riwayat dismenorea. Pada kasus ini juga ditemukan

usia pasien 45 tahun, hal ini berhubungan dengan faktor risiko usia dimana kejadian

mioma uteri didapatkan lebih tinggi pada usia 35-50 tahun.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan uterus yang membesar, mobile,

dengan kontur yang reguler khas pada mioma uteri. Ukuran, kontur dan mobilitas

uterus harus diperhatikan juga dengan temuan lain,seperti massa adneksa dan

serviks. Temuan ini dapat membantu untuk melihat perubahan uterus dan untuk

perencanaan operasi.11,14 Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan

bimanual rutin uterus. Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan

kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang licin, tetapi sering sulit untuk

memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus.15 Pada pemeriksaan

fisik abdomen pasien ini, ditemukan teraba massa padat setinggi ½ pusat –

symphysis, mobile, dan tidak ada nyeri tekan.

16
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada mioma uteri berupa

pemeriksaan laboratorium, USG (ultrasonography), histeroskopi, dan MRI

(Magnetic Resonance Imaging).9 Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan

adalah pemeriksaan darah lengkap terutama untuk mencari kadar hemoglobin

karena pada mioma uteri sering terjadi anemia akibat perdarahan uterus yang

berlebihan dan kekurangan zat besi.16 Pada kasus ini pemeriksaan USG

memberikan gambaran kesan mioma uteri. Pemeriksaan laboratorium pada pasien

ini dalam batas normal. USG adalah modalitas yang sering digunakan karena

mudah digunakan, tersedia, dan efektif.12 USG dapat melihat pertumbuhan mioma

dan melihat adneksa untuk konfirmasi diagnosis mioma uteri dan menyingkirkan

kemungkinan massa adneksa lainnya.11,14

B. TATALAKSANA

Penatalaksanaan harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan, konservasi fungsi

reproduksi, keadaan umum, dari gejala yang ditimbulkan. Bila kondisi pasien

sangat buruk, lakukan upaya perbaikan yang diperlukan termasuk nutrisi,

suplementasi zat esensial, ataupun transfusi.17

Tindakan operatif dilakukan jika terjadi perdarahan uterus abnormal dengan

anemia, dan tidak respon terhadap manajemen hormonal, nyeri kronik dengan

dismenore berat, dispareunia, tekanan pada perut bawah, nyeri akut, torsi

pedunculated mioma atau prolapsus submukosal fibroid, pembesaran uterus yang

cepat pada masa premenopause atau postmenopause, infertilitas dengan leiomioma,

dan pembesaran ukuran uterus > 12 minggu dengan gejala kompresi atau perasaan

17
tidak enak pada bagian bawah perut.16 Pengobatan operatif meliputi miomektomi,

histerektomi dan embolisasi arteri uterus.

Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.

Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya

karsinoma servisis uteri.12 Histerektomi dilakukan jika fungsi reproduksi tidak

diperlukan lagi, pertumbuhan tumor sangat cepat, terjadi perdarahan terus menerus

dan banyak serta tidak membaik dengan pengobatan.16 Pada pasien ini dilakukan

tindakan Histerektomi Total Salfingo-Ooforektomi Dextra (HTSOD). Setelah

tindakan operasi, tampak uterus membesar dengan ukuran 18x16x8 cm. Pada saat

uterus dibelah, didapatkan pasien menderita mioma uteri intramural.

Penanganan penderita setelah operasi berupa pemberian antibiotik, analgesik

dan anti perdarahan untuk mencegah timbulnya komplikasi pasca operasi. Penderita

kemudian dipindahkan ke ruangan setelah keadaan umum penderita cukup pulih.

Setelah dirawat selama 6 hari pasca operasi tidak ditemukan adanya komplikasi dan

luka operasi baik maka penderita sudah dapat dipulangkan dan dianjurkan untuk

kontrol kembali ke poliklinik ginekologi RSUP Prof. R.D. Kandou Manado.

C. PROGNOSIS

Setelah dilakukan operasi HTSOD, dan dilihat dari keadaan umum dan tanda-tanda

vital yang baik pada saat pasien akan rawat jalan, maka prognosis pada pasien ini

adalah dubia ad bonam.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Resume

Seorang wanita P3A0 45 tahun dengan mioma uteri datang ke rumah sakit

dengan keluhan perut semakin membesar sejak 1 tahun terakhir. Pasien

didiagnosis dengan mioma uteri berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

penunjang. Selama masa pre-operasi tidak ada gangguan hemostasis demikian

juga selama masa post-operasi. Dilakukan tindakan operasi histerektomi totalis

salfingo-oovorektomi dextra (HTSOD). Pada saat uterus dibelah, didapatkan

pasien menderita mioma uteri intramural. Setelah dilakukan operasi HTSOD,

dan dilihat dari keadaan umum dan tanda-tanda vital yang baik pada saat pasien

akan rawat jalan, maka prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam.

B. Saran

 Kontrol poliklinik untuk perawatan dan evaluasi luka.

 Keluarga pasien hendaknya memberikan motivasi dan dukungan dalam

proses penyembuhan pasien.

 Pasien perlu melakukan kontrol rutin untuk memastikan bahwa ovarium

kanan tidak berkembang kearah ganas.

 Dokter hendaknya memperhatikan agar informed consent dilakukan dengan

baik sebelum pelaksanaan tindakan.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Sparic R, Mirkovic L, Malvasi A, Tinelli A. Epidemiology of uterine myomas:


a review. Int J Fertil Steril. 2016;9(4):424-435.
2. Vilos G, Allaire C, Laberge PY, Leyland N. The management of uterine
leiomyomas. J Obstet Gynaecol Can. 2015;37(2):157-78.
3. Pasinggi S, Freddy W. Prevalensi Mioma Uteri Berdasarkan Umur di RSUP
Prof. Kandou. eCl. 2017;3(1):1-6.
4. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current diagnosis
&treatment: obstetrics &gynecology, 10thed. New York: McGraw-Hill; 2007.
5. Hadibroto BR. Mioma uteri. Majalah Kedokteran Nusantara. 2005 Sept; 38(3):
254-9.
6. Wiknjosastro H. Ilmu kandungan, ed 2. Jakarta: YBPSP; 2007.
7. Ekine AA, Lawani LO, Iyoke CA, Jeremiiah I, Ibrahim IA. Review of the
Clinical Presentation of Uterine Fibroid and the Effect of Therapeutic
Intervention on Fertility. American Journal of Clinical Medicine Research.
2015;3:9-13.
8. DeCherney, A., Nathan L., Goodwin M., Laufer N. Benign Disorders of the
Uterine Corpus. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology,
Tenth,2007:134-145.
9. Uterine masses. In: Berek and Novak’s gynecology. 14th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins; 2007.p.469-71.
10. Schorge, Schaffer, Halvorson, Hoffman, Bradshaw, Cunningham. Benign
general gynecology. In: Williams’ gynecology. The McGraw-Hill Companies;
2008
11. Vilos GA, Allaire C, Laberge PY, Leyland N. The Management of Uterine
Leiomyomas. J Obstet Gynaecol Can 2015;37(2):157–178
12. Kurniasari T. Karakteristik mioma uteri di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Periode Januari 2009-Januari 2010 [Skripsi]. [Surakarta]: Universitas Sebelas
Maret Surakarta;2010.

20
13. Lilyani DI, Sudiat M, Basuki R. Hubungan faktor risiko dan kejadian mioma
uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah. 2012;1:14-9
14. Stewart EA. Epidemiology, clinical manifestations, diagnosis, and natural
history of uterine leiomyomas (fibroids). 1 Juni 2011 [diakses: 12 Desember
2016]. Available from: http://www.uptodate.com/contents/epidemiology-
clinical-manifestations-diagnosis-and-natural-history-of-uterine-leiomyomas-
fibroids.
15. Joedosapoetro MS. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital. Ilmu Kandungan Edisi
Kedua. Jakarta: PT Bina Pustaka. 2009:38-41 .
16. Achadiat CM. Prosedur tetap obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC. 2004:94-
5.
17. Anwar M, Baziad A, Prabowo RP. Ilmu kandungan. Edisi 3. Jakarta: Bina
Pustaka; 2011.

21
SEMINAR LAPORAN KASUS MAHASISWA

KEPANITERAAN KLINIK MADYA

Nama : Fira Ardianti Fabanyo

NRI : 17014101005

Masa KKM : 07 Januari – 17 Maret 2019

Judul : Diagnosis dan Penatalaksanaan Mioma Uteri

Tanggal Baca :

Pembimbing : dr. Rudy A. Lengkong, SpOG(K)

No. Nama Tanda Tangan

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

11 11

12 12

22
13 13

14 14

15 15

16 16

17 17

18 18

19 19

20 20

Presentan

Fira Ardianti Fabanyo

Koordinator Pendidikan Supervisor Pembimbing


Bagian Obstetri dan Ginekologi
FK Unsrat

dr. Suzanna Mongan, Sp. OG(K) dr. Rudy A. Lengkong, SpOG(K)

23

Anda mungkin juga menyukai