Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK

OLEH :

OKTAVIANUS BAWA TAKO ( 19621243 )


VERONIKA R. M LAMPING ( 19621236 )
HESSY LINDIA ( 19621224 )
CHAROLINA SISILIA ENGE ( 19621241 )

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KEDIRI
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia. Indonesia memiliki angka
penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta penduduk, 1,5 persen atau
lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian besar penderita katarak adalah lansia
berusia 60 tahun ke atas. Lansia yang mengalami kebutaan karena katarak tidak bisa mandiri dan
bergantung pada orang yang lebih muda untuk mengurus dirinya.
Berdasarkan survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996,
menunjukkan angka kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%, dengan penyebab utama adalah katarak
(0,78%); glaukoma (0,20%); kelainan refraksi (0,14%); dan penyakit-penyakit lain yang
berhubungan dengan lanjut usia (0,38%).
Dibandingkan dengan negara-negara di regional Asia Tenggara, angka kebutaan di
Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%, Thailand 0,3%). Sedangkan
insiden katarak 0,1% (210.000 orang/tahun), sedangkan operasi mata yang dapat dilakukan lebih
kurang 80.000 orang/ tahun. Akibatnya timbul backlog (penumpukan penderita) katarak yang
cukup tinggi. Penumpukan ini antara lain disebabkan oleh daya jangkau pelayanan operasi yang
masih rendah, kurangnya pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi, serta ketersediaan
tenaga dan fasilitas pelayan kesehatan mata yang masih terbatas.
Maka dari itu kami terdorong untuk menyusun makalah ini, sehingga dapat menambah
pengetahuan kita tentang insiden katarak itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah
1. Apa Definisi, Etiologi,klasifikasi dan Patofisiologi Katarak ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan dalam katarak ?
3. Apa saja tanda dan gejala katarak ?
4. Apa saja penatalaksanaan medis katarak ?
5. Apa saja komplikasi klinis katarak ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang katarak ?

C. Tujuan
1.. untuk mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi dan patofisiologi pada katarak
2. untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien katarak
3. untuk mengetahui tanda dan gejala dari katarak.
4. untuk mengetahui penatalaksaaan medis dari katarak.
5. untuk mengetahui komplikasi klinis dari katarak.
6. untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari katarak.
D. Manfaat

Manfaat makalah ini yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang katarak
 BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998)
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,
umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun
(Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat
proses penuaan dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). Dapat juga berhubungan
dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit
sistemis seperti diabetes mellitus atau hipoparatiroidisme, pemejanan radiasi, pemajanan yang
lama sinar mata hari (sinar ultra violet), atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior. (Brunner
& suddart, 2001)
B.     Etiologi
Beberapa pandangan teoritis oleh beberapa ahli tentang penjabaran penyebab terjadinya
penyakit (etiologi) katarak :
1. Penyebab dari katarak adalah usia lanjut (senile) tapi dapat terjadi secara kongenital
akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan perkembangan, kelainan
sistemik, atau metabolik, seperti diabetes melitus, galaktosemi, atau distrofi mekanik, traumatik:
terapi kortikosteroid, sistemik, rokok, dan konsumsi alkohol meningkatkan resiko katarak
(Mansjoer,2000).
2. Penyebab utama katarak adalah penuaan. Anak dapat menerima katarak yang biasanya
merupakan penyakit yang sedang diturunkan, peradangan dalam kehamilan. Faktor lain yaitu
diabetes mellitus dan obat tertentu, sinar UV B dari cahaya matahari, efek racun, rokok, dan
alkohol, gizi kurang vitamin E dan radang menahun didalam bola mata, serta adanya cidera mata
(Ilyas,1997).
3. Katarak terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital) dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam/tumpul, penggunaan
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti dibetes melitus atau
hiperparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari (sinar ultraviolet) atau
kelainan mata lain seperti uveitis anterior (Smeltzer,2002).
4. Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi,
katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil
muda.  Penyebab katarak lainnya meliputi :
a.       Faktor keturunan
b.      Cacat bawaan sejak lahir. (congenital)
c.       Masalah kesehatan, misalnya diabetes
d.      Operasi mata sebelumnya
e.       Trauma (kecelakaan) pada mata.

C.     Klasifikasi

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :


1. Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
2. Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
3. Katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40  tahun
4. Katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.

D.    Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, diperifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nekleus
mengalami perubahan warna menjadi cokelat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas
seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna nampak seperti cristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus múltiple
(zunula) yang memanjang dari badan silier kesekitar daerah diluar lensa, misalnya, dapat
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
influís air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi
lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang tenderita katarak.
Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemas, seperti diabetes, Namun sebenarnya
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat
kongenitaldan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Factor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katrak meliputi radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes,
dan asupan vitamin anti oxidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting. Katarak merupakan kondisi
penurunan ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya
protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa secara bertahap
kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas
diakibatkan oleh kompresi central serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru
diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi central. Serat-serat lensa yang padat lama-lam
menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu,
berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan ganguan metabolisme pada lensa mata.
Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam
lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang
diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea
dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang
sampai pada retina. Akibatnya otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada
katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan
menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna (Diambil
dari buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata,Ns.Indriana N. Istiqomah,S.Kep  

E.     Tanda dan Gejala


Gejala umum gangguan katarak meliputi :
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
2. Peka terhadap sinar atau cahaya
3. Dapat melihat dobel pada satu mata
4. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
6. Pemeriksaan Diagnostik

F. Penatalaksanaan Medis
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke
titik dimana pasien melakukan aktivitas sehari – hari, maka penangan biasanya
konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan.

1.Bedah Katarak Senil.


Bedah katarak senil dibedakan dalam bentuk ekstraksi lensaintrakapsular dan ekstraksi
lensa ekstrakapsular menurut Priska tahun 2008 adalah sebagai berikut:
a)Ekstraksi lensa
intrakapsular Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umumdilakukan pada katarak
senil. Lensa dikeluarkan berama-sama dengankapsul lensanya dengan memutus zonula Zinn
yang telah pulamengalami degenerasi.Pada ekstraksi lensa intrakapsular dilakukan tindakan
dengan urutan berikut :
1 .Dibuat flep konjungtiva dari jam 9.00 sampai 3.00 melalui jam 12.
2. Dilakukan fungsi bilik mata depan dengan pisau.
3 .Luka kornea diperlebar seluas 1600
4. Dibuat iridektomi untuk mencegah glaucoma blokade pupil pasca bedah.
5 .Dibuat jahitan korneosklera.
6. Lensa dikeluarkan dengan krio.
7. Jahitan kornea dieratkan dan ditambah.
8. Flep konjungtifa dijahit.
Faktor yang mempersulit saat pembedahan yang dapat terjadiadalah pecahnya kapsul lensa
sehingga lensa tidak dapat dikeluarkan bersama-sama kapsulnya.
b)Ekstraksi Lensa
Ekstrakapsular Pada ekstraksi lensa kapsuler dilakukan tindakan sebagai berikut :
a .Flep konjungtiva antara dasar dengan fornik pada limbus dibuatdari jam 10.00 – 14.00
b.Dibuat pungsi bilik mata depan.
c.Melalui pungsi ini dimasukkan jarum untuk kapsulotomi anterior.
d.Dibuat luka dari jam 10 sampai jam 2.
e.Nucleus lensa dikeluarkan.
f.Sisa korteks lensa dilakukan irigasi sehingga tinggal kapsul posterior saja.
g.Luka kornea dijahit.
h.Flep konjungtifa dijahit.
Penyulit yang dapat timbul adalah terdapat korteks lensa yangakan membuat katarak sekunder.
2. Fakoemulsifikasi
Ekstraksi lensa dengan fakoemulsifikasi, yaitu teknik operasi katarak modern
menggunakan gel, suara berfrekuensi tinggi, dengan sayatan 3 mm pada sisi kornea.
Fakoemulsifikasi adalah teknik operasi katarak terkini. Indikasi teknik fakoemulsifikasi berupa
calon terbaik pasien muda dibawah 40 – 50 tahun, tidak mempunyai penyakit endotel, bilik mata
dalam, pupil dapat dilebarkan hingga 7 mm. kontraindikasi berupa tidak terdapat hal – hal salah
satu di atas, luksasi atau subluksasi lensa.

G. KOMPLIKASI KLINIS
1.Glaucoma
2.Uveitis
3.Kerusakan endotel kornea
4.Sumbatan pupil
5.Edema macula sistosoid6.Endoftalmitis
7.Fistula luka operasi
8.Pelepasan koroid
9.Bleeding (Ilyas, 2008)
H.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan Diagnostik
a. Keratometri
b. Pemeriksaan lampu slit
c. Oftalmoskopi
d. Ct - scan ultrasauna (echografi)
e. Perhitungan sel endotel penting untuk falkoemulsifikasi dan implantasi
f. Olkamoskopi tidak langsung menunjukan area gelap di reflek merahyang normalnya homogen.
g. Pemeriksaan slip lamp memastikan diagnosis kekeruhan lensa.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KATARAK

 Pengkajian
A. Identitas / Data demografi

Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung,
tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga,  dan keterangan lain
mengenai identitas pasien.

B.     Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


·      Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain: Penurunan ketajaman penglihatan secara
progresif (gejala utama katarak) . Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah. Berkabut, berasap,
penglihatan tertutup film. Perubahan daya lihat warna. Gangguan mengendarai kendaraan malam
hari, lampu besar sangat menyilaukan mata. Lampu dan matahari sangat mengganggu. Sering
meminta ganti resep kaca mata. Lihat ganda. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat
( hipermetropia)
2. Riwayat penyakit dahulu
·         Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi,pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko
katarak.
·         Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan
diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
·         Kaji riwayat alergi
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,

C.       Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa mata
melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan
pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan
lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak
bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan
pupil terjadi pada katarak matur.
Diagnosa Keperawatan (Doenges,2000):
1. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan b.d  gangguan penerimaan
sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan : Menurunnya
ketajaman penglihatan, perubahan respon biasanya terhadap rangsang.
2. Kecemasan b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan
pembedahan
3. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasive pengangkatan katarak

Intervensi Keperawatan

N Dx Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


o
1. Gangguan Meningkatkan ketajaman ·      Tentukan ketajaman ·   Kebutuhan tiap
peersepsi penglihatan dalam batas situasi penglihatan, catat individu dan pilihan
sensori- individu, mengenal gangguan apakah satu atau dua intervensi bervariasi
perseptual sensori dan berkompensasi mata terlibat sebab kehilangan
penglihatan terhadap perubahan. ·      Orientasikan klien penglihatan terjadi
b.d  tehadap lingkungan lambat dan progresif
gangguan Kriteria Hasil : ·      Observasi tanda- ·   Memberikan
penerimaan          Mengenal gangguan sensori tanda disorientasi. peningkatan
sensori/status dan berkompensasi terhadap ·      Pendekatan dari sisi kenyamanan dan
organ indera, perubahan yang tak dioperasi, kekeluargaan,
lingkungna          Mengidentifikasi/memperbai bicara dengan menuruknkan cemas
secara ki potensial bahaya dalam menyentuh. dan disorientasi pasca
terapetik lingkungan. ·      Ingatkan klien operasi
dibatasi. menggunakan ·   Terbangun dalam
Ditandai kacamata katarak lingkungan yang tidak
dengan : yang tujuannya di kenal dan mengalami
Menurunnya memperbesar kurang keterbatasan
ketajaman lebih 25 persen, penglihatan dapat
penglihatan, pelihatan perifer mengakibatkan
perubahan hilang dan buta titik kebingungan terhadaap
respon mungkin ada orang tua
biasanya ·      Letakkan barang ·   Memberikan rangsang
terhadap yang sensori tepat terhadap
rangsang. dibutuhkan/posisi bel isolasi dan menurunkan
pemanggil dalam bingung
jangkauan/posisi yang ·   Perubahan ketajaman
tidak dioperasi. dan kedalaman persepsi
dapat menyebabkan
bingung penglihatan
dan meningkatkan
resiko cedera sampai
pasien belajar untuk
mengkompensa si.
2. Kecemasan a. Pasien mengungkapkan dan          Kaji tingkat ·      Derajat kecemasan
b.d kurang mendiskusikan rasa kecemasan pasien dan akan dipengaruhi
terpapar cemas/takutnya. catat adanya tanda- bagaimana informasi
terhadap b. Pasien tampak rileks tidak tanda verbal dan tersebut diterima oleh
informasi tegang dan melaporkan nonverbal. individu.
tentang kecemasannya berkurang          Beri kesempatan mengungkapkan rasa
prosedur sampai pada tingkat dapat Pasien untuk takut secara terbuka
tindakan diatasi. mengungkapkan isi dimana rasa takut dapat
pembedahan c. Pasien dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan ditujukan.
keakuratan pengetahuan tentang takutnya. ·      Mengetahui respon
pembedahan           Observasi tanda fisiologis yang
vital dan peningkatan ditimbulkan akibat
respon fisik pasien kecemasan.
Edukasi
·      Beri penjelasan
pasien tentang Edukasi
prosedur tindakan ·      Meningkatkan
operasi, harapan dan pengetahuan pasien
akibatnya. dalam rangka
·      Beri penjelasan dan mengurangi kecemasan
suport pada pasien dan kooperatif.
pada setiap ·      Mengurangikecemasa
melakukan prosedur n dan meningkatkan
tindakan pengetahuan
·      Lakukan orientasi ·      Mengurangi perasaan
dan perkenalan pasien takut dan cemas
terhadap ruangan,
petugas, dan peralatan
yang akan digunakan

3. Resiko tinggia.     Tanda-tanda infeksi  tidak ·      Tingkatkan ·      Nutrisi dan hidrasi


terhadap terjadi penyembuhan luka yang optimal
infeksi b.d b.    Penyembuhan luka dalam dengan: meningkatkan
prosedur rentang waktu minimal ü Berikan dorongan kesehatan secara
invasive untuk mengikuti diet keseluruhan,
pengangkata seimbang dab asupan meningkatkan
n katarak cairan yang adekuat penyembuhan luka
·      Gunakan teknik pembedahan
aseptic untuk
membersihkan mata
dari dalam keluar ·      Teknik aseptic
dengan tisu menimalkan masuknya
basah/bola kapas mikroorganisme dan
untuk tiap usapan mengurangi infeksi
·      Tekankan
pentingnya tidak
menyentuh/menggaru
k mata ·      Mencegah
kontaminasi dan
kerusakan sisi operasi

BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air
terjun menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.  Biasanya klien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.  Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.  Hasilnya adalah pendangan di malam
hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
B.     Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat
mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien
dengan Katarak.
 DAFTAR PUSTAKA

Buku Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosis medis & NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC Edisi revisi jilid 2 tahun 2013.
Buku saku Diagnosis keperawatan edisi 9 Diagnosis Nanda Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC Judith
M.Wilkinson dan Nanchy R.Ahern
Buku Nanda international diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014
Buku Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1 editor Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri,
Wahyu Ika Wardani dan Wiwiek Setiowulan.
Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Sidarta, Ilyas. 2002.
Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto Sidarta, Ilyas. Ihtisar ilmu Penyakit
Mata. 2009. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI
Andra, Yessi, 2013. Keperawatan Medical Bedah 1. Yogjakarta: Nuha Medica

Anda mungkin juga menyukai