Dosen Pembimbing:
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu tanpa pertolongan-Nya kita semua tidak mungkin
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Pada kesempatan kali ini kami membahas
“Asuhan keperawatan Anak dengan gangguan sistem hematologi: akut mieloblastik leukimia
(AML) di Ruang Anggrek Lantai 2 Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita”. Dalam
menyelesaikan makalah ini kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan
bimbingan ibu Ns.Emilza Maizar, S,Kep., selaku pembimbing kelompok kami, akhirnya kami
dapat menyajikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, maka
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan
makalah yang kami buat. Kelompok kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis
dan pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
JUDUL....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
A. Latar Belakang............................................................................................5
B. Tujuan..........................................................................................................5
C. Manfaat........................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................7
A. Konsep Dasar Hipertermia........................................................................7
1. Pengertian................................................................................................7
2. Etiologi......................................................................................................8
3. Tandan dan Gejala………………….………………………………….8
3. Patofsiologi...............................................................................................8
4. Manifestasi klinis.....................................................................................9
6. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang....................................................10
7. Penatalaksanaan medis.........................................................................10
B. Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................13
1. Pengkajian..............................................................................................13
2. Diagnosis Keperawatan........................................................................13
3. Perencanaan...........................................................................................14
4. Implementasi..........................................................................................20
5. Evaluasi..................................................................................................21
BAB III..................................................................................................................22
GAMBARAN KASUS.........................................................................................22
BAB IV..................................................................................................................24
PEMBAHASAN...................................................................................................24
A. Pengkajian.................................................................................................24
3
B. Diagnosis Keperawatan............................................................................27
C. Intervensi Keperawatan...........................................................................29
D. Implementasi.............................................................................................31
E. Evaluasi......................................................................................................33
BAB V....................................................................................................................36
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................36
A. Kesimpulan................................................................................................36
B. Saran..........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................38
LAMPIRAN..........................................................................................................42
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leukemia mielositik akut (AML) merupakan leukemia yang mengenai sel stem
hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel myeloid. AML merupakan
leukemia nonlimfosirik yang paling sering terjadi. Adapun gejala yang terlihat yaitu
adanya rasa lelah, pucat, nafsu makan hilang, anemia, perdarahan serta nyeri tulang
(Handayani, 2008).
Insiden AML Di negara berkembang 83% ALL, 17% AML, ditemukan pada anak kulit
putih dibandingkan kulit hitam . Sembilan puluh tujuh persen adalah Leukemia Akut
(82% LLA dan 18% LMA) dan 3% LMK. Secara epidemiologi, Leukemia Akut
merupakan 30-40% dari keganasan pada anak, puncak kejadian pada usia 2-5 tahun,
angka kejadian anak di bawah usia 15 tahun rata-rata 4-4,5/100.000 anak pertahun
(Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Medikasi dan terapi pada pasien dengan leukemia yaitu kemoterapi (penggunaan obat
sitotoksik), radioterapi, transplantasi sumsum tulang dan sel batang, antibody
monoclonal, obat opoid untuk mengendalikan nyeri (Nair & Peate, 2022).
Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Leukemia
mielositik akut (AML) yaitu menganjurkan tindakan preventif untuk perdarahan,
menganjurkan pasien dalam mempertahankan hidrasi dan nutrisi, untuk itu perlu adanya
pemantauan berat badan dipantau setiap minggu untuk menkaji penurunan berat badan,
membantu melindungi klien dari paparan infeksi. Membantu para orang tua untuk
membahas kekhawatiran dan ketakutan yang sedang dialaminya (Nair & Peate, 2022).
B. Tujuan
Tujuan Umum
5
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Sistem
Hematologi : AML
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
1). Menjelaskan definisi Gangguan Sistem Hematologi : AML
2). Menjelaskan etiologi Gangguan Sistem Hematologi : AML
3). Menjelaskan patofsiologi Gangguan Sistem Hematologi : AML
4). Menjelaskan manifestasi klinis Gangguan Sistem Hematologi : AML
5). Menjelaskan komplikasi Gangguan Sistem Hematologi : AML
6). Menjelaskan pemeriksaan diagnostik/penunjang Gangguan Sistem Hematologi :
AML
7). Menjelaskan penatalaksanaan medis Gangguan Sistem Hematologi : AML
C. Manfaat
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Leukemia adalah suatu tipe dari kanker yang berasal dari kata Yunani leukos-
putih, haima-darah.Leukemia adalah kanker yang mulai dari sel-sel darah.
Penyakit ini terjadi ketika sel darah memiliki sifat kanker yaitu membelah tidak
terkontrol dan menggangu pembelahan sel darah normal. Leukemia (kanker
darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel darah putih yang
diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow) (Padila, 2013). Leukemia adalah
poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang
lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia,
trombisitopeni dan diakhiri dengan kematian (Nurarif & Kusuma, 2015).
7
diferensiasi sel-sel progenitor dari seri myeloid. Bila tidak diatasi, penyakit ini
akan mengakibatkan kematian secara cepat dalam kurun waktu beberapa minggu
sampai bulan sesudah diagnosis (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, K, & Setiati, 2010).
2. Etiologi
Penyebab dari penyakit leukemia tidak diketahui secara pasti. Faktor yang diduga
mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia (Padila, 2013) yaitu:
a. Radiasi
Berdasarkan laporan riset menunjukkan bahwa :
1) Para pegawai radiologi berisiko untuk terkena leukemia.
2) Pasien yang menerima radioterapi berisiko terkena leukemia.
3) Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom
Hiroshima dan Nagasak di Jepang.
b. Faktor Leukemogenik
Terdapat beberapa zat kimia yang dapat mempengaruhi frekuensi
leukemia: Racun lingkungan seperti benzena :
1) paparan pada tingkat-tingkat yang tinggi dari benzene pada tempat
kerja dapat menyebabkan leukemia.
2) Bahan kimia industri seperti insektisida dan Formaldehyde.
3) Obat untuk kemoterapi : pasien-pasien kanker yang dirawat dengan
obat-obat melawan kanker tertentu adakalanya dikemudian hari
mengembangkan leukemia. Contohnya, obat-obat yang dikenal
sebagai agen alkylating dihubungkan dengan pengembangan
leukemia bertahun-tahun kemudian.
c. Herediter
Penderita sindrom down, suatu penyakit yang disebabkan oleh kromosom
abnormal mungkin meningkatkan risiko leukemia, yang memiliki
insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.
d. Virus
Virus dapat menyebabkan leukemia menjadi retrovirus, virus leukemia
feline, HTLV-1 pada dewasa.
8
3. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala pada leukemia akut yang nampak dan memburuk secara cepat
antara lain muntah, bingung, kehilangan kontrol otot, dan epilepsi. Leukemia juga
dapat mempengaruhi saluran pencernaan, ginjal, dan paru-paru. Gejala-gejalanya
antara lain yaitu kulit pucat (karenaanemia), infeksi yang berulang-ulang seperti
sakit tenggorokan, pendarahan normal yang keluar dari gusi dan kulit, periode
yang berat pada wanita, kehilangan nafsu makan dan berat badan, gejala-gejala
seperti flu antara lain kecapekan dan tidak enak badan, luka di tulang sendi,
perdarahan hidung dan lebih mudah mendapat memar dari biasanya tanpa sebab
yang jelas (Desmawati, 2013).
Tanda dan gejala yang biasa terjadi pada Acute Mieloblastik Leukimia (AML)
adalah adanya rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom
kegagalan sumsum tulang Perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau
petekia. Penderita Acute Mieloblastik Leukimia (AML) dengan leukosit yang
sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran,
sesak nafas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu jugamenimbulkan gangguan
metanbolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia (Sudoyo et al., 2010).
4. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan kita terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan perintah, dapat dikontrol
sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Leukemia dapat meningkatkan produksi sel
darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Sel darah putih terlihat
berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel
leukemia memblok produksi sel darah putih yang normal, merusak kemampuan
tubuh terhadap infeksi. Sel leukemia juga dapat merusak produksi sel darah lain
pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebutberfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan. Leukemia terjadi jika proses pematangan dari
sitem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan
perubahan ke arah keganasan. Perubahan yang terjadi sering kali melibatkan
9
penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks).
Penyusunan kromosom (translokasi kromosom) menganggu pengendalian normal
dari pembelahan sel, sehingga sel yang membelah tidak dapat terkendali dan
menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan
menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah normal.
Kanker ini juga 18 bisa menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa,
kelenjar getah bening, ginjal dan otak (Padila, 2013)
Hematopoiesis Terhambat
Trombosit, Leukosit, Eritrosit Normal Hematopoiesis Terganggu
Leukosit Imatur
Resiko Syok
Resiko Infeksi Infiltrasi Hipovolemik
Prod. SDM trombosi
Terganggu t openia
Hipertemi
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah tepi
Keletihan,
Gejala yang terlihat pada darah tepi sebenarnya penurunan
berdasarkan pada motivasi
kelainan
sumsum tulang, yaitu berupa pansitopenia, limfositosis yang kadang-
kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan terdapatnya sel
Defisit perawatan diri
blas. Terdapat sel blas pada darah tepi yang merupakan gejala leukemia.
b. Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran yang monoton
yaitu hanya terdiri dari sel lomfopoetik patologis sedangkan sistem lain
menjadi terdesak (aplasia sekunder). Hiperselular, hampir semua sel
sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), tampak monoton oleh sel
blast, dengan adanya leukemia gap (terdapat perubahan tiba-tiba dari sel
muda (blast) ke sel yang matang, tanpa sel antara). Sistem hemopoesis
normal mengalami depresi. Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti
dalam sumsum tulang (dalam hitungan 500 sel pada asupan sumsum
tulang).
c. Biopsy limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel-sel yang berasal dari
jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, ranulosit, pulp cell.
4) Kimia darah Kolesterol mungkin merendah, asam urat dapat meningkat,
hipogamaglobulinemia.
d. Cairan serebrospinal
Bila terjadi peninggian jumlah sel (sel patologis) dan protein, maka hal ini
menunjukkan suatu leukemia meningeal. Kelainan ini dapatterjadisetiap
saat dari perjalanan penyakit baik pada keadaan remisi maupun pada
keadaan kambuh. Untuk mencegahnya dilakukan fungsi lumbal dan
pemberian metotreksat (MTX) intratekal secara rutin pada setiap penderita
baru atau pada mereka yang menunjukkan gejala tekanan intracranial yang
meninggi.
11
e. Sitogenetik 70-90% dari kasus LMK menunjukkan kelainan kromosom,
yaitu pada kromosom 21 (kromosom Phiadelphia atau Phl) 50-70% dari
penderita LLA danAcute Mieloblastik Leukimia (AML) mempunyai
kelainan berupa:
1) Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a),
hiperploid (2n+a).2)
2) Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom
yang diploid
f. Pemeriksaan immunophenotyping
Pemeriksaan ini sangat penting untuk menentukan klasifikasi imunologik
leukemia akut. Pemeriksaan ini dikerjakan untukpemeriksaan surface
marker guna membedakan jenis leukemia
(Desmawati, 2013).
6. Penatalaksanaan
Menurut Desmawati (2013) terapi pengobatan yang dapat diberikan pada pasien
leukemia akut adalah :
a. Tranfusi darah biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masih, dapat diberikan tranfusi
trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
b. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya).
Setelah tercapai, remisi dosis dapat dikurangi sedikit demi sedikit dan
akhirnya dihentikan.
c. Sitostatika selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih
paten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan
berbagai nama obat lainnya. Umumnya sistostatika diberikan dalam
kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan
ini sering terdapat akibat samping berupa alopsia (botak), stomatitis,
leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis.
d. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapainya
remisi dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah, kemudian imunoterapi
12
mulai diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru masih dalam
pengembangan).
e. Kemoterapi merupakan cara yang lebih baik untuk pengobatan kanker.
Bahan kimia yang dipakai diharapkan dapat menghancurkan sel-sel yang
oleh pembedahan atau penyinaran tidak dapat dicapai. Penatalaksanaan
pada penderita Leukemia Myeloid Akut yaitu dengan kemoterapi, yang
terdiri dari 2 fase antara lain :
1) Fase induksi; fase induksi adalah regimen kemoterapi yang sangat
intensif, bertujuan untuk mengendalikan sel-sel leukemia secara
maksimal sehingga akan tercapainya remisi yang lengkap.
2) Fase konsolidasi; fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut
dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari
beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis
serta dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan
pada fase induksi. Dengan pengobatan modern, angka remisi 5-0-
70%, tetapi angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat
hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
13
b. Defisit perawatan diri (D.0109) berhubungan dengan penurunan
motivasi/minat.
3. Perencanaan keperawatan
Intervensi manajemen hipertermia
Intervensi observasi: identifikasi penyebab hipertermia, monitor suhu
tubuh,monitor komplikasi akibat hipertermia. Intervensi terapeutik:
Sediakan lingkungan yang dingin, Longgarkan atau lepaskan pakaian, Basahi dan
kipasi permukaan tubuh, Berikan cairan oral. Intervensi edukasi: Anjurkan tirah
baring. Intervensi kolaborasi: kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan.
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawata untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, strategi
implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi (Andriyani et al., 2021).
5. Evaluasi keperawatan
Intervensi keperawatan disesuaikan dengan kasus yang dikelola dan berdasarkan
prioritas masalah, maka hasil yang diharapkan setelah pasien mendapatkan
intervensi keperawatan dapat membaik (Elsevier & Purwati, 2019).
14
BAB III
GAMBARAN KASUS
An. S berusia 16 tahun lahir pada 30 November 2006 berjenis kelamin laki-laki.
Pendidikan terakhir klien SD, beragama islam dengan suku Betawi. Ibu klien bernama
NY. M berusia 52 tahun dengan pendidikan terakhir SMEA bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga, beragama islam, bersuku Betawi. Bapak klien bernama Tn. Z berusia 61 tahun
dengan pendidikan terakhir SMK dan bekerja sebagai Karyawan Swasta, beragama islam
dengan suku bangsa Jawa. Klien tinggal bersama orang tua yang beralamat di tangerang .
Pada tanggal 2 April 2022 pukul 20.00 WIB klien masuk ke RSAB melalui rujukan
dengan dengan keluhan mudah lelah dan merasa kurang enak badan.
Riwayat kesehatan klien saat ini Pasien mengatakan masih ada rasa pusing pada saat ini.
Selain itu, pasien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan seperti nyeri punggung,
gusi berdarah, lemas ataupun demam pada saat diperiksa. Ibu klien mengatakan An.S
tidak ada alergi, tidak ada riwayat kecelakaan, pengalaman di rawat di Rumah Sakit
sebelumnya yaitu pernah di rawat di RS sebanyak 2 kali karena Pasien juga mengeluhkan
panas badan sejak kurang lebih 1 minggu sebelum masuk rumah sakit yang dirasakan
hilang timbul dan berkurang setelah minum obat penurun panas. Selain itu, pasien juga
mengeluhkan lemas yang dirasakan sejak kurang lebih satu minggusebelum masuk rumah
sakit. Keluhan lemas dirasakan diseluruh badan badan pasien menyebabkan gangguan
pada aktivitas sehari-hari
15
Pada tanggal 12 April 2022 dilakukan pengkajian, data yang didapat yaitu klien dengan
keadaaan umum sedang kesadaran: compos mentis, TTV: Hasil TTV: TD: 97/54, N : 90
x/mnt, RR : 20x/mnt, S : 39,0°, Hasil SPO2 : 97%, klien merasa kurang enak badan, klien
merasa mengigil, turgor kulit tidak baik, lingkar kepala: 53 , lingkar dada: 87, lingkar
lengan atas: 21, BB: 50 kg, TB: 160 cm, IMT : 19,52, bising usus 18 x/menit. klien
makan 3x/hari porsi normal RS, nafsu makan klien baik, tidak ada makanan yang tidak
disukai,tidak ada makanan pantangan, gigi lengkap. Klien mendapatkan diit nasi biasa,
Tidak menggunakan NGT . Pola eliminasi BAK klien 3-9 kali warna kuning jernih, tidak
adaa keluhan saat BAK. Pola eliminasi BAB 1 kali sehari, berwarna kecoklatan
konsentrasi lunak, terdapat darah saat BAB dikarenakan sedang pengobatan laxative.
Pola personal Hygiene klien mandi 1x/hari hanya di bersihkan menggunakan waslap
diwaktu pagi hari oleh ibunya, dikarenakan klien malas untuk turun dan beranjak dari
tempat tidur. Klien melakukan oral hyigiene 1x/hari dibantu oleh ibu klien, selama
dirawat klien belum pernah mencuci rambut. Pola istirahat & Tidur klien tidur siang
selama 1-5 jam jam/hari, tidur malam 5-6 jam/ hari, klien tidak bisa tidur nyenyak selama
di RS.
16
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pemeriksaan di RSAB Harapan Kita klien terdiagnosis AML
(Acute myeloid leukimia) gejala pertama biasanya terjadi karena kegagalan bone
marrow menghasilkan sel darah yang normal dalam jumlah yang memadai dan
atau akibat infiltrasi sel-sel leukemik pada berbagai organ, Gejala pasien leukemia
bevariasi tergantung dari jumlah sel abnormal dan tempat berkumpulnya sel
abnormal tersebut. Infeksi sering terjadi, anemia dan trombositopenia sering berat.
Durasi perjalanan penyakit bervariasi. Beberapa pasien, khususnya anak-anak
mengalami gejala akut selama beberapa hari hingga 1-2 minggu.
Analisa: berdasarkan dari kasus An.S menunjukkan adanya kesinambungan
dengan teori terkait tanda dan gejala pada pasien dengan AML yaitu adanya
tanda-tanda leucopenia · Demam dengan suhu 39°c berangsur-angsur mengalami
naik turun. Hal ini sejalan dengan teori pada tanda gejala AML yaitu Febris.
Febris merupakan keluhan pertama bagi 15-20 % penderita. Seterusnya febris
juga didapatkan pada 75 % penderita yang pasti mengidap AML. Umumnya
demam ini timbul karena infeksi bakteri akibat granulositopenia atau netropenia.
Pada waktu febris juga didapatkan gejala keringat malam, pusing, mual dan
tanda-tanda infeksi lain. Pada saat pengkajian terdapat adanya tanda-tanda anemia
· Pucat · Kelemahan hal ini disebabkan oleh Perdarahan. Perdarahan merupakan
17
Simptom lain yang ada pada leukimia sering disebabkan adalah fenomena
perdarahan, dimana penderita mengeluh sering mudah gusi berdarah, lebam,
petechiae, epitaksis, purpura dan lain-lain. Beratnya keluhan perdarahan
berhubungan erat dengan beratnya trombositopenia. pada saat dilakukan
pengkajian pasien mengatakan mengalami BAB mengalami perdarahan warna
feses coklat, tidak berlendir, darah +/- 5 cc Hasil laboratorium menunjukkan Hb
10,2 g/dl, Ht 20,2%, Leukosit 1.920, trombosit 242.000. Hal ini menyebabkan
klien mengeluh Kelemahan Badan dan Malaise . kelemahan badan dan malaise
Merupakan keluhan yang sangat sering diketemukan oleh pasien, rata-rata
mengeluhkan keadaan ini sudah berlangsung dalam beberapa bulan. Sekitar 90 %
mengeluhkan kelemahan badan dan malaise waktu pertama kali melakukan
pemeriksaan medis. Rata-rata di dapati keluhan ini timbul beberapa bulan
sebelum simptom lain atau diagnosis AML dapat ditegakkan. Gejala ini
disebabkan anemia, sehingga beratnya gejala kelemahan badan ini sebanding
dengan anemia. Status nutrisi an.s sebelum dan saat dirumah sakit BB: 53 kg, TB:
160 cm, IMT : 20.7, tidak mengalami permasalahan pasien makan 3x/hari porsi
normal RS, nafsu makan klien baik, tidak ada makanan yang tidak disukai,tidak
ada makanan pantangan, gigi lengkap. Klien mendapatkan diit nasi biasa, Tidak
menggunakan NGT menurut literatur Penurunan berat badan didapatkan pada 50
% penderita tetapi penurunan berat badan ini tidak begitu hebat dan jarang
merupakan keluhan utama.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilain klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dilaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
18
sebagai suhu ytubuh meningkat di atas rentang normal tubuh (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017). Etiologi yang digunakan proses penyakit (mis. Infeksi,
kanker), dimana Leukemia mieloblastik akut (LMA) adalah kanker darah yang
mengakibatkan sumsum tulang tidak dapat menghasilkan sel darah putih jenis
mieloid yang matang (centre for clinical haematology, 2020). Analisa:
berdasarkan literatur Febris merupakan keluhan pertama bagi 15-20 % penderita.
Seterusnya febris juga didapatkan pada 75 % penderita yang pasti mengidap
AML. Umumnya demam ini timbul karena infeksi bakteri akibat granulositopenia
atau netropenia. Pada waktu febris juga didapatkan gejala keringat malam, pusing,
mual dan tandatanda infeksi lain (Grimwade, 2007).
Diagnosa kedua ditemukan pada tanggal 12 April 2022 yaitu defisit perawatan
diri berhubungan dengan penurunan motivasi/minat
3. Intervensi keperawatan
Intervensi Keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuaan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018).
19
Dukungan perawatan diri: mandi yaitu memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri (PPNI, 2018). Intervensi observasi: identifikasi usia dan budaya
dalam membantu kebersihan diri, identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan,
monitor kebersihan tubuh (mis. Rambut, mulut, kulit dan kuku), monitor
integritas kulit. Intervensi terapeutik: sediakan peralatan mandi (mis. Sabun,
sikat gigi, shampoo, pelembab kulit), sediakan lingkungan yang aman dan
nyaman, fasilitasi menggosok gigi sesuai kebutuhan, fasilitasi mandi sesuai
kebutuhan, pertahankan kebiasaan kebersihan diri, berikan bantuan sesuai tingkat
kemandirian. Intervensi edukasi: jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak
mandi terhadap kesehatan, anjarkan kepada keluarga cara memandikan pasien,
jika perlu.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.Fokus dari intervensi
antara lain mempertahankan daya tubuh, mencegah komplikasi,
menemukan perubahan sistem tubuh, menetap hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi tindakan kolaborasi (Setiadi, 2012).
Implementasi yang telah dilakukan kepada An. S selama 3x24 jam pada
tanggal 12-14 April 2022 sesuai dengan intervensi yang disusun yaitu:
hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker). Analisa:
Analisa: intervensi yang telah disusun pada diagnosa hipertermia dapat
diimplementasikan dengan baik dengan dibantu berbagai pihak seperti keluarga,
perawat ruangan, petugas farmasi, dan dokter. Pengimplementasian menganjurkan
keluarga meningkatkan intake cairan, kolaborasi pemberian pct via oral membuat
demam dapat turun dan membaik walaupun demam masih kembali naik.
20
pihak seperti keluarga, perawat ruangan, petugas farmasi, petugas laboratorium
dan dokter. Pengimplementasian motivasi kemandirian klien untuk melakukan
perawatan diri, menyiapkan keperluan mandi dan menjadwalkan perawatan diri
membuat klien mengatakan mau melakukan perawatan diri secara mandiri.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah & Walid, 2012). Hasil evaluasi
keperawatan yang telah penulis peroleh dari tindakan keperawatan yang telah
penulis lakukan dalam setiap diagnosa adalah sebagai berikut:
Evaluasi pada diagnosa pertama yaitu hipertermia berhubungan dengan proses
penyakit (mis. Infeksi, kanker) dimana masalah belum teratasi dengan data
subjektif klien mengatakan badannya masih hagat, data objektif tekanan darah:
90/70 dan suhu: 39°c. planning intervensi dilanjutkan klien rawat jalan, monitor
suhu klien, lakukan kompres hangat di dahi dan bagian lipatan-lipatan, anjurkan
keluarga untuk meningkatkan intake cairan dan pemberian pct via oral.
Evaluasi pada diagnosa kedua yaitu yaitu defisit perawatan diri berhubungan
dengan penurunan motivasi/minat dimana masalah belum teratasi dengan data
subjektif klien mengatakan masih malas untuk mandi, data objektif tekanan darah:
klien kotor dan bau keringat. planning intervensi dilanjutkan klien rawat jalan,
ajarkan keluarga untuk memandikan pasien dan mengedukasi keluarga untuk
selalu memotivasi klien untuk mandi.
21
BAB V
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada An.S yang
mengalami AML pada tanggal 12-14 April 2022 di ruang rawat anggrek anak rsab
harapan kita, maka penulis mengambil kesimpulan:
Dari hasil pengkajian An.S menunjukkan adanya kesinambungan dengan teori terkait
tanda dan gejala pada pasien dengan AML yaitu adanya tanda-tanda leucopenia · Demam
dengan suhu 39°c berangsur-angsur mengalami naik turun. Hal ini sejalan dengan teori
pada tanda gejala AML yaitu Febris. Febris merupakan keluhan pertama bagi 15-20 %
penderita. Seterusnya febris juga didapatkan pada 75 % penderita yang pasti mengidap
AML. Umumnya demam ini timbul karena infeksi bakteri akibat granulositopenia atau
netropenia. Pada waktu febris juga didapatkan gejala keringat malam, pusing, mual dan
tanda-tanda infeksi lain.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada An.S dengan AML berdasarkan hasil
pengkajian yaitu Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker),
defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi/minat. Penulis membuat
diagnosa sesuai antara kasus dan teori yang ada sesuai dengan standar diagnosa
keperawatan Indonesia.
Pada tahap intervensi ada yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan klien. Intervensi
An.S telah disusun berdasarkan teori dan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
AML sesuai dengan diagnosa keperawatan klien. Intervensi yang dilakukan meliputi
observasi, teraupetik, dan kolaborasi serta melibatkan orangtua klien dalam penyusunan
intervensinya.
22
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam 3x24 jam telah sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun. Pada implementasi ini terdapat penghambat dan
pendukung dalam melakukan implementasi pada klien.
Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan di hari terakhir tanggal 14 april 2022 klien
dirawat di rumah sakit terdapat 3 diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut, risiko infeksi,
risiko jatuh yang diintervensi sebelumnya 3x24 jam. Diagnosa nyeri akut teratasi dan 2
risiko tidak menjadi aktual. Sehingga Klien dipulangkan dan mendapatkan jadwal
control di poli bedah anak pada hari Jumat tanggal 22/04/2022.
Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan di hari terakhir tanggal 14 april 2022 klien
dirawat di rumah sakit terdapat 2 diagnosa keperawatan yaitu hipertermia dan defisit
perawatan diri yang diintervensi sebelumnya 3x24 jam. Klien dipulangkan dan
melakukan rawat jalan.
2. Saran
Meningkatkan Ilmu Keperawatan dengan membaca literatur untuk mengikuti
perkembangan masalah AML pada anak dan asuhan keperawatan yang komprehensif,
kemudian mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di institusi dan
menerapkan secara langsung kepada pasien melalui asuhan keperawatan dan
memanfaatkan waktu praktik seoptimal mungkin agar tujuan dari asuhan keperawatan
dapat tercapai.
23
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, S., Windahandayani, V. Y., Damayanti, D., Faridah, U., Sari, Y. I. P., Fari, A. I.,
Anggraini, N., Suryani, K., & Matongka, Y. H. (2021). Asuhan Keperawatan pada Anak.
Yayasan Kita Menulis.
centre for clinical haematology. (2020). What is acute myeloid leukaemia (AML)? Cancer
Research UK, 1–6.
Elsevier, & Purwati, N. (2019). Pediatric Nursing - 1st Indonesian Edition E-Book. Elsevier
Health Sciences.
Handayani, W. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Hematologi.
Penerbit Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Penemuan Dini Kanker pada Anak. In Kementerian
Kesehatan RI.
Nair, M., & Peate, I. (2022). Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan Edisi Kedua (2nd ed.). bumi
medika.
Rohmah, N., & Walid, S. (2012). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Ar-Ruzz Media.
Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Proses Keperawatan teori dan Praktik.
Graha Ilmu.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP
24
PPNI.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., K, M. S., & Setiati, S. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam (V). Jakarta Pusat
Desmawati. (2013). Sistem Hematologi Dan Imunologi Asuhan Keperawatan Umum dan
Maternitas.
25
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA I
JURUSAN KEPERAWATAN
JL. WIJAYAKUSUMA RAYA NO.47 – CILANDAK
===========================================
A. PENGKAJIAN:
Data Biografi
Identitas Klien
Nama Klien (Initial) : An.S
Nama Panggilan : An.S
Tempat, tanggal Lahir : 30 - Nov - 2006
Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi
Bahasa yang digunakan: Bahasa Indonesia
Pendidikan SM SD -
26
Pekerjaan IRT Wiraswasta -
Resume:
(Ditulis mulai pasien masuk ruang perawatan meliputi pengkajian data focus yang lalu, masalah
keperawatan dan tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi yang telah dilakukan secara umum
sebelum pengkajian oleh mahasiswa).
Masuk rawat di pediatri dengan keluhan demam tidak kunjung turun, pusing. 1 minggu sebelum
masuk RS pasien juga mengeluhkan panas badan ang dirasakan hilang timbul dan berkurang setelah
minum obat penurun panas. Selain itu, pasien juga mengeluhkan lemas yang dirasakan sejak kurang
lebih satu minggusebelum masuk rumah sakit. Keluhan lemas dirasakan diseluruh badan badan pasien
menyebabkan gangguan pada aktivitas sehari-hari.
Kemoterapio Cytarabine 3000 mg/m2(5400 mg) per dosis dalam 500 ml NaCl 0.9% habis dalam 3
jam, diberikan tiap 12 jam sebanyak 6 kali dosis pemberian (2 dosis per hari), diberikan pada hari
ke 1,3 dan 5. Siklus diulang tiap 28 hari untuk 4 siklus.
1. Ante Natal:
1). Kesehatan Ibu Waktu Hamil Ya Tidak Ket
a. Hiperemesis Gravidarum - -
27
b. Perdarahan Pervagina - -
c. Anemia - -
d. Penyakit Infeksi - -
f. Gangguan Kesehatan - -
a. Teratur - -
b. Diperiksa oleh - -
c. Tempat Pemeriksaan - -
d. Hasil Pemeriksaan - -
e. Immunisasi - Lengkap
2. Masa Natal:
a. Usia kehamilan saat kelahiran : -
b. Cara persalinan normal : normal
c. Cara persalinan tidak normal : -
d. Ditolong oleh : Bidan
e. Keadaan bayi saat : -
f. BB, TB, Lingkar kepala Saat Lahir : -
g. Pengobatan yang didapat: -
3. Neonatal
a. Cacat congenital : -
b. Ikterus : -
c. Kejang : -
d. Paralisis : -
e. Perdarahan : -
f. Trauma persalinan : -
g. Penurunan BB: -
h. Pemberian minum ASI : -
i. Lain-lain : -
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan (Apakah ada gangguan dalam proses tumbuh kembang
anak (jelaskan) : Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan baik tidak ada gangguan
Penyakit-penyakit yang pernah diderita: klien mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit lain
28
dan sebelumnya belum pernah dirawat di RS
Pernah dirawat di rumah sakit: berobat ke klinik dekat rumah dan dirawat pertama kali di RS
Pinere sebelum dirujuk ke RSAB
Obat-obatan: Pct 3x1 per oral
Tindakan (Misalnya: obat): Pemberian transfusi TC
Kecelakaan: Tidak Ada
Immunisasi: Imunisasi Lengkap
Kebiasaan sehari-hari (keadaan sebelum dirawat): Normal seperti anak-anak seperti pada
umumnya bermain dan bersekolah.
b. Makanan Padat:
c. Vitamin:
5. Kebisaan makan
a. Bersama keluarga
b. Makan sendiri ✔
c. Disuapi oleh -
d. dll
29
-
2. Pola Tidur
c. Kebiasaan anak menjelang tidur Klien mengatakan sebelum tidur klien suka
1. Membaca menonton youtube terlebih dahululu
2. Mendengar cerita
3. Lain-lain
d. Kebiasaan yang membuat anak Tidak ada
nyaman tidur:
3. Pola Aktifitas/latihan/OR/ Klien mengatakan sering bermain futsal
(sebelum sakit)
bermain/Hobby
4. Pola kebersihan diri: Klien mandi 2x/hari pagi dan sore (sebelum
sakit)
. b. Oral Hygiene
1. Frekwensi: - kali/hari
Tidak menyikat gigi
2. Waktu :
- Ya
- Tidak
- Malam
- Setelah makan
3. Cara :
- Sendiri
30
- dibantu
4. Menggunakan pasta gigi:
- Ya
- Tidak
c. Cuci Rambut:
1. Frekwensi : - kali/hari
Tidak keramas selama dirumah sakit
2. Shampoo:
- Sendiri
- Dibantu
d. Berpakaian:
- Sendiri
Saat sakit klien berpakaian dibantu oleh
- Dibantu
orangtua karena malas bergerak
5. Pola Eliminasi:
a. BAB:
1. Frekwensi: sebelum sakit BAB klien 1 kali (Waktu:
- Pagi
- Siang
- Sore
- Malam
- Tidak tentu
2. Warna : Coklat
3. Bau : Khas
4. Konsistensi: Padat
5. Cara : normal
6. Keluhan : ada darah karena pengobatan laxative
7. Penggunaan laxative /pencahar : Ya
8. Kebiasaan pada waktu BAB: -
b. BAK:
1. Frekwensi:± 3 – 4 kali/hari
2. Warna : Kuning keruh
3. Keluhan yg berhubungan dg BAK : tidak ada
4. Kebiasaan ngompol : tidak ada
6. Kebiasaan lain-lain
31
Tidak
Keterangan:
: Perempuan
: Laki - laki
: Pasien
32
allergi, dll
Coping keluarga: Koping yang digunakan keluarga yaitu saling bergantian menjaga pasien jika
ibu pasien sedang pulang kerumah
Sistem Nilai: Klien dan keluarga bersuku Betawi dan tidak ada aturan budaya yang bertentangan
dengan penyakit klien.
Spiritual: pasien selama di rumah sakit sholat di tempat tidur, dan berdoa untuk kesembuhan dari
penyakitnya saat ini.
Polusi:
Kemungkinan bahaya akibat polusi: tidak
Tempat bermain: klien bermain di lingkungan sekitar rumah klien, yaitu lapangan.
1. Diisi keluhan klien atau keluarga saat ini / saat 1. Data Klinik:
pengkajian: a. Suhu: 39,0°C
Paien mengeluh panas pada badan tetapi juga b. Nadi: 93x/mnt
merasa dingin, kepala pusing dan lemas. Ibu c. Pernafasan: 20x/mnt
pasen mengatakan bahwa pasien sudah d. Tekanan Darah: 97/55 mmHg
meminum obat pct tetapi demam tidak kunjung
33
turun e. Kesadaran: Compos mentis
f. Lingkar Kepala : 53 cm
g. Lingkar dada : 90 cm
h. Lingkar lengan atas: 20 cm
2. Nutrisi dan Metabolisme: 2. Nutrisi dan Metabolisme:
a. Nafsu makan / menyusui: Baik a. Mukosa Mulut:
b. Penurunan/peningkatan BB: BB klien 1. Warna: merah muda
berubah sebelumnya 53 kg saat ini 50 kg 2. Lesi : tidak ada
3. Kelembaban : +
4. Kelainan palatum : -
c. Diit: nasi putih biasa
5. Bibir :tampak pucat
d. Kulit: Sawo Matang
6. Gusi : tidak bengkak (Normal)
- Perubahan warna : Tidak ada
7. Lidah : normal
- Gg penyembuhan : Tidak ada
- Intake dalam sehari:
- Makan: 3 x/hari
- Minum: ± 1000 ml / 24 jam
b. Gigi:
e. Mual : Tidak ada
1. Kelengkapan gigi: gigi lengkap,
f. Dysphagia : Tidak ada
terdapat 2 gigi bolong di bagian
g. Muntah : tidak
belakang
Jumlah : -
2. Karang gigi : ada
3. Karies : tidak ada
c. BB : 50 kg
TB : 160 cm
d. Obesitas: tidak
e. Kulit:
1. Integritas : kulit terlihat kusam
2. Turgor : sedang
3. Tekstur : kering
f. Sonde / NGT : tidak terpasang NGT
34
10. Palpasi : tidak ada massa
11. Pengisian kapiler : < 2 dtk
12. Temperatur Suhu : 39,0°C
4. Eliminasi: a. Abdomen:……..........................……
a. Abdomen: 1. Kembung: -
1. Kembung: - 2. Lemas: abdomen klien lemas
2. Mules : tidak 3. Tegang/kaku: -
3. Sakit/nyeri luka post op kolostomi di 4. Bising usus: 8x/ menit
abdomen kiri. 5. Lingkar perut: 60 cm
b. BAB:
1. Bau: khas
b. BAB:
2. Warna: coklat
1. Bau: Belum BAB setelah operasi
3. Lendir: -
2. Warna: -
4. Konsistensi: padat
3. Lendir: -
5. Melena: +
4. Diare: -
6. Frekwensi : 1x sehari
5. Konsistensi : cair
6. Inkontinensia: -
c. BAK:
1. Kepekaan: pekat
c. BAK:
2. Warna: kuning
1. Jumlah : ±250 cc
3. Bau: khas urine
2. Frekwensi : ±3 x/hari
4. Kateter: -
3. Lendir : tidak ada
5. Frekwensi: ±3-4 x/hari
4. Diare : tidak ada
6. Lain-lain : -
5. Konsistensi : cair
Inkontinensia : tidak ada
d. Rectum/Anus:
1. Iritasi: -
2. Atresia ani : tidak
3. Prolaps : tidak
4. Lain-lain : -
5.Aktivitas/Latihan: 5. Aktifitas / Latihan:
a. Keseimbangan berjalan: psien malas
a. Tk kekuatan /ketahanan : pasien tidak pernah
berjalan dan pindah dari tempat tidur
beranjak dari tempat tidur, setiap hari hanya
b. Kekuatan menggenggam:
berbaring dan bermain hp
1. Tangan kiri :baik
b.Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan- 2. Tangan kanan : baik
c. Bentuk kaki : simetris, tidak ada
sehari-hari : klien masih dibantu orangtuanya kelainan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena pasien d. Otot kaki
malas
35
5555 5555
5555 5555
e. Kelemahan : tidak
f. Kejang : tidak ada
g. Lain-lain : -
6.Sensori/Persepsi: 6. Sensori persepsi (sesuaikan dg kasus)
c. Perilaku : baik
2.Hypospadia : -
3.Fimosis : -
4. Lain-lain : -
36
Dampak Hospitalisasi:
Pada Anak : klien mengatakan sakitnya mempengaruhi sekolahnya namun untungya ekolah
sedang online sehingga bia ujian melalui hp di RS , namun untuk belajar kurang efektif
Pada Keluarga : keluarga mengatakan iklas menjaga anaknya selama 24 jam walaupun tekadang
melelahkan.
HEMATOLOGI
HITUNG JENIS
37
Netrofil batang 0.0 % 2.0-6.0 Menurun
KIMIA KLINIK
Makroskopik Diterima 2 tempat sediaan:I. Diterima dalam tabung DL berisi 2 buah jaringandengan diameter
0,3 cm warna kemerahan.II. Diterima dalam tabung DL berisi 2 ml cairan warnakemerahan.Mikroskopik I.
TrephineSediaan potongan jaringan trephine terdiri dari trabekula tulang dan ruang - ruang yang mengandung
sel - sel hematopoietik yang sulit di evaluasi.II - II. AspiratSediaan terdiri dari kelenjar sel - sel hematopoietik
yang mengandung seri myeloid, seri eritroid dan megakariosit. Seri myeloid tampak dengan maturasi mulai
dari blast sampai segmented, tidak tampak peningkatan sel blast. Tampak pula sel - sel
megakariosit.Kesimpulan Sumsum Tulang Belakang ; Bone Marrow Puncture : -
Kemoterapio Cytarabine 3000 mg/m2(5400 mg) per dosis dalam 500 ml NaCl 0.9% habis dalam 3
38
jam, diberikan tiap 12 jam sebanyak 6 kali dosis pemberian (2 dosis per hari), diberikan pada hari
ke 1,3 dan 5. Siklus diulang tiap 28 hari untuk 4 siklus.
39
DATA FOCUS
- Klien mengeluh masih merasa demam - Hasil TTV : TD : 97/55, N : 115 x/mnt, RR :
- Klien mengeluh badan tidak enak, merasa 20x/mnt, S : 39,0°, H : 90 x/mnt
dingin - Neutropenin (+)
- Klien mengatakan menggunakan selimut - Pasien terlihat kusam, kotor
supaya tidak dingin - Klien tidak mempunyai minat untuk
- Klien mengatakan malas melakukan melakuakan perawatan diri
perawatan diri - Hemoglobin 12,1 g/dl
- Klien mengatakan malas turun dari tempat - Hematokrit 33.0 %
tidur - Leukosit 4,49 Ribu/ul
- Netrofil batang 0.0 %
- Netrofil segmen 35.9 %
- Monosit 24,9 %
- Hs-CPR Kuantitatif 47,5 mg/L
40
ANALISA DATA
Do:
DO :
41
- - Neutropenin (+)
- Hemoglobin 12,1g/dl
- Hematokrit 33.0%
- Leukosit 4,49 Ribu/ul
- Netrofil batang 0.0%
- Netrofil segmen 35.9%
- Monosit 24,9%
Kemoterapio Cytarabine 3000
mg/m2(5400 mg) per dosis dalam
500 ml NaCl 0.9% habis dalam 3
jam, diberikan tiap 12 jam sebanyak
6 kali dosis pemberian (2 dosis per
hari), diberikan pada hari ke 1,3 dan
5. Siklus diulang tiap 28 hari untuk 4
siklus.
Do :
42
DIAGNOSA KEPERAWATAN
43
mengatakan malas melakukan
perawatan diri, klien mengatakan
malas turun dari tempat tidur klien
terlihat kusam, kotor minat melakukan
perawatan diri kurang
44
RENCANA KEPERAWATAN
Edukasi
1. Edukasi cara
pencegahan infeksi
Kolaborasi
1. Kolaborasi terapi
45
farmakologi
Terapeutik
1. Batasi jumlah
pengunjung
2. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
Edukasi
46
Mampu untuk
membersihkan tubuh
sendiri secara mandiri
atau tanpa alat bantu
47
PELAKSANAAN (CATATAN KEPERAWATAN)
Waktu
Selasa, 12 April 1,2,3 Mengikuti hand over dinas malam ke pagi Kelompok 5
2022 07:00
H : lingkungan nyaman
09:30
1,2,3 - Memonitor KU dan Mengukur TTV :
10:00 H : KU compos mentis, TD : 97/55, N: 93 x/mnt, RR : 20x/mnt, S :
38,8° SPO2 : 99%
2 - mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
H : cuci tangan dilakukan
10:30
2 - membatasi jumlah pengunjung
H : klien di tunggu hanya oleh ibu
1 Observasi
48
H/ minum 100cc/24 jam,cairan infus 200c, bak +/- 1200cc perhari
- melonggarkan /lepaskan pakaian
11:10
R/klien mengatakan menggigil dan tidak mau dilepaskanselimutnya
H/ mengedukasi klien
- melakukuan Kompres hangat
R/ klien mengatakan nyaman dilakukan kompres hangan
12:00 H/ membantu menyiapkan peralatan kompres hangat dibantu dengan
ibu kilien ; meliputi handuk kecil, air hangat dan dilakukan
perpindahan setiap 12-20 menit pada bagian yang dirasa mengalami
peningkatan suhu : misal bagian mid aksila sinistra dan dextra lalu
pada área femoral triangle
- Berikan cairan peroral
R/ ibu lien mengatakan akan meningkatkanasupan cairan peroral yaitu
13:00
1500cc/hari
H/ asupan cairan 1000cc/hari
- mengganti linen jika mengalami hiperhidrolisis setiap hari
14:00
R/klien merasa lebih nyaman setealh diganti linen
H/kebutuhan nyaman klien terpenuhi
- melakukan kolaborasi Kolaborasi terapi farmakologi
R/ -
14:30 H/ pemberian PCT 3x1
H/ -
49
pada área femoral triangle
Observasi
08;00
- memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
R: klien mengatakan masih menggigil namun lebih baik dari
sebelumnya
H/ kemerahan tidak ada, peningkatan suhu ada namun lebih baik dari
hari sebelumnya 38c flebitis pada infus tidak ada,
Terapeutik
Edukasi
50
H/ mengedukasi klien
- melakukuan Kompres hangat
R/ klien mengatakan nyaman dilakukan kompres hangan
H/ membantu menyiapkan peralatan kompres hangat dibantu dengan
ibu kilien ; meliputi handuk kecil, air hangat dan dilakukan
perpindahan setiap 12-20 menit pada bagian yang dirasa mengalami
peningkatan suhu : misal bagian mid aksila sinistra dan dextra lalu
pada área femoral triangle
- Berikan cairan peroral
R/ ibu lien mengatakan akan meningkatkanasupan cairan peroral yaitu
1500cc/hari
H/ asupan cairan 1000cc/hari
- mengganti linen jika mengalami hiperhidrolisis setiap hari
R/klien merasa lebih nyaman setealh diganti linen
H/kebutuhan nyaman klien terpenuhi
- melakukan kolaborasi Kolaborasi terapi farmakologi
R/ -
H/ pemberian PCT 3x1
H/ -
-
melakukuan Kompres hangat
R/ klien mengatakan nyaman dilakukan kompres hangan
- H/ membantu menyiapkan peralatan kompres hangat dibantu dengan
ibu kilien ; meliputi handuk kecil, air hangat dan dilakukan
perpindahan setiap 12-20 menit pada bagian yang dirasa mengalami
peningkatan suhu : misal bagian mid aksila sinistra dan dextra lalu
pada área femoral triangle
Kamis, 14 -15 Melakukan handover dinas malam ke dinas pagi
51
April 2022 Observasi
Terapeutik
Edukasi
52
1500cc/hari
H/ asupan cairan 1000cc/hari
- mengganti linen jika mengalami hiperhidrolisis setiap hari
R/klien merasa lebih nyaman setealh diganti linen
H/kebutuhan nyaman klien terpenuhi
- melakukan kolaborasi Kolaborasi terapi farmakologi
R/ -
H/ pemberian PCT 3x1
R/ klien mengatakan mau dilakukan perawatan diri saat akan pulang kerumah
53
54
EVALUASI
Nama Klien / Umur : An. S / 16 thn
Jam
O : - TD : 90/70 - RR : - N : - S : 39 º C -
Kulit teraba hangat
P : - Lanjutkan intervensi
P: - Lanjutkan intervensi
55
oral
56