Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

(LUKA BAKAR)

Oleh:

1. Hernawati Darwis

2. Sri Wahyuni

3. Syariatma Ayuni Rias

4. Muh.Aldy Eka Putra

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan
makalah kami dengan judul “KATARAK” ini. Shalawat serta salam tidak lupa
selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad
SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam
semesta.

Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena
kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak


yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah
ini hingga rampungnya makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah


yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Gowa, 25 Desember 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
BAB I KONSEP MEDIS.................................................................................................3
A. DEFINISI..................................................................................................................3
B. ETIOLOGI................................................................................................................4
C. MANIFESTASI KLINIS...........................................................................................5
D. PATOFOSIOLOGI...................................................................................................5
E. KOMPLIKASI...........................................................................................................6
F. TERAPI FARMAKOLOGI.......................................................................................6
G. TERAPI DIET...........................................................................................................6
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................................6
BAB II KONSEP KEPERAWATAN............................................................................7
1. PENGKAJIAN...........................................................................................................7
ANALISA DATA..........................................................................................................9
2. DIAGNOSA.............................................................................................................10
3. INTERVENSI..........................................................................................................11
4. EVALUASI..............................................................................................................17
PATHWAY..................................................................................................................17
BAB III PENUTUP........................................................................................................18
Kesimpulan.................................................................................................................18
Saran...........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19

3
BAB I
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa Inggris
Cataract, dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa
Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun
akibat lensa yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
atau akibat kedua-duanya.
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. (Vaughan,2009)
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. (Brunner
& Suddart,2001)
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya
jernih dan bening menjadi keruh. (Sidarta Ilyas,2004)
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada
lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi
pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).

B. ETIOLOGI
Katarak dapat terjadi akibat :
1. Kelainan bawaan/ kongenital
2. Proses penuaan
Prevalensi katarak pada individu berusia 65 – 74 tahun adalah
sebanyak 50%, prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di
atas 75 tahun.
3. Kelainan sistemik atau metabolik seperti diabetes mellitus,
galaktosemi dan distrofi miotonik.
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Bahan toksik : kimia dan fisik

4
7. Bermacam-macam penyakit mata seperti glaucoma, ablasi retina,
uveitis dan retinitis pigmentosa
8. Keracunan beberapa jenis obat seperti eserin 0.25 – 0.5%,
kortikosteroid ergot, antikolinesterase topical
9. Kelainan kaca mata minus yang dalam

C. MANIFESTASI KLINIS
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subyektif. Biasanya
pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan
gangguan fungsional sampai derajat tertentu . temuan obyektif biasanya
meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina
tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
cahaya akan dipendarkan dan bukan ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau
redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya berwarna hitam, akan
tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap
selama bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa
koreksi (kaca mata) yang sangat tebalpun tak akan memperbaiki
penglihatan.

D. PATOFOSIOLOGI
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona central
terdapat nucleus, di perifer ada korteks dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsul anterior dan posterior. Pada lensa katarak secara
karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas
cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein pada lensa
mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi coklat kekuningan. Di
sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik

5
dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
pada serabut halus multiple, memanjang dari badan silier ke sekitar daerah
lensa mengakibatkan penglihatan distorsi. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagolasi, sehingga mengakibatkan pandangan
berkabut.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada katarak tergantung stadiumnya.
Pada stadium imatur dapat terjadi glaukoma sekunder akibat lensa yang
mencembung, sehinnga mendorong iris dan terjadi blokade aliran aqueus
humor. Sedangkan pada stadium hipermatur dapat terjadi glaukoma
sekunder akibat penymbatan kanal aliran aquous humor oleh masa lensa
yang lisis, dan dapat juga terjadi uveitis fakotoksi.
Komplikasi juga dapat diakibatkan pasca operasi katarak, seperti ablasio
retina, astigmatisma, uveitis, endoftalmitis, glaukoma dan pendarahan.

F. TERAPI FARMAKOLOGI
Obat – obat katarak berupa obat tetes mata, vitamin atau anti
oksidan hanya menghambat proses bertambah matangnya katarak, tetapi
tidak dapat mengurangi atau menghilangkan katarak. Pencegahan hdiharap
kan mengonsumsi buah vit C, A dan E.

G. TERAPI DIET
katarak tidak perlu adanya diet khusus bisa diberikan tinggi protein
dan tinggi karbohidrat. Dan perlu diperhatikan juga untuk klien yang
terjadi katarak akibat dari diabetes melitus, untuk klien ini memerlukan
diit tersendiri terkait dengan diabetes melitus. Dan untuk tambahan
diberikan vitamin seperti vitamin A, C dan E.

6
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa,akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan retina.
2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12-25 mmHg)Pengukuran Gonioskopi
4. membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya / tipe glukoma.
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik/ infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid, tes toleransi glukosa : kontrol DM.

7
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
a. Identitas
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai
identitas pasien. Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah
terlihat pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak
juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil
terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis
terjadi pada usia > 40 tahun.
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi
pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya
memicu resiko katarak.
d. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas
biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
e. Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan
kabur / tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan
bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat
atau merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan / kabur, tampak
lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata,
pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu
pada pupil ( katarak), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan
kornea berawan (glukoma berat dan peningkatan air mata).

8
f. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-
tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
g. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat
keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan
vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan
pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.

ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS: perdarahan intra Resio tinggi terhadap
-klien mengatakan pusing okuler(dikoreksi cidera
dan penglihatannya kabur, dengan dilator
penglihatan kabur pupil)
dirasakan sejak kurang
lebih 1 tahun yang lalu.
-klien mengatakan bahwa
dokter menyarakan untuk
dilakukan tindakan yaitu
dikoreksi dengan dilator
pupil.
DO:
- Pupil berwarna putih dan
ada dilatasi pupil
-nucleus pada lensa
menjadi coklat kuning,
lensa menjadi opak, retina
sulit dilihat
2 DS: bedah Resiko tinggi

9
-klien mengatakan pengangkatan terhadap infeksi
kesulitan melihat pada katarak
jarak jauh atau dekat,
pandangan ganda, susah
melihat pada malam hari.
-klien mengatakan bahwa
dia juga mnderita penyakit
diabetis mellitus
DO:
- terdapat gangguan
keseimbangan pada
susunan sel lensa oleh
factor fisik dan kimiawi
sehingga kejernihan lensa
berkurang.
-Hiperglikemia
3 DS: gangguan Gangguan sensori
-klien mengatakan penerimaan persepsi(penglihatan)
mengalami penglihatan sensori/status
kabur. organindra
-Klien mengatakan penglihatan
mengalami penglihatan
kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun
dekat
DO:
- pupil berwarna putih dan
ada dilatasi pupil, nucleus
pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi
opak, retina sulit dilihat

10
2. DIAGNOSA
 Resio tinggi terhadap cidera b/d perdarahan intra okuler(dikoreksi
dengan dilator pupil)
 Resiko tinggi terhadap infeksi b/d bedah pengangkatan katarak
 Gangguan sensori persepsi(penglihatan) b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indra penglihatan

3. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Resio tinggi Setelah Menunjukkan Mandiri :
cidera dilakukan perubahan 1.     Diskusikan apa 1.     Membantu
berhubunga intervesi perilaku, pola yang terjadi pada megurangi rasa
n dengan selama hidup untuk pasca dikoreksi takut an
perdarahan 3x24 jam menurunka tentang nyeri, meningkatkan kerja
intra okuler diharapkan faktor resiko pembatasan sama dalam
perdrahan dan untuk aktivitas, pembatasan yang
intra okuler melidungi penampilan dan diperlukan
dapat segera diri dari balutan mata
diatasi cedera. 2.     Batasi aktivitas 2.     Menurunkan stres
seperti megerakkan pada area
kepala tiba-tiba, pengikisan/menuru
menggaruk mata, nkan TIO
membongkok

3.     Dorong napas


3.     Batuk
dalam batuk untuk
meningkatkan TIO
bershan nafas
berihan paru
4.     Pertahankan
4.     Digunaknuntuk
perlindungan mata
melindungi dari
sesuai indikasi
cedera dan

11
menurunkan
gerakan mata
5.     Ketidaknyamanan
5.     Minta pasien untuk mungkin karena
membedakan prosedur
antara pembedahan, nyeri
ketidakyamanan akut menunjukkan
dan nyeri mata TIO dan atau
tajam tiba-tiba, perdarahan yang
selidiki terjadi karena
kegelisaan,disorien regangan dan atau
tasi, gangguan tak diketahui
balutan penyebabnya.

       mual, muntah


Kolaborasi:
dapat
1.    berikan obat sesuai
meningkatkan TIO,
indikasi
memerlukan
      antiemetik contoh
tindakan segera
proklorprazin
untuk mencega
      cedera okuler
asetazolamid(diom
       diberikan untuk
ox)
menurun TIO bila
terjadi peningkatan,
membatasi kerja
enzim pada
produksi akueus
humor
       digunakan untuk

12
      analgesik contoh ketidak nyamanan
empirin dengan ringan, mencega
kodein,asetaminofe gelisah yang dapat
n(tynol) mempengaruhi TIO
2 Resiko Setelah -     Meningkat Mandiri
tinggi dilakukan kan 1.     Diskusikan 1.     Menurunkan
terhadap intervesi penyembuha pentingnya jumlah bakteri pada
infeksi selama n luka tepat mencuci tangan tangan, mencega
berhubunga 3x24 jam waktu sebelum menyentu kontaminasi area
n dengan diharapkan -     bebas atau mengobati operasi
bedah factor drainase mata 2.    
pengangkat resiko purulen dan 2.     Gunakan atau Tehnik aseptic
an katarak infeksi eritema tunjukan tehnik menurunkan resiko
dapat yang tepat untuk penyebaran bakteri
diatasi membersihkan dan kontaminasi
mata dari dalam silang
keluar dengan tisu
basah atau bola
kapas untuk tiap
usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan
3.     Tekankan 3.     Mencegah
pentingnya untuk kontaminasi dan
tidak menyentuh kerusakan sisi
atau menggarut operasi
mata yang di
operasi Infeksi mata terjadi
4.     Observasi tanda 2-3 hari setelah

13
terjadinya infeksi prosedur dan
contah kemerahan, memerlukan upaya
kelopak mata intervensi yang
bengkak, drainase tepat
purulen.
       sediakan topical
Kolaborasi: yang digunakan
1.    Berikan obat sevara profilaksis,
sesuai indikasi dimana terapi lebih
      antibiotik(topical, akresif diperlukan
perenteral, atau bila terjadi infeksi.
subkunjungival) Catatan steroid
      steroid mungkin
ditambahkan pada
antibiotic topical
bila pasien
mengalami
implantasi.
       Digunakan untuk
menurunkan
implamasi
3 Gangguan Setelah -     Dapat Mandiri
sensori dilakukan meningkatka 1.    Tentukann 1.    kebutuhan individu
persepsi(pe intervesi n ketajaman ketajaman dan pilihan
nglihatan) selama penglihatan penglihatan, catat intervensi
berhubunga 3x24 jam batas situasi apakah 1 atau 2 bervariasi sebab
n dengan diharapkan individu mata terlibat kehilangan
gangguan gangguan -     Memperbaiki penglihatan terjadi
penerimaan sensori potensi lambat dan
sensori/statu persepsi bahaya dalam progresif. Bila
s organ dapat lingkunga bilateral tiap mata

14
indra diatasi dapat berlangjut
penglihatan pada laju yang
berbeda tetapi biasa
nya hanya 1 mata
diperbaiki
perprosedur.
2.    Orientasikan 2.    Memberikan
pasien terhadap peningkatan
lingkungan,stap, kenyamanan dan
orang lain di area kekeluargaan,
nya menurunkan cemas
dan disorientasi
pasca operasi
3.    terbangun dan
lingkungan tak
3.   dikenal dan
mengalami
terbatasan
penglihatan dapat
mengakibatkan
bingung pada orang
tua.
Observasi tanda- Menurunkan resiko
tanda dan gejala- jatuh bila pasien
gejala disorientasi, bingung atau tak
pertahankan agar kenal ukuran
tempat tidur sampai tempat tidur
benar-benar
sembuh dari 4.   
anastesia

15
4.   Pendekatan dari
sisi yang tak Memberikan
dioperasi , bicara, rangsangan sensori
dan menyentuh tepat terhadap
sering, dorong isolasi dan
orang terdekat menurunkan
tinggal dengan bingung
pasien

5.   Perhatikan tentang


5.    Gangguan
suram atau
penglihatan atau
penglihatan kabur
iritasi dapat
dan iritasi mata
berakhir 1-2 jam
setelah diberikan
pengobatan tetapi
secara bertahap
menurunkan
dengan
penggunaan.
Catatan :
Iritasi local harus
dilaporkan ke
dokter tetapi jangan
hentikan
penggunaan obat
sementara

6.    Perubahan
6.    Ingatkan pasien
ketajaman dan
menggunakan
kedalaman persepsi
kacamata katarak
dapat menyebabkan

16
yang tujuannya bingung
memperbesar penglihatan atau
kurang lebih 25% meningkatkan
penglihatan perifer resiko cedera
hilang dan buta sampai pasien
titik mungkin ada belajar untuk
mengkompensasi.

4. EVALUASI
- Bio : Kebutuhan klien terpenuhi dengan baik
- Psiko : Klien sudah tidak merasa cemas dengan penyakitnya
karena sudah mejalani pengobatan
- Sosio : Klien sudah bisa melakukan aktivitas setiap hari
- Spiritual : Klien menerima penyakit yang ia dapat adalah cobaan
dari tuhan

PATHWAY

Usia lanjut dan Congenital atau Cedera mata Penyakit metabolik


proses penuaan bisa diturunkan. (misalnya DM)

Nukleus mengalami perubahan warna


Kurang menjadi coklat kekuningan
pengetahuan

17
Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple
(zunula) yg memanjang dari badan silier kesekitar
daerah lensa)
Tidak
Kurang terpapar
mengenal
sumber terhadap
informasi Hilangnya
informasi
tranparansi lensa
tentang prosedur
tindakan
Perubahan kimia dlm protein lensa
Resiko Cedera pembedahan

Ansietas
koagulasi

Gangguan
penerimaan mengabutkan
sensori/status pandangan
organ indera
prosedur
Terputusnya protein lensa invasive
Menurunnya disertai influks air kedalam lensa pengangkatan
ketajaman katarak
penglihatan
Usia meningkat

Resiko tinggi
terhadap
Defisit Gangguan Penurunan enzim menurun
infeksi
perawat persepsi
an diri sensori-
perseptual Degenerasi pd lensa
penglihata
n
KATARAK

Post op Nyeri

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam
mata, seperti melihat air terjun. Menjadi kabur atau redup, mata silau yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat Katarak didiagnosis

18
terutama dengan gejala subjektif.  Biasanya klien melaporkan penurunan
ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.  Temuan objektif biasanya
meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak dengan oftalmoskop.

Saran
Katarak adalah suatu penyakit degeneraf karena bertambahnya faktor
usia,jadi untuk mencegah terjadinya ppenyakit katarak ini dapat dilakukan dengan
pola hidup yang sehat seperti tidak mengkonsumsi alcohol dan minum minuman
keras yang dapat memicu timbulnya katarak.dan salalu mengkonsumsi buah-
buahan serta sayuran yang lebih banyak untuk menjaga kesehatan mata.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/25631268/Katarak
http://elifahmy.blogspot.com/2013/11/askep-katarak.html
https://id.scribd.com/doc/118722207/Makalah-Katarak-Kel-9

19
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan.Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

20

Anda mungkin juga menyukai