Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas,
2014). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga
pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah
usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik
(seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2015). Berdasarkan studi
potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini
meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2015).

Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat


mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab
kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya
terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia
sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab
kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.

Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan tetapi,
ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini antara
lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis, paparan
dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan
beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang,
penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan myopia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa
mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia,
namun juga dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga
dapat terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.
Katarak berasal dari bahasa yunani “kataarrhakies” yang berarti air terjun.
Dalam bahasa Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup air terjuan
akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
keduanya ( Ilyas,1999 cit Anas Tamsuri, 2011 : 54 ).

2.2 Etiologi
Katarak disebabkan oleh berbagai factor, antara lain:
a.       Trauma
b.      Terpapar substansi toksik
c.       Penyakit predisposisi
d.      Genetik dan gangguan perkembangan
e.       Iinfeksi virus di masa pertumbuhan janin
f.       Usia

2.3 Patofisiologi
Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia diatas 70 tahun,
dapat diperkirakan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak dapat juga
diakibatkan oleh kelainan konginental, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Secara
kimiawi, pembentukan katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan oksigen dan
bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan natrium
dan kalsium bertambah, sedangkan kandungan kalium, asam askorbat, dan protein berkurang.
Lensa yang mengalami katarak tidak mengandung glutation. Usaha mempercepat atau
memperlambat perubahan kimiawi ini dengan cara pengobatan belum berhasil dan penyebab
maupun implikasinya tidak diketahui. Akhir – akhir ini, peran radiasi sinar ultraviolet sebagai
salah satu faktor dalam pembentukan katarak senil, tampak lebih nyata. Penyelidikan
epidemiologi mennjukan bahwa di daerah – daerah yang spanjan g tahun selalu ada sinar
matahari yang kuat, insiden kataraknya meningkat pada usia 65 tahun atau lebih. Pada
penelitian lebih lanjut, ternyata sinar ultraviolet memang mempengaruhi efek terhadap lensa.
Pengobatan katarak adalah dengan tindakan pembedahan, lensa diganti dengan kacamata
afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokular. ( Anas Tamsuri, 2011 : 55 – 56

2.4 Manifestasi Klinis


Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.  Biasanya klien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.  Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop.  Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.  Hasilnya adalah
pendangan menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari.  Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-
abu atau putih..

2.5 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka
akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma
dan Uveitis.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai
berikut:
1.   Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,
lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2.   Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3.      Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4.     Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5.      Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6.      Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
7.      Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8.      EKG, kolesterol serum, lipid
9.      Tes toleransi glukosa : kontrol DM
10.  Keratometri.
11.  Pemeriksaan lampu slit.
12.  A-scan ultrasound (echography).
13.  Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14.  USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

2.7 Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat
meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu
dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis
yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:

1.      Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.
2.      Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga mata bisa
fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga mata bisa fokus pada objek
jauh
3.      Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf
optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang
terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis.
Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati
diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak
dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya
Indikasi dilakukannya operasi katarak :
a.       Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan.
b.      Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma.
c.       Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m
didapatkan hasil visus 3/60

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:


1.      ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
ICCE yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960
hanya itulah teknik operasi yg tersedia. Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya.
Keuntungan dari prosedur adalah kemudahan proses ini dilakukan, sedangkan kerugiannya
mata beresiko tinggi mengalami retinal detachment dan mengangkat struktur penyokong
untuk penanaman lensa intraokuler. Salah satu teknik ICCE adalah menggunakan
cryosurgery, lensa dibekukan dengan probe super dingin dan kemudian diangkat.
2.      ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction)
Terdiri dari 2 macam yakni:
a.      Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara
manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga
penyembuhan lebih lama.
b.     Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana
menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus
dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan dengan
cukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening
mata), dan bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm.
Lensa mata yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti
dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen.
Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai
waktu pemulihan yang lebih cepat.

kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput
dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak
dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut
agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.

2.8 Diagnosa Keperawatan


Menurut Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma (2015), diagnose keperawatan yang
dapat terjadi pada pasien dengan katarak adalah sebagai berikut.
1.      Ansietas b.d kehilangan pandangan komplet, jadwal pembedahan, atau ketidakmampuan
mendapatkan pandangan
2.      Resiko infeksi b.d pertahanan primer dan prosedur invasive (bedah pengangkatan
katarak)
3.      Resiko cidera b.d peningkatan tekanan intra orbital
4.      Nyeri akut b.d proses pembedahan
5.      Gangguan sensori persepsi visual b.d gangguan penerimaan sensori/status organ indra,
lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan,
perubahan respons biasanya terhadap rangsang.

Anda mungkin juga menyukai