Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“KONSEP DASAR MEDIS DENGAN PENYAKIT

PADA PASIEN KATARAK”

TINGKAT III SEMESTER IV KELAS A

NAMA KELOMPOK :

NI KADEK ANA SETYA PRATIWI (16C11643)

KADEK ANGGI VIRANDINI (16C11644)

DEWA AYU GEDE DIAH SADNYAWATI (16C11670)

PUTU GYAN JAYANTI (16C11677)

JALINE COME RIHI (16C11681)

MARIA STEFANI ASUAT (16C11689)

NI NYM. MAYANTI ANGGARISTA (16C11691)

NI PUTU RISKA RIYANTI (16C11703)

NI WAYAN SUGIARI (16C11707)

NI LUH YENI RAHMADEWI (16C11717)

PRODI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

TAHUN AJARAN 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Katarak tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada para pihak yang telah membantu, sehingga
dalam pembuatan makalah ini penulis tidak mengalami kesulitan yang berarti.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca mengenai Katarak. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan makalah di masa yang akan datang.

Denpasar, 19 September 2018

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3

2.1. Konsep Dasar Penyakit Katarak ..................................................................................... 3

2.2. WOC............................................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 11

3.1. Kesimpulan................................................................................................................... 11

3.2. Saran ............................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat


(Depkes, 2007). Lebih dari 50% dari semua kebutaan disebabkan oleh katarak
(Firmansyah, 2015). Kebutaan karena katarak atau kekeruhan lensa mata merupakan
masalah kesehatan global yang harus segera diatasi. Katarak merupakan kekeruhan
pada lensa mata yang mengenai satu atau kedua mata, dan dapat disebabkan oleh
kelainan kongenital, metabolik, traumatik dan proses degenerasi (Ilyas, 2007). Katarak
merupakan proses degenerasi yang disebabkan oleh kekeruhan serabut lensa (Khurana,
Katyal, & Marwaha, 2006 ).

Berdasarkan data WHO 2010 menunjukkan katarak dapat menyebabkan


kebutaan pada lebih dari 17 juta penduduk di dunia. Katarak terjadi 10% pada orang
Amerika Serikat dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50% pada usia antara 65-
74 tahun (Vaughan, 2005). Indonesia sebagai negara tertinggi jumlah penderita katarak
di tingkat Asia Tenggara, mencapai 1,5% atau 2 juta jiwa (Firmansyah, 2015 ).

Penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah katarak (70-80%). Sedangkan


penyebab utama gangguan penglihatan adalah kelainan refraksi (10-15%). Survei
kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) yang dilakukan
Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia (PERDAMI) dan Badan Litbangkes, tahun
2014 - 2016 di 15 provinsi pada penduduk diatas usia 50 tahun menunjukkan prevalensi
kebutaan sebesar 3%. Sebanyak 15 provinsi itu sudah mencakup 65% orang Indonesia.
Sementara untuk sekli survey dibutuhkan dan sekitar 15 juta. Untuk povinsi yang tidak
dilakukan survey, maka survey merujuk ke provinsi terdekat yang dilakukan survey.
Hal tersebut karena kondisi demografinya hampir menyerupai. Ada beberapa penyakit
yang tidak bisa dicegah tapi kita bisa bantu dengan rehabilitasi, salah satunya katarak
atau kekeruhan lensa Penyakit katarak salah satunya disebabkan karena usia lanjut.
Usia lanjut akan berdampak pada peningkatan gangguan penglihatan secara langsung
(DepkesRI 2017)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana konsep dasar medis pasien dengan penyakit katarak?

1
1.2.2. Bagaimana dengan pathway/WOC perjalanan penyakit katarak?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1. Untuk mengetahui konsep dasar medis pasien dengan penyakit katarak

1.3.2. Untuk mengetahui pathway/WOC perjalanan penyakit katarak

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT KATARAK

1. Definisi penyakit katarak


Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan
penglihatan ( category of visual impairment level of visual Acuity ( Sellen dalam
NANDA, 2015 jilid 2)
Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh
berwarna putih abu abu,ketajaman penglihatan berkurang. Katrak terjadi apabila
protein pada lensa yang normal transparan terurai dan mengalami koagulasi pada lensa.
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air
terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti
tertutup oleh air terjun didepan matanya (Ilyas, 2006 dalam NANDA, 2015 jilid 2)

Kriteria tajam penglihatan menurut WHO

2. Etiologi katarak

Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui.Katarak biasanya terjadi pada


usia lanjut dan bila di turunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor
lingkungan,seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Laarak bisa disebabkan oleh :
Cedera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obat tertentu (misalnya
kortikoseroid).

3
Katarak Kongenitalis adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau
beberapa saat kemudian). Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan
(diwariskan secara autosomal dominan) atau disebabkan oleh :

a) Infeksi kongenital,seperti campak Jerman


b) Berhubungan dengan penyakit metabolik,seperti galakosemia

Faktor resiko terjadi katarak kongenital adalah :

a) Penyakit metabolik yang diturunkan


b) Riwayat katarak dalam keluarga
c) Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan
Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan, Katarak pada
dewasa dikelompokkan menjadi :
a) Katarak immature : lensa masih memiliki bagian yang jernih
b) Katarak matur : lensa sudah seluruhnya keruh
c) Katarak hipermatur : bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui
kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata lainnya.
Banyak penderita katarak yang hanya mengalami gangguan pengelihatan yang ringan
dan tidak sadar bahwa mereka menderita katarak.Faktor yang mempengaruhi terjadinya
katarak adalah:
a) Kadar kalsium darah yang rendah
b) Diabetes
c) Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
d) Berbagai penyaki peradangan dan penyakit metabolik
e) Faktor lingkungan (trauma,penyinaran,sinar ultraviolet).

3. Manifestasi klinis
a. Pengelihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram. Bayangan
benda terlihat seakan sperti bayangan semu atau seperti asap.
b. Kesulitan melihat ketika malam hari.
c. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya.
d. Bayangan cahaya yang idtangkap seperti sebuah lingkaran.
e. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau beraktifitas
lainnya.

4
f. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak nyaman
menggunakannya.
g. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat, misalnya
cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kining.
h. Jika melihat hanya dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat ganda.

4. Klasifiksi Katarak
Jenis-jenis katarak menurut Vaughan (2009):
a. Katarak senilis
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu-satunya
gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.

Menurut Ilyas (2006), katarak senilis dapat dibagi dalam 4 stadium, yaitu:

1) Stadium insipien, di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi


lensa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak
teratur. Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda
dengan satu matanya.
2) Stadium imatur, di mana pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai
menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada
stadium ini dapat terjadi miopisasi akibat lensa menjadi cembung, sehingga
pasien menyatakan tidak perlu kacamata sewaktu membaca.
3) Stadium matur, merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini
terjadi kekeruhan seluruh lensa.
4) Stadium hipermatur, di mana pada stadium ini terjadi proses degenerasi
lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa
tenggelam di dalam korteks lensa (katarak morgagni).
b. Katarak juvenile

Katarak juvenile dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu (Vaughan, 2009):

1) Katarak kongenital yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya.


Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun
mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit
infeksi atau metabolik atau berkaitan dengan berbagai sindrom. Menurut
Harrison (1999), katarak kongenital terjadi sebagai komplikasi rubella,

5
herpes simpleks, herpes zooster, sifilis dan penyakit inklusi sitomegalik
intrauterin.
2) Katarak yang didapat yang timbul belakangan dan biasanya terkait
dengan sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh
trauma, baik tumpul maupun tembus. Penyebab lain adalah uveitis,
infeksi mata didapat, diabetes dan obat.
c. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera
setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan
akuos humor dan kadang-kadang korpus vitreum masuk ke dalam struktur
lensa. Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam
yang menembus kapsul anterior. Tindakan bedah pada katarak traumatik
dilakukan setelah mata tenang akibat trauma tersebut. Bila pecahnya kapsul
mengakibatkan gejala radang berat, maka dilakukan aspirasi secepatnya agar
keadaan uveitis tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat (Ilyas, 2006).
d. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular
pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal di daerah subkapsul posterior
dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit-penyakit intraokular
yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau
rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan retina (Vaughan, 2009).
e. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan-gangguan sistemik
berikut: diabetes melitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis
atropik, galaktosemia, sindrom lowe, werner atau down (Vaughan, 2009).
f. Katarak toksik
Katarak toksik masih jarang terjadi bila dibandingkan dengan jenis
katarak lainnya. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat penelanan
dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu makan).
Kortikosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun
dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan lensa. Obat seperti
haloperidol juga dapat menyebabkan katarak toksik (Harrison, 1999).

6
g. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak
traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak
ekstrakapsular (Vaughan, 2009).
5. Patofisiologi Katarak

Meskipun pathogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti, pada lensa


katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan
berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein lainnya akan
mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan
mungkin berupa vesikel diantara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan
pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang (Vaughan dan Asbury, 2008).

Penambahan usia akan menyebabkan lensa menjadi lebih berat dan lebih tebal,
lapisan baru serabut lensa membentuk korteks dan akhirnya nukleus menjadi tertekan
dan mengeras. Melalui mekanisme kimia, kristalina mengalami agregasi dan berat
molekulnya meningkat. Hasil agregasi protein mengakibatkan penurunan kecerahan,
perubahan indek refraksi lensa serta penyebaran sinar (American Academy of
Ophtalmology, 2007-2008).

6. Pemeriksaan penunjang
a. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/ vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12-25 mmHg)
d. Pengukuraan Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/tipe glaucoma.
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng
optic,papilledema, perdarahan
g. EKG, kolesterol serum, lipid, Tes toleransi glukosa : kotrol DM

7
7. Penatalaksanaan

Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas atau
mencegah terjadi katarak, tatalaksana masih tetap dengan pembedahan. (Vaughan DG
& Arif, Mansjoer)

Penatalaksaan Non-Bedah

a. Terapi penyebab katarak


b. Pengontrolan diabetes mellitus, menghentikan konsumsi obat-obatan yang bersifat
kataraktogenik seperti kortikosteroid, fenotiasin, dan miotik kuat, menghindari
iradiasi (inframerah atau sinar-x) dapat memperlambat atau mencegah terjadinya
proses kataraktogenesis.
c. Memperlambat progresivitas
d. Penilaian terhadap perkembangan virus pada katarak insipen dan lmatur
1) Refraksi; dapat berubah sangan cepat, sehingga harus sering dikoreksi.
2) Pengaturan pencahayaan; pasien dengan kekeruhan dibagian perifer lensa (area
pupil masih jernih) dapat di instruksikan menggunakan pencahayaan yang
terang. Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya remang
yang ditempatkan disamping dan sedikit dibelakang kepala pasien akan
memberikan hasil terbaik
3) Penggunaan kacamata gelap; pada pasien dengan kekeruhan lensa dibagian
sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan nyaman apabila
beraktivitas diluar ruangan.
4) Midriatil dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lateral aksial dengan
kekeruhan yang sedikit. Midriatik seperti fenilefrin 5% atau tropikamid 1%
dapat memberikan penglihatan yang jelas.

Pembedahan Katarak

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencangkup :

a. Indikasi visus : merupakan indikasi paling sering


b. Indikasi medis
c. Indikasi kosmetik

8
2.2.WOC

Katarak

Usia: penuaan Penyakit sistemik: DM

Lensa secara bertahap Korteks memproduksi Kadar glukosa darah Ketidakseimbangan


kehilangan air serat lensa baru meningkat metabolism protein mata

Metabolit larut air dengan Serat lensa ditekan Serbitol menetap di dalam Protein dalam serabut-
BM rendah masuk ke sel menuju sentral lensa serabut lensa di bawah
pada nucleus lensa kapsul mengalami deturasi
Distensi lensa
Kortek lensa lebih Protein lensa berkoagulasi
terdehidrasi daripada
Hilangnya transparansi
nucleus lensa
lensa

Lensa menjadi cembung Kekeruhan lensa Mata buram seperti kaca susu
mengakibatkan iris
terdorong ke depan
Sinar terpantul kembali Blocking sinar yang masuk
kornea

Sudut bilik mata depan Bayangan tidak sampai ke Bayangan semu yang
sempit retina sampai ke retina
9
Aliran COA tak lancar Pandangan lebih jelas Otak mempresentasikan
malam hari sebagai bayangan berkabut
TIO meningkat
Gangguan sensori Pandangan kabur
Komplikasi glaukoma perceptual (visul)

Resiko cidera Ketakutan Membentuk daerah keruh Protein lensa terputus


menggantikan serabut- disertai dengan influx air
Resiko infeksi ke lensa
serabut protein

Daya akomodasi lensa


terganggu Mata berair Serabut lensa yang tegang
menjadi patah
Pupil kontriksi
Transmisi sinar terganggu
Sinar tidak tertampung
banyak pada siang hari Menghambat jalan cahaya
ke retina
Blurres vision
Pandangan berkabut
Pandangan lebih jelas
malam hari
Resiko jatuh

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh


berwarna putih abu abu,ketajaman penglihatan berkurang. Katrak terjadi apabila
protein pada lensa yang normal transparan terurai dan mengalami koagulasi pada lensa,
penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi pada usia lanjut dan bila di
turunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan,seperti merokok dll

Biasanya katarak bisa ditandai dengan ciri – ciri seperti pengelihatan akan suatu
objek benda atau cahaya menjadi kabur dan buram, bayangan benda terlihat seakan
seperti bayangan semu atau seperti asap, kesulitan melihat ketika malam hari, mata
terasa sensitif bila terkena cahaya, warna cahaya memudar dan cenderung berubah
warna saat melihat, misalnya cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kining dan
jika melihat hanya dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat ganda.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, untuk kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak yang tertuang dapat dipertanggungjawabkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Ophthalmology. (2007-2008). Basic and Clinical Science Course.


Anatomy in Lens and Cataract. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology.

Astria, Sefti & Jeavery.2015. “Faktor – factor yang berhubungan dengan kejadian penyakit
katarak di poli mata RSUP Prof.Dr.R.D Kandou Manado”.e-journal Keperawatan
(eKp) Volume 3.

Departemen Kesehatan Republic Indonesia.2017. Katarak Penyebab Utama Kebutaan di


Indonesia

Depkes. 2007. Manajemen. Diunduh pada tanggal 19 September 2018 dari www.depkes.go.id:
http:// www.depkes.go.id

Firmansyah, B. 2015. Katarak belum jadi prioritas pemerintah. Diunduh pada Tanggal 19
September 2018 www.Liputan6.com:
http://m.liputan6.com/health/read/2256722/katarak-belum-jadiprioritas-pemerintah

Ilyas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ilyas S. Katarak (Lensa Mata Keruh), Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006.

Nurarif.A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose


medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta:MediaAction

Siswoyo, Baskoro Setioputro & Cholil Albarizi.2016. “Psychoeducation Therapy Reduces


Family Anxiety In Treating Family Member Who Suffers From Cataract”. NurseLine
Journal. Vol. 1. p-ISSN 2540-7937 e-ISSN 2541-464X.

Vaughan, D. 2005. Oftalmologi umum. Jakarta: Widya Medika.

Vaughan, & Asbury. (2008). General Ophtalmology, Seventieth Edition. McGraw-Hill.

12

Anda mungkin juga menyukai