OLEH :
KELOMPOK 2
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas asung kerta wara nugraha-Nyalah penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Anak Mengalami Kelainan
Kongenital dan Keganasan pada Sistem Hematologi Anak : Leukimia yang dibuat dengan tujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
Makalah ini disusun bukan semata-mata karena petunjuk untuk mendapatkan nilai, namun di
latar belakangi pula untuk memperluas wawasan .Untuk itu penata berusaha menyusun makalah
ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
diharapkan kritik dan saran objektif yang bersifat membagun guna tercapainya kesempurnaan
yang diinginkan.
Penulis sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak yang terkait, makalah
ini tidak akan sesuai dengan harapan. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini tidak lupa
disampaikan terima kasih dan penghargaan kepada dosen mata kuliah Keperawatan Anak II yang
selalu meluangkan waktu untuk memberikan kami bimbingan dan tuntunan dalam penyelesaian
makalah ini.
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.................................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI.......................................................................................................................3
A. Laporan Pendahuluan (Konsep Dasar Penyakit)...................................................................3
1. Definisi.............................................................................................................................3
2. Klasifikasi........................................................................................................................3
3. Etiologi.............................................................................................................................5
4. Tanda dan Gejala.............................................................................................................7
5. Patofisiologis....................................................................................................................7
6. Pathways..........................................................................................................................9
7. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................10
8. Penatalaksanaan.............................................................................................................10
9. Komplikasi.....................................................................................................................11
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan...................................................................................12
1. Pengkajian......................................................................................................................12
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................18
3. Rencana Asuhan Keperawatan.......................................................................................19
4. Implementasi Keperawatan............................................................................................25
5. Evaluasi Keperawatan....................................................................................................25
C. Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Leukemia pada Anak................................................26
BAB III PENUTUP........................................................................................................................50
A. Simpulan..............................................................................................................................50
B. Saran....................................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................51
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit keganasan sel darah dimana terjadi
proliferasi berlebihan dari sel darah putih yang berasal dari sumsum tulang, dengan
ditemukan adanya sel-sel abnormal pada pemeriksaan darah tepi. Pada leukemia, terdapat
gangguan dalam hal produksi dari leukosit. Gangguan ini menyebabkan jumlah leukosit yang
dihasilkan sumsum tulang menjadi berlebihan dan fungsi dari leukosit ini menjadi abnormal
(Permono dan Ugrasena, 2010).
Menurut Riskesdas (2007) dalam panduan yang diluncurkan Kementrian Kesehatan RI
(2013), prevalensi kanker di Indonesia mencapai 4,3 per 1.000 penduduk dan kanker
menduduki peringkat ketujuh penyebab kematian. Sedangkan Sistem Registrasi Kanker di
Indonesia (Srikandi) tahun 2005-2007 dalam Kemenkes (2013) mencatat angka kejadian
kanker pada anak (0-17 tahun) adalah 9 per 100.000 anak-anak dengan prevalensi leukemia
(kanker tertinggi pada anak) adalah 2,8 per 100.000 anak-anak.
Dalam pengobatan leukemia, terdapat dua jenis penanganan yaitu suportif dan kuratif.
Penanganan suportif adalah penanganan yang mengobati penyakit penyerta leukemia dan
komplikasinya, sedangkan penanganan kuratif adalah penanganan yang bertujuan
menyembuhkan leukemia yaitu kemoterapi. Kemoterapi terbagi ada tiga tahapan, yaitu
tahapan induksi, konsolidasi, dan rumatan (Suriadi & Yuliani, 2010).
Agar dapat memberikan asuhan keperawatan sebaik-baiknya, perlu diketahui gejala-gejala
dini penyebab serta permasalahan yang terjadi pada klien dengan leukemia. Asuhan
keperawatan dilakukan dengan menggunakan proses serta asuhan keperawatan yang
ditujukan untuk meningkatkan, mencegah dan mengatasi, dan memulihkan kesehatan klien.
Kita ketahui bahwa perawat yang paling utama adalah melakukan promosi dan pencegahan
terjadinya komplikasi, sehingga dalam hal ini perawat perlu mempelajari serta memahami
asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Leukemia?
1
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar penyakit leukemia.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia.
3. Untuk mengetahui bagaimana contoh asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia
4. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa dapat mengembangkan
wawasan mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia.
2. Manfaat praktis dari penyusunan makalah ini agar pembaca mengetahui cara untuk
menyusun sebuah asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia dan dapat
menerapkannya dalam melakukan tindakan keperawatan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3. Klasifikasi
Klasifikasi Leukemia menurut Wijaya (2013) adalah sebagai berikut :
a. Leukemia Secara Uumum
Secara sederhana, leukemia dapat diklasiikasikan berdasarkan maturase sel dan
tipe sel asal yaitu :
1) Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal
(blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia
akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan
meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.
3
a) Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi
dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang
mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan
organ. LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur
dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7
tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah
terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang.
b) Leukemia Mielositik Akut (LMA)
LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang
akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan leukemia
nonlimfositik yang paling sering terjadi. LMA atau Leukemia
Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering ditemukan pada orang dewasa
(85%) dibandingkan anak-anak (15%). Permulaannya mendadak dan
progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang singkat.
Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan.
2) Leukemia Kronik
a) Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T).
Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang
berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang. LLK cenderung
dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu yang berusia 50
sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki.
b) Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)
LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan
produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang.
LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai pada
orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas genetik yang
dinamakan kromosom philadelphia ditemukan pada 90-95% penderita
LGK/LMK.
Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki
fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel
muda leukosit, biasanya berupa mieloblas/promielosit, disertai produksi
neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang amat kurang.
4
b. Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
FAB (French-American-British) dibuat klasifikasi LLA berdasarkan
morfologik untuk lebih memudahkan pemakaiannya dalam klinik, antara lain
sebagai berikut :
1) L-1 terdiri dari sel-sel limfoblas kecil serupa dengan kromatin homogen,
nucleus umumnya tidak tampak dan sitoplasma sempit
2) L-2 pada jenis ini sel limfoblas lebih besar tapi ukurannya bervariasi, kromatin
lebih besar dengan satu atau lebih anak inti
3) L-3 terdiri dari sel limfoblas besar, homogeny dengan kromatin berbecak,
banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan bervakuolisasi.
4. Etiologi
Penyebab pasti mengenai leukemia belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia (Suriadi, 2010) :
a. Keturunan
1) Keturunan
a) Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital,
diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia,
sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma
Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan
neurofibromatosis. Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan
adanya perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group
Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
b) Saudara Kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik
dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran.
Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat
tinggi
2) Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan
kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya
ALL.
5
b. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukemia pada hewan termasuk primata. Penelitian pada manusia menemukan
adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak
ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang
merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik, 1985).
Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia
adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute
T- Cell Leukemia.
c. Bahan Kimia dan Obat-Obatan
1) Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) dihubungkan dengan
peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering
terpapar benzen. Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan
resiko tinggi dari AML, antara lain : produk – produk minyak, cat , ethylene
oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik
2) Obat-Obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II)
dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML.
Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan
kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML
d. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan pada pasien-
pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain
seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari
ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang
mendapat terapi radiasi misal : pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos
radiasi dan para radiologis
e. Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain
disebut Secondary Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia.
Termasuk diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker
6
payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk
golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan
DNA.
6. Patofisiologis
Patofisiologi leukemia berupa abnormalitas genetik disertai paparan zat
karsinogenik yang menyebabkan kerusakan DNA pada sel-sel hematopoetik, sehingga
7
terjadi proliferasi tidak terkontrol dan penurunan apoptosis sel. Pertumbuhan sel-sel
abnormal melebihi jumlah seharusnya namun tidak bisa berfungsi sebagaimana
mestinya. Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan
leukosit atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet.Seluruh sel darah
normal diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum
tulang.Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang darah (myeloid),
dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagis epanjang jalur
tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum
tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis
pada tulang-tulang yang panjang.
Leukemia mempunyai sifat khas proliderasi tidak teratur atau akumulasi sel darah
putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Ada dua
masalah terkait dengan sel leukemia yaitu adanya overproduksi dari sel darah putih,
kedua adanya sel abnormal atau imatur dari sel darah putih sehingga fungsi dan
strukturnya tidak normal. Produksi sel darah putih yang sangat meningkat akan
menekan elemen sel darah yang lain seperti penurunan produksi eritrosit
mengakibatkan anemia, trombosit menjadi menurun mengakibatkan trombositopenia
dan leukopenia dimana sel darah putih yang normal menjadi sedikit.
Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada
leukositosis (^)%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil
seringkali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan
sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan
limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-B,
early B, sel B intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T
juga berasal dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit
imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan
limfosit T supresor.
Keadaan leukopenia menyebabkan mudahnya terjadi infeksi. Sel-sel kanker darah
putih juga dapat menginvasi pada sumsum tulang dan periosteum yang dapat
mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan nyeri tulang. Peningkatan produksi leukosit
juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga anak-anak menderita
pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering dijumpai
serta timbul serangan pada susunan saraf pusat yaitu sakit kepala, muntah-muntah,
“seizures” dan gangguan penglihatan. ( Nuratif & Kusuma, 2015)
8
9
7. Pathways
10
8. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik pada penderita leukemia
sebagai berikut (Nuratif & Kusuma, 2015 ; Ngastyah, 2005) yaitu :
a. Pemeriksaan darah tepi
Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah
tepi yang monoton, terdapat sel blast, yang merupakan gejala patogonomik untuk
leukimia.
b. Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu
hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis, sedangkan sistem lain terdesak (apabila
sekunder).
c. Biopsi limfe
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliperasi sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limfe yang mendesak, seperti limfosit normal, Res, granulosit dan pulp cell.
d. Cairan serebrospinalis
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein, berarti suatu leukemia
meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit baik dalam
keadaan remisi maupun keadaan kambuh.Untuk mencegahnya diberikan metrotreksat
(MTX) secara intra tekal.
9. Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan terapeutik yang dapat dilakukan untuk pasien leukemia
yaitu sebagai berikut :
1) Pelaksanaan kemoterapi
Pada kemoterapi ini terdapat tiga fase pelaksanaan, yaitu :
a. Fase induksi
Fase ini dimulai empat sampai enam minggu setelah diagnose ditegakkan. Pada
fase ini diberikan terapi kortikosteroid (prednisone), vrincristin, dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit
berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan sel-sel darah muda
kurang dari 5%.
b. Fase profilaksis
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydocortison melaui
intratekal untuk mencegah inflasi sel leukimia ke otak. Terapi iradiasi kranial
11
dilakukan hanya pada pasien leukimia yang mengalami gangguan sistem syaraf
pusat.
c. Konsolidasi
fase ini merupakan kombinasi pengobatan yang dilakukan untuk mempertahankan
remisi dan mengurangi jumlah sel leukimia yang beredar dalam tubuh. Secara
berkala mingguan atau bulanan dilakukan pemerikasaan darah lengkap untuk
emniai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum
tulang langkah pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
2) Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam
tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau
partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini
dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar
getah bening setempat.
3) Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang
rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan
oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum
tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada
penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani
transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human
Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa
dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan
pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap
pengobatan.
4) Terapi suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit
leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita
leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan
antibiotik untuk mengatasi infeksi (Suriadi & yuliani : 2010)
10. Komplikasi
Menurut Wijaya (2013) adapun komlikasi leukemia secara umum yaitu berupa :
12
a. Pembesaran hati (hematomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali) yaitu
kompensasi dari beban organ yang semakin berat kerjanya akibat pemindahan
proses pembentukan sel darah dari intameular (sumsum tulang ) ke ekstramedular
(hati dan limpa)
b. Osteonekrosis yaitu suatu keadaan yang berpontensi melumpuhkan tulang akibat
akibat dari komplikasi kombinasi kemoterapi berupa dosis tinggi steroid. insiden
dan resio faktor utama untuk gejala osteonekrosis telah diperiksa pada kelompok
perlakuan anak dengan dosis tinggi steroid, prednisone dan dexamitason untuk
anak leukemia limfoblas akut.
c. Thrombosis meningkat pada pasien dengan leukemia limfoblas akut dan kejajian
ini mungkin komplikasi dari bagaian penatalaksanaan dengan tubrukan prognostic
negative. Frekuensi terjadinya komplikasi ini menurut laporan berkisar diatara
1,1% sampai 36,7%, kesungguhan ini memiliki variasi besar berhubungan
beberapa faktor, seperti perbedaan definisi dari thrombosis (gejala dan nongejala),
metode daignosis untuk mendeteksi terjadinya komplikasi , study design, dan
perbedaan pada protocol pengobatan.
13
2
1 - 6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8
6 - 12 tahun : umur (tahun) x 7 – 5
2
b) Tinggi Badan
Tinggi badan lahir : 45 - 50 cm
Umur 1 tahun : 75 cm
2 - 12 tahun : umur (tahun) x 6 + 7
Atau
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
6 tahun : 1,5 x TB setahun
13 tahun : 3 x TB lahir
Dewasa : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
c) Perkembangan tiap tahap usia
Berguling : 3-6 bulan
Duduk : 6-9 bulan
Merangkak : 9-10 bulan
Berdiri : 9-12 bulan
Jalan : 12-18 bulan
Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan
Bicara : 2-3 tahun
Berpakaian tanpa dibantu : 3-4 tahun
14
c) Makanan dan minuman selama 14 jam, adakah makanan
tambahan/vitamin
d) Kebiasaan makan
e) Alat makan yang digunakan
f) BB lahir dan BB saat ini
g) Masalah di kulit : rasih, lesi, dll
3) Pola Eliminasi
a) Pola deekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah/tidak)
b) Mengganti pakaian dalam/diapers (bayi)
c) Pola eliminasi urin (frekuensi ganti popok basah/hari, kekuatan
keluarnya urin, bau, warna)
4) Aktivitas dan Pola Latihan
a) Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, dimana, sabun yang digunakan)
b) Kebersihan sehari-hari
c) Aktivitas sehari-hari (jenis permainan, lama, teman bermain,
penampilan anak saat bermain, dll)
d) Tingkat aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans
e) Persepsi terhadap kekuatan (kuat/lemah)
f) Kemampuan kemandirian anak (mandi, makan, berpakaian, dll)
5) Pola Istirahat Tidur
a) Pola istirahat/tidur anak (jumlahnya)
b) Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, noctuna
c) Posisi tidur anak? Gerakan tubuh?
6) Pola Kognitif-Persepsi
a) Responsive secara uum anak
b) Respons anak untuk bicara, suara, objek sentuhan?
c) Apakah anak mengikuti objek dengan matanya? Respon untuk meraih
mainan
d) Vokal suara, pola bicara kata-kata, kalimat?
e) Gunakan stimulasi, bicara mainan, dsb
f) Kemampuan untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor telepon,
dsb
g) Kemampuan anak untuk mengidentifikasi kebutuhan : lapar, haus,
nyeri, tidak nyaman
15
7) Persepsi Diri – Pola Konsep Diri
a) Status mood anak
b) Pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetensi, dll
8) Pola Peran – Hubungan
a) Struktur keluarga
b) Masalah/stressor keluarga
c) Interaksi antara keluarga dan anak
d) Respon anak terhadap perpisahan
e) Anak : ketergantungan ? Pola bermain?
f) Anak : temprantrum? Masalah disiplin? Penyesuaian sekolah?
9) Seksualitas
a) Perasaan sebagai laki-laki/perempuan? (gender)
b) Pertanyaan sekitar sexuality? Bagaimana respon orang tua?
10) Koping – Pola Toleransi Stres
a) Apa yang menyebabkan stress pada anak? Tingkat stress? Toleransi?
b) Pola penanganan masalah, keyakinan agama
11) Nilai – Pola Keyakinan
a) Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen?
b) Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran bersifat
composmentis selama belum terjadi komplikasi.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)
Nadi :
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
3. Antropometri
- TB : Tinggi badan
- BB : Berat badan
- LLA : Lingkar lengan atas
- LK : Lingkar kepala
16
- LD : Lingkar dada
- LP : Lingkar perut
17
Inspeksi : Iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada
penderita leukemia, iktus terlihat
Palpasi : Raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.
Perkusi : Tentukan batas jantung.
Auskultasi : Terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.
Paru – paru :
Inspeksi : Kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi,
biasanya normal.
Palpasi : Vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi :
Auskultasi : Biasanya bunyi nafas vesikuler.
h. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas
operasi, dsb.
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak.
Biasaya terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.
Perkusi : Lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua
daerah abdomen
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas
atas dan bawah. Biasanya pada penderita leukemia akan mengalami
nyeri pada tulang dan persendian.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC
kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis
paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis
kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya juga
menunjukkan normositik, anemia normositik.
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
18
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan
mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi,
iskemia, neoplasma)
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. stress, keengganan
untuk makan)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
d. Risiko perdarahan berhubungan dengan proses keganasan
e. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder
19
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Terapeutik
Berikan teknik non-
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan
20
tidur
Edukasi
Jelaskan penyebab dan
periode pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik
Defisit nutrisi Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan Observasi
keperawatan selama….x 24
faktor psikologis (mis. Identifikasi status nutrisi
jam, diharapkan nutrisi
stress, keengganan Identifikasi alergi dan
kurang teratasi dengan kriteria
untuk makan) intoleransi makanan
hasil :
Identifikasi makanan yang
a. Status Nutrisi
disukai
- Pengetahuan tentang
Monitor asupan makan
pilihan makanan yang
Monitor berat badan
sehat meningkat
- Perasaan cepat kenyang
Terapeutik
menurun
Fasilitasi menentukan
- Frekuensi makan
pedoman diet (missal :
membaik
piramida makanan)
- Nafsu makan membaik
Berikan makanan tinggi serat
- Membran mukosa
untuk mencegah konstipasi
membaik
Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi
Ajarkan posisi duduk
Ajarkan diet yang
21
diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antimetik) jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan kalori
Intoleransi aktivitas Manajemen Energi
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan Observasi
keperawatan selama….x 24
kelemahan Identifikasi gangguan tubuh
jam, diharapkan intoleransi
aktivitas teratasi dengan yang mengakibatkan
membaik
Terapeutik
- Frekuensi nadi
meningkat Sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah
- Keluhan lemah menurun
stimulus (mis. Cahaya,
- Dispnea saat aktivitas
suara, kunjungan)
menurun
Lakukan latihan rentang
- Dispnea setelah aktibitas
gerak aktif dan pasif
menurun
Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
Edukasi
Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
22
Anjurkan menghubungkan
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
Risiko perdarahan Pencegahan Perdarahan
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan Observasi
keperawatan selama….x 24
proses keganasan Monitor tanda dan gejala
jam, diharapkan nutrisi
kurang teratasi dengan kriteria perdarahan
- Kelembapan kulit
meningkat Terapeutik
- Kemampuan
Edukasi
mengidentifikasi faktor
risiko meningkat Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
- Kemampuan melakukan
strategi kontrol risiko Anjurkan meningkatkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
23
pengontrol perdarahan, jika
perlu
Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
Risiko infeksi Pencegahan Infeksi
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan Observasi
keperawatan selama….x 24
ketidakadekuatan Monitor tanda dan gejala
jam, diharapkan nutrisi
pertahanan tubuh infeksi local dan sistemik
kurang teratasi dengan kriteria
sekunder
hasil :
a. Tingkat Infeksi Terapeutik
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
24
imunisasi, jika perlu
Terapeutik
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
25
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap
pasien. ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan
diantaranya : intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi :
keterampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi
intervensi dan respon pasien. pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara
kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan
dan perawatan yang muncul pada pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan
leukemia adalah:
a) Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b) Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya
laporan peningkatan toleransi aktifitas.
c) Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d) Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e) Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f) Masukan nutrisi adekuat
g) Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-
bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h) Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak
membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan
menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
i) Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga
menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya.
26
6. Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Leukemia pada Anak
ILUSTRASI KASUS
Pasien laki-laki berumur 5 tahun bernama An. A datang dengan keluhan terlihat lesu,
lemas dan pucat. Pasien dikeluhkan lemas sejak 2 minggu yang lalu, keluhan dirasakan
sepanjang hari dan mengalami demam dan batuk berdahak. Pasien baru masuk bagian
anak untuk yang kedua kalinya atas, didapatkan keadaan umum sedang, kesadaran
compos mentis, N = 115x/menit , RR = 30 x/menit, S = 38,3 oC, CRT <2detik. Hasil
Identias Keluarga :
Nama Ibu : Ny. I
Umur : 22 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
2) Keluhan utama
Alasan masuk ke RS: An.D kelihatan lesu, lemas dan pucat
27
Ibu dari anak mengatakan selama hamil An. A, ia tidak mengalami kelainan
dan gizinya cukup. Ibu pasien melakukan ANC lebih dari 4 kali, saat
kehamilan berusia 6 bulan ibu pasien pernah mengalami demam tinggi.
b) Intranatal :
Ibu mengatakan, An. A lahir dengan normal di bantu oleh bidan. Lahir dengan
cukup umur yaitu 9 bulan. Berat badan lahir 3500 gram dan panjang badan
42cm. Saat lahir, An. A menangis spontan.
c) Postnatal :
Ibu mengatakan, ia tidak mengalami perdarahan yang banyak setelah
melahirkan. Kondisinya normal. Pasien diberikan ASI sampai umur 2 tahun.
Selama usia 0-6 bulan pasien hanya diberi ASI saja, sedangkan PASI diberikan
setelah berusia lebih dari 6 bulan.
28
Riwayat Imunisasi An. A :
29
8) Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan
Pasien merupakan anak pertama dari pernikahan kedua orang tuanya. Pasien
tinggal serumah bertiga dengan kedua orang tua. Bapak pasien bekerja sebagai
wiraswasta dengan penghasilan tidak menentu rata-rata 750.000-1.000.000 per
bulannya.
9) Aktivitas sehari-hari
a) Pola Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Pasien pernah mengalami sakit demam, batuk dan pilek pada umur 1 tahun,
namun keluhan tidak berat dan membaik ketika sudah diobati di pelayanan
kesehatan. Riwayat imunisasi An. A lengkap.
Ibu pasien mengatakan badan terasa lemas sejak 2 minggu yang lalu, keluhan
dirasakan sepanjang hari, pasien juga tampak pucat dan mengeluh pusing.
Selain itu pasien demam sejak 2 minggu, demam tidak begitu tinggi, turun naik
tidak menentu. Pasien mengalami batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu
batuk berdahak, dahak berwarna putih kental. Dirumah pasien sempat dibawa
ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Orang tua an.A tidak memiliki
kebiasaan merokok.
b) Nutrisi-Metabolik
Ibu pasien mengatakan dirumah pasien makan nasi, lauk pauk, sayur dan buah
sebanyak 3-4 kali sehari dan terkadang diselingi dengan biscuit atau bubur
kacang hijau. Namun sejak sakit nafsu makan pasien menurun menjadi hanya
1-2 kali sehari. Ibu pasien mengatakan anak menyukai ayam goreng dan anak
menggunakan piring dan sendok untuk makan. Saat lahir, berat badan An. A
yaitu 3000 gram. Berat badan An. A saat ini adalah 14kg
c) Pola Eliminasi
BAK 3-4 kali sehari, warna kekuningan, bau khas urin, darah (-), nyeri saat
BAK (-), ngeden (-). BAB 1 kali sehari (terakhir kemarin), konsistensi lunak
warna kuning, darah (-), lendir (-). Ibu pasien mengatakan rajin mengganti dan
mencuci pakaian dalam anak.
d) Aktivitas dan Pola Latihan
Ibu mengatakan an. A dalam menjaga kebersihan dirinya masih dibantu orang
lain seperti mandi, cuci rambut dan BAB. Alat-alat yang digunakan mandi oleh
an. A adalah alat-alat mandi untuk anak pada umumnya. Di rumah, An. A
30
biasanya bermain mobil-mobilan dengan temannya sekitar pukul 16.00 wita-
18.00 wita, namun semenjak sakit pasien jarang bermain dan lebih banyak
beristirahat dirumah dengan kakaknya.
e) Pola Istirahat Tidur
Dirumah pasien biasa tidur siang selama 1 jam dari pukul 12.00 sampai pukul
13.00. malam hari pasien tidur selama kurang lebih 9 jam dari pukul 21.00
sampai pukul 06.00.
Selama di rumah sakit, kualitas tidur an. A kurang baik karena tidurnya selalu
terjaga.
f) Pola Kognitif-Persepsi
Ibu mengatakan An.A langsung berespon saat diberikan stimulus seperti anak
langsung mengambil benda yang terjatuh. Pada saat sakit anak hanya berfokus
pada dirinya sendiri.
g) Persepsi Diri-Pola Konsep Diri
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit, mood An. A dapat dikatakan stabil.
An.A tidak menangis jika tidak ada merangsangnya untuk menangis. Setelah
anak sakit, An. A cenderung lebih rewel.
h) Pola Peran-Hubungan
An. A merupakan anak kedua dari pasangan suami istri Ny. I dan Tn. D.
Sebelum sakit, An. A dapat berinteraksi dengan orangtua, kakak dan teman-
temannya dengan baik. Saat sakit, An. A lebih berfokus kepada dirinya sendiri.
i) Pola Reproduktif-Seksualitas
An. A mengatakan bahwa dirinya ganteng. An. A sudah mampu mengetahui
dan membedakan jenis kelamin.
j) Koping-Pola Toleransi Stress
Ibu pasien mengatakan jika pasien merasa tidak nyaman maka pasien akan
menangis
k) Nilai-Pola Keyakinan
An. A mengatakan ingin segera sembuh agar dapat bermain dengan orang tua
dan teman-temannya.
31
c) Kepala :
a. Lingkar kepala : 46 cm
b. Rambut :
- kebersihan.(bersih)
- warna. (hitam)
- Tekstur (kasar)
- distribusi rambut.(merata)
- Kuat/mudah tercabut....( kuat )
d) Mata :
- Sklera : Normal/non ikterik
- Konjungtiva : anemis
- Pupil : ukuran 2mm, bentuk isokor, reaksi cahaya normal.
e) Telinga :
- Simetris : ya
- Serumen : Ada
- Pendengaran : Baik
f) Hidung
- Septum simetris : ya
- Sekret : tidak
- Polip : tidak
g) Mulut
Kebersihan mulut pasien kurang dengan warna mulut merah dan kering serta
terdapat gusi berdarah sejak tiga hari yang lalu, terdapat sariawan ± 1 cm,
terdapat karies pada gigi atasnya.
h) Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
i) Dada :
Inspeksi dan palpasi normal.
j) Jantung :
Inspeksi : iktus cordis normal
Auskultasi :-
Palpasi :-
k) Paru-paru :
- Inspeksi :simetris
32
- Palpasi : fremitus kiri = kanan
- Perkusi : -
- Auskultasi : vesikuler
l) Perut :
- Inspeksi : ada purpura
- Palpasi : Hepar kenyal dan pinggirnya tajam
- Perkusi : Timpani.
- Auskultasi : bising usus normal (4x/menit)
m) Punggung : bentuk normal
n) Ekstremitas : Kekuatan dan tonus otot baik
o) Genitalia :-
p) Kulit :
- Warna : sawo matang
- Turgor : kembali dalam waktu 2 detik
- Integritas : ada purpura di abdomen
- Elastisitas :elastis
q) Pemeriksaan Neurologis : An.A dalam kondisi sadar/compos mentis
33
ANALISA DATA
Infiltrasi periosteal
Kelemahan tulang
Fraktur fisiologs
34
Intoleransi aktivitas
Risiko infeksi
35
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis : stress, keengganan untuk
makan dibuktikan dengan ibu pasien mengatakan An.A tidak mau makan karena
merasa cepat kenyang, berat badan menurun dari 18 kg menjadi 14 kg, An.A tampak
terdapat sariawan pada lidahnya, mulut An.A tampak berwarna merah pucat dan
kering.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan ibu pasien
mengatakan kondisi An.A lemas sejak 2 minggu yang lalu, keluhan dirasakan
memberat dan berlangsung sepanjang hari, Respirasi Rate An.A : 30x/menit, An.A
tampak lemah
3) Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
36
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Edukasi
Ajarkan posisi duduk
Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antimetik) jika perlu
29
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan kalori
Intoleransi aktivitas Manajemen Energi
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan Observasi
keperawatan selama 3 x 24
kelemahan Identifikasi gangguan tubuh
jam, diharapkan intoleransi
aktivitas teratasi dengan yang mengakibatkan
membaik
Terapeutik
- Frekuensi nadi
meningkat Sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah
- Keluhan lemah menurun
stimulus (mis. Cahaya,
- Dispnea saat aktivitas
suara, kunjungan)
menurun
Lakukan latihan rentang
- Dispnea setelah aktibitas
gerak aktif dan pasif
menurun
Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
Edukasi
Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungkan
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
30
Risiko infeksi Pencegahan Infeksi
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan Observasi
keperawatan selama 3 x 24
ketidakadekuatan Monitor tanda dan gejala
jam, diharapkan risiko infeksi
pertahanan tubuh infeksi local dan sistemik
tidak menjadi actual dengan
sekunder
kriteria hasil :
a. Tingkat Infeksi Terapeutik
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
31
Pemantauan Tanda Vital
Observasi
Monitor tekanan darah
Monitor nadi (frekuensi,
kekuatan, irama)
Monitor pernafasan
(frekuensi, kedalaman)
Monitor suhu tubuh
Monitor tekanan nadi
Terapeutik
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
32
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI/TGL NO.
IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF PARAF
JAM DX
DO :
- Ibu pasien tampak
memberikan tampak
minum susu sebanyak
setengah gelas, susu tidak
habis di konsumsi
Perawat
- Mengidentifikasi - Berat Badan An.A 14 kg
Pukul 10.15 2
gangguan tubuh yang
Wita
mengakibatkan kelelahan DS : Ibu pasien mengatakan
An.A sangat merasa lelah
apabila diajak jalan-jalan
disekitaran ruangannya
dan ketika lelah ia
menangis.
29
2 DO : An. A tampak lemah di Perawat
Pukul 10.20 - Menyediakan lingkungan pangkuan ibunya
Wita yang nyaman dan rendah
stimulus DS : Ibu pasien mengatakan
An.A suka menonton
televise sambil tidur di
pangguan ibunya.
DO :
- Ruangan An.A tampak
bersih dan nyaman
- Tidak terdengar
kebisingan
1 - Pencahayaan dan Perawat
Pukul 10.35 - Kolaborasi dengan ahli ventilasi tampak
Wita gizi dalam menentukan memadai
kalori
3 DS : - Perawat
Pukul 11.00 - Memonitor nadi, suhu, DO : Kalori yang diberikan
Wita pernafasan yaitu 47, 25 gram kalori
30
ibunya
DO :
- Makanan yang
dihidangkan yaitu bubur
2 Perawat
saring dengan lauk telor
Pukul 15.00 dan sayur wortel
- Memonitor pola jam tidur
Wita - An.A tampak makan
sebanyak 3 sendok saja
31
x/menit
DS : An.A mengatakan ingin
segera sembuh dan
makan nasi goreng
DO :
3
- Makanan yang
Pukul 19.00
disediakan bubur saring,
Wita - Menganjurkan
hati ayam dan sayur sup
mengingkatkan asupan
- An.A hanya makan 4
nutrisi
sendok dari satu porsi Perawat
- Menganjurkan
yang disediakan
meningkatkan asupan
cairan
DS : Ibu pasien mengatakan
bahwa An.A sangat sulit
dibujuk untuk makan,
terkadang jika An.A
menginginkan makan
sesuatu itu hanya
dimakan sebagian. An.A
biasanya mampu minum
air putih2-3 gelas per hari
dan terkadang di selingi
dengan susu
DO :
- Ibu pasien tampak
mencari cara untuk
meningkatkan asupan
nutrisi dan cairan untuk
An.A
Jumat, 20 2 - Memonitor pola jam tidur DS : Ibu pasien mengatakan Perawat
September - Memonitor kelelahan fisik An.A tidur dengan
2019 dan emosional nyenyak dari jam 23.00-
32
Pukul 07.15 06.00, tapi sempat
Wita terbangun karena ingin
minum dan
kemungkinan mimpi
buruk An.A sempat
menangis kencang
DO :
DO :
DS : An.A mengatakan
dirinya sedang batuk
DO :
- Hasil yang di dapat suhu
36,7oc, nadi 110 x/menit,
33
RR : 24 x/menit
- An.A tampak minum air
- Mengajarkan etika batuk hangat
- Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi DS :
- Ibu pasien mengatakan
bila An.A batuk ia segera
menutup mulut An.A
dengan pelan
- Ibu pasien sudah
mengetahui tanda dan
gejala infeksi karena
An.A sangat sering MRS.
DO :
- An.A tampak batuk
dengan ditutupi bagian
mulut oleh ibunya
3
- Ibu pasien mampu
Perawat
- Mencuci tangan sebelum
Pukul 08.30 menyebutkan tanda dan
dan sesudah kontak
Wita gejala infeksi pada anak
dengan pasien
- Memberikan makanan DS :
tinggi kalori, tinggi - An. A mengatakan ingin
protein dan tinggi serat makan, makanan yang
- Memonitor asupan makan telah di siapkan
- Ibu pasien mengatakan
akan membujuk An.A
untuk makan agar
kebutuhan nutrisinya
terpenuhi
DO :
- Makanan yang
34
dihidangkan yaitu bubur
saring, tempe, perkedel
tahu tempe, sayur bening
dan buah pepaya
- An.A makan setengah
porsi namun di sela sela
makan ia sempat muntah.
Kira-kira makanan yang
keluar ± 3 sendok
3
- Membrane mukosa An.A
- Melakukan perawatan tampak pucat dan kering Perawat
Pukul 09.30 kulit - An.A tampak minum
Wita setegah gelas/ ± 30 cc
35
- Mengajarkan posisi duduk menit Perawat
- Memberikan makanan - Hail pemeriksaan :
Pukul 11.30
tinggi kalori, tinggi Nadi : 125 x/menit
Wita
protein dan tinggi serat RR : 30 x/menit
DS :
- An.A mengatakan ia
akan duduk dan makan di
pangkuan ibunya
- An.A mengatakan sudah
kenyang saat diberikan
makanan
DO :
- An.A duduk di pangkuan
3 ibunya
- An.A hanya
Perawat
- Menyediakan lingkungan menghabiskan 5 sendok
yang nyaman dan rendah makan makanan yang
Pukul 11.50 stimulus disiapkan
Wita
- An.A minum air putih ±
40 cc
2
DS : An.A mengatakan
mengantuk dan ingin
tidur Perawat
- Mengajarkan teknik
DO :
distraksi yang
Pukul 14.00 - Ruangan pasien tampak
menyenangkan
Wita sudah nyaman dan bersih
- Memonitor nadi dan
- Cahaya dan ventilasi
pernafasan
sudah cukup memadai
36
di temani oleh perawat
DO :
- An.A sangat gembira saat
diberikan buku gambar,
pensil warna ( alat-alat
gambar)
- An.A tampak
1, 3 mengekspresikan rasa
gembiranya dengan
menggambar gunung dan
- Memberikan makanan bunga Perawat
yang tinggi kalori, tinggi - An.A bermain
protein dan tinggi serat (menggambar) ± 1 jam
Pukul 15.30
- Menganjurkan 30 menit
Wita
meningkatkan asupan - Hasil pemeriksaan nadi :
cairan 120 x/menit, pernafasan
25 x/menit
37
Wita pemantauan infeksi - Keinginan makan An.A
tampak meningkat
- An.A minum satu gelas
air putih ( ± 60 cc )
DS :
3
- Ibu pasien mengatakan
memahami mengenai
pentingnya menjaga
kebersihan agar terhindar
- Memonitor suhu, dari infeksi Perawat
pernafasan, nadi DO:
38
20o c
Sabtu, 21- 2 - Memonitor pola tidur DS : Ibu pasien mengatakan Perawat
09-2019 - Memonitor suhu, nadi, An.A kemarin tidur jam
pernafasan 22.00 wita namun mulai
Pukul 08.00
jam 02.00 wita An.A
Wita
tidurnya terjaga karena
ia merasakan nyeri pada
kakinya
DO :
- An. A tampak tidur
dengan dengan posisi
terlentang
- Hasil pemeriksaan : suhu
36o C, nadi 110 x/menit,
RR : 25 x/menit
1 Perawat
- Mencuci tangan sebelum
Pukul 08.30 DS : Ibu pasien mengatakan
dan sesudah kontak
Wita An. A baru bangun
dengan pasien
langsung meminta untuk
- Memberikan makanan
makan dan minum.
tinggi kalori, tinggi
DO :
protein dan tinggi serat
- Makanan yang
- Memonitor asupan makan
dihidangkan yaitu nasi
lembek, ayam rebus dan
sayur soup serta buah
pisang
- An.A mampu makan
setengah porsi
- An. A mampu minum 40
cc air putih
- Membran mukosa An.A
Perawat
tampak masih pucat
- Menganjurkan latihan
39
Pukul 10.00 2 secara bertahap
Wita - Memberikan aktivitas DS :
distraksi yang - Ibu pasien mengatakan
menyenangkan selalu menawarkan
- Memonitor nadi dan anaknya untuk
pernafasan melakukan aktivitas
ringan namun kadang
anak menolak karena
kondisinya masih lemah
- An.A ingin bermain
fuzzle
DO :
- An.A tampak lemah
namun masih bisa
bercanda dengan
kakaknya
- An.A sangat gembira
bermain puzzle dengan
kakaknya. Ia bermain ± 1
jam
- Hasil pemeriksaan
- Memonitor tanda gejala
setelah aktivitas : nadi
infeksi local maupun
120 x/menit, pernafasan Perawat
3
sistemik
28 x/menit
Pukul 11.00
- Mengajarkan batuk efektif
Wita
DS : Ibu pasien mengatakan
anaknya suka mengeluh
nyeri pada tangan dan
kakinya
DO :
- An.A tampak batuk sejak
- Memberikan makanan
pertama masuk MRS,
tinggi protein, tinggi
40
1 kalori dan tinggi serat kulit pucat namun tidak Perawat
ada luka
Pukul 13.20
Wita
DS : An. A mengatakan tidak
lapar dan tidak ingin
makan
DO :
- Melakukan latihan
- An. A hanya makan 4
rentang gerak aktif
2 sendok makan, tidak ada
Perawat
mual dan muntah
Pukul 16.00
- Minum air putih 50 cc
Wita
DS : An.A mengatakan
sudah mulai bosan
dengan makanan disini
( rumah sakit )
DO :
- Makanan yang
41
dihidangkan nasi lembek,
telur rebus dan sayur
bening
- An.A mampu
menghabiskan makanan
¼ posi
Minggu, 22- 1 - Cuci tangan sebelum dan DS : Perawat
09-2019 sesudah kontak dengan - Pasien mengatakan
Pukul 07.15 pasien dan lingkungan merasa sedikit pusing
Wita pasien DO :
- Memonitor tanda-tanda - Pasien tampak berbaring
vital pasien di atas tempat tidur
ditemani oleh ibunya.
Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital pasien :
N=110x/menit,
S=36,5oC, RR=25x/menit
42
- Ajarkan posisi duduk mengatakan jika masih
- Berikan makanan tinggi mengingat cara mencuci
serat untuk mencegah tangan dengan benar.
konstipasi - An. A mengatakan
menyukai ayam goreng.
DO :
- Pasien tampak mampu
melakukan posisi duduk
sesuai dengan instruksi
perawat dan bantuan
- Pasien tampak mampu
menghabiskan makanan
Pukul 08.50 yang disediakan Perawat
1
Wita sebanyak ±1/4 porsi dan
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan sedikit rewel
DS :
- Keluarga pasien (ibu)
mengatakan akan
meningkatkan asupan
cairan pasien.
Pukul 09.00 DO :
Wita - Pasien tampak mampu Perawat
2
- Monitor kelelahan fisik menghabiskan air hangat
dan emosional ±50mL
- Monitor pola jam tidur
DS :
- Pasien mengatakan
badannya terasa capek
- Keluarga pasien (ibu)
mengatakan jika pasien
43
dapat tidur pukul 22.00
wita – 06.00 wita. Hanya
saja pasien masih sempat
terbangun karena pipis
dan ingin minum air
DO :
Pukul 11.00
- Pasien tampak tidak
Wita
1,2 ingin beraktivitas berat, Perawat
DS :
- Ibu pasien mengatakan
akan menemani dan
membantu selama pasien
melakukan latihan
- An. A mengatakan tidak
ingin duduk karena
merasa lemas.
DO :
Pukul 11.15 - Posisi pasien semifowler.
Wita - Pasien tampak mampu
1 Perawat
melakukan latihan sesuai
- Monitor lokasi dan instruksi perawat dengan
ketidaknyamanan selama bantuan ibunya. Latihan
aktivitas dilakukan ±15 menit
karena pasien cepat
kelelahan
DS :
Pukul 11.20
44
Wita - Pasien mengatakan
merasa ngilu
3
DO : Perawat
- Memonitor nadi dan
- Pasien tampak menunjuk
pernafasan
tangannya
- Menganjurkan pasien
- Pasien tampak kelelahan
Pukul 14.00 untuk istirahat
selama beraktivitas dan
Wita
terengah-engah
2 Perawat
DS :
- Berikan aktivitas distraksi
- Pasien mengatakan akan
yang menyenangkan
tidur
DO :
- Nadi pasien : 120x/menit,
RR : 27x/menit
DS :
- Ibu pasien mengatakan
selain An. A suka
bermain fuzzle, ia juga
sangat senang
menggambar.
Pukul 14.30 DO :
Wita - Pasien tampak sangat
3 gembira pada saat diberi
alat-alat untuk Perawat
45
DS :
- Ibu pasien mengatakan
bila An.A batuk ia segera
menutup mulut An.A
dengan pelan
- Ibu pasien sudah
Pukul 15.30
mengetahui tanda dan
Wita 1
gejala infeksi karena
An.A sangat sering MRS. Perawat
- Identifikasi status nutrisi DO :
- Monitor asupan makan - An.A tampak batuk
DS :
- Keluarga pasien (ibu)
mengatakan jika pola
makan anaknya masih
belum stabil.
DO :
- BB An. A yaitu 14kg
Pukul 17.00 dengan status gizi yaitu
Wita gizi kurang.
3
- An. A tampak rewel pada
Perawat
saat diberi makanan
- Berikan perawatan kulit - Makanan hanya
46
- Monitor tanda-tanda vital dihabiskan 1/3 porsi dan
pasien minum air ±40mL karena
pasien merasa sangat
kenyang.
- Mukosa bibir pasien
tampak kering
DS :
- Ibu pasien mengatakan
memahami mengenai
pentingnya menjaga
kebersihan agar terhindar
dari infeksi
DO :
- Pasien tampak bersih
namun kulitnya masih
tampak kering dan sudah
di berikan babyoil,
tangan pasien tampak
bersih
- Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital pasien :
N : 110x/menit, S :
36,5oC, RR : 25x/menit.
5. EVALUASI
Minggu/ 1 S: Perawat
22-09-2019
47
17.00 Wita - Keluarga pasien (ibu) mengatakan jika pola makan
anaknya masih belum stabil.
O:
A:
P:
- Modifikasi intervensi
Minggu/ 2 S: Perawat
22-09-2019
17.00 Wita - An. A mengatakan tidak ingin duduk karena merasa
lemas.
O:
- Posisi pasien semifowler.
- Pasien tampak mampu melakukan latihan sesuai instruksi
perawat dengan bantuan ibunya. Latihan dilakukan ±15
menit karena pasien cepat kelelahan
- Pasien tampak kelelahan selama beraktivitas dan
terengah-engah
- Nadi pasien : 120x/menit, RR : 27x/menit
A:
- Masalah tidak teratasi, tujuan tidak tercapai
48
P:
- Modifikasi intervensi
Minggu/ 3 S: Perawat
22-09-2019
17.00 Wita - Ibu pasien mengatakan bila An.A batuk ia segera menutup
mulut An.A dengan pelan
- Ibu pasien sudah mengetahui tanda dan gejala infeksi
karena An.A sangat sering MRS.
- Ibu pasien mengatakan memahami mengenai pentingnya
menjaga kebersihan agar terhindar dari infeksi
O:
- Ibu pasien mampu menyebutkan tanda dan gejala infeksi
pada anak
- Pasien tampak bersih namun kulitnya masih tampak
kering dan sudah di berikan babyoil, tangan pasien
tampak bersih
- Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien :
N : 110x/menit, S : 36,5oC, RR : 25x/menit.
A:
- Masalah tidak menjadi actual
P:
- Pertahankan kondisi pasien dan lanjutkan intervensi
49
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang beragam.
Ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel – sel
pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Leukemia ini merupakan penyakit
proliferasi neoplastik yang sangat cepat dan progresif, yang ditandai oleh proliferase
abnormal dari sel – sel hematopoitik yang menyebabkan infiltrasi yang progresif pada
sumsum tulang. Klasifikasi Leukemia antara lain pertama leukemia Akut : leukemia
Limfositik Akut (LLA), Leukemia Mielositik Akut (LMA), kedua Leukemia Kronik.
Leukemia Limfositik Kronik (LLK), Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK).
Etologi penyakit leukemia yaitu keturunan, faktor lingkungan, virus, bahan kimia dan obat
obatan, radiasi. Gejala penderita LLA adalah sebagai berikut : rasa lelah, panas tanpa infeksi,
purpura, nyeri tulang dan sendi, macam-macam infeksi, penurunan berat badan dan sering
ditemukan suatu masa yang abnormal. Pada pemeriksaan fisis ditemukan splenomegali
(86%), hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimoses dan perdarahan retina.
Adapun pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik pada penderita leukemia
sebagai berikut yaitu : pemeriksaan darah tepi, sumsum tulang,biopsi limfe, cairan
serebrospinalis.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan bisa menjadi aplikatif dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan khususnya asuhan keperawatan leukemia pada anak
50
DAFTAR PUSTAKA
Betz Lynn.C & Sowden.A Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Nuratif Huda.A & Kusuma Hardhi.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2.Jogjakarta : Medication.
Sunaryati shinta.S. 2014. Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan. Jogjakarta :
FlashBooks.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi 1): DPP
PPNI.
Tim Pokja SIKI PPNI, D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
51