Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT KATARAK

Di susun oleh :
Dita Seran
Virginia Pansing
Vanesa Repi

POLTEKKES KEMENKES MANADO


2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang kami
ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Asuhan Keperawatan pada penyakit
KATARAK" ini dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya
maupun segi lainnya. Oleh karena itu, bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik pada
kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah kami.

Manado, 21 Juli 2022


DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
II. Rumusan Masalah
III. Tujuan Penelitian
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Teori
a. Definisi
b. Etiologi
c. Klasifikasi
d. Manifestasi Klinis
e. Patofisiologi
f. Pathway
g. Komplikasi katarak
h. Pemeriksaan Penunjang
i. Penatalaksanaan
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
BAB 3 PENUTUP
 Kesimpulan
 Saran
BAB 1
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan
penuaan (Vaughan).
Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. Sekitar 1,5% dari jumlah penduduk di
Indonesia 78% disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang kabur atau berkabut
bagaikan melihat melalui kacamata berembun, ukuran lensa kacamata yang sering
berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di malam hari, merupakan gajala katarak.
Tetapi di siang hari penderita justru merasa silau karna cahaya yang masuk ke mata
terasa berlebihan.
Begitu besarnya resiko masyarakat untuk menderita katarak memicu kita dalam upaya
pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup, lingkungan yang sehat dan menghindari
pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat merusak akan membuat kita terhindar dari
berbagai jenis penyakit dalam stadium yang lebih berat yang akan menyulitkan upaya
penyembuhan.

II. Rumusan masalah


 1. Apa definisi, etiologi dan patofisiologi katarak?
 2. Bagaimana pengkajian pada klien katarak?
 3. Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada klien katarak dan intervensinya?

III. Tujuan penelitian


 Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui secara umum tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan katarak

 Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan katarak
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pasa klien dengan katarak
c. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan keperawatan
d. Mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien dengan katarak
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Konsep dasar teori


A. Definisi
katarak identik sebagai gangguan penglihatan yang dialami oleh lansia. Katarak
secara sederhana dapat dijelaskan sebagai kekeruhan yang terjadi pada sebagian maupun
keseluruhan lensa mata.
Katarak adalah mengaburnya lensa, dapat mennyerang sebagian atau keseluruhan
lensa tersebut (Evelyn C Pearce)
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi
akibat proses penuaan dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). Dapat juga
berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penyakit sistemis seperti
diabetes mellitus, pemejanan yang lama sinar matahari (sinar ultraviolet), atau kelainan
mata (Brunner & Suddart)

B. Etiologi
Katarak dapat disebabkan sebagai berikut :
 Usia lanjut dan proses penuaan
 Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya
 Katarak bisa disebabkan oleh penyakit metabolic (misalnya diabetes) dan obat-
obatan tertentu
 Trauma terjadi oleh pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau
benda-benda radioaktif

C. Klasifikasi
1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir
2. Katarak Senile
Adalah keruhan lensa yang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa
macam yaitu:
a. Katarak nuklear
Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa.
b. Katarak kortikal
Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa.
c. Katarak kupliform
Terlihat pada stadium dini katarak nuklear dan kortikal
Berdasarkan stadium katarak senil dibagi menjadi :
a. Katarak insipident
b. Katarak imatur
c. Katarak matur
d. Katarak hipermatur

D. Manifestasi klinis
Secara umum gejala katarak berupa :
1. Merasa ada kabut yang menghalangi disekitar mata
2. Mata sangat peka terhadap sinar matahari
3. Bila menggunakan sebelah mata benda yang dilihat menjadi double/dua
4. Memerlukan cahaya terang agar dapat membaca
5. Lensa mata berubah menjadi buram dan tidak bening
6. Sering berganti kaca mata tetapi tetap sulit melihat dengan jelas

E. Patofisiologi
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti : Diabetes, namun sebenarnya
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ketujuh. Katarak
dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa
dapat menyebabkan amblyopia dan kehilangan penglihatan permanent. Faktor yang
sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B, diabetes, dan
asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
Dalam keadaan normal transfaransi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara
protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membrane sesemi
permeable. Apabila terjadi peningkatan protein yang tidak dapat diserap, mengakibatkan
jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga
membentuk massa transparan atau bintik kecil disekitar lensa, membentuk suatu kapsul
yang dikenal dengan katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenasi atau desintegrasi
pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan
gangguan penglihatan.
F. Pathway

G. Komplikasi katarak
1. Kerusakan endotel kornea
2. Sumbatan pupil
3. Glaucoma
4. Perdarahan
5. Nistagmus dan strabismus
H. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap, LED : menunjukan anemia sistemik
2. Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intra okuler (normalnya 12-25mmHg)
3. Pemeriksaan lapang pandang : untuk mengetahui visus
4. Pemeriksaan oftalmoskop : mengkaji struktur intraocular, mencatat atrofi
lempeng optic, ppail edema, perdarahan retina
5. USG mata sebagai pemeriksaan untuk pembedahan katarak

I. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa
penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah kerunya lensa untuk
menjadi katarak (Ilyas,2006)
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresifitas atau
mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan pembedahan (James,2006).
Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam
penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas
sehari-hari penderita. Digunakan nama insipient, imatur, dan hipermatur didasarkan atas
kemungkinan terjadinya penyulit yang dapat terjadi.
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggatian
lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan
anestesi lokal daei pada anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan disekitar bola mata
dan kelopak mata atau diberikan secara tropical. Operasi dilakukan dengan insisi yang
lebih kecil dari kornea atau sclera anterior

B. Konsep dasar asuhan keperawatan


Menurut potter (2011) proses asuhan keperawatan terdiri dari lima tahapan yang meliputi:
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pengumpulan informasi subjektif dan objektif, peninjauan
informasi riwayat pasien yang diberikan oleh pasien/ keluarga, atau ditemukan dalam
rekam medik.
a. Identitas
1) Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, pendidikan,
alamat.
2) Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat,
hubungan dengan pasien, agama.
b. Keluhan utama Keluhan yang dilaporkan atau ditemukan seperti terus bertanya terkait
tindakan operasi, tampak gelisah, gemetar, berkeringat, berdebar dan sering buang air
kecil.
c. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat terkait masalah yang dihadapi saat ini selama
menjalani rawat inap.
d. Riwayat kesehatan dahulu Apakah klien pernah dirawat dengan penyakit yang sama
atau tidak. apakah klien pulang dengan keadaan sehat atau masih sakit. apakah klien
memiliki riwayat penyakit kronis atau tidak.
e. Riwayat kesehatan keluarga Apakah keluarga ada memiliki riwayat penyakit yang
sama seperti yang diderita klien saat ini. Riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi, DM, jantung.
f. Riwayat pengobatan dan alergi Obat apa yang sering dikonsumsi klien, apakah klien
memiliki alergi atau tidak terhadap obat, makanan dan serangga.
g. Pola fungsi gordon
1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan yang
dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya.
2) Nutrisi/metabolik
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan, dan
volume minuman perhari, makanan kesukaan sebelum di rumah sakit dan saat
menjalani rawat inap.
3) Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK dan warna
4) Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri, dibantu
atau menggunakan alat seperti makan dan minum, mandi, toileting, berpakaian
dan berpindah. (0: Mandiri, 1: Alat bantu, 2: Dibantu orang lain, 3: Dibantu orang
lain dan alat, 4: Tergantung total).
5) Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji penyebabnya
6) Pola kognitif-perseptual
Status mental klien, kaji pemahaman tentang penyakit dan perawatan
7) Pola persepsi diri
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri, identitas diri,
gambaran diri.
8) Pola seksual dan reproduksi
Kaji manupouse, kaji aktivitas seksual
9) Peran dan pola hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran
10) Manajemen koping Stres
Adanya faktor stres lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah, pola
komunikasi untuk menyelesaikan masalah
11) Pola keyakinan dan nilai
Menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk
dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam
memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan
ibadah
h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Lansia dengan katarak
pemeriksaan akan difokuskan pada mata. Hasil pemeriksaan fisik yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut ini:
1) Kepala dan wajah
Inspeksi : Kepala simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran pada
kepala. Ukuran kepala normal sesuai dengan umur. Wajah
biasanya tidak simetris kiri dan kanan, wajah terlihat pucat.
Palpasi : tidak terjadi nyeri pada kepala
2) Mata
Inspeksi : Pupil sama, bulat, reaktif terhadap cahaya dan akomodasi,
Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik. mata tampak
simetris kiri dan kanan, terdapat adanya kekeruhan pada lensa,
lapang pandang terdapat penurunan lapang pandang Palpasi: tidak
ada pembengkakan pada mata
3) Telinga
Inspeksi : Simetris telinga kiri dan kanan, terlihat bersih tanpa serumen.
telinga tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada tampak
pembengkakan.Palpasi: Tidak ada nyeri pada daun telinga,
pembengkakan pada daun telinga tidak ada.
4) Hidung
Inspeksi : Simetris hidung kiri dan kanan, tidak terlihat Hidung tampak
simetris, tidak terdapat perdarahan, tidak terdapat polip.
Adanya penurunan kemampuan membau,
perdarahan pada hidung.
Palpasi : Tidak adanya nyeri saat diraba pada hidung, pembengkakan
tidak ada.
5) Mulut
Inspeksi : Membran mukosa berwarna merah jambu, lembab, dan utuh.
Uvula digaris tengah, Tidak ada lesi. Mulut tampak kotor
terdapat mulut berbau Palpasi: Tidak ada nyeri pada mulut,
tidak adanya pembengkakan pada mulut
6) Leher
Inspeksi : Posisi trakea apakah mengalami kemiringan atau tidak, vena
jugularis tidak terlihat, Palpasi: Tidak teraba nodul pada
leher, tidak terjadi pembengkakan, apakah terjadi pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar limfe ada pembesaran atau
tidak
7) Paru-paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak adanya lesi, ada atau tidaknya
retrasi dada, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
Auskultasi : Vesikuler dikedua lapang paru Perkusi: Sonor dikedua lapang
paru Palpasi: Ada pergerakan dinding dada, taktil fremitus
teraba jelas
8) Jantung
Inspeksi : Iktus kordis terlihat atau tidak, lesi di area jantung atau tidak,
pembengkakan pada jantung atau tidak
Palpasi : Pada area ICS II, ICS V kiri, dan Area midclavicula untuk
menentukan batas jantung, tidak terjadi pembesaran
pada jantung
Perkusi : Redup
Auskultasi : Normalnya bunyi jantung 1 lebih tinggi dari pada
bunyi jantung II, tidak adanya bunyi tambahan seperti mur
mur.S2 (dub) terdengar pada ICS II ketika katup aorta dan
pulmonal menutup pada saat awal sistolik, terdengar suatu
split yang mengakibatkan dua suara katup, ini diakibatkan
penutupan aorta dan pulmonal berbeda pada waktu
respirasi. S1( lub) terdengar pada ICS V ketika katup mitral dan
katup trikuspidalis tetutup pada saat awal sistolik. Terdengar
bagus pada apex jantung dan didengar dengan diafragma
stetostokop dimana terdengar secara bersamaan.
9) Abdomen
Inspeksi : tidak adanya pembengkakan pada abdomen/ asites
Palpasi : tidak adanya distensi pada abdomen Perkusi: Tympani
Auskultasi : bising usus normal

10) Ekstremitas
Inspeksi : tidak adanya pembengkakan pada ektremitas atas dan bawah,
tidak ada luka
Palpasi : kekuatan otot baik disemua ektremitas

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial yang bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan. Diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien yang
mengalami katarak lain:
- Pre-op
a. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penglihatan
dan kondisi terkait penyakit katarak (D.0085)
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kekhawatiran mengalami kegagalan
dan ancaman status Kesehatan (D.0080)
c. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan dan kondisi terkait penyakit
katarak (D.0143)
- Post-op
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan luka pasca
operasi (D.0077)
b. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142)

3. Intervensi
Perencanaan merupakan langkah selanjutnya setelah ditegakkannya diagnosis
keperawatan. Pada langkah ini, perawat menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan bagi pasien dan merencanakan intervensi keperawatan. Penyusunan intervensi
keperawatan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Perencanaan
yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnosis keperawatan ansietas dapat
dijabarkan sebagai berikut (PPNI, 2016):

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Gangguan persepsi Setelah dilakukan Tindakan Minimalisasi rangsangan
sensori penglihatan keperawatan selama 3x24 (1.08241)
berhubungan dengan jam dengan ekspetasi Observasi
gangguan penglihatan presepsi sensorik membaik  Periksa status mental,
dan kondisi terkait dengan kriteria hasil: status sensori, dan tingkat
penyakit katarak  Verbalisasi melihat kenyamanan (mis. nyeri,
bayangan meningkat kelelahan)
 Respons sesuai stimulus Terapeutik
 Konsentrasi membaik  Diskusikan tingkat
 Orientasi membaik toleransi terhadap beban
sensori (mis. Bising,
terlalu terang)
 Batasi stimulus
lingkungan (mis. cahaya,
suara, aktivitas)
 Jadwalkan aktivitas
harian dan waktu
istirahat
 Kombinasikan
prosedur/tindakan dalam
satu waktu, sesuai
kebutuhan
Edukasi
 Ajarkan cara
meminimalisasi stimulus
(mis. mengatur
pencahayaan ruangan,
mengurangi, membatasi
kunjungan)
Kolaborasi
 Kolaborasi dalam
prosedur/Tindakan
 Kolaborasi pemberian
obat yang mempengaruhi
stimulus persepsi

Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Reduksi ansietas (1.09341)


dengan krisis keperawatan selama 3x24 Observasi
situasional, jam dengan ekspetasi tingkat  Identifikasi saat tingkat
kekhawatiran ansietas menurun dengan ansietas berubah seperti
mengalami kegagalan kriteria hasil: Kondisi, waktu, dan
dan ancaman status  Verbalisasi kebingungan stressor.
Kesehatan dan khawatir akibat  Identifikasi kemampuan
kondisi yang dihadapi mengambil keputusan
menurun  Monitor tanda anxietas
 Perilaku gelisah dan baik verbal dan non
tegang menurun verbal
 Palpitasi, tremor, dan Terapeutik
pucat menurun  Ciptakan suasana
 Konsentrasi dan pola terapeutik untuk
tidur membaik menumbuhkan
 Orientasi membaik kepercayaan
 Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan,
jika memungkinkan
 Pahami situasi yang
membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Gunakan pedekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan dating
Edukasi
 Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
 Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
 Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan
pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi

Resiko jatuh Setelah dilakukan Tindakan Pencegahan jatuh (1.4540)


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 Observasi
gangguan penglihatan jam dengan ekspetasi tingkat  Identifikasi faktor resiko
dan kondisi terkait jatuh menurun, dengan jatuh
penyakit katarak kriteria hasil:  Identifikasi resiko jatuh
 Jatuh saat berdiri setidaknya sekali setiap
menurun shift atau sesuai dengan
 Jatuh saat berjalan kebijakan institusi
menurun  Identifikasi faktor
 Jatuh saat dipindahkan lingkungan yang
menurun meningkatkan resiko
 Jatuh saat membungkuk jatuh (misalnya lantai
menurun licin, penerangan kurang)
 Hitung risiko jatuh
dengan menggunakan
skala (Misalnya Fall
Morse Scale, Humpty
Dumpty Scale) Jika perlu
 Monitor kemampuan
berpindah dari tempat
tidur kek kursi roda dan
sebaliknya
Terapeutik
 Orientasikan ruangan
pada psien dan keluarga
 Pastikan roda tempat
tidur dan kursi roda
selalu dalam keadaan
terkunci
 Pasang Handrail tempat
tidur
 Tempatkan pasien
beresiko tinggi dekat
dengan pantauan perawat
atau nuurse station
 Atur tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah
 Gunakan alat bantu
berjalan
 Dekatkan bel pemanggil
dalam jangkauan pasien
Edukasi
 Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk berpindah
 Anjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak licin
 Anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga
keseimbangan tubuh
 Anjurkan melebarkan
kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat
berdiri

Nyeri akut Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nyeri (1.08238)


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 Observasi
agen pencedera fisik jam dengan ekspetasi tingkat  Identifikasi lokasi,
dibuktikan dengan luka nyeri menurun, dengan karakteristik, durasi,
pasca operasi kriteria hasil: frekuensi, kualitas,
 Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
 Meringis menurun  Identifikasi skala nyeri
 Frekuensi nadi membaik  Identifikasi respons nyeri
 Pola tidur membaik non verbal
Terapeutik
 Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik

Resiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan Pencegahan infeksi


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 (1.14539)
efek prosedur invasif jam dengan ekspetasi tingkat Observasi
infeksi menurun, dengan  Monitor tanda dan gejala
kriteria hasil: infeksi lokal dan sistemik
 Kebersihan tangan dan Terapeutik
badan meningkat  Batasi jumlah
 Kemerahan, menurun pengunjung
 Nyeri menurun  Berikan perawatan kulit
 Kadar sel darah putih pada daerah edema
membaik  Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
 Pertahankan teknik
aseptik pada psien
beresiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara memeriksa
luka
4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses
keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi adalah
melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan yang sudah direncanakan pada tahapan
sebelumnya (PPNI, 2016).
Implementasi utama yang diangkat dalam laporan ini adalah pemberian teknik
relaksasi (relaksasi benson) sebagai salah satu upaya untuk mengurangi ansietas lansia
sebelum menjalani tindakan pembedahan.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dan
kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan. Evaluasi asuhan keperawatan
didasarkan pada Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dimana dalam
standar ini menjelaskan definisi dan kriteria hasil keperawatan yang dituju sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang diangkat (PPNI, 2016).

BAB III
PENUTUP
 
A.    Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang di turunkan didalam mata, seperti melihat
air terjun menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat. Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.
Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tidak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipencarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
dimalam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
 
B.    Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat
memahami dan mengerti serta menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada
klien dengan Katarak

Anda mungkin juga menyukai