KATARAK
Puji syukur pemakalah panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun pendahuluan makalah
Katarak ini. Adapun maksud dari penyusunan ini adalah untuk memenuhi tugas
Keperawatan Medikal Bedah III
Disusunnya Makalah ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak
dan sumber. Karena itu, Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-
tingginya kepada dosen pembimbing Ns. Jhon Tangka S.Kep.,M.Kep,.SP.KMB yang
telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan Makalah ini. Kiranya
amal baik serta budi luhur secara ikhlas yang telah diberikan kepada kami dari beliau
di atas yang dapat maupun belum dapat kami sebutkan, mendapatkan imbalan yang
semestinya dari Allah SWT.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………..
KATA PENGANTAR………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………..
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………
B. Rumusan masalah………………………………………
C. Tujuan…………………………………………….……
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. Definisi Penyakit katarak………………………………….
B. Epidemiologi………………………………………………
C. Etiologi Dan Faktor resiko………………………………...
D. Patofisiologi……………………………………………….
E. Klafikasi…………………………………………………..
F. Manisfestasi Klinis………………………………………..
G. Komplikasi………………………………………………...
H. Pemeriksaan Diagnostik…………………………………..
I. Penatalaksanaan Medis……………………………………
BAB III : TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian…………………………………………………
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………
C. Analisa Data………………………………………………
D. Intervensi Keperawatan…………………………………..
BAB IV : SOAL NCLEX
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katarak berasal dari bahasa yunani katarrhakies, inggris cataract, dan
latin cractara yang berarti air terjun. Katarak adalah setiap keadaankekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (Penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya ( Ilmu Penyakit Mata
FKUI, 2015)
Menurut leMone (2016) Katarak didefinisikan opasifikasi
(pengeruhan) lensa mata.Opasifikasi tersebut dapat sangat mengganggu
pengantaran cahaya ke retina dan kemampuan menerima citra dengan jelas.
Senada menurut james (2006) hal yang mendasari bahwa opasifikasi lensa
mata (katarak) sebagian besar timbul pada usia tua sebagai akibat pajanan
kumulatif terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti radiasi
UV serta komplikasi penyakit Diabetes mellitus dan beberapa diantaranya
bersifat kongenital dan dapat diturunkan
B. Rumusan Masalah
a. Definisi Penyakit katarak
b. Apa epidemilogi katarak
c. Apa saja etiologi katarak dan faktor resiko
d. Apa saja klafikasi katarak
e. Apa saja manisfestasi klinis katarak
f. Apa saja komplikasi katarak
g. Bagaimana pemeriksaan penunjang katarak
h. Apa saja penatalaksanaan medis
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Definisi Penyakit katarak
b. Untuk mengetahui Apa epidemilogi katarak
c. Untuk mengetahui Apa saja etiologi katarak dan faktor resiko
d. Untuk mengetahui Apa saja klafikasi katarak
e. Untuk mengetahui Apa saja manisfestasi klinis katarak
f. Untuk mengetahui Apa saja komplikasi katarak
g. Untuk mengetahui Bagaimana pemeriksaan penunjang katarak
h. Untuk mengetahui Apa saja penatalaksanaan medis
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi penyakit
Katarak berasal dari bahasa yunani katarrhakies, inggris cataract, dan
latin cractara yang berarti air terjun. Katarak adalah setiap
keadaankekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(Penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-
duanya ( Ilmu Penyakit Mata FKUI, 2015)
Menurut leMone (2016) Katarak didefinisikan opasifikasi
(pengeruhan) lensa mata.Opasifikasi tersebut dapat sangat mengganggu
pengantaran cahaya ke retina dan kemampuan menerima citra dengan
jelas. Senada menurut james (2006) hal yang mendasari bahwa opasifikasi
lensa mata (katarak) sebagian besar timbul pada usia tua sebagai akibat
pajanan kumulatif terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya
seperti radiasi UV serta komplikasi penyakit Diabetes mellitus dan
beberapa diantaranya bersifat kongenital dan dapat diturunkan.
Sedangkan Bruner & Sudart 2013 memaparkan dimana kekeruhan
lensa dapat terjadi di satu atau kedua mata dan pada setiap kelompok usia
dimana di dasarkan lokasinya didalam lensa : subkapular nuclear (inti),
kortikal dan posterior. Yang intinya terjadi katarak megakibatkan
gangguan visual bergantung pada ukuran, densitas, dan lokasi didalam
lensa.
2. Epidemologi
Katarak merupakan penyebab umum dan signifikan deficit
penglihatan, menyerang lebih dari 22 juta orang diatas 40 tahun di
amerika serikat. Menginjak usia 80 lebih dari separuh populasi terkena
katarak. Namun banyak kasus, katarak sedikit lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pada peria, dan pada lebih banyak orang kulit putuh
ketimbang pada etnis lain. Lebih dari sejuta pembedahan katarak
dilakukan pertahun di amerika serikat (Prevent blindess America, 2008).
Sementara prevelensi katarak Amerika serikat menurut NEI, 2008
meningkat tajam seiring penuaan :
□ 2.5 % (lebih dari 1 juta) individu dewasa berusia 40 sampai 49 tahun
terkena katarak
□ Anggka tersebut meningkat menjadi lebih dari 2 juta ( atau 6,8) pada
individu berusia 50 tahun- 59 tahun, dan meningkat hamper dua kali
lipat menjadi 4 juta atau 20 % berusia 60 sampai 69 tahun.
□ Individu dewasa terkena katarak sekitar usia 80 tahun ke atas.
5. Klasifikasi
Menurut departemen penyakit mata FKUI 2015, membagi klasifikasi
katarak berdasarkan usia sebagai berikut :
a. Katarak Kongenital, Katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1
tahun.
b. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sudah 1 tahun.
c. Katarak sensil, setelah usia 50 tahun.
Bila mata sehat dan tidak terdapat kelianan sistemik maka hal ini
biasanya terdapat pada hampir semua katarak senil, katarak herditer
dan katarak kongenital.
1) Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum
atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.
Katarak kongenital menrupakan penyebab kebutaan pada bayi yang
cukup berarti terutama akibat kongenital digolongakan dalam
katarak :
a) Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak
kapsular dan katarak Polaris.
b) Katarak lenticular termasuk dalam golongan ini katarak yang
mengenai korteks atau nucleus lensa saja.
Dalam kategori ini termasuk kedalam kekeruhan lensa yang
timbul sebagai kejadian primer atau berhubungan dengan penyakit
ibu dan janin lokal atau umum.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan
pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubella pada
kehamilan trisemester pertama dan pemakaian obat selama
kehamilan.Sering juga katarak kongenital ditemukan pada bayi
premature dan gangguan system saraf seperti retradasi
mental.Hampir 50 % dari katarak kongenital tidak diketahui
penyebabnya sehingga betapa pentingnya pemeriksaan darah pada
katarak kongenital ada hubungan antara katarak kongenital dengan
diabetes mellitus, kalsium dan fosfor.Bila kejadian katarak
dibarengi dengan nistagmus maka keadaan ini menunjukan hal yang
buruk pada katarak kongenital. Dikenal bentuk-bentuk katarak
kongenital :
□ Katarak piramidalis atau Polaris anterior
□ Katarak piramidalis atau Polaris posterior
□ Katarak zonularis atau lamelaris
□ Katarak pungtata dan lain
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital
akan terlihat bercak putih atau suatu leukokaria. Pada setiap
leokokaria diperlukan pemeriksaan yang lebih teliti untuk
menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pemeriksaan leukokaria
dilakukan dengan cara melebarkan pupil.
Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi
adalah macula lutea yang tidak cukup mendapatkan rangsangan.
Macula ini tidak akan berkembang sempurna hingga walaupun
dilakukan ekstrasi katarak maka visus tidak akan mencapai 5/5.
Katarak kongenital dapat menyebabkan komplikasi lain berupa
nistagmus dan strabismus.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang
dilahirkan pada ibu-ibu yang menderita penyakit rubella,
galaktosemia, homosisteinnuri, diabetes mellitus hipoparatoidism,
toksoplasma.Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah
operasi.
Pengobatan katarak kongenital yang umum dikenal adalah
disisio lensa, ekstraksi liniear, ekstraksi dengan aspirasi.
2. Katarak Juvenil
a. Katarak metabolic
1. Katarak diabetic dan galaktosemik
2. Katarak hipokalsemik
3. Katarak difesiensi gizi
4. Katarak aminoasiduria
5. Penyakit Wilson
6. Katarak berhubungan dengan kelainan metabolic lain.
b. Otot
Distrofi miotonik (umur 20 sampe 30 Tahun)
c. Katarak tarumatik
d. Katarak komplikata
3. Katarak Senil
6. Manifestasi klinis
Menurut leMone, 2012 manifestasi klinis pasien dengan katarak :
Cenderung terjadi bilateral, kecuali akibat trauma mata. Ketika katarak
menghambat penghantaran cahaya melalui lensa ketajaman penglihatan
akan berkurang , merusak penglihatan jauh dan penglihatan dekat. Sinar
disebar ketika masuk melewati lensa, menyebabkan penderita sialu. Sialu
akan mengakibatkan kemampuan untuk menyesuaikan antara lingkungan
terang dan gelap. Pembedaan warna rusak terutama pada rentang biru
hingga ungu.Saat katarak matur, pupul dapat tampak kelabu keruh atau
putih, bukan hitam. Tajam penglihatan pasien katarak dapat terlihat hitam
terhadap reflex fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk,
katarak terkait usia biasanya terletak di daerah nucleus korteks atau
subkapsular posterior james, 2006
Menurut ilmu penyakit mata fakultas kedokteran Indonesia 2015
Pasien dengan katarak mengeluh, gangguan penglihatan berupa :
□ Merasa silau
□ Berkabut/berasap
□ Sukar melihat dimalam hari
□ Melihat ganda
□ Melihat warna terganggu
7. Komplikasi
Menurut Black & Hawk 2014 komplikasi pasien dengan katarak
sebenarnya jarang terjadi, akan tetapi bisa menimbulkan komplikasi jika
pasien mengalami pembedahan (operasi) hingga pasca operasi seperti
infeksi, perdarahan, edema macular, kejadian ablasio retina lebih sering
terjadi pada 12 bulan pasca operasi.
Komplikasi Katarak menurut kowalak, 2014 meliputi :
1. Kebutaan
2. Glaucoma
3. Kehilangan humor viterus
4. Dehisensi luka operasi akibat benang jahitan yang kendor atau
putus, kamera okuli anterior yang rata atau prolapses iris ke dalam
luka operasi.
8. Pemeriksaan penunjang
Sebagai Pemeriksaan penunjang yang dapat diakukan kepada pasien
dengan katarak adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaa visus mata mengunakan senellen / mesinmesin
telebenikuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akueus/viterus humor, kesalahan reflaksi penyakit system saraf.
2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena masa tumor karotis
galukona.
3. Pengukuran tonografi ; TIO (12-25 mmHg)
4. Pengukuran genioskopi membedakan sudut terbuka dan tertutup
5. Tes provokatif : menentukan tipe katarak atau galukoma
6. Oftalmoskop : mengkaji susunan internal okuler, atrofi lempeng optic
7. Darah lengkap, LED : menunjukan anemi sistemik/ infeksi
8. EKG, Kolesterol serum, lipid, glukosa toleransi
9. Penatalaksanaan medis
A. Penatalaksanaan bedah
Menurut arif mansjur, 2012 penata laksanaan yang tepat untuk
pasien dengan katarak adalah pembedahan.Bedah pengangkatan
merupakan satu-satunya terapi yang digunakan saat ini untuk katarak.
Indikasi yang dapat ditegakan dengan pembedahan jika katarak sudah
berkembang dan menggangu aktifitas sehari-hari, pembedahan katarak
adalah tidak ada terapi medis untuk mencegah atau mengatasi katarak ,
jika pasien mengalami katarak bilateral, maka yang dapat dilakukan
adalah hanya satu mata dalam satu waktu ( Lemone, 2017)
Pembedahan katarak dilakukan dengan cara membuat irisan
kecil pada kornea, katarak dipecah menjadi partikel-partikel kecil
mikroskopik dengan probe ultrasonic. Penggunaan suara berernergi
tinggi yang lebih dikenal falkoemulsifikasi.Kemudian suatu lensa
buatan intraocular yang dilipat ditamnam melalui irisan mikro, dibuka
lipatannya dan dikunci pada posisi permanen irisan mikro ini akan
sembuh dan tidak butuh jahitan, irisan ini akan tetap tertutup erat
dengan tekanan keluar alami dari dalam mata dengan kondisi yang
lebih nyaman serta penyembuhan yang lebih cepat ( Black & Hawak,
2014 ).
Pembedahan katarak juga memiliki komplikasi namun hanya 1
% dari pembedahan tersebut.Kehilangan humor viterus, edema kornea
peningkatan tekanan intra okukar radang atau infeksi. Penglihatan
dapat dipulihkan mengunakan kapsulotomi laser pasca (pembuatan
lubang untuk cahaya agar dapat melewati opasifikasi kapsula ) atau
insisi bedah ke kapsula posterior untuk memungkinkan cahaya
mencapai retina (lemone,2017 ).
B. Penatalaksanaan Non-bedah.
1. Pengkajian
a. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
b. Keluhan utama : Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
c. Riwayat kesehatan dahulu:
Riwayat kesehatan dahulu klien diambil untuk menemukan masalah
primer klien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan
ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus
menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata
dan berapa lama klien sudah menderita kelainan ini.Riwayat mata yang
jelas sangat penting. Apakah klien pernah mengalami cedera mata atau
infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita klien.
d. Riwayat kesehatan sekarang:
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum klien. Apakah ia
mengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah klien mengalami
kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan
dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan masalah
membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?
e. Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-
nenek.
f. Pemeriksaan fisik
Mata:
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan
pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop
(Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus
ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp
memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi
opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah
nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya
terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan
penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen
pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris
menandakan trauma mata sebelumnya.
NURSING CARE PLANING
Pre operasi
a. Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/ perubahan status organ indera.
b. Cemas (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
mengenai penyakit dan prosedur pembedahan
d. Resiko Cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Intra operasi
a. Resiko cedera berhubungan dengan prosedur invasif
b. Resiko hipotermi berhubungan dengan evaporasi
Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan pasca
operasi.
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
c. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kehilangan penglihatan perifer
sementara dan persepsi sekunder terhadap pembedahan mata
Pre operasi
1. Diagnose keperawatan : Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori/ perubahan status organ indera.
a). data yang mendukung
b). hasil yang diharapkan :
Ketajaman dan fokus mata kiri baik
Ketajaman dan fokus mata kanan baik
Menanggapi rangsangan visual
Intervensi Rasional
1. Identifikasi diri saat memasuki area 1. Agar klien mampu fokus terhadap
klien perawat
Intervensi Rasional
1. Identifikasi kebutuhan keamanan 1. Mengetahui bagaimana keamanan
klien yang dibutuhkan klien
2. Mengetahui ancaman yag terdapat
2. Identifikasi ancaman keamanan di lingkugan klien
klien 3. Mengurangi ancaman dan
meningkatkan keamanan klien
3. Modivikasi lingkungan klien 4. Menjaga klien agar tidak terjatuh
dan mengalami cedera
4. Gunakan alat pelindung pasien
seperti side rell 5. Memberikan suasana nyaman bagi
klien
5. Kolaborasi dengan agensi lain
untuk menciptakan lingkungan
aman
Intervensi Rasional
1. Identifikasi tingkat kecemasan 1. Mengkaji tingkat kecemasan klien
klien
2. Untuk meyakinkan dan
2. Gunakan pendekatan yang tenang menenangkan klien
3. Orientasikan lingkungan baru 3. Mengurang pemikiran negative
klien terhadap lingkungan baru klien
4. Meningkatkan pengetahuan
4. Jelaskan semua kegiatan , mengurangi kecemasan dan
prosedur , dan isu-isu yang pikiran negatif klien mengenai
melibatkan klien prosedur yang akan dilakukan
5. Sebagai terapi relaksasi untuk
5. Instruksikan klien menggunakan klien mengurangi kecemasan
teknikrelaksasi (tekniknapas
Intervensi Rasional
1. Tentukan kebutuhan pengajaran 1. Mengetahui informasi yang
klien dibutuhkan klien
2. Idetifikasi sumber motivasi klien 2. Mengetahui cara memotivasi
3. Memberikan informasi-informasi klien
dari sumber-sumber yang dapat 3. Memberikan informasi sebanyak-
menolong klien banyaknya yang dibutuhkan klien,
agar klien percaya, yakin dan
permasalahan pengetahuan
terselesaikan
Intra Operasi
Intervensi Rasional
1. Atur suhu ruangan yang nyaman 1. Membantu menstabilkan suhu
2. Lindungi area diluar wilayah pasien
operasi 2. Kehilangan panas dapat terjadi
waktu kulit dipajanka
Intervensi Rasional
1. Tidurkan pasien pada meja operasi 1. Mencegah jatuhnya pasien
sesuai kebutuhan 2. Dapat mengetahui pemakaian
2. Monitor penggunaan instrumen instrumen jarum dan kasa.
jarum an kassa
Post Operasi
Intervensi Rasional
1. Monitor tanda dan gejala 1. Mengkaji dan mengevaluasi
infeksi klien
2. Kaji kerentanan terhadap 2. Untuk mengetahui
infeksi kemungkinan terkena infeksi
3. Untuk mengetahui apakkah
3. Monitor kesembuhan luka, muncul reaksi pembedahan
WBC, dan hasil yang atau tanda gejala infeksi
menunjang 4. Mencegah munculnya infeksi
5. Sarana penyembuhan luka
4. Pertahankan teknik aseptic 6.Keluarga mampu mengenal dan
terhadap klien melaporkan tmuan infeksi pada
5. Promosikan pemberian nutrisi perawat
adekuat
6.Ajari klien dan keluarga
mengenai tanda dan gejalan
infeksi
Intervensi Rasional
1. Identifikasi kebutuhan 1. Mengetahui bagaimana
keamanan klien keamanan yang dibutuhkan
klien
2. Identifikasi ancaman 2. Mengetahui ancaman yag
keamanan klien terdapat di lingkugan klien
3. Mengurangi ancaman dan
3. Modifikasi lingkungan meningkatkan keamanan
klien klien
4. Menjaga klien agar tidak
4. Gunakan alat pelindung terjatuh dan mengalami
pasien seperti side rell cedera
5.Memberikan suasana nyaman
5,Kolaborasi dengan agensi bagi klien
lain untuk menciptakan
lingkungan aman
PATHWAY KATARAK
Menurunnya
Degenerasi pada lensa
ketajaman penglihatan Resiko Cedera
KATARAK
Gangguan persepsi Mata ditutup beberapa hari dan
sensori-perseptual menggunakan kacamata
mengaburkan pandangan
penglihatan
Perubahan status
prosedur invasif
kesehatan, keterbatasan
Post op pengangkatan katarak
informasi
Tinjauan Kasus
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi staatus kesehatan klien
(Nursalam,2001). Adapun data-data pengkajian katarak adalah :
a. Aktivitas / istirahat : gejalanya yaitu perubahan aktivitas biasanya atau
hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan / cairan : gejalanya yaitu mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neusensori / cairan : gejalanya yaitu gangguan penglihatan (kabur/tak
jelas), sinar terang menyebalkan silau dengan kehilangan terhadap
penglihatan perifer, kesulitan menfokus kerja dengan dekat/merasa di
cahaya atau pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, foto
fobia (glaukoma akut). Dan tandanya yaitu tampak kecoklatan atau putih
susu pada pipi (katarak), pupil menjepit dan merah/mata keras dengan
kornea berawan (glukoma darurat), dan peningkatan air mata.
d. Nyeri / kenyamanan : gejala yaitu ketidak nyamanan ringan/mata berair
(glaukoma kronis), nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan
sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / pembelajaran : gejala yaitu riwayat keluarga glaukoma
diabetes, gangguan sistem vaskuler, riwayat stres, alergi, gangguan
vasemotor (contoh peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan
endokrin, diabetes (glaukoma)
B. Diagnosa Keperawatan
Do :
Distori sensori
Melihat kesatu
arah
2. Ds : Ganguan mobilitas Sensori persepsi
Mengeluh sulit fisik katarak
bergerakkan
ektremitas
Do :
Kekuatan otot
menurun
Fisik lemah
D. Intervensi
1.1.Latar Belakang
1. Advokasi
Dari advokasi, hasil yang diharapkan dapat dilihat dari dua indikator. Perta,a,
indikator output dalam bentuk perangkat lunak adalah peraturan-peraturan atau
undang-undang sebagai bentuk kebijakan atau perwujudan dari komitmen politik
terhadap program kesehatan, misalnya : undang-undang, peraturan pemerintah,
keputusan presiden, keputusan menteri, peraturan daerah, surat keputusan
gubernur, bupati, camat, dan seterusnya. Kedua, indikator output dalam bentuk
perangkat keras yaitu; meningkatnya dana atau anggaran untuk pembangunan
kesehatan, ersedianya atau dibangunnya fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dan sebagainya, dibangunnya atau
tersedianya sarana prasarana kesehatan misalnya air bersih, jamban keluarga atau
jamban umum, tempat sampah, dan sebagainya, dilengkapinya peralatan
kesehatan seperti laboratorium peralatan pemeriksaan fisik dan lain sebagainya.
2. Bina suasana
Menurut Effendi dan Makhfudli (2009), bina suasana yaitu penciptaan situasi
yang kondusif untuk memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku
hidup bersih dan sehat dapat tercipta dan berkembang jika lingkungan
mendukung hal ini. Dalam konteks ini lingkungan mencakup lingkungan fisik,
sosial budaya, ekonomi, dan politik. Bina suasana menurut Kemenkes RI (2008)
adalah upaya untuk menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong
individu atau anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila
lingkungan sosial dimanapun dia berada (keluarga, dirumah, orang-orang yang
menjadi panutan / idolanya, majelis agama dan lain-lain bahkan masyarakat
umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut.Bina suasana
mengajak para individu meningkat dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan.
Pada pelaksanaannya terdapat tiga pendekatan dalam bina suasana, yaitu
3. Pemberdayaan masyarakat
2. BinaSuasana
Pelaksanaan Bina Suasana Rumah Sakit Mata Cicendo selama
tahun 2016-2017 dilakukan melalui dua kegiatan, yaitu Ajang Pemilihan Duta
Mata Sehat danDerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Melalui Ajang
Pemilihan Duta Mata Sehat diharapkan para Duta Mata Sehat akan
menyebarluaskan opini yang positif terhadap masyarakat untuk mau
melakukan perilaku yang diperkenalkan, juga mengikuti kegiatan yang
dilaksanakan oleh Rumah Sakit Mata Cicendo seperti seminar kesehatan mata,
bakti sosial, Talkshow bersama dokter, dan lain sebagainya. Sebelumnya, para
Duta Mata Sehat akan diberi materi seputar mata (penyakit,
perawatan,pencegahan,danpenanggulangannya) juga public speaking melatih
cara berkomunikasi yang baik dan dapat dipahami oleh masyarakat. Sedangkan
melalui Germas, pelaksanaannya berupa melakukan aktivitas fisik 30 menit per
hari, mengkonsumsi buah dan sayuran, dan memeriksakan kesehatan secara
rutin 6 bulan sekali sebagai upaya penyakit dini terjadinyapenyakit.
3. PemberdayaanMasyarakat.
SOAL NCLEX
Seorang bayi berusia 3 hari, dibawah oleh ibunya kedokter dengan keluhan
keluar kotoran dari matanya sejak lahir. Kotoran berjumlah banyak kental
kekuningan, ibunya mengeluh mengalami keputihan sejak usia kehamilan 8
bulan. Pemeriksaan oftalmologi didapatkan sekret kental purulenkonjungtiva
tarsallisuperior dan inferior hiperemis, konjungtiva bulbi terdapat injeksi
konjungtiva corneajernih, camerahoculi anterior dalam, flare(-) hipopion (-)
lainnya tidak ada kelaianan. Pada pemeriksaan apus secretdengan pewarnaan
gram didapatkan hiplokokusgram negative.
a. Katarak senilis OD
b. Katarak presinilis OD
c. katarak sekunder OD
d. Katarak traumatik OD
e. Katarak komplikata OD
9. Bagaimanakah patofisiologi kelainan di atas?
a. Trauma
b. Penyakit sistemik
c. Proses degenerasi
d. Kelainan congenital
e. Toksik akibat kortikosteroid
10. Seorang anak laki-laki, 2 tahun dikirim dari posyandu untukndiperiksa oleh
dokter mata dan pada pemeriksaan ditemukan deskuamasi keraton di
konjungtiva yang kering pada bagian temporal mata kanan. Pemeriksaan
sitologi konjungtiva tidak ditemukan sel goblet. Apakah kelainan yang
ditemukan dikonjungtiva tersebut?
a. Bercak bitot
b. Keratomalasia
c. Xerosis kornea
d. Xerosis konjungtiva
e. Degenerasi konjungtiva
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut leMone (2016) Katarak didefinisikan opasifikasi
(pengeruhan) lensa mata.Opasifikasi tersebut dapat sangat mengganggu
pengantaran cahaya ke retina dan kemampuan menerima citra dengan jelas.
Senada menurut james (2006) hal yang mendasari bahwa opasifikasi lensa
mata (katarak) sebagian besar timbul pada usia tua sebagai akibat pajanan
kumulatif terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti radiasi
UV serta komplikasi penyakit Diabetes mellitus dan beberapa diantaranya
bersifat kongenital dan dapat diturunkan.
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Salemba Emban Patria. Brotzman, B & Wilk
Ilyas S. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Jayanegara IWG. 2006. One Needle Technique for Non Phaco Small Incision
Cataract Surgery. Jakarta: IOA the 11th Congress In Jakarta.
LeMone, P, & Burke. (2017). Keperawatan Medika Bedah: Gangguan Visual dan
Audiotori. ( 5th ed). Pearson Prentice Hall : New Jersey.
Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS, et all. 2010. Clinical Optics Section 3. American
Academy Opthamology.
Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P. 2000. Oftalmologi umum.Edisi 14. Jakarta: Widya
medika.
Wijana, Nana S.D. 1993.Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Penerbit Abadi Tegal.
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9.Alih bahasa
Esty Wahyuningsih. Jakarta: EGC