Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATANPADATN.HDENGANDIAGNOSAMEDIS
GLAUKOMADISISTEM PENGINDERAAN

Disusun Oleh :

Nama :Julius
NIM : 2018.C.10a.0973
Tingkat III B

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TA 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :


Nama : Julius
NIM : 2018.C.10a,0973
Program Studi : S1- Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
H Dengan Diagnosa Medis Glaukoma sistem
Penginderaan

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persayaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan II Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing AkademikMengetahui,
Ketua Program Studi Ners,

Rimba Aprianti, S.Kep., Ners Meilitha Carolina, Ners., M.Kep Pososi


salah
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada Tn. H Dengan Diagnosa Medis Glaukoma Disistem Penginderaan”.Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK II).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Masukkan Koordinator
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 16 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB IPENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Penyakit..........................................................................................4
2.1.1 Anatomi Fisiologi........................................................................................4
2.1.2 Definisi........................................................................................................5
2.1.3 Etiologi........................................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi Glaukoma..................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi (Pathway)...............................................................................8
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)......................................................10
2.1.7 Komplikasi................................................................................................10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................10
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..............................................................................12
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.............................................................13
2.2.1 Pengkajian.................................................................................................13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................15
2.3.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................15
2.2.4 Implementasi Keperawatan.......................................................................18
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................................18
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN................................................................19
3.1 Pengkajian....................................................................................................19
3.2 Tabel Analisa Data.......................................................................................27
3.3 Rencana Keperawatan..................................................................................30
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan....................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani Glaukos yang berarti hijau kebiruan,
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan
glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan intraokular, atrofi papil saraf
optik dan menyempitnya lapang pandang. Glaukoma adalah neuropatik optic yang
disebabkan oleh tekanan intra okuler yang (relative) tinggi, yang ditandai oleh
kelainan lapang pandang yang khas dan atrofi papil saraf optic. Padakeadaan ini
TIO tidak harus selalu (absolute) tinggi, tettapi TIO relative tinggi untuk individu
tersebut.Glaukoma merupakan penyebab kebutaan peringkat kedua di Indonesia
setelah katarak. Kebutaanyang terjadi pada glaukoma bersifat menetap, tidak
sepeti katarak yang bias dipulihkan dengan pembedahan. (dr. Ahmad Ashraf
Amalius, 2017)
Menurut Prevalensi WHO (2012), Gangguan penglihatan diperkirakan
diderita oleh 285 juta orang didunia, dimana 246 juta mengalami low vision dan
82% dari jumlah kebutaan diderita pada usia lebih atau sama dengan 50 tahun.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menyatakan, prevalensi severe low
visiondan kebutaan meningkat pesat pada penduduk kelompok usia 45 tahun ke
atas dengan rata-rata peningkatan sekitar dua sampai tiga kali lipat setiap 10
tahunnya. Secara global penyebab utama gangguan penglihatan adalah kelainan
refraksi tidak dikoreksi (43%) dan katarak (33%). Penyebab gangguan
penglihatan lainnya adalah Glaukoma, Age Macular Degeneration (AMD),
Retinopati diabetik, Trakoma dan Kekeruhan kornea (WHO, 2012). Glaukoma
merupakan salah satu penyebab kebutaan dan merupakan penyebab kebutaan
kedua terbanyak setelah katarak diseluruh dunia. Berdasarkan WHO diperkirakan
sebanyak 3,2 Juta orang mengalami kebutaan akibat Glaukoma.
Penyebab terjadinya glaukoma kongenital hingga saat ini belum diketahui
secara pasti. Namun, faktor tertentu, seperti faktor genetik atau memiliki orang tua
yang menderita glaukoma sejak lahir, diduga dapat meningkatkan risiko bayi
untuk terlahir dengan glaukoma kongenital.Untuk mendiagnosis glaukoma
kongenital, dokter akan melakukan pemeriksaan mata bayi secara menyeluruh.
Pemeriksaan
2

tersebut mencakup pergerakan bola mata, mengukur tekanan bola mata, dan
kondisaraf mata.Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bayi menderita
glaukoma, maka penanganan perlu dilakukan.Penanganan utama glaukoma
kongenital adalah operasi. Operasi ini dilakukan untuk membuka dan
memperbaiki saluran drainase cairan di dalam bola mata bayi.Jika kondisi bayi
tidak memungkinkan untuk menjalani operasi, dokter dapat memberikan
pengobatan terlebih dahulu untuk menurunkan tekanan dalam bola mata. Obat-
obatan yang biasanya digunakan untuk mengobati glaukoma kongenital adalah
obat golongan beta blockers, seperti timolol, dan carbonic anhydrase inhibitors,
seperti acatezolamide. Dokter bisa memberikan obat-obatan tersebut dalam
sediaan obat tetes mata dan obat minum. (dr. Kevin Adrian, 2020)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis mengambil
rumusan masalah bagimana cara memberikan asuhan keperawatan dan kebutuhan
dasar manusia pada pasein dengan khususnya pada Tn. H dengan diagnosa medis
Glaukoma Kongential Disistem Penginderaan
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien
Tn. Hdengan diagnosa medis Glaukoma Disistem Pengideraan
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
diberikan.
1.3.2.2 Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
1.3.2.3 Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan
keperawatan yang diberikan.
Tujuan Khusus masukkan manajemen keperawatan
3

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk mengembangkan ilmu dan wawasan dari ilmu keperawatan
khususnya penyakit dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Menambah informasi mengenai penyakit Glaukomadan pengobatannya
sehingga dapat digunakan untuk membantu program pemerintah dalam
penanggulangan Glaukoma. Tidak perlu dimasukkan karena kita kasus
bayangan
1.4.3 Untuk Institusi
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian
sejenis dan untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun
internasional.
1.4.4 Untuk IPTEK
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama
dalam keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Anatomi Fisiologi
Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokan menjadi 4 bagian, dan
untukringkasnya fisiologi mata akan diuraikan seara terpadu. Keempat kelompok
ini terdiri dari:
1.Palpebra
Dari luar kedalam terdiri dari : kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus,
fasia,konjungtiva. Fungsi dari palpebral adalah untuk melindungi bola mata,
bekerja sebagai jendela memberi jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga
membahasahi danmelicinkan permukaan bola mata.
2. Rongga mata
Merupakan suatau rongga yang dibatasi oleh dinding dan terbentuk sebagai
piramidakwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian
besar dari rongga inidiisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan
alat tubuh yang beradadidalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola
mata, kelenjar air mata, pembuluhdarah.
3. Bola mataMenurut fungsinya maka bagian-bagian ini dapat dikelompokkan
menjadi :
• Otot-otot penggerak bola mata .
• Dinding bola mata yang terdiri dari : sclera dan kornea. Kornea kecuali
sebagaidinding.
• Juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar
• Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya
masing-masing.
4. System kelenjar bola mataTerbagi menjadi 2 bagian :
• Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata.
• Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari forniks konjungtiva
kedalamrongga hidung.

4
5

Gambar 2.1.1 Anatomi Mata


2.1.2 Definisi
Glaukoma merupakan kelompok penyakit yang biasanya memilik satu
gambaran berupakerusakan nervus optikus yang bersifat progresif yang
disebabkan karena peningkatan tekananintraokuler. Sebagai akibatnya akan terjadi
gangguan lapang pandang dan kebutaan.Glaukoma biasanya menimbulkan
gangguan pada lapang pandang perifer pada tahap awaldan kemudian akang
mengganggu penglihatan sentral. Glaukoma ini dapat tidak bergejala
karenakerusakan terjadi lambat dan tersamar. Glaukoma dapat diobati jika dapat
terdeteksi secara dini.
Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
peningkatantekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta
defak lapang pandang yang khas. (Tamsuri A; 2010)Glaukoma merupakan
kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatantekanan intra okuler (TIO),
dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil syaraf optik
sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitanlapang pandang dan penurunan
tajam pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan SunaryoJoko Waluyo; 2009)Glaukoma
adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola matameningkat,sehingga
terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunanfungsi
penglihatan (Dwindra M; 2009)
6

Gambar 2.1.2 Penyakit Glaukoma

2.1.3 Etiologi
Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan
anatomisebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan
predisposisifaktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit
atau proses patologik dari sistem tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya
glaukoma antaralain riwayat glauakoma pada keluarga, diabetes melitus dan pada
orang kulit hitam.
2.1.4 Klasifikasi Glaukoma
1. Glaukoma primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut
yaitutimbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik
depan yang sempit pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena
keturunan dalam keluarga, DMArteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid
jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan
anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-
95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan
berkembang disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu
terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh
7

perubahandegeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg


berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal
biasanyatidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut
ruanganterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan
nyerimata yang timbul.
b. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup
karenaruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong
kedepan, menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor
aqueosmengalir ke saluran schlemm. Pargerakan iris ke depan dapat karena
peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang posterior ataulensa
yang mengeras karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupanyang
tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat, penglihatan
kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidaksegera ditangni
akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata
lainyang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan
di dalammata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas
struktur yangterlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor.
Gangguan ini terjadiakibat:
 Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada
katarak
 Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari
jaringan uvea
 Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera
setelahkelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan
cairan di dalammata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola
mata meningkat terusdan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian
8

depan mata berair, berkabut dan peka terhadap cahaya. Glaukoma


Kongenital merupakan perkembangan abnormaldari sudut filtrasi dapat
terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang(0,05%) manifestasi
klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia
blepharospme.

2.1.5 Patofisiologi (Pathway)


Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi
humoraqueus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran
keluar humoraquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada
keadaan kanal Schlemmdan keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular
dianggap normal bila kurang dari20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer
Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg,
diperlukan evaluasi lebih lanjut.Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi
akan menyebabkan terhambatannyaaliran darah menuju serabut saraf optik dan ke
retina. Iskemia ini akan menimbulkankerusakan fungsi secara bertahap. Apabila
terjadi peningkatan tekanan intraokular,akan timbul penggaungan dan degenerasi
saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas


serabutsaraf pada papil saraf optik.

b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik
yangmerupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata.
Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah
sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.

c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum
jelas.

d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut


sarafoptik. (Tamsuri M, 2010 : 72-73).
9
10

Pathway Glaukoma SEKUNDER KONGENITAL

PRIMER
Penyakit mata lain Kegagalan perkembangan
organ mata, kelainan anatomis
Glaukoma sudut terbuka Glaukoma sudut tertutup
Mis. Trauma, uveitis
Gangguan aliran
Herediter, degeneratif Perubahan
Penyempitan sudut mata atau
anatomis (iris
obstruksi aliran drainese
Sklerosa badan silier dan jaringan terlalu kedepan)
aqueus humor
trabekel, miopi yang progresif
Obstruksi pd kanal
Ruang posterior (Sempit antara
iris dan lensa) Menyepit Obstruksi aliran
aqueus humor
Obstruksi aliran Peningkatan TIO Bola mata terlihat
aqueus humor

Agen pencedera
Tekanan pd sel Tekanan pembuluh darah fisiologis
ganglion dan saraf
optik Suplai O2 ke mata Insomnia
menurun
Kerusakan retina, gangguan Mk : Nyeri Akut
fungsi
Iskemik
Fotofobia, penurunan penglihatan,
penurunan lapang pandang Resiko Retinopati
(Kebutaan)
Mk : Gangguan
Gangguan Mobilitas Fisik
penglihatan
Mk : Gangguan Ketidakamanan Mk : Defisit Mk : Risiko Cedera
Persepsi Sensori trasportasi Pengetahuan
11

2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)


1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut
terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat, rata-rata tekanan intraokular pasien mata normal pada
kanan 15,4000 mmHg dan mata kiri 14,9440 mmHg (Tamsuri A, 2010 :
74-75).
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi glaukoma yang tidak terdiagnosis bisa kelemahan
penglihatansepanjang hidup. Komplikasi serius akibat intervensi operasi meliputi
hifema, infeksi,kerusakan lensa dan uveitis. Perubahan cup serat optik merupakan
indikator utamakeberhasilan terapi. Bahkan setelah tekanan intraokular dapat
dikontrol, kurang lebih50% anak tidak mencapai visus lebih dari 20/50.
Pengurangan tajam penglihatan bisadihasilkan dari edema kornea yang menetap,
nistagmus, ambliopia atau kelainanrefraksi yang luas.
Komplikasi dari penyakit glaukoma kongenital dan gejala sisa
yangditimbulkan antara lain seperti: kebutaan yang berat, fotophobia,
hiperlakrimasi,telakanan intraokular yang meningkat, blefarospasme, ambliopia
(mata malas), ablatioretina, astigmatisme (kornea yang iregular) dan dislokasi
lensa.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.
a. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenalempat
cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
12

- Palpasi atau digital dengan jari telunjuk


- Indentasi dengan tonometer schiotz
- Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
- Nonkontak pneumotonometri
Tonomerti Palpasi atau Digital
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidakcermat,
sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpatdigunakan
dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalahdengan dua
jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruhmelihat
kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup matamengakibatkan
tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata,hingga apa
yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan
keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jarilainnya
menekan secara bergantian. Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai
berikut :
 N : normal
 N + 1 : agak tinggi
 N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
 N – 1 : lebih rendah dari normal
 N– 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
b. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma
gonioskopidiperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata
depan.
c. Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan
papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang
kronik.Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan
lebarnyaekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat
dilihat dariekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
2.Pemeriksaan lapang pandang
13

a.Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah


lebihlanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan
ditemukandi daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum,
yangmeliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang
pandangditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.
(Sidarta Ilyas,2002: 242-248).

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka
sudutyang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan
suportif(mengurangi nyeri, mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah
adanya suduttertutup ulang serta mencegah gangguan pada mata yang baik
(sebelahnya).Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan
hiperosmotikseperti gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20%
intravena. Humoraqueus ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase seperti
acetazolamide(Acetazolam, Diamox). Dorzolamide (TruShop), methazolamide
(Nepthazane).Penurunan humor aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan
agens penyekat beta adrenergik seperti latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic),
atau levobunolol(Begatan).

Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil


denganmiotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam.
Miotikum inimenyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam penggunaan.
Pemberian miotikumdilakukan apabila telah terdapat tanda-tanda penurunan
TIO.Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan
denganmemberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau
kostikosteroiduntuk reaksi radang.

Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka


saluranschlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan
mudah.Tindakan pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan
lasertrabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi
14

(Pemasanagselaput beku).Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada


pendidikan kesehatanterhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari
penyakit glaukoma merupakan penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang
tidak permanen. Kegagalan dalam pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan
adanya pengabaian untukmempertahankan pengobatan dapat menyebabkan
kehilangan pengelihatan progresifdan mengakibatkan kebutaan.

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang


penyakit ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir
pengobatanitu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekan bahwa
pengobatan bukanuntuk mengembalikan fungsi pengelihatan, tetapi hanya
mempertahankan fungsi pengelihatan yang masi ada.

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data
yang dikumpulkan atau di kaji meliputi :
2.2.1.1 Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan
terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung jawab.
2.2.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Dalam membuat riwayat
kesehatan yang berhubungan dengan sistem penginderaan, maka sangat
penting untuk mengenal tanda serta gejala umum gangguan sistem
penginderaan, seperti pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang
pandang dan mata menjadi kabur, serta terasa nyeri.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan Glaukoma biasanya diawali dengan tanda-tanda seperti
Pasien mengatakan matanya kabur dansering menabrak ketika beraktivitas,
dan mengalami gangguan pada saat membaca.
15

3. Riwayat Kesehatan Lalu


Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita serta kebiasaan
sehingga menimbulkan gangguan pada sistem penginderaan. Sebagai
contoh : melakukan anamnesa kepada pasien mengenai apakah pernah
mengalami gejala serupa atau pernah mengalami operasi sebelumnya,
kemudian apakah pernah memiliki faktor alergi seperti obat-obatan dan
makananan. Apabila pasien mengeluhkan penyakitnya kambuh, tanyakan
obat apa saja yang pernah dikonsumsi sehingga sakitnya reda serta kapan
terakhir kali rasa sakit itu muncul.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga perlu ditanyakan kepada klien guna
mengetahui apakah ada potensi penyakit yang dapat diturunkan atau
ditularkan secara genetis atau tidak. Hal ini akan membantu perawat
mengetahui sumber penularannya jika memang ada penyakit serupa yang
pernah terjadi dalam lingkup keluarganya.
5. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.Kaji kemampuan aktivitas, gangguan
membaca, resiko jatuh, berkendaraan.
2.2.1.3 Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop
untukmengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus
optikusmenjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer,
kameraanterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah
menjalar keluardari iris.
- Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang
pandangcepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan
menurun secara bertahap.
- Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya
inflamasimata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang
yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk
16

memeriksamata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras


dibanding matayang lain.
- Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau
openangle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau
angleclosure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan goniosk opi akan
didapatsudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika
telah timbulgoniosinekia (perlengketan pinggir iris pada
kornea/trabekula) maka sudutdapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika
TIO meningkat, sudut COAakan tertutup, sedang pada waktu TIO normal
sudutnya sempit. (Indriana N dan Istiqomah; 2004)

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang mungkin muncul :
2.2.2.1Gangguan Persepsi Sensori berhubungan dengan Gangguan penglihatan
(D.0085) Hal 190

2.2.2.2 Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan sensoripersepsi


(D.0054) Hal 124
2.2.2.3Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar informasi
(D.0111) Hal 246
2.2.2.4Risiko Cedera berhubungan dengan Ketidakamanan transportasi (D.0136)
Hal 294
2.2.2.5Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (D.0077) Hal
172

2.3.3 Intervensi Keperawatan


DX : 1. Gangguan Persepsi Sensori berhubungan dengan Gangguan penglihatan
Tujuan :Mengurangi jumlah atau pola rangsangan yang ada (baik internal
atau eksternal)
Kriteria Hasil :Membantu klien dalam mengobati persepsi penglihatan
Rencana tindakkan :
1. Periksa status mental, status sensori, dan tingkat kenyamanan
2. Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori
17

3. Batasi stimulus lingkungan


4. Ajarkan cara meminimalisasi stimulus
5. Kolaborasi dalam minimalkan prosedur/tindakan
6. Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi persepsi stimulus

DX : 2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan sensoripersepsi


Tujuan :Mengidentifikasi dan mengelola pengalam sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
fungsional dengan onset mendadak atau lambat
Kriteria Hasil :Agar dapat membantu klien dalam keterbatasan gerakkan
fisik
Rencana tindakkan :
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakkan
3. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
4. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
5. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
6. Jelaskan tujuan dan prosedur mobiliasi

DX : 3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar informasi


Tujuan :Membantu memberikan informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik, kondisi dan pengobatan
Kriteria Hasil :Mengajarkan pengelolaan faktor risiko penyakit dan
perilaku hidup bersih serta sehat.
Rencana tindakkan :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4. Berikan kesempatan bertanya
5. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
6. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
18

DX : 4 . Risiko Cedera berhubungan dengan Ketidakamanan transportasi


Tujuan :Mengidentifikasi dan menurunkan risiko mengalami bahaya atau
kerusakan fisik
Kriteria Hasil :Agar klien dapat mengurangi faktor yang menyebabkan
risiko cedera
Rencana tindakkan :
1. Identifikasi area lingkungan yang berpontensi menyebabkan cedera
2. Sediakan pencahayaan yang memadai
3. Sediakan alas kaki antislip
4. Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi ditempat tidur, jika perlu
5. Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga
6. Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri.
DX : 5. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis
Tujuan :Mengidentifikasi dan mengelola pengalam sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
fungsional dengan onset mendadak atau lambat
Kriteria Hasil :Membantu klien agar rasa nyeri yang dirasakan dapat
berkurang
Rencana tindakkan :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
6. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
19

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi dimaksudkan yaitu untuk pencapaian tujuan dalam asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pasien. Evaluasi merupakan langkah terakhir
dari proses keperawatan dan berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana
keperawatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Julius
NIM : 2018.C.10a.0973
Ruang Praktek : Sistem Penginderaan
Tanggal Praktek : 16 September 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 16 September 2020 & Pukul 11:00 WIB

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari selasa, 15 September 2020 pukul
11.00 WIB pada Tn. H jenis kelamin Laki-laki, berusia 57 Tahun, suku
Jawa/Indonesia, Agama Kristen, Pekerjaan Buruh Tani, Pendidikan Sekolah
Dasar, status perkawinan sudah menikah , alamat Jl. RTA Miliono Km 9,5Masuk
Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 15 September 2020
dengan Diagnosa Medis Glaukoma.

3.1.2 Riwayat Kesehatan/Keperawatan


3.1.2.1Keluhan Utama :
Klien mengeluhkan nyeri pada bagian mata sebelah kanan. P : Muncul
akibat rangsangan mekanik saraf optik (TIO), Q : Terasa seperti ditusuk-
tusuk, R : Nyeri terasa pada mata sebelah kanan, S : Skala nyeri 7, T :
Waktu nyeri muncul 1-2 menit Buat Narasai jagan masukkan PQRST
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 14 September 2020 klien mengatakan pada bagian mata
kanannya terasa kabur dan mengalami kesulitan dalam membaca serta
sering menabrak ketika berjalan atau beraktivitas. Pada tanggal 15
September 2020 dilarikan ke RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
jangan memasukkan nama RS tapi hanya inisial saja, klien datang
kerumah sakit pukul 14:00 WIB, klien mengatakan selama 1 minggu
terakhir menderita nyeri pada bagian mata sebelah kanan dan kabur dalam
penglihatan. Pukul 15:00 WIB dilakukan tindakan TTV : TD 130/70

20
21

mmHg, N : 100 x/menit, RR : 22x/menit, S : 37,5 0C, dan terpasang infus


Nacl 0,9 ditangan sebelah kiri. Pasien rawat jalan atau rawat inap,
kalau rawat jalan apa saja obat yang harus dikonsumsi slama drumah
kalau rawat inap apa hasil lab atau tindakan lain yang mndukung
pasien rawat inap
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan bahwa memiliki riwayat penyakit diabetes dan tekanan
darah tinggi.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan bahwa ibu klien juga menderita penyakit mata seperti
rabun jauh.
Genogram Keluarga :

KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Pasien
Denah tinggal bersama tdk sesuai
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
Pasien tampak sakit, berbaring dengan posisi terlentang kesadaran
compos menthis dan terpasang infus NaCL infus di pasang di lengan kiri
15 tpm serta pasien di temani keluarga.
22

2. Status Mental :
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi cemas, bentuk badan
simetris, cara berbaring terlentang, suasana gelisah, berbicara jelas,
fungsi kognitif orientasi waktu pasien dapat membedakan antara pagi,
siang, malam, orientasi orang pasien dapat mengenali keluarga maupun
petugas kesehatan, orientasi tempat pasien mengetahui bahwa sedang
berada di rumah sakit. Insight baik, mekanisme pertahanan diri adaptif.

3. Tanda-tanda Vital :
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, Tekanan darah 130/70 mmHg,
Nadi 100x/menit, Pernapasan 22x/menit dan Suhu 37,50C.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Pernapasan (Breathing)
Respirasi 22x/menit, suara napas vesikuler,tidak terdapat napas
tambahan wheezing,pasien tidak perokok pola napas pasien tidak
teratur, pasien batuk dan berdahak warna putih, bentuk dada dan
pergerakan dada simetris, tipe pernafasan dada dan perut, terpasang
Oksigen nasal kanul 2 Lpm.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Cardiovasculer (Bleeding)
Tekanan darah : 130/70 mmHg, Nadi 100x/menit dan teraba kuat, suara
jantung normal S1 S2 tunggal, suhu 37,5º C, CRT < 2 detik, tidak
sianosis, akral teraba hangat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatann

6. Persyarafan (Brain)
Penilaian kesadaran pada Tn.H di dapatkan nilai. GCS : 15 dimana E : 4
(membuka mata spontan), V : 5 (orientasi baik), M : 6 (mengikuti
perintah). Uji 12 saraf kranial : Nervus Kranial I : (Olfaktrius) klien dapat
membedakan bau parfum dengan minyak kayu putih. Nervus Kranial II :
(Optikus) Klien dapat melihat dengan jelas. Nervus Kranial III :
23

(Okulomotorius)pasien dapat menggerakan bola mata ke atas dan ke


bawah. Nervus Kranial IV : (Troklear) klien dapat memutar bola mata.
Nervus Kranial V (Trigeminal) klien dapat memejamkan mata. Nervus
Kranial VI : (Abdusen) :klien dapat memejamkan mata kerateral. Nervus
Kranial VII : (Facial) klien dapat mengerutkan wajah. Nervus Kranial
VIII : (Albitorius)klien dapat mendengar suara dengan jelas. Nervus
Kranial IX : (Glosofaringeal) tidak diuji. Nervus Kranial X : (Vagus)
klien mampu menelan. Nervus Kranial XI : (Asesoris) klien mampu
menggerakan bahu kiri. Nervus Kranial XII (Hipoglosal) klien dapat
menggerakan lidahnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. Eliminasi Uri (Bladder) :


Kandung kemih tidak tegang, produksi urine ± 1.500 ml 4x/hari jam,
warna kuning, bau khas amoniak.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8. Eliminasi Alvi (Bowel) :


Bibir tampak kering, gigi terlihat kuning, gusi tidak ada lesi, lidah
putihlembab, mukosa lembab, tonsil tidak ada peradangan, rectum tidak
ada, haemoroid tidak ada. BAB 2x sehari warna coklat padat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9. Tulang- Otot – Integumen (Bone) :


Pergerakan Tn. H secara bebas dan tidak terbatas, ekstremitas atas 5/5
dan ekstremitas bawah 5/5 normal pergerakanya dan tidak ada
peradangan maupun deformitas pada tulang, maupun patah tulang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Kulit-kulit Rambut


Tidak ada riwayat alergi obat, tidak ada riwayat alergi makanan, tidak
ada riwayat alergi kosmesik, suhu kulit hangat, warna kulit normal,
turgor normal, tekstur kulit halus, bentuk kuku simetris.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
24

11. Sistem Penginderaan :


1) Sistem penglihatan
Klien mengeluhkan selama sakit merasakan gangguan
penglihatannya berkurang terutama pada mata sebelah kanan.
Lapang pandang yang berkurang serta sering menabrak ketika
berjalan atau beraktivitas.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori

2) Sistem pendengaran
Fungsi pendengaran baik.
3) Sistem penciuman
Bentuk hidung simetris, tidak ada lesi dan nyeri tekan sinus.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

12. Leher Dan Kelenjar Limfer


Massa tidak teraba, jaringan parut tidak teraba kelenjar limfe tidak
teraba, kelenjat tiroid tidak teraba, mobilitas leher bebas.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

13. Sistem Reproduksi


a. Reproduksi Pria
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada
gatal-gatal, gland penis tampak normal, Maetus uretra lancar, tidak
ada Discharge, srotum tampak normal, tidak terdapat hernia.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan mengetahui persepsi tentang kesehatan dan penyakit.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 160 Cm
BB sekarang : 60 Kg
BB Sebelum sakit : 57 Kg
25

IMT = BB
(TB)²
=60
(160)²
= 23,4 (normal)

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekuensi/hari 3x1/sehari 3x1/sehari
Porsi 2 porsi 2 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis makanan Nasi, sayur, tahu Nasi, sayur, lauk, buah
Jenis minuman Air putih Air putih dan teh
Jumlah minuman/cc/24 jam 1650 cc 1750 cc
Kebiasaan makan Pagi, saing, malam Pagi, siang, malam
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Pola istirahat dan tidur


Klien mengatakan kesulitan untuk tidur dikarenakan nyeri pada bagian
mata sebelah kanan, pola Sebelum sakit tidur malam klien sekitar 7-8
jam dan tidur siang sekitar 1-2 jam, sesudah sakit tidur malam klien
sekitar 4-6 jam dan tidur siang 1 jam/tidak tidur. P : Muncul akibat
rangsangan mekanik saraf optik (TIO), Q : Terasa seperti ditusuk-tusuk,
R : Nyeri terasa pada mata sebelah kanan, S : Skala nyeri 7, T : Waktu
nyeri muncul 1-2 menit
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut

4. Kognitif
Klien tampak khawatir dan cemas mengenai penyakit pada mata nya
dikarenakan pengetahuan klien yang kurang mengenai penyakitnya.
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan

5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
26

Klien mengatakan “ sayatidak senang dengan keadaan yang saya alami


saat ini, saya ingin cepat sembuh dari penyakit ini, saya adalah seorang
anak, dan saya tidak malu dengan keadaan saya sekarang, saya ”.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat beraktivitas secara mandiri namun sesudah
sakit aktivitas di batasi keluarga.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. Koping –Toleransi terhadap Stress


Klien mengatakan “bila ada masalah saya biasanya meminta bantuan
orang terdekat saya seperti keluargadan saya ceritakan semuanya. Bila
ada keluhan yang saya rasakan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8. Nilai-Pola Keyakinan
Klien meyakini dirinya akan sembuh. Klien dan keluarganya
“mengatakan bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan dengan
keyakinan yang dianut”.

3.1.5 Sosial-Spritual
1. Kemampuan berkomunikasi
Klien berkomunikasi dengan baik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
2. Bahasa sehari-hari
Pasien menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia
3. Hubungan dengan keluarga :
Baik dan Harmonis
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Baik, kliendapat bekerja sama dengan tim kesehatan dalam pemberian
tindakan keperawatan.
5. Orang berarti/terdekat :
Orang yang berarti bagi klien adalah keluarganya.
27

6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :


Klien mengatakan waktu luang berkumpul dengan keluarganya
7. Beribadah :
Kegiatan beribadah klien baik dan aktif.
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
1. Tabel pemeriksaan laboratorium dan radiologi
Tanggal 15 September 2020
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HGB 10,5 gr% 10.500 – 11.000
Leukosit 9.000/mm3 4.500 – 11.000
Trombosit 260.000/mm3 140.000 - 450.000
Ht 47vol% 38,8 - 50%
Tonometri 21 mmHg 15 mmHg

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


No Terapi Medis Dosis Rute Indikasi
.
1. NaCl 0,9 15 tpm IV Memenuhikebutuhan
cairan dan elektrolit
2. Timolol 0,25-0,5% Tetas mata Untuk membantu
menekan jumlah cairan
dan mengurangi
tekanan di dalam mata
3. Asetilkolin 05,-2cc Injeksi Untuk melebarkan
pembuluh darah, dan
menurunkan tekanan
bola mata
4. Prostaglandin 1x Tetes mata Untuk memperlancar
aliran cairan aqueous
humour, sehingga
tekanan pada mata
berkurang.

Palangka Raya,16 September 2020


Mahasiswa

Julius

3.2 Tabel Analisa Data


28

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH


DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
1. Ds : Peningkatan TIO Gangguan Persepsi
Sensori
- Klien mengeluhkan
Tekanan pd sel
penglihatan yang ganglion dan saraf
optik
mulai berkurang
terutama mata sebelah Kerusakan retina,
gangguan fungsi
kanan.
Do : Fotofobia, penurunan
- Mata tampak penglihatan, penurunan
memerah lapang pandang
- Mata terlihat berair
Gangguan penglihatan
- Tampak khawatir
dengan keadaan mata
Gangguan Persepsi
Sensori
2. Ds : Peningkatan TIO Nyeri Akut
- Klien mengeluhkan
nyeri pada bagian Bola mata terlihat
mata sebelah kanan.
Do : Agen pencedera
- Tampak gelisah fisiologis
- Muncul akibat
rangsangan mekanik Insomnia
saraf optik (TIO),
Terasa seperti Nyeri Akut
ditusuk-tusuk, Nyeri
terasa pada mata
sebelah kanan, Skala
nyeri 7, waktu nyeri
muncul 1-2 menit
masuk data S
- TTV :
TD : 130/70 mmHg
N: 100x/menit,
29

RR : 22x/menit
S : 37,5°C
3. Ds : Peningkatan TIO Defisit Nutrisi
- Klien mengatakan
Tekanan pd sel
masih kurang ganglion dan saraf
optik
mengetahui tentang
penyakitnya Kerusakan retina,
gangguan fungsi
Do :
- Klien nampak Fotofobia, penurunan
penglihatan, penurunan
bingung mengenai
lapang pandang
penyakitnya
Gangguan penglihatan
- Klien nampak ingin
mengetahui tentang
Defisit Nutrisi
penyakitnya

PRIORITAS MASALAH
30

1. Gangguan Persepsi Sensori berhubungan dengan Gangguan penglihatan


ditandai dengan, mata klien tampak memerah, mata terlihat berair, serta
klien nampak khawatir dengan keadaan mata.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis di tandai
dengan, klien tampak gelisah. P : Muncul akibat rangsangan mekanik saraf
(TIO), Q : Terasa seperti ditusuk-tusuk, R : Nyeri terasa pada mata sebelah
kanan, S : Skala nyeri 7, T : Waktu nyeri muncul 1-2 menit TTV : TD
130/70, N: 100x/menit, RR : 22x/menit, S : 37,5°C
3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar informasi
ditandai dengan, klien mengatakan masih kurang mengetahui tentang
penyakitnya, klien nampak bingung, klien ingin mengetahui tentang
penyakitnya.
31

3.3 Rencana Keperawatan


Nama Pasien : Tn. H
Ruang Rawat : Sistem Penginderaan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan Persepsi Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa status mental, status 1. Untuk mengetahui status
Sensori berhubungan keperawatan selama 1 × 7 sensori, dan tingkat kenyaman kesehatan klien
dengan Gangguan Jam diharapkan nyeri klien 2. Diskusikan tingkat toleransi 2. Untuk mengetahui tingkat
penglihatan di tandai dapat berkurang dengan hasil terhadap beban sensori beban sensori klien
dengan, Mata klien kriteria hasil 3. Batasi stimulus lingkungan 3. Untuk mencari faktor
tampak memerah - Mata tidak berair 4. Ajarkan cara meminimalisasi yang bisa membawa sakit
- Kemerahan pada mata stimulus dalam hidup
berkurang 5. Kolaborasi pemberian obat yang 4. Untuk mentahui kapan
mempengaruhi persepsi stimulus sakit datang dan cara
meredakan
5. Kolaborasi pemberian
obat

Nama Pasien : Tn. H


Ruang Rawat : Sistem Penginderaan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Indetifikasi lokasi Karakteristik, 1. Untuk mengetahui lokasi
dengan Agen pencedera keperawatan selama 1 × 7 durasi, frekuensi, kualitas, intenstasi nyeri
32

fisiolgosi di tandai Jam diharapkan nyeri klien nyeri 2. Untuk mengetahui tingkat
dengan, Mata tampak dapat berkurang dengan hasil 2. Indetifikasi skala nyeri kesakitan nyeri
memerah kriteria hasil 3. Indetifikasi faktor yang memperberat 3. Untuk mecari faktor yang
- Mata tidak sakit dan memperingan nyeri bisa membawa rasa nyeri
- Skala nyeri dapat 4. Berikan teknik nonfarmakologis dalam hidup
berkurang 4-6 untuk mengurangi rasa nyeri 4. Membatasi apa yang
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri membuat rasa nyeri
6. Kolaborasi pemberian analgetik, jika 5. Untuk mentahui kapan nyeri
perlu datang dan cara meredakan
6. Kolaborasi pemberian obat,
jika perlu

Nama Pasien : Tn. H


Ruang Rawat : Sistem Penginderaan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
3. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Idetifikasi kesiapan dan kemampuan 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan keperawatan selama 1 × 7 menerima informasi kemampuan menerima
Kurang terpapar informasi Jam diharapkan nyeri klien 2. Idetifikasi faktor-faktor yang dapat informasi
di tandai dengan, klien dapat berkurang dengan hasil meningkatkan dan menurunkan 2. Untuk mengetahui tingkat
mengatakan kurang kriteria hasil motivasi perilaku hidup bersih dan perilaku hidup bersih dan
mengetahui tentang - Klien mengetahui tentang sehat sehat
penyakitnya penyakitnya 3. Sediakan materi dan media 3. Untuk mempermudah
33

- Mengetahui tentang pendidikan kesehatan menyampaikan informasi


pencegahan dan 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan 4. Agar waktu penyampain
pengobattan sesuai kesepakatan dapat dimaksimalkan
5. Memberikan kesempatan bertanya 5. Agar informasi yang telah
6. Ajarkan perilaku hidup bersih dan disampaikan dapat diterima
sehat dengan baik
6. Agar mencapai perilaku
hidup bersih dan sehat.

3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan


Nama Pasien : Tn. H
Ruang Rawat : Sistem Penginderaan
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP ) Tanda tangan
perawat
34

Rabu, 16 September Diagnosa 1 S : - Pasien mengatakan mata masih


1. Memeriksa status mental, status terasa berair
2020
sensori, dan tingkat kenyamanan O :
2. Mendiskusikan tingkat toleransi
- Pasien tampak tenang
terhadap beban sensori (JULIUS)
- Kemerahan pada mata klien
3. Membatasi stimulus lingkungan
berkurang
4. Mengajarkan cara meminimalisasi
stimulus
A : Masalah teratasi sebagian
5. Berkolabrasi pemeberian obat yang
P : Intervensi di lanjutkan
mempengaruhi persepso stimulus

Nama Pasien : Tn. H


Ruang Rawat : Sistem Penginderaan
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP ) Tanda tangan
perawat
35

Kamis, 17 September Diagnosa 2 S : - Pasien mengatakan mata sebelah


1. Mengindetifikasi lokasi kanan masih terasa nyeri
2020
Karakteristik,durasi, frekuensi, O :
kualitas, intenstasi nyeri
- Pasien tampak tenang
2. Mengindetifikasi skala nyeri (JULIUS)
- Klien terlihat mulai
3. Mengindetifikasi Indetifikasi faktor
bersemangat
yang memperberat dan memperingan
- Skala nyeri berkurang menjadi
nyeri
6
4.Memberikan teknik nonfarmakologis
TTV :
untuk mengurangi rasa nyeri
- TD : 120/80
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- S : 36°C
6. Berkolabrasi pemeberian analgetik,
- N: 100x/menit,
jika perlu
- RR : 20x/menit
- S : 37,5°C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan

Nama Pasien : Tn. H


Ruang Rawat : Sistem Penginderaan
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP ) Tanda tangan
perawat
36

Jumat, 18 September Diagnosa 3 S : - Klien sudah mulai mengetahui


1. Mengindetifikasi kesiapan dan tentang penyakitnya
2020
kemampuan menerima informasi O :
2. Mengindetifikasi faktor-faktor yang
- Klien nampak tidak bingung
dapat meningkatkan dan menurunkan (JULIUS)
lagi
motivasi perilaku hidup bersih dan
- Klien mengetahui cara
sehat
menangani penyakitnya
3. Menyediakan materi dan media
- Klien nampak tidak cemas lagi
pendidikan kesehatan
A : Masalah teratasi sebagian
4.Menjadwalkan pendidikan kesehatan
P : Intervensi di lanjutkan
sesuai kesepakatan
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
6. Mengajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. InfoDATIN : Situasi Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan. Jakarta ; 2014:4.
Sopiyudin M. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta; Epidemiologi
Indonesia; 2014:224
Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Situasi dan Analisi Glaukoma. Jakarta Pusat
Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI; 2015.
Yayasan Glaukoma Indonesia. Tentang Glaukoma (Cited 27 Januari 2018).
Available from : glaukoma.or.id
Boyd K. Sleep Apnea and Glaucoma : America Academy of Ophthalmology;
2018

37
38
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Julius


NIM : 2018.C.10a.0973
Angkatan : X (Sepuluh)
Tahun Ajaran/Semester : 2020/V (Lima)
Pembimbing Akademik : Rimba Aprianti, S. Kep., Ners

Tanda Tangan
N Hari/Tangg
Catatan Bimbingan Mahasisw Pembimbin
o al
a g
1 Jumat, 18 Rimba Aprianti is inviting you to a Julius
Sep 2020
scheduled Zoom meeting.Topic: Pre
Conference PPK II kelas IIIB kel. 8Time:
Sep 18, 2020 03:45 PM JakartaJoin Zoom
Meeting
https://us04web.zoom.us/j/4636332411?
pwd=
TjVlL1FXanZNZ2hIems3a2s0cnQ0Zz09
Meeting ID: 463 633 2411
Passcode: PPKIIKEL8

2 Rabu, 23 Julius
Sep 2020
Sarjana Keperawatan 3B is inviting you to
a scheduled Zoom meeting.
Topic: Bimbingan Askep PPK II Kel. 8
Kelas 3b Time: Sep 23, 2020 01:30 PM
Jakarta
Join Zoom Meeting
https://zoom.us/j/5119731212?pwd=NGt
MSE56eWozWWd4Nkh5SldOd0hhdz09
Meeting ID: 511 973 1212
Passcode: 1234567
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1.1 Satuan Acara Penyuluhan
1.1.1 Topik
“Pengertian Glaukoma”
1.1.2 Sasaran
1.1.2.1 Program
Keluarga dan Klien di Ruang Penginderaan

1.1.3Tujuan
1.1.3.1 Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran
mengetahui tentang Pengertian Glaukoma.
1.1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran diharapkan dapat:
1. Mengetahui pengertian glaukoma
2. Mengetahui penyebab terjadinya Glaukoma
3. Mengetahui tanda dan gejala Glaukoma
4. Mengetahui cara mencegah Glaukoma

1.1.4 Materi
Adapun garis besar materi dalam pendidikan kesehatan adalah :
1. Pengertian Glaukoma
2. Efek dari Glaukoma
3. Tanda dan gejala Glaukoma
1.1.5 Metode
1.Ceramah
2.Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan lalu memberikan jawaban ataupun
sebaliknya.
1.1.6 Media
Adapun media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan tentang cara
“Pengertian Glaukoma”, yaitu :
1. Leaflat

1.1.7 Waktu Penyuluhan


1. Hari/Tanggal : Sabtu, 26 September 2020
2. Pukul : 09:00 - Selesai
3. Alokasi Waktu : 30 Menit

1.1.8 Kegiatan Penyuluhan


No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 Menit Pembukaan - Menyampaikan salam
- Perkenalan diri
- Menjelaskan tujuan
- Apersepsi
2 10 Menit Pelaksanaan - Menjelaskan dan
menguraikan materi
- Memberi kesempatan
peserta untuk
bertanya
- Menjawab pertanyaan
peserta yang belum
jelas
3 10 menit Evaluasi - Feedback
- Memberikan reward
4 5 menit Terminasi - Menyimpulkan hasil
peyuluhan
- Mengakhiri kegiatan
(salam)

1.1.9 Tugas Pengorganisasian


Adapun tugas yang dilakukan oleh mahasiswa dalam kegiatan penyuluhan oleh
mahasiswa/i STIKes Eka Harap Palangka Raya meliputi :
1. Moderator : Julius
Uraian Tugas :
1) Membuka acara penyuluhan
2) Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3) Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4) Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5) Mengatur jalannya diskusi
2. Leader : Julius
Uraian Tugas :
1) Menyampaikan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh peserta
2) Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3) Mengucapkan salam penutup
3. Dokumentator : Julius
Uraian Tugas :
1) Mendokumentasi kegiatan penyuluhan agar menjadi bukti untuk
diarsipkan bahwa telah diadakan kegiatan penyuluhan
4. Fasilitator : Julius
Uraian Tugas :
1) Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegiatan
2) Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
3) Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4) Membagikan konsumsi
5. Notulen : Julius
Uraian Tugas :
1) Mencatat hal penting dalam jalannya penyuluhan dan mencatat
pertanyaan dari siswa.

DENAH PELAKSANAAN
Keterangan :

: Moderator dan Leader

: Peserta

: Fasilitator

: Notulen

: Dokumentator

Materi :
A. Pengertian Glaukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi
buta.
Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang ditandai dengan
berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus kerusakan ini
berhubungan dengan peningkatan TIO yang terlalu tinggi.

B. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)


Manifestasi klinis yang umum biasanya :
a. Tekanan intraokuler meningkat
b. Defek lapang pandang yang khas
c. Penggaungan patologis papil saraf optik.

Manifestasi klinis galukoma berdasarkan klasifikasi :


1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
1) Kerusakan visus yang serius
2) Lapang pandang mengecil
3) Perjalanan penyakit progresif lambat
b. Glaukoma sudut tertutup
1) Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
2) Timbulnya halo disekitar cahaya
3) Pandangan kabur
4) Sakit kepala
5) Mual, muntah
6) Kedinginan
2. Glaukoma Sekunder
1) Pembesaran bola mata
2) Gangguan lapang pandang
3) Nyeri didalam mata
3. Glaukoma Kongenital
Gangguan penglihatan
4. Glaukoma Absolut
1) Mata keras seperti batu
2) Sering terasa sakit sekali
3) Injeksi siliar
4) Kornea jernih atau keruh dan ada edema
5) Bilik mata depan dangkal
6) Pupil lebar
7) Iris kelabu
8) Lensa keruh
9) TIO meninggi

C. Komplikasi Akibat Glaukoma


Komplikasi glaukoma pada umumnya adalah kebutaan total akibat tekanan
bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutaan
yaitu kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan ekskavasi
(penggaungan) glaukomatosa, mata keras  seperti batu dan dengan rasa sakit.
Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat
menyebabkan rasa sakit yang hebat.Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan
dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan
siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata
sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.

D. Cara Pencegahan Glaukoma


Ada beberapa upaya yang bisa Anda lakukan untuk bisa terhindar dari
glaukoma. Berikut ini adalah langkah alami yang perlu Anda lakukan sejak
dini :
1. Mengontrol Kadar Gula Darah
Kadar gula darah sangat penting untuk melindungi mata dari tekanan
pada lensa yang berlebihan. Tekanan lensa inilah yang akan menyebabkan
glaukoma dan umumnya memang jarang disadari. Karena itu hal penting
yang harus Anda lakukan adalah memiliki pola kebiasaan makan makan
yang baik.Hindari terlalu sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung karbohidrat komplek, gula berlebihan dan biji-
bijian.Beberapa makanan yang harus dikonsumsi dalam jumlah terbatas
misalnya seperti nasi, pasta, sereal, kentang dan roti putih.

2. Olahraga
Melakukan berbagai jenis olahraga akan membantu menurunkan resiko
tekanan pada mata berlebihan. Terlebih bagi yang selalu bekerja di depan
layar komputer. Latihan atau olahraga juga bisa melindungi tubuh dari
penyakit glaukoma akibat kondisi metabolisme yang buruk seperti tekanan
darah tinggi dan diabetes.

3. Melindungi Mata
Biasakan untuk melindungi mata apabila sedang melakukan olahraga
atau pekerjaan yang bisa meningkatkan resikocedera mata.Anda bisa
menggunakan kacamata khusus yang memang bisa melindungi area mata
agar tidak terkena zat asing maupun tekanan berlebihan.Pada awalnya
mungkin tidak nyaman tapi memang sangat diperlukan.

4. Hindari Makanan Mengandung Lemak Trans


Kebiasaan mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang mengandung
lemak trans akan membuat kesehatan mata Anda beresiko tinggi terkena
glaukoma. Lemak akan membuat sistem lensa mata menjadi lebih buruk
terutama jenis lemak yang didapatkan dengan cara dibakar dan digoreng.
Karena itu hindari semua jenis makanan yang mengandung lemak atau
makan dalam jumlah yang sangat terbatas saja.
5. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan mata seharusnya memang sudah dilakukan sejak awal.
Meskipun glaukoma bisa terjadi pada usia lebih dari 42 tahun namun ada
beberapa kasus dimana usia muda terserang glaukoma. Karena itu
pemeriksaan secara teratur harus dilakukan untuk mengetahui gejala sejak
awal.Bahkan orang yang memiliki riwayat glaukoma dalam keluarga harus
melakukan pemeriksaan secara teratur.

6. Kurangi Karbohidrat dan Gula


Cara lain yang bisa dilakukan adalah mengurangi semua jenis asupan
makanan yang mengandung karbohidrat dan gula tinggi. Karbohidrat dan
gula berperan penting dalam meningkatkan kadar gula dalam darah
sehingga, membuat kebutuhan insulin sangat tinggi. Jika kondisi ini terus
terjadi maka bisa menyebabkan diabetes.Bahaya diabetesakan membuat
kesehatan mata menurun karena meningkatkan penumpukan kadar gula
dalam lensa mata.

7. Hindari Stres
Stres ternyata juga bisa berpengaruh terhadap kesehatan mata. Stress
akan membuat tekanan lensa mata jauh lebih kuat dan besar. Akibatnya
maka lensa dan retina mata tidak bisa bekerja dengan baik.Tekanan mata
juga membuat tekanan pada lensa mata mengalami perubahan.Jika kondisi
ini terus terjadi maka bisa menyebabkan glaukoma. Untuk cara mengatasi
stres maka bisa mencoba untuk yoga, olahraga atau rekreasi.

8. Buat Mata Santai


Melihat komputer, layar gadget, atau menyetir dalam waktu yang
panjang ternyata akan membuat mata menjadi sangat lelah. Ketika mata
lelah maka tekanan pada lensa terus dipaksa agar bisa mendapatkan fokus
maksimal.Sekarang Anda harus mencoba untuk membuat mata menjadi
lebih santai dan sesering mungkin. Berikut cara untuk membuat mata bisa
santai dan tetap nyaman.
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA
RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya
Telp/Fax. (0536) 3227707

LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa :
NIM :
Angkatan : X (Sepuluh)
Tahun Ajaran/Semester : 2020/V(Lima)
Pembimbing Akademik : RimbaAprianti, S. Kep.,Ners

No Hari/Tanggal Topik TTD TTD


Pembimbing Mahasiswa
Jumat, 18 1. Pre Conference
1. September 2. Perbaiki Patway
2020 3. Perbaiki sistematika penulisan
4. Tambahkan bebrapa gambar
5. Tambahkan jurnal terkait
6. Daftar Pustaka Rimba
7. Rimba Aprianti is inviting you to a Aprianti,
scheduled Zoom meeting. S.Kep.,Ners
Topic: Pre Conference PPK II kelas
IIIB kel. 8
Time: Sep 18, 2020 03:45 PM Jakarta
Join Zoom Meeting
https://us04web.zoom.us/j/463633241
1?
pwd=TjVlL1FXanZNZ2hIems3a2s0cn
Q0Zz09
Meeting ID: 463 633 2411
Passcode: PPKIIKEL8
2. Rabu, 23 1. Bimbingan Askep Individu
2. Perbaiki Asuhan Keperawatan
September
3. Tambahkan diagnosa keperawatan
2020 4. Perbaiki sistematika penulisan
Topic: Bimbingan Askep PPK II Kel. 8
Kelas 3b
Time: Sep 23, 2020 01:30 PM Jakarta
Join Zoom Meeting
https://zoom.us/j/5119731212?
pwd=NGtMSE56eWozWWd4Nkh5SldO
d0hhdz09
Meeting ID: 511 973 1212
Passcode: 1234567
3.

Anda mungkin juga menyukai