Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S
DENGAN KATARAK
DI RUANG ASYFA RSI BANJARNEGARA

Disusun oleh
Titi yuli anggraeni (2021020200)
Tri nurhidahayah (2021020201)
Cicik wurijanti (20210200154)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER B 17


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2021/2022
BAB 1
KATARAK

A. Pengertian katarak
Katarak berasal dari kata Yunani Katarraktes, Inggris Cataract, dan Latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air
terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-
duanya.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang menyebabkan gangguan penglihatan (Nanda,
Nic-Noc 2013). Katarak adalah penyebab paling umum kehilangan penglihatan pada orang berusia
di atas 50 tahun dan merupakan penyebab utama kebutaan didunia (Dwi Antara Nugraha 2018).
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa katarak adalah kekeruhan. Menurut
Anas Tamsuri tahun 2012 katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya. Biasanya
mengenai kedua mata dan berjalan progresif.

lensa mata atau kapsul lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan.
A. Klasifikasi katarak.
1). Menurut Anas Tamsuri (2012) katarak dapat di klasifikasikan menjadi:
a) Berdasarkan usia katarak dapat di klasifikasikan menjadi:
(1) Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun.
(2) Katarak junevil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
(3) Katarak senilis, katarak setelah usia 50 tahun.
b) Berdasarkan stadiumnya, katarak senilis dibedakan menjadi:
(1) Stadium Awal (Insipien).
Pada stadium awal kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak
terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini sering kali penderitanya tidak
merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung
diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriti menuju korteks
anterior dan posterior.
(2) Stadium Imatur.
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau
belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada
lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi korteksyang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung.
(3) Stadium Matur.
Bila proses degenerasi berjalan terus akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil
desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadiumini lensa akan berukuran normal.
(4) Stadium Hipermatur.
Katarak yang terjadi akibat korteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat
keluar melalui kapsul.

c) Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi:


(1) Katarak Traumatika.
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun
tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak
monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar-X, radioaktif, dan
benda asing.
(2) Katarak Toksika.
Merupakan katarak yang sering terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu. Selain itu, katarak ini dapat juga terjadi karena penggunaan obat seperti
kortikosteroid dan elorpromazine.
(3) Katarak Komplikata.
Katarak terjadi akibat gangguan sistemik seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme atau akibat kelainan lokal seperti uveitis, glukoma dan miopia
atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

2) Menurut Dwi Antara Nugraha (2018) katarak di klasifikasikan menurut penyebabnya


yaitu:
a) Katarak senil.
(1) Perubahan kimia diprotein lensa pada pasien lansia.
b) Katarak kongenital.
(1) Kesalahan metabolisme bawaan.
(2) Infeksi rubella ibu pada trimester pertama.
(3) Anomali kongenital.
(4) Penyebab genetik (biasanya dominan autosomal).
(5) Katarak resesif dapat terpaut seks.
c) Katarak traumatik.
(1) Benda asing menyebabkan humor akueus atau vitreus masuk ke kapsul lensa.
d) Katarak komplikasi.
(1) Uveitis.
(2) Glaukoma.
(3) Pigmentosa retinitis.
(4) Ablasio retina.
(5) Diabetes.
(6) Hipoparatiroidisme.
(7) Dermatitis atopik.
(8) Ionisasi radiasi atau sinar infra merah.
e) Katarak toksik.
(1) Toksitas obat atau zat kimia.
(a) Ergot.
(b) Dinitrofenol.
(c) Naftalin.
(d) Fenotiazin.

B. Etiologi dan faktor resiko


Sebagian besar katarak terjadi karena proses degenerative atau bertambahnya usia
seseorang. Katarak kebanyak muncul pada usia lanjut akibat pajanan kumulatif terhadap pengaruh
lingkungan dan pengaruh lainnya. Faktor- faktor risiko yang mendukung terjadinya katarak adalah:
a. Diabetes.
Pasien dengan diabetes memiliki risiko tinggi mengalami katarak dan risiko komplikasi
postoperasi lebih tinggi. Peningkatan gula darah secara cepat dapat menyebabkan
pembengkakan lensa akut dan pseudomyopia. Akan tetapi fenomena ini bersifat reversible.
Tipe yang umum pada pasien diabetes adalah katarak subkapsular posterior, kortikal, dan
campuran.
b. Penggunaan alkohol
Berdasarkan laporan, orang yang mengonsumsi lebih baanyak alkohol memiliki risiko
katarak lebih tinggi. Mekanismenya kemungkinan karena adanya efek katarktogenik yang
dimediasi oleh malnutrisi akibat kekurangan asupan makanan, atau inhibisi langsung dari
penyerapan nutrisi makanan oleh alkohol.
c. Riwayat keluarga.
d. Trauma.
e. Penggunaan kortikosteroid jangka panjang
Kemungkinan kortikosteroid memiliki efek katarktogenik yang dapat menyebabkan
katarak tipe subkapsular posterior
f. Merokok. Merokok dapat menyebabkan kekeruhan pada inti lensa. Mekanisme yang
menjelaskan hal tersebut masih belum diketahui.
g. Paparan sinar UV
Pada penelitian dikatakan bahwa pasien yang terpapar dengan UV-B memiliki risiko
lebih tinggi terkena katarak. Dikatakan bahwa adanya radikal bebas pada retina merupakan
penyebab kerusakan lensa. Radiasi sinar UV ini menyebabkan katarak subkapsular posterior.
h. Nutrisi
Kekurangan nutrisi seperti vitamin C, E, dan karotenoid dikatakan akan meningkatkan
kejadian katarak.
C. Patofisiologi Katarak
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen
anatomis, pada zona sentral terdapat nucleus, diperifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsul anterior dan posterior, dengan bertambahnya usia, nekleus mengalami perubahan
warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitaster tgerdapat densitas seperti duri dianterior
dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
menyebabkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang
memanjang dari badan silier di sekitar daerah di luar lensa, misalnya, dapat menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah
satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influis air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.
Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien
yang penderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian traua maupun sistemas, seperti diabetes, namun
sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ke tujuh.
Katarak dapat bersifat kongenital dan harus di identifikasi awal, kerena bila tidak
terdiagnosa dapat menyebabkan amblyopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang
paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan,
alcohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin oksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
lensa berisi 65 persen air, 35 persen protein, dan mineral penting.

Katarak merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan


kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses
penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam usuran
densitasnya. Peningkatan densitas di akibatkan oleh kompresi sentral serat lensa yang lebih tua.
Saat serat lensa yang baru di produksi di kortek, serat lensa di tekan menjadi sentral. Serat- serat
lensa yang pada lama-lama menyebabkan hilangnya transparansi lensa yang tidak nyeri dan sering
bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak di atas menyebabkan gangguan metabolisme pada
lensa mata.
Gangguan metabolisme ini menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di
dalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang di
berbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea di
halangi olen lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semua yang sampai
pada retina, akibat otak menginterprestasikan sebagai baynagan yang berkabut. Pada katarak yang
tidak di terapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubahan kuning, bahkan menjadi coklat
atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna. (Sharif La Ode 2012).
D. Pathway katarak
Sumber : Bryan Veloso (2009)

Traum Degenerasi Perubahan Kimia Penyakit


Diabetesss
Mellitus
Merusak Produk Gangguan
metabolisme Gangguan
kapsul lensa serat lensa
mikroanglopati
metabolisme
dibagian lensa
korteks
Kompresi Perubahan
Perubahan
sentral (serat) jumlah protein
serabut
pada nukleus lensa

m
Densitas lensa Densitas nsin
ukleus dehdarasi
penumbunan Membentuk Gangguan suplai
pigmen lensa 02 dan protein

Keruh Keruh Keruh

Katarak

Dapat melihat Peka terhadap Timbul bercak Lensa mata


double pada satu sinar atau cahaya putih berubah Penglihatan
mata menjadi buram tidak jelas

Pandangan kabur atau tidak


jelas

Resiko jatuh Gangguan sensori Kurang


persepsi penglihatan pengetahuan

Resiko tinggi
terhadap
cidera
E. Tanda da
F. Penatalaksanaan
a. Menurut Kimberly A.J Bilota (2011) terapi katarak yaitu:
1) Umum.
a) Sebelum pembedahan, kacamata dan lensa kontak dapat membantu memperbaiki
penglihatan.
b) Kacamata hitam saat cahaya terang dan lampu terang dapat memberi cahaya reflektif
bukan cahaya langsung yang mengurangi silau dan membantu penglihatan.
c) Pembatasan aktivitas sesuai gangguan/ kehilangan penglihatan.
2) Pengobatan.
a) Untuk mencegah katarak
(1) Obat anti-inflamasi nonsteroid, seperti ketorolak dan bromfenak.
b) Pembedahan.
(1) Ekstraksi lensa dan implamasi lensa intraokuler.
(2) Ekstraksi katarak ekstrakapsular.
(3) Ekstraksi katarak instrakapsular.
(4) Fakoemulsifikasi.

c) Pemantauan.
(1) Tanda-tanda vital.
(2) Ketajaman penglihatan.
(3) Komplikasi pembedahan.
G. Pemeriksaan penunjang
Menurut Sharif La Ode (2012) pemeriksaan diagnostic katarak yaitu:
1) Kartu nama snellen/mesin telebinokuler: mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,
lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke
retina.
2) Lapang penglihatan: penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3) Pengukuran tonografi: TIO (12-25 mmHg).
4) Pengukuran gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5) Tes provokatif: menentukan adanya/tipe glukoma.
6) Oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lem-peng optik, papilledema,
perdarahan.
7) Darah lengkap,LED: menunjukkan anemi sistemik/infeksi.
8) EKG, kolesterol serum, lipid.
9) Tes toleransi glukosa: control DM.
H. Komplikasi
a. Komplikasi katarak menurut Sharif La Ode (2012) antara lain:
1) Yang terjadi berupa: visus tidak akan mencapai 5/5 amblipia.
2) Komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus.
b. Komplikasi katarak menurut Kimberly A.J Bilotta (2011) yaitu:
1) Kehilangan penglihatan total.
2) Komplikasi pembedahan yang mungkin terjadi:
a) Penurunan cairan total.
b) Dehisens luka.
c) Hifema.
d) Glaukoma yang menyumbat pupil.
e) Ablasio retina.
f) Infeksi.

I. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Katarak


1) Pengkajian
Menurut Sharif La Ode (2012) Pengkajian pada pasien katarak adalah:
a. Data Subyektif.
1) Nyeri.
2) Mual.
3) Diaporesis.
4) Riwayat jatuh sebelumnya.
5) Pengetahuan tentang regimen terapeutik.
6) Sistem pendukung, lingkungan penuh.
b. Data Objektif.
1) Perubahan tanda-tanda vital.
2) Respon yang lazim terhadap nyeri.
3) Tanda-tanda infeksi.
a) Kemerahan.
b) Edema.
c) Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva menonjol).
d) Peningkatan suhu tubuh.
e) Ketajaman penglihatan masing-masing mata.
f) Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya.
g) Kesiapan untuk belajar dan menyerap informasi.
J. Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan Pre-Op
1. Gangguan Persepsi Sensori (pengelihatan) (D. 0085)
Luaran : Persepsi sensori membaik (L.09083)
Verbalisasi melihat meningkat
Respons sesuai stimulus membaik
Distorsi sensori menurun
Konsentrasi membaik
Orientasi membaik

Intervensi Keperawatan: Minimalisasi Rangsangan (I.08241)


 Periksa status mental, status sensori, dan tingkat kenyamanan (mis. nyeri, kelelahan)
 Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori (mis. Bising, terlalu terang)
 Batasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, suara, aktivitas)
 Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
 Kombinasikan prosedur/tindakan dalam satu waktu, sesuai kebutuhan
 Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis. mengatur pencahayaan ruangan,
mengurangi, membatasi kunjungan)
 Kolaborasi dalam prosedur/tindakan
 Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi stimulus persepsi
2. Risiko Jatuh b/d gangguan Pengelihatan (D.0143)
L uaran: Tingkat jatuh menurun (L.14138)
 Jatuh saat berdiri menurun
 Jatuh saat duduk menurun
 Jatuh saat berjalan menurun
 Jatuh saat dipindahkan menurun
 Jatuh saat dikamar mandi menurun
 Jatuh saat membungkuk menurun
Intervensi Keperawatan: Pencegahan Jatuh (I.14540)

 Identifikasi faktor resiko jatuh


 Identifikasi resiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan kebijakan institusi
 Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh (misalnya lantai licin,
penerangan kurang)
 Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (Misalnya Fall Morse Scale, Humpty
Dumpty Scale) Jika perlu
 Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur kek kursi roda dan sebaliknya
 Orientasikan ruangan pada psien dan keluarga
 Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam keadaan terkunci
 Pasang Handrail tempat tidur
 Tempatkan pasien beresiko tinggi dekat dengan pantauan perawat atau nuurse station
 Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
 Gunakan alat bantu berjalan
 Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
 Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpindah
 Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
 Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
 Anjurkan melebarkan kaki untuk meningkatkan keseimbangan saat berdiri
3. Ansietas (D.0080)
Luaran: Tingkat Ansietas menurun (L.09093)
Verbalisasi kebingungan dan khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
 Perilaku gelisah dan tegang menurun
 Palpitasi, tremor, dan pucat menurun
 Konsentrasi dan pola tidur membaik
 Orientasi membaik

Intervensi Keperawatan: Reduksi ansietas (I.09314)


 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah seperti Kondisi, waktu, dan stressor
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda anxietas baik verbal dan non verbal
 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi

K. Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Post-Op


1. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisik atau kimiawi (D.0077)
Luaran: Tingkat nyeri menurun (L.08066)
• Keluhan nyeri menurun
• Merigis menurun
• Sikap protektif menurun
• Gelisah dan kesulitan tidur menurun
• Anoreksia, mual, muntah menurun
• Ketegangan otot dan pupil dilatasi menurun
• Pola napsa dan tekanan darah membaik
Intervensi Keperawatan :
Manajemen Nyeri (I.08238)
• Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
• Identifikasi skala nyeri
• Identifikasi respon nyeri non verbal
• Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
• Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
• Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
• Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
• Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
• Monitor efek samping penggunaan analgetik
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan tidur
• Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
•Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Resiko Infeksi b/d Efek Prosedur Invasif (D. 0142)
Luaran: Tingkat Infeksi Menurun (L.14137)
 Kebersihan tangan dan badan meningkat
 Demam, kemerahan, nyeri, dan bengkak menurun
 Periode malaise menurun
 Periode menggigil, letargi, dan ganggauan kognitif menurun
 Kadar sel darah putih membaik
Intervensi Keperawatan: Pencegahan Infeksi (I.14539)
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
 Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada daerah edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptik pada psien beresiko tinggi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara memeriksa luka Kolaborasi pemberian antibiotiki jika perlu
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KATARAK

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 20 mei 2022
Jam : 15.00
1. Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : binorong rt 3 rw 5 bawang
No.Reg : 073347
Diagnosa Medis : OS Catarac senilis matur

2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
Klien mengatakan pandangan mata kiri kabur
 Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poli mata RSMS pada tanggal 20 mei 2022 untuk kontrol mata rutin
dengan keluhan pandangan mata kiri terasa kabur terutama pada siang hari, seperti
melihat kabut, tidak gatal, tidak nyeri. Klien disarankan untuk menjalani operasi pada
mata kirinya di RSI banjarnegara
 Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan sudah merasakan gejala penyakit ini dari 2 tahun yang lalu. Klien
mengatakan mata kairinya pernah tertusuk ujung daun padi waktu bertani disawah,
pertama pedih dan sering mengeluarkan air mata, dan mata kanan sering dikucek-kucek
karena sedikit pedih dan gatal. Klien mengatakan sebelumnya belum pernah menjalani
perawatan di rumah sakit.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan ada anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama
dengan klien yaitu ibunya dan kakak perempuannya. Tetapi klien mengatakan tidak ada
anggota keluarga yang memiliki penyakit menular dan menurun seperti DM, Hipertensi,
stroke dan jantung.

3. Pola Kesehatan Fungsional


a. Pemeliharaan Kesehatan
Klien dan keluarga mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit Katarak yang
diderita sekarang dan telah mengetahui tindakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Klien dan keluarga selalu menggunakan fasilitas kesehatan baik ke dokter umum
maupun dokter spesialis jika ada anggota keluarganya yang sakit. Klien langsung pergi
kepusat pelayanan kesehatan setempat.
b. Nutrisi Metabolik
Klien mengatakan tidak ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. Di rumah
klien makan 3 x sehari dengan komposisi makanan nasi, sayur, dan lauk pauk. Selain
makanan utama klien juga sering mengkonsumsi buah-buahan dan makananan kecil
lainnya. Di rumah sakit klien mendapatakan diet nasi biasa, makanan yang disediakan
dari RS selalu habis 1 porsi.
Dalam 24 jam klien minun ± 7 gelas/hari berupa air putih dan teh.
c. Eliminasi
Frekuensi BAB normal dengan konsistensi feses lunak, warna kuning, bau khas feses,
tidak mengandung darah ataupun lendir.
Klien biasa BAK 4-6 kali dalam sehari warna kuning, bau khas urin.

d. Aktivitas
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum *
Mandi *
Toileting *
Berpakaian *
Mobilitas *
Berpindah *
Ambulasi/ROM *
0: mandiri, 1: alat, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total
Aktivitas klien tidak terganngu, klien masih bisa beraktivitas seperti biasa
e. Pola persepsi Kognitif
Ingatan pasien masih baik, Sedikit kabur pada mata kiri. Klien mengatakan untuk
membaca klien kesulitan karena pandangannya yang kabur. Pendengaran masih dapat
mendengar dengan baik, dan kesadaran penuh.
f. Pola Istirahat
Klien mengatakan tidak ada masalah dalam pola istirahat dan tidurnya. Klien biasa tidur
7-8 jam /hari. Tidak ada kebiasaan tidur siang dan kebiasaan khusus sebelum tidur
g. Konsep Diri
Identitas : Klien adalah seorang laki-laki, suami, ayah dari anak-anaknya.
Ideal diri : Klien mengatakan seharusnya dia berada di sawah untuk bertani dan bekerja
seperti biasanya. Klien adalah seorang suami yang bertanggung jawab
terhadap istri dan anak-anaknya
Harga diri : Tidak ada masalah dalam harga diri, klien tidak merasa minder dengan
penyakit yang dideritanya.
Gambaran diri : Klien menggambarkan diri sebagai suami, ayah, dan anggota
masyarakat. Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pekerja yang
sibuk dan selalu mencari kegiatan disawah.
h. Pola Peran dan Hubungan
Orang yang paling dekat dengan klien adalah suaminya. Klien memiliki hubungan yang
dekat dengan anak-anaknya. Tidak ada masalah di tempat kerja maupun dalam
kehidupan bermasyarakat. Klien sering berinteraksi dengan anggota keluarga, rekan
kerja maupun anggota masyarakat.
i. Pola Reproduksi seksual
Klien adalah seorang laki-laki, menikah, dengan 2 orang anak. Klien mengatakan telah
menikah selama 18 tahun. Saat ini tingkat libido klien masih baik.
j. Pola Pertahanan Diri
Klien mengatakan sedikit khawatir dengan kondisi dan keadaan dirinya, tetapi klien
tidak merasa minder atau khawatir dengan penyakit yang dihadapinya, klien bisa
menerima keadaan dirinya
k. Pola manajemen koping dan stres
Selama menderita sakit, klien tidak merasakan perubahan yang besar dalam hal
emosional, bila menghadapi masalah klien sering mendiskusikannya dengan anggota
keluarga terutama istrinya. Pada saat ini dan akhir-akhir ini klien tidak mempunyai
masalah yang memerlukan konsentrasi untuk menyelesaikan, klien hanya memikirkan
ingin segera pulih kesehatannya.
l. Sistem nilai dan keyakinan
Klien beragama islam taat beribadah. Tidak ada keyakinan yang salah yang bertentangan
dengan nilai-nilai kesehatan. Tidak ada pantangan tentang yang dianut yang dapat
merubah status kesehatan klien.

4. Pemeriksaan Fisik
Keluhan saat dikaji 20 mei 2022:
Kedaan Umum klien : Kesadaran compos mentis (GCS: E4V5M6)
a. Tanda vital : TD= 130/70 mmHg, N= 72 x/menit, S= 36.8 0C, R= 24 x/mnt
b. Kepala : Rambut pendek, disisir rapih, bersih tak berbau dan tak berketombe.
Tekstur kuat
c. Mata : Konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterus, terdapat bintik putih di area
kornea mata kiri.
IOL calculation
VOD =0.2 F
VOS = 200
VOD = 0,2 F+100.0,7
VOS = 200 Nc PH 0,7
d. Hidung : Simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada
polip, tidak keluar darah.
e. Telinga : Simetris, tak ada discharge, bersih, fungsi pendengaran baik
f. Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada sianosis, bersih, tidak ada stomatitis.
g. Leher : Tak ada deviasi trachea, tak ada pembesaran vena jugularis, tak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
h. Thorax : Bentuk simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada benjolan.
i. Jantung : Tidak ada kardiomegali, S1>S2, iktus kordis tidak terlihat, suara jantung
reguler.
j. Paru : Pada saat di perkusi suara paru sonor, di auskultasi suara paru vesikuler,
tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing, dan tidak ada cairan.
k. Punggung : Tidak mengalami skoliosis, lordosis ataupun kifosis
l. Abdomen
 Insp. : Tidak ada distensi, tidak tampak vena di permukaan dinding abdomen,
tidak bengkak dan kembung.
 Ausk : Suara peristaltic 6x/menit, kuat dan teratur, bising usus teratur
 Perkusi : Terdengar timpani pada areal abdomen, perkusi pada retro abdomen
klien tidak merasa nyeri.
 Palp. : Tak ada nyeri tekan, tak ada pembesaran hati atau limpa dan ginjal tak
teraba
m. Inguinal : Tak ada pembesaran kelenjar inguinal, alat kelamin tak ada kelainan dan
keluhan
n. Ekstrimitas : Turgor kulit baik

5. Pemeriksaan Penunjang yang telah dilakukan


Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Pemeriksaan
20-05-2022 Hemoglobin 12,8 L: 14-18, P: 13-16 g/dl
Leukosit 7.100 4.800-10.800 ul
Hematokrit 39 L: 40-48, P: 37-43 %
Eritrosit 4.53 L: 4.5-5.5, P4-5 juta/ul
Trombosit 306.000 150.000-400.000/ul
MCV 88 80-97 fl
MCH 28,3 26-32 pgr
MCHC 32,2 31-36 %
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 5 1-4 %
Batang 0 2-5 %
Segmen 72 40-70 %
Limfosit 23 19-48 %
Monosit 0 3-9 %
PT 15,0 10.8-14.4 detik
APTT 34,7 24-36 detik
Glukosa sewaktu 160 ≤ 200 mg/dl
LED 10 L 0-15, P 0-20 mm/jam

6. Therapi yang diberikan


Asam Mefenamat 3x1 (500 mg) PO
Ciprofloxacin 3 x1 (500 mg) PO
Opti xitrol ED 5 x 0.6 (teteskan pada mata)

B. ANALISA DATA
No Tanggal/Jam Data Problem Etiologi
1. 20 -05 2022 Data Subjektif Gangguan Gangguan
Jam 15.00  Klien mengatakan persepsi penglihatan
pandangan mata sensori
kanan dan kiri kabur
Data Objektif
 bintik putih di area
kornea mata kanan
 pupil kiri sohor
 Pupil kanan isohor
 VOD = 0.2 F
 VOS = 200 F

2. 20-05-2022 Data Subjektif Ansietas kekhawatiran


Jam 19.00  Klien mengatakan mengalami
sulit tidur kegagalan
 Klien mengatakan
binggung dan
khawatir dengan
kondisi yang di
hadapi
Data Objektif
 Mata kanan berair
 Pasien tampak
gelisah
 TD= 130/80 mmHg,
N= 93 x/menit, S=
36.9 0C, R= 21 x/mnt

3. 21-05-2022 Data Subjektif Nyeri akut Agen pencedera


Jam 18.45  Klien mengatakan fisik
Nyeri mata terasa
pegel dan perih
menetap setelah
dioperasi mata
Klien mengatakan
matanya seperti mau
copot

Data Objektif
mata kanan berair
skala nyeri 5
TD= 130/80 mmHg,
N= 93 x/menit, S=
36.9 0C, R= 21x/mnt
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan Gangguan penglihatan
2. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
D. RENCANAN KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan Standar Luaran Standar Luaran
(SDKI Keperawatan Indonesia (SLKI Keperawatan Indonesia (SLKI
1. Gangguan persepsi sensori : Setelah dilakukan intervensi keperawatan Minimalisasi Rangsangan (I.08241)
penglihatan b.d gangguan selama 1x24jam diharapakan Persepsi sensori  Periksa status mental, status sensori,
penglihatan membaik (L.09083) dengan kriteria hasil dan tingkat kenyamanan (mis. nyeri,
 Verbalisasi melihat meningkat kelelahan)
 Respons sesuai stimulus membai  Diskusikan tingkat toleransi terhadap
 Distorsi sensori menurun beban sensori (mis. Bising, terlalu
 Konsentrasi membaik terang)

 Orientasi membaik  Batasi stimulus lingkungan (mis.


cahaya, suara, aktivitas)
 Jadwalkan aktivitas harian dan waktu
istirahat
 Kombinasikan prosedur/tindakan
dalam satu waktu, sesuai kebutuhan
 Ajarkan cara meminimalisasi
stimulus (mis. mengatur pencahayaan
ruangan, mengurangi, membatasi
kunjungan)
 Kolaborasi dalam prosedur/tindakan
 Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi stimulus persepsi

Reduksi ansietas (I.09314)


2. Ansieta •Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
s Setelah dilakukan intervensi keperawatan seperti Kondisi, waktu, dan stressor
(D.0080 selama 1x24jam diharapakan Tingkat Ansietas •Identifikasi kemampuan mengambil
) menurun (L.09093) keputusan
berhubu  Verbalisasi kebingungan dan khawatir akibat •Monitor tanda anxietas baik verbal dan
ngan kondisi yang dihadapi menurun non verbal
dengan  Perilaku gelisah dan tegang menurun •Ciptakan suasana terapeutik untuk
kekhaw  Palpitasi, tremor, dan pucat menurun menumbuhkan kepercayaan
atiran  Konsentrasi dan pola tidur membaik •Temani pasien untuk mengurangi
mengala  Orientasi membaik kecemasan, jika memungkinkan
mi •Pahami situasi yang membuat ansietas
kegagal •Dengarkan dengan penuh perhatian
an •Gunakan pedekatan yang tenang dan
meyakinkan
•Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
•Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
•Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
•Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
•Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
•Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
•Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
•Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
•Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
•Latih teknik relaksasi

Manajemen Nyeri (I.08238)


• Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Setelah dilakukan intervensi keperawatan • Identifikasi skala nyeri
selama 1x24jam diharapakan Tingkat nyeri • Identifikasi respon nyeri non
menurun (L.08066), dengan kriteria hasil verbal
• Keluhan nyeri menurun • Identifikasi faktor yang
Nyeri • Meringis menurun memperberat dan memperingan nyeri
akut • Sikap protektif menurun • Identifikasi pengetahuan dan
(D.0077 • Gelisah dan kesulitan tidur menurun keyakinan tentang nyeri
) • Anoreksia, mual, muntah menurun • Berikan teknik nonfarmakologis
• Ketegangan otot dan pupil dilatasi untuk mengurangi rasa nyeri
menurun • Kontrol lingkungan yang
• Pola napsa dan tekanan darah membaik memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan tidur
• Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
• Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
• Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
• Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
• Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Pemberian Analgetik (I.08243)
• Identifikasi karakteristik nyeri
(mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
• Identifikasi riwayat alergi obat
• Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika, non-narkotika,
atau NSAID) dengan tingkat keparahan
nyeri
• Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
• Monitor efektifitas analgesic
• Dokumentasikan respon terhadap
efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
• Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
• Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik, sesuai indikasi
E. IMPLEMENTASI

Hari/ Jam NO Implementasi Keperawatan Evaluasi Paraf


Tanggal DX
20 -05 2022 Jam 1,2  Memastikan derajat/tipe kehilangan Subjektif
15.00 penglihatan  Klien mengatakan pandangan mata kiri
 Menunjukkan pemberian tetes mata, kabur, seperti ada kabut terutama pada
contoh menghitung tetesan, mengikuti siang hari
jadwal, tidak salah dosis  Klien mengatakan masih ragu dan khawatir
18.00  Mengkolaborasikan obat sesuai dengan tentang rencana operasi katarak besok
indikasi tanggal 21 mei 2022 jam 16 .00 wib
19.00  mengidentifikasi kemampuan mengambil Objektif
keputusan  Mata berair
 Memonitor tanda anxietas baik verbal dan  VOD = 0,2F
non verbal  VOS = 200 F
 mengajarkan cara meminimalisasi stimulus  Pasien tampak binggung melamun
(mis. mengatur pencahayaan ruangan, dan terlihat belum bisa memutuskan
mengurangi, membatasi kunjungan untuk tindakan operasi.
Assesment
 Klien mampu menggunakan obat tetes mata
dengan benar
 Klien belum bisa memutuskan tentang
rencan tindkan operasi katarak besok tgl 21
mei 2022 jam 16.00 wib
 Masalah belum teratasi

Planning
 Lanjutkan intervensi
 Rencana OP Catarac besok tgl 21 mei 2022
jam 16.00
21 -05 2022 Jam 1,2  Memonitor tanda anxietas baik verbal dan Subjektif
09.00 non verbal  Pasien mengatakan sudah siap dan yakin
 mengidentifikasi kemampuan mengambil untuk melakukan operasi katarak,dan
keputusan persiapan puasa 6 jam sebelum operasi
Jam  mengajarkan cara meminimalisasi stimulus
10.00 (mis. mengatur pencahayaan ruangan, Objektif
mengurangi, membatasi kunjungan Pasien terlihat lebih tenang dan rileks
mengkolaborasi medis untuk persiapan  TD= 120/70 mmHg, N= 79x/menit, S=
puasa 6 sebelum operasi 37,1 0C, R= 23 x/mnt
Assesment
 Pasien mampu mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan operasi
katarak
Planning
Lanjutkan intervensi

Jam 1,2,3  Memonitor tanda anxietas baik verbal Subjektif


19.00 dan non verbal  pasien mengatakan nyeri mata kiri
(post  mengidentifikasi skala nyeri setelah operasi
op)  mengidentifikasi respon nyeri non  pasien mengatakan khawatir dengan
verbal nyeri yang dirasakan
 mengkolaborasi medis dalam P : Nyeri setalah operasi katarak
pemberian analgetik Q : Nyeri terasa pegel perih
R : Rasa nyeri mata kiri
S : Skala nyeri 5
T : menetap
Objektif
 Pasien terlihat menahan nyeri skala
nyeri 5
 terlihat cemas
 Terdapat balutan kasa post op
katarak pada mata kirinya,terpasang
infus RL 20 tpm,memberikan
inj.keterolac 1 ampul.

Anda mungkin juga menyukai