Anda di halaman 1dari 37

GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS AKIBAT PATOLOGIS

SISTEM PENGINDRAAN: KATARAK DAN GKAUKOMA

Dosen:
Giri Udani, SKp., M.Kes

Disusun oleh:
Kelompok 4 Tk 2/ Reg 1

1. Rika Anggraini (1814401010)


2. Megawati Utami S.S (1814401011)
3. Dhia Istiqomah (1814401012)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


D III KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat Taufik
Hidayah serta Inayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah
Keperawtan Medikal Bedah II “Asuhan Keperawtan Gangguan Kebutuhan Aktivitas Akibat
Patologis Sistem Pengindraan: Katarak dan Glaukma ” dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil makalah
Kami ini tidak luput dari kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan kata. Maka dari itu
dengan mengharapkan ridha Tuhan Yang Maha Kuasa, kami sangat membutuhkan kritik dan
saran yang membangun dari anda semua demi untuk memperbaiki makalah Kami di masa yang
akan datang. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk semua pembaca dan dapat
digunakan di dalam hal yang baik. Terima kasih.

Bandar Lampung, 20 Januari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i


KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3


2.1 Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gangguan
pengindraan: Katarak ................................................................................................. 3
2.2 Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gangguan
Pengindraan: Glaukoma ............................................................................................. 16

BAB III SOP IRIGASI MATA ........................................................................................... 31

BAB IV PENUTUP .............................................................................................................. 33


4.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 33
4.2 Saran ......................................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mereka yang berusia 40 tahun keatas, kemungkinan bisa mengidap penyakit
Glaukoma. Namun demikian, tidak dipungkiri bisa juga menyerang semua umur dan
tanpa batasan jenis kelamin. Penyakit ini timbul pada orang-orang yang mempunyai
bakat glaukoma atau diakibatkan penyakit mata lain. Glaukoma disebabkan oleh
peningkatan tekanan cairan di dalam mata. Glaukoma akut terjadi secara tiba-tiba.
Kondisi ini harus segera diatasi untuk menyelamatkan penglihatan. Glaukoma merupakan
penyebab kebutaan ke-2 di dunia, diperkirakan 70 juta orang di dunia menderita
glaukoma. Dengan memeriksakan mata lebih dini, maka kebutaan akibat glaukoma dapat
dicegah.
Selain glukoma makalah ini juga akan membahas penyakit katarak. Katarak
adalah proses kekeruhan yang terjadi pada sebagian atau seluruh bagian lensa mata.
Penyebab katarak adalah karena faktor usia, kecelakaan, terganggunya metabolisme
tubuh akibat penyakit berkepanjangan, bawaan lahir atau bahkan keracunan. Gejala yang
dirasakan oleh penderita katarak adalah penglihatan yang berkabut, silau, bila dilihat
dengan bantuan cahaya pada pupil akan terlihat keruh. Katarak yang terjadi akibat usia
lanjut bertanggung jawab atas 48% kebutaan yang terjadi di dunia, yang mewakili 18 juta
jiwa, kelayakan bedah katarak di beberapa negara belum memadahi sehingga katarak
tetap menjadi penyebab utama kebutaan.
Bahkan di mana ada layanan bedah yang tersedia, pengelihatan rendah yang
terkait dengan katarak masih dapat dijumpai, sebagai hasil dari lamanya menunggu untuk
operasi dan hambatan untuk dioperasi, seperti biaya, kurangnya informasi dan masalah
transportasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan pengindraan: Katarak?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan pengindraan: Glaukoma?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan pengindraan:
Katarak
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan pengindraan:
Glaukoma

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gangguan Pengindraan: Katarak


A. DEFINISI
1. Katarak
Katarak adalah keburaman atatu kekeruhan lensa. Lensa normalnya
transparan dan dilalui cahaya melalui retina. Saat kruhan terjadi,terjadi
kerusakan pengelihatan. Katarak biasaya bilateral,namun derajat
kerusakanny pengelihatan seing erbeda pada setiap mata.
Katarak dapat berhubungan dengan trauma mata tajam maupun
tumpul,penggunaaan kortikosteroid jangka panjangg,penyakit
sistemis,seperti diabetes mellitus,pemajanan radiasi,pemajaman siinar
ultraviolet,atau kelainan mata lain sepertti uveitis anterior.
2. Tanda dan Gejala
Katarak dapat terjadi pada satu atau kedua mata namun tidak dapat
menyebar dari satu mata ke mata yang lain. Beberapa tanda dan gejala
katarak adalah:
1) Pandangan kabur seperti berkabut
2) Warna di sekitar terlihat memudar
3) Rasa silau saat Anda melihat lampu mobil, matahari atau lampu.
Anda juga dapat melihat lingkaran di sekeliling cahaya
4) Pandangan ganda
5) Penurunan penglihatan di malam hari
6) Sering mengganti ukuran kacamata

3. Etiologi
Penyebabnya bermacam-macam. Umumnya adalah usia lanjut,tetapi dapat
terjadi secara kongenital akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan
janin,genetic,dan gangguan perkembangan,kelainan sistemik dan
metabolic,seperti diabetes militus,galaktosemi,dan distrofil

3
miotonik,traumatic,terapi kortikosteroid sistemik,dan sebagainya. Selain
itu rokok dan alkohol juga dapat mengakibatkan resiko katarak.

4. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
penyakit katarak adalah sebagai berikut :
a) Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk
jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
b) Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata
sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah,
2003).

5. Pemeriksaan Diagnostik
a) Uji mata
b) Keratometri
c) Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
d) A-scan ultrasound (echography)
e) Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat
diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan
pembedahan (Suddarth, 2001).Darah putih: dibawah 10.000
normal

6. Manisfestasi klinis
Keluhan yang timbul adalah penurunan tajam pengelihatan secara
progresif dan pengelihatan seperti berasap. Sejak awal,katarak dapat
terlihat melalui pupil yang telah berdilatasi dengan oftalmoskop,slit
lamp,atau shadow test.

4
7. Pathway

Usia lanjut dan Congenital atau Penyakit metabolik


bisa diturunkan cedera mata
proses penuaan (misalnya DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Defisiensi
coklat kekuningan
Pengetahuan
Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus
Tidak Kurang terpapar
multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier
mengenal kesekitar daerah lensa) terhadap
Hilangnya tranparansi
sumber informasi tentang
lensa
informasi prosedur tindakan
Risiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa pembedahan

koagulasi
Gangguan Cemas/ Ansietas
penerimaan mengabutkan pandangan
sensori/status prosedur invasive
organ indera Terputusnya protein lensa disertai pengangkatan
influks air kedalam lensa katarak
Menurunnya
ketajaman Usia meningkat
penglihatan Risiko Infeksi
Penurunan enzim menurun

Gangguan
Degenerasi pd lensa
persepsi sensori-
perseptual
KATARAK
penglihatan

Post op Nyeri
akut

5
8. Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:
 Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat
disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia
kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital adalah
katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan
bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat. Katarak kongenital sering
ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita
penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis,
inklusi sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang
menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt
herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus,
iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo
kornea.
 Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang
muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan
lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan
katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit
penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya
 Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile
biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan
lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang
biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta:
Ilmu Penyakit Mata, ed. 3 )Katarak Senil sendiri terdiri dari 4
stadium, yaitu:
a) Stadium awal (insipien). Pada stadium awal (katarak
insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal,
bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada

6
saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan
atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung
diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk
jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak
kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak
sub kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa
dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda
morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-
kadang menetap untuk waktu yang lama. (Ilyas, Sidarta :
Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
b) Stadium imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi
kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-
bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi
hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan
perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan
pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan
lebih sempit. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh,
ed. 2,)
c) Stadium matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka
akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil
desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan
berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik
mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali.
Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat
putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium

7
( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat
negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed.
2,)
d) stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks
yang mencair sehingga masa lensa ini dapat keluar melalui
kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus
"tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni).
Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar
kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit
berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas,
Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
 Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa
akibat lensa degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke
dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak
dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa
ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen
biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi
hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp
terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat
lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
 Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam
(katarak nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak
pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan
lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada
orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan
adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit
Mata, ed. 3)

8
Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Normal Bertambah Normal Berkurang
Lensa
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow (-) (+) (-) +/-
test
Visus (+) < << <<<
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:


1.) Katarak Inti ( Nuclear )
Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau
bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.
2.) Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih
mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan.
Banyak pada penderita DM
3.) Katarak Subkapsular.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar
masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka
waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada
kedua mata.

9
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN KEBUUHAN AKTIVITAS AKIBAT PATOLOGIS
SISTEM PENGINDRAAN (KATARAK)

1. Pengkajian
A. Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari
secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan
keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
B. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain: Penurunan ketajaman
penglihatan secara progresif (gejala utama katarak) . Mata tidak merasa
sakit, gatal atau merah. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
Perubahan daya lihat warna. Gangguan mengendarai kendaraan malam
hari, lampu besar sangat menyilaukan mata. Lampu dan matahari sangat
mengganggu. Sering meminta ganti resep kaca mata. Lihat ganda. Baik
melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
 Riwayat penyakit dahulu
1) Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien
seperti DM,
hipertensi,pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic
lainnya
memicu resiko katarak.
2) Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan
pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
3) Kaji riwayat alergi

10
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat
stress
C. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan
melihat lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit
lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan
penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan
lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris
shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur,
sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.

Diagnosa Keperawatan (Doenges,2000):


1) Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan b.d gangguan penerimaan
sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan
: Menurunnya ketajaman penglihatan, perubahan respon biasanya terhadap
rangsang.
2) Kecemasan b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan
pembedahan
3) Resiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasive pengangkatan katarak

Intervensi Keperawatan
No Dx Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan Meningkatkan ketajaman · Tentukan · Kebutuhan tiap
peersepsi penglihatan dalam batas situasi ketajaman individu dan
sensori- individu, mengenal gangguan penglihatan, catat pilihan intervensi
perseptual sensori dan berkompensasi apakah satu atau bervariasi sebab
penglihatan terhadap perubahan. dua mata terlibat kehilangan

11
b.d · Orientasikan klien penglihatan terjadi
gangguan Kriteria Hasil : tehadap lingkungan lambat dan
penerimaan · Mengenal gangguan sensori · Observasi tanda- progresif
sensori/status dan berkompensasi terhadap tanda disorientasi. · Memberikan
organ indera, perubahan · Pendekatan dari peningkatan
lingkungna · Mengidentifikasi/memperbaiki sisi yang tak kenyamanan dan
secara potensial bahaya dalam dioperasi, bicara kekeluargaan,
terapetik lingkungan. dengan menyentuh. menuruknkan
dibatasi. · Ingatkan klien cemas dan
Ditandai menggunakan disorientasi pasca
dengan : kacamata katarak operasi
Menurunnya yang tujuannya · Terbangun dalam
ketajaman memperbesar lingkungan yang
penglihatan, kurang lebih 25 tidak di kenal dan
perubahan persen, pelihatan mengalami
respon perifer hilang dan keterbatasan
biasanya buta titik mungkin penglihatan dapat
terhadap ada mengakibatkan
rangsang. · Letakkan barang kebingungan
yang terhadaap orang
dibutuhkan/posisi tua
bel pemanggil · Memberikan
dalam rangsang sensori
jangkauan/posisi tepat terhadap
yang tidak isolasi dan
dioperasi. menurunkan
bingung
· Perubahan
ketajaman dan
kedalaman
persepsi dapat

12
menyebabkan
bingung
penglihatan dan
meningkatkan
resiko cedera
sampai pasien
belajar untuk
mengkompensa si.
2. Kecemasan a. Pasien mengungkapkan dan · Kaji tingkat · Derajat
b.d kurang mendiskusikan rasa kecemasan pasien kecemasan akan
terpapar cemas/takutnya. dan catat adanya dipengaruhi
terhadap b. Pasien tampak rileks tidak tanda- tanda verbal bagaimana
informasi tegang dan melaporkan dan nonverbal. informasi tersebut
tentang kecemasannya berkurang · Beri kesempatan diterima oleh
prosedur sampai pada tingkat dapat Pasien untuk individu.
tindakan diatasi. mengungkapkan isi mengungkapkan
pembedahan c. Pasien dapat mengungkapkan pikiran dan rasa takut secara
keakuratan pengetahuan tentang perasaan takutnya. terbuka dimana
pembedahan · Observasi tanda rasa takut dapat
vital dan ditujukan.
peningkatan respon · Mengetahui
fisik pasien respon fisiologis
Edukasi yang ditimbulkan
· Beri penjelasan akibat kecemasan.
pasien tentang
prosedur tindakan
operasi, harapan Edukasi
dan akibatnya. · Meningkatkan
· Beri penjelasan pengetahuan
dan suport pada pasien dalam
pasien pada setiap rangka

13
melakukan mengurangi
prosedur tindakan kecemasan dan
· Lakukan orientasi kooperatif.
dan perkenalan · Mengurangikece
pasien terhadap masan dan
ruangan, petugas, meningkatkan
dan peralatan yang pengetahuan
akan digunakan · Mengurangi
perasaan takut dan
cemas

3. Resiko tinggia. Tanda-tanda infeksi tidak · Tingkatkan · Nutrisi dan


terhadap terjadi penyembuhan luka hidrasi yang
infeksi b.d b. Penyembuhan luka dalam dengan: optimal
prosedur rentang waktu minimal ü Berikan dorongan meningkatkan
invasive untuk mengikuti kesehatan secara
pengangkatan diet seimbang dab keseluruhan,
katarak asupan cairan yang meningkatkan
adekuat penyembuhan
· Gunakan teknik luka pembedahan
aseptic untuk
membersihkan mata
dari dalam keluar · Teknik aseptic
dengan tisu menimalkan
basah/bola kapas masuknya
untuk tiap usapan mikroorganisme
· Tekankan dan mengurangi
pentingnya tidak infeksi
menyentuh/mengga
ruk mata

14
· Mencegah
kontaminasi dan
kerusakan sisi
operasi

15
2.2 Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gangguan Pengindraan: Glaukoma

A. DEFINISI
Glaukoma adalah penyakit mata yang dikarakteristikan dengan peningkatan
tekanan intraocular (TIO). Peningkatan tekanan menyebabkan kerusakan iskemik
pada diskus optic dan sel-sel saraf dari retina, dengan kehilangan progresif dari
penglihatan perifer (Martinelli, 1991).
Peningkatan TIO terjadi bila aliran keluar dari aqueus humor dalam bagian
anterior mata dibatasi. Aqueus humor secara kontinu disekresi oleh badan siliar
untuk memberikan nutrient pada lensa. Ini keluar ruang anterior melalui jarring-
jaring trabekular dank anal schlem.
Terdapat dua bentuk prier dari glaucoma:
1. Glaucoma sudut terbuka primer (glaucoma simpel kronis) disebabkan oleh
degenerasi jaringan trabekular; keterlibatan bilateral; awitan gejala-gejala
bertahap.
2. Glaucoma sudut tertutup primer (glaucoma akut) disebabkan oleh blok
jaringan trabekular oleh jaringan iris perifer; keterlibatan unilateral;
gejala-gejala terjadi tiba-tiba.
Glaucoma sudut tertutup primer dapat akut atau kronis. Bentuk akut adalah
kedaruratan medis terdekat dan menerima tindakan segera oleh ahli oftalmologi
untuk mencegah kebutaan. Perawatan di rumah sakit diperlukan. RLP untuk
klasifikasi KDB dari glaucoma adalah 3,5 hari (Lorenz, 1991).
Glaucoma sudut tertutup kronis disebabkan oleh penyempitan sudut ruang
anterior. Seseorang dengan tipe glaucoma ini mengalami gejala-gejala ringan
glaucoma akut bila dipajankan pada situasi yang mendilatasi pupil, sebagai
contoh, bila digunakan obat midriatik, selama kegembiraan, dalam kegelapan,
atau bila mata ditutup untuk periode lama seperti tidur.
Glaucoma diatasi tanpa perawatan dirumah sakit, kecuali pembedahan diperlukan.

16
B. TANDA DAN GEJALA
Gejala dan tanda Anda tergantung dari jenis glaukoma yang Anda derita. Berikut
ini adalah beberapa gejala dan tandanya:

 Glaukoma sudut terbuka: Awalnya tidak timbul gejala. Namun, Anda


mungkin melihat blind spot yang berupa area kecil pada penglihatan tepi
atau pusat Anda. Keluhan yang muncul dapat berupa seperti penglihatan
mengerucut ke depan seperti terowongan atau melihat titik kehitaman
yang melayang mengikuti gerakan bola mata.
 Glaukoma sudut tertutup: Gejala yang muncul berupa sakit kepala berat,
nyeri mata, mual dan muntah, penglihatan kabur, lingkaran halo di sekitar
cahaya dan mata merah.
 Glaukoma kongenital (bawaan lahir): Kondisi tekanan pada bola mata
ini terjadi pada bayi baru lahir. Anda dapat mengetahuinya dalam setahun
pertama kehidupan. Kontrol ke dokter spesialis anak secara teratur.
 Glaukoma sekunder: Disebabkan oleh penyakit lain. Gejala dan
tandanya mirip dengan glaukoma lainnya.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas.


Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu,
konsultasikanlah dengan dokter Anda.

C. ETOLOGI
1. Glaucoma primer terdiri dari:
a. Akut: dapat disebabkan karena trauma
b. Kronik: dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga
seperti: DM, arterisklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka
panjang, myopia tinggi dan progresif.
2. Glaucoma sekunder

17
Disebabkan penyakit mata lain, seperti: katarak, perubahan lensa, kelainan
uvea, pembedahan.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Glaukoma primer
a. Glaucoma sudut terbuka
 Kerusakan visus yang serius
 Lapang pandang mengecil dengan macam-macam skottoma
yang khas
 Perjalanan penyakit progresif lambat
b. Glaucoma sudut tertutup
 Nyeri hebat didalanm dan sekitar mata
 Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya
 Pandangan kabur
 Sakit kepala
 Mual muntah
 Kedinginan
 Demam bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina,
yang sedemikian kuatnya keluhan mata (gangguan
penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan
oleh klien.
2. Glaucoma sekunder
 Pembesaran bola mata
 Gangguan lapang pandang
 Nyeri didalam mata
3. Glaucoma kongential
Gangguan penglihatan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glaucoma akut

18
Pengukuran dengan tonometrischiotz menunjukkan peningkatan tekanan,
parimetri genioskopi dan tonografi dilakukan setelah edema kornea
menghilang.
2. Galikoma kronik
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonomebri
menunjukka peningkatan, nilai dianggap mencurigakan bila berkisar
antara 21-25 mmHg dan diangap patoligik bila berada diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan
dalma, dinidng cekungan berguang, warna memucatagdna terdapat
pendarahan pada pupil.
3. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit,
depresi bagian nasal, tangga rone, atau stroma busur. Uji provokasi minum
air, ujia variasi diurnal dan ujian provokasi steroid dilakukan padac kasus-
kasus ynag mergukan.
4. Pengukuran tekanan intraocular (dengan tonometer), pemeriksaan keadaan
sudut bola mata dengan genioskopi. Sedangkan pemeriksaan lapang
pandangan mata dengan alat perimetri.
5. Pengecekan terhadap kondisi syaraf mata digunakan alat Heidelberg
Retinal Tomography (HRT) atau Optical Coherence Tomography (OCT).
pemberia obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet. Fungsi
obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau meningkatkan
keluarnya caiuran aqueuse humor.

F. PENATALAKSANAA MEDIS
1. Glaucoma sudut terbuka/ simple/ kronik
a. Obat-obat miotik
 Golongan kolinergik: pilokarpin 1-4% 5 kali/ hari
 Golongan anti kkolineoterase: demekarium bromide,
hurmosal 0,25%
b. Obat-obat penghambat sekresi aquesus humor (Adrenergik)
 Timolol (tetes 0,25 dan 0,5% 2x/ hari

19
 Epinerprin (0,5-2% 1-2x/ hari)

G. PATOFISIOLOGI
Rongga anterior mata berada didepan sedikit kesamping dari lensa, terdapat
bermuara aqueus humor, merupakan cairan bening yang menunjukkan hympha.
Aqueous humor diproduksi secara terus-terusan dalam badan silianis yang
terdapat dibagian posterior iris dan mengalir melewati pupil kedalam
cameraokuli anterior. Aqueous humor disalurkan melalui canal schelm disekitaran
mata dan berada pada bagian sudut camera okuli anterior dimana terjadi
pertemuan iris perifer dan kornea dalam keadaan normal terjadi keseimbangan
antara produksi dan penyerapan aqueous humor, akan enyebabkan atau
menjadikan tekanan intra okulirelative konstan.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi glaucoma pada umumnya adalah kebutaan total akibat tekanan bola
mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutaan yaitu
kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi
(penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata
dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan
rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan
memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar,
alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah
tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.

20
I. PATHWAY

21
ASUHAN KEPERAWATAN
SISTEM PENGINDRAAN: GLAUKOMA

PENGKAJIAN
1. Identifikasi Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, status
perkawinan, tanggal MRS dan diagnosa medis.

1. Keluhan Utama
Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi, nyeri hebat di
kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadinya
nyeri hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan
bengkak.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pernah mengalami penyakit glaucoma sebelumnya atau tidak dan apakah terdapat
hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
c. Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertical atau
horizontal memiliki penyakit yang serupa.

3. Pola-Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

22
Persepsi pasien dalam menilai/ melihat dari pengetahuan pasien tentang penyakit
yang diderita serta kemampuan pasien dalam merawat diri dan juga adanya
perubahan dalam pemeliharaan kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Pada umumnya pasien dengan glaucoma tidak mengalami perubahan pada pola
nutrisi dan metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan
komposisi, berapa banyak per dalam porsi, jenis minum dan berapa banyak
jumlahnya.
c. Pola eliminasi
Pada kasusu ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi tetap
dikaji konsentrasinya, banyaknya , warna dan bau.
d. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat akan menurun, pasien akan gelisah atau sulit tidur karena
nyeri/ sakit hebat menjalar sampai kepala.
e. Pola aktivitas
Dalam aktivitas pasien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan pasien
mengalai penurunan.
f. Pola persepsi konsep diri
Meliputi: body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas
terhadap penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri.
g. Pola sensori dan kognitif
Pada klien ini akan menjadi/ mengalami gangguan pada fungsi penglihatan dan
padakongnitif tidak mengalami gangguan.
Penglihatan berawan/ kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar
sinar,kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata7pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda: papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea
berawan.Peningkatan air mata.
h. Pola hubungan dan peran

23
Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan
keluargadan orang lain, apakah mengalami perubahan karena penyakit yang
dideritanya.
i. Pola reproduksi: pada pola reproduksi tidak ada gangguan.
j. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan fungsi
penglihatannyaserta koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien tidak mengalami gangguan.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta pemeriksaan
TTV.
b. Pemeriksaan Kepala dan leher
Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada kepala,
matamerah, edema kornea, mata terasa kabur.
c. Pemeriksaan Integumen: Meliputi warna kulit, turgor kulit.
d. Pemeriksaan /istem Fespirasi
Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.
e. Pemeriksaan Kardiovaskular: Meliputi irama dan suara jantung.
f. Pemeriksaan sistem Gastrointestinal: Pada klien dengan glaukoma ditandai
dengan mual muntah.
g. Pemeriksaan sistem muskuluskeletal: Meliputi pergerakan ekstermitas.
h. Pemeriksaan sistem endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin.
i. Pemeriksaan Genitouria: Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.
j. Pemeriksaan sistem pernafasan
Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya
lapang pandang.

24
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous
atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke
retina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan: Penurunan mungkin disebabkan 6/B, massa
tumor padahipofisis7otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.c.
c. engukuran tonografi: Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg.
d. engukuran gonioskopi: Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutupglaukoma.
e. Tes provokatif: digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal
atauhanya meningkat ringan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi: Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempengoptik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
g. arah lengkap, LED: Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosis.
i. Tes toleransi Glukosa: menentukan adanya DM.

DIAGNOSA MEDIS
Glaucoma

ANALISA DATA
No Data fokus Etiologi Masalah keperawtan
1. Ds:
 Klien mengeluh nyeri
pada bagian mata
 Mata terasa tegang Obtruksi jaringan trabekuler

Do: Gangguan rasa


 Pasien mengeluh sulit Hambatan pengaliran nyaman: nyeri
tidur aqueus humor

25
 Meringis, menangis
menahan nyeri
 Hasil pemeriksaan di TIO meningkat
dapat TIO 50 mmHg

Nyeri
2. Ds:
 Menyatakan TIO meningkat
penglihatan kabur,
tidak jelas dan
penurunan area Gangguan saraf optik
penglihatan Penurunan persepsi
sensori
Do: Perubahan penglihatan prifer visual/penglihatan
 Pemeriksaan lapang
pandang menurun
 Penurunan Gangguan persepsi sensori
kemampuan penglihatan
identifikasi lingkungan
(benda, orang dan
tempat)
3. Ds:
 Mengatakan takut TIO meningkat
dioperasi
 Sering menanyakan
tentang operasi Gangguan saraf optik

Do: Cemas
 Perubahan tanda vital Perubahan penglihatan perifer
peningkatan nadi,
tekanan darah

26
 Tampak gelisah, wajah Cemas
murung, sering
melamun

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d peningkatan TIO
2. Penurunan persepsi sensori visual/ penglihatan b.d serabut saraf oleh karena peningkatan
TIO
3. Cemas b.d penurunan penglihatan/ kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan
RENCANA KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
o keperawatan hasil
1. Gangguan rasa Tujuan: 1. Kaji 1. Memudahkan
nyaman: nyeri  Nyeri hilang tingkat tingkat nyeri untuk
b.d atu berkurang nyeri intervensi
peningkatan dalam waktu 2. Pantau selanjutnya
TIO 1x24 jam derajat 2. Untuk
nyeri mata mengidentifikasi
Kriteria hasil: setiap 30 kemajuan atau
 Klien dapat menit penyimpanan dari
mengidentifik selama hasil yang
asi penyebab masa akut diharapkan
nyeri 3. Siapkan 3. Setelah TIO pada
 Klien pasien galaukoma sudut
menyebutkan untuk terbuka,
faktor-faktor pembedah pembedahan harus

27
yang an sesuai segera dilakukan
meningkatkan peranan secara permanent
nyeri 4. Pertahanka menghilangkan blok
 Klien mampu n tirai pupil
melakukan baring 4. Pada tekanan mata
tindakan ketat pada sudut ditingkatkan
untuk posisi semi bila sudut datar
mengurangi fowler 5. Stress dan sinar
nyeri 5. Berikan menimbulkan TIO
lingkungan yang mencetuskan
gelap dan nyeri
terang 6. Untuk mengontrol
6. Berikan nyeri, nyeri berat
analgesic menentukan
yang menuvervalasava,m
diresepkan enimbulkan TIO
2. Penurunan Tujuan: 1. Kaji dan 1. Menentukan
persepsi  Peningkatan catat kemampuan visual
sensori visual/ sensori dapat ketajaman 2. Memberikan
penglihatan berkurang penglihata kekuatan terhadap
b.d serabut dalam waktu n penglihatan dan
saraf oleh 1x24 jam 2. Kaji perawatan
karena tingkat 3. Meningkatkan self
peningkatan Kriteria hasil: deskripsi care dan
tekanan intra  Klien dapat fungsional mengurangi
okuler meneteskan terhadap ketergantungan
obat mata penglihata 4. Meningkatkan
dengan benar n dan rangsangan pada
 Kooperatif perawatan waktu kemampuan
dalam 3. Sesuaikan penglihatan
tindakan lingkungan menurun

28
 Menyadari dengan 5. Mengetahui kondisi
hilangnya kemampua dan perkembangan
penglihatan n klien secara dini
secara penglihata 6. Untuk mempercepat
permanen n proses
 Tidak terjadi 4. Kaji penyembuhan
penurunan jumlah dan
visus lebih tipe
lanjut rangsanga
n yang
dapat
diterima
klien
5. Observasi
TTV
6. Kolaborasi
dengan tim
medis
dalam
pemberian
terapi
3. Cemas b.d Tujuan: 1. Hati-hati 1. Jika klien belum
penurunan  Cemas klien penyampai siap akan
penglihatan,ku dapat an menambah
rang berkurang hilanganya kecemasan
pengetahuan dalam waktu penglihata 2. Mengekspresikan
tentang 1x24 jam n secara perasaan membantu
pembedahan permanen klien
Kriteria hasil: 2. Berikan mengidentifikasi
 Berkurangnya kesempata sumber cemas
perasaan n klien 3. Rileks menurunkan

29
gugup mengekspr cemas
 Posisi tubuh esikan 4. Untuk mengetahui
rileks tentang TTV dan
 Mengungkapk kondisinya perkembangannya
an 3. Pertahanka 5. Dengan
pemahaman n kondisi memberikan
tentang rileks perhatian akan
rencana 4. Observasi menambah
tindakan TTV kepercayaan klien
5. Siapkan 6. Diharapkan dapat
bel mempercepat proses
ditempat penyembuhan
tidur dan
instruksi
klien
memberika
n tanda
bila mohon
bantuan
6. Kolaborasi
dengan tim
medis
dalam
pemberian
terapi

30
BAB III
SOP IRIGASI MATA

1. DEFINISI
Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian kantung konjungtiva mata. Irigasi
biasanya menggunakan akuades, saline, atau cairan antiseptik. Teknik steril digunakan
karena tindakan ini berhubungan dengan mukosa mata.

2. TUJUAN
1. Membersihkan
2. Menghantarkan obat

3. INDIKASI
1. Cedera dekontaminasi kimiawi
2. Pembersihan debris (mis. debu) dari mata.

4. KONTRAINDIKASI
1. Bola mata terluka atau tertusuk

5. ALAT DAN BAHAN


1. Tabung steril untuk tempat cairan
2. Cairan irigasi dengan suhu 37° C
3. Lakmus (penguji pH bila terpajan asam/basa)
4. Irigator (contoh: selang infuse) atau spuit steril
5. Bola kapas steril
6. Bengkok steril
7. Perlak
8. Handuk
9. Sarung tangan steril

31
6. LANGKAH KERJA
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Melakukan validasi/ evaluasi
3. Melakukan kontrak waktu
4. Jelaskan prosedur kepada klien
5. Mempersiapkan alat
6. Mencuci tangan
7. Bantu klien mengatur posisi duduk atau berbaring, miring kepala ke arah mata
yang sakit
8. Tutup pakaian klien dengan handuk. Pasang perlak di bawah kepala pasien
9. Pasang bengkok di bawah mata yang sakit
10. Pakai sarung tangan steril
11. Bersihkan kelopak mata dan bulu mata dengan kapas yang telah dibasahi cairan
irigan, dengan arah dari kanus dalam ke kanus luar
12. Dengan perlahan, retraksi kelopak mata dengan telunjuk dan ibu jari tangan non
dominan (umumnya kiri).
13. Mulai alirkan irigan melalui irigator, pengang bagian distal irrigator dengan
tangan dominan (umumnya kanan) 2,5 cm diatas mata. Aliran cairan harus
mengalir dengan kecepatan sesuai kenyamanan klien.
14. Arahkan cairan irigan ke semua arah pada bila mata anterior, dari kanus dalam ke
kanus luar. Lanjutkan tindakan sampai air yang keluar dari mata tampak bersih.
15. Bila sudah selesai, bersihkan sekitar mata dengan cara mengusap dari arah dalam
ke luar
16. Tutup mata bila diperlukan dan kaji respon
17. Bereskan alat yang digunakan dan dokumentasikan

32
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Glaukoma dan katarak merupakan penyakit mata yang saling berhubungan. Dari etiologi
dan perjalanan penyakitnya dapat dilihat bahwa glaukoma dapat mengkibatkan katarak
dan katarak dapat mengakibatkan glaukoma. Glaukoma merupakan sakit mata yang dapat
terjadi akibat dari adanya peningkatan tekanan intraokular yang melebihi dari batas
normal yaitun10-20 mmHg, yang dari penekanan itu mengakibatkan saraf optikus sempit
dan terjadi kebutaan. Sedangkan untuk katarak merupakan sakit mata yang terjadi akibat
etiolgi yang berupa fisik, kimia yang membuat lensa mata menjadi keruh. Kekeruhan
lensa ini dapat mengakibatkan kebutaan. Biasanya untuk kedua penyakit ini terjadi pada
usia tua karena terjadi kemunduran fungsi dari indera pengelihatan yaitu mata.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa keperawatan mengerti dan memahami tentang gangguan
pengindraan: Katarak dan Glaukoma sehimgga dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan pada penderita katarak dan glaukoma.

33
DAFTAR ISI

Andra, Yessi, 2013. Keperawatan Medical Bedah 1. Yogjakarta: Nuha Medica.


Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawtan Medikal-Bedah Vol.2. Jakarta: EGC.
Sidarta, Ilyas. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sidarta, Ilyas. 2002. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Sidarta, Ilyas. 2009. Ihtisar ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2018. standar Intervensi Keperawtan Indonesia Definisi dan
Tindakan keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

34

Anda mungkin juga menyukai