PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas,
2014). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga
pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah
usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik
(seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2015). Berdasarkan studi
potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini
meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2015).
Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan tetapi,
ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini antara
lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis, paparan
dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan
beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang,
penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan myopia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa
mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia,
namun juga dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga
dapat terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.
Katarak berasal dari bahasa yunani “kataarrhakies” yang berarti air terjun.
Dalam bahasa Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup air terjuan
akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
keduanya ( Ilyas,1999 cit Anas Tamsuri, 2011 : 54 ).
2.2 Etiologi
Katarak disebabkan oleh berbagai factor, antara lain:
a. Trauma
b. Terpapar substansi toksik
c. Penyakit predisposisi
d. Genetik dan gangguan perkembangan
e. Iinfeksi virus di masa pertumbuhan janin
f. Usia
2.3 Patofisiologi
Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia diatas 70 tahun,
dapat diperkirakan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak dapat juga
diakibatkan oleh kelainan konginental, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Secara
kimiawi, pembentukan katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan oksigen dan
bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan natrium
dan kalsium bertambah, sedangkan kandungan kalium, asam askorbat, dan protein berkurang.
Lensa yang mengalami katarak tidak mengandung glutation. Usaha mempercepat atau
memperlambat perubahan kimiawi ini dengan cara pengobatan belum berhasil dan penyebab
maupun implikasinya tidak diketahui. Akhir – akhir ini, peran radiasi sinar ultraviolet sebagai
salah satu faktor dalam pembentukan katarak senil, tampak lebih nyata. Penyelidikan
epidemiologi mennjukan bahwa di daerah – daerah yang spanjan g tahun selalu ada sinar
matahari yang kuat, insiden kataraknya meningkat pada usia 65 tahun atau lebih. Pada
penelitian lebih lanjut, ternyata sinar ultraviolet memang mempengaruhi efek terhadap lensa.
Pengobatan katarak adalah dengan tindakan pembedahan, lensa diganti dengan kacamata
afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokular. ( Anas Tamsuri, 2011 : 55 – 56
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka
akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma
dan Uveitis.
2.7 Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat
meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu
dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis
yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
1. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.
2. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga mata bisa
fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga mata bisa fokus pada objek
jauh
3. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf
optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang
terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis.
Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati
diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak
dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya
Indikasi dilakukannya operasi katarak :
a. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan.
b. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma.
c. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m
didapatkan hasil visus 3/60
kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput
dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak
dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut
agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.