Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Disusun oleh
Ridha Eka Dharmayanthi 1810029008
Pembimbing
dr. Dhini Karunia Benih Asmara, Sp.A
1
LEMBAR PERSETUJUAN
TUTORIAL
Oleh :
Ridha Eka Dharmayanthi (1810029008)
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tutorial tentang “Acute Myeloblastic
Leukemia”. Tutorial ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di
Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada :
1. dr. Ika Fikriah, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
2. dr. Soehartono, Sp. THT-KL, selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. dr. Hendra, Sp. A, selaku Kepala Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
4. dr. Dhini Karunia BA, Sp.A, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan saran selama penulis menjalani co-assistance di Laboratorium
Ilmu Kesehatan Anak.
5. Rekan-rekan dokter muda di Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD AWS/FK
Universitas Mulawarman.
Penulis menyadari terdapat ketidaksempurnaan dalam penulisan, sehingga
penyusun mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnan tutorial klinik ini.
Akhir kata, semoga tutorial klinik ini berguna bagi penyusun sendiri dan para
pembaca.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1 Identitas........................................................................................................3
2.2 Anamnesis.....................................................................................................3
3.1 Definisi.........................................................................................................14
3.2 Klasifikasi....................................................................................................14
3.3 Epidemiologi................................................................................................15
3.4 Etiologi.........................................................................................................16
4
3.6 Manifestasi Klinis........................................................................................19
3.7 Diagnosis......................................................................................................20
3.8 Penatalaksanaan...........................................................................................23
3.9 Prognosis......................................................................................................25
BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................27
BAB 5 PENUTUP................................................................................................33
5.1 Kesimpulan..................................................................................................33
5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik
pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal
akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan
menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses
neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk
Leukemia juga digolongkan menurut tipe sel darah putih yang terkena.
Maksudnya, leukemia dapat muncul dari sel limfoid (disebut leukemia limfositik)
dan jarang sekali mengenai anak-anak), leukemia mieloid kronik (mengenai orang
mengenai dewasa dan leukemia mieloid akut (mengenai anak maupun orang
Acute myeloid leukemia (AML), yaitu leukemia yang terjadi pada seri
lain). Di negara maju seperti Amerika Serikat, LMA merupakan 32% dari seluruh
kasus leukemia. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada dewasa (85%) dari pada
anak (15%).1,3
AML) akut adalah penyakit yang bisa berakibat fatal, dimana mielosit (yang
1
dalam keadaan normal berkembang menjadi granulosit) berubah menjadi ganas
kanker sampai habis. Pelaksanaanya secara bertahap dan terdiri dari beberapa
untuk memberantas sisa sel kanker agar tercapai sembuh sempurna. Tahap
pemeliharaan berguna untuk menjaga agar tidak kambuh. Terapi yang biasa
sumsum tulang.3
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Identitas pasien
Nama : An. SA
Usia : 10 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 56 kg
Agama : Islam
Anak ke : Anak ke 1 dari dua bersaudara
Alamat : Jl. Anggana
2.2 Anamnesis
Anamnesa dilakukan pada tanggal 9 April 2019, di ruang Melati.
Dilakukan heteroanamnesis oleh orang tua pasien.
3
2.2.1 Keluhan Utama
Pucat , lemas dan mata bengkak
4
Tersenyum : OT lupa
Miring : 3 bulan
Tengkurap : 6 bulan
Duduk : 7-8 bulan
Merangkak : 9 bulan
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 1 tahun 2 bulan
Berbicara : 1 tahun
Tumbuh gigi : 6 bulan
5
Imunisasi
I II III IV Booster I Booster II
BCG + //////////// //////////// //////////// //////////// ////////////
Polio + + + /////// ///////// ///////////
Campak - //////////// //////////// //////////// //////////// ////////////
DPT + + + //////////// - -
Hepatitis + + + ////////// - -
B
Kepala/leher
Rambut : Warna hitam
Mata : Perdarahan subkonungtiva (-/-), pupil isokor, reflex cahaya
(+/+), edema palpebra (+/-), mata cekung (-/-), oedem(+/-)
Hidung : Sekret hidung (+), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir tampak kering, sianosis (-), perdarahan (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah (-) , ptekie (+)
Thorax
Paru : Inspeksi : Bentuk dan besar dada normal, Tampak
simetris, pergerakan simetris, retraksi
intercosta (-), retraksi supra sternum (+),
retraksi supraclavicula (-),
6
Palpasi : Gerakan napas simetris D=S ,Pelebaran
ICS (-)
Perkusi : Sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi :Suara napas vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
wheezing (-/- ) stridor (-)
Jantung: Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi :Ictus cordis teraba pada ICS 5
midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cekung, distended (-)
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani, acites (-)
Palpasi : Soefl, nyeri tekan (-), hepatomegaly (-)
Ekstremitas
Ekstremitas superior: Akral hangat, pucat (-/-) edem (-/-), CRT < 2 detik.
Ekstremitas inferior: Akral hangat, pucat (-/-), edem (-/-), CRT < 2 detik.
7
MCH 34.9 30.1 30.5
MCHC 31.8 32.3 32.8
Na 141
K 3.7
Cl 103
b. Kimia klinik
c. Hemostasis
Tanggal 28/03/19
APTT Pasien 28.1
PT Pasien 13.3
INR 0.98
e. Urinalisa
Tanggal 28/03/19
Berat Jenis 1.010
Ketone -
Warna Kuning
8
Kejernihan Jernih
Sel Epitel +1
Eritrosit 2-4
Leukosit 1-2
Silinder (-)
Kristal (-)
Bakteri +2
Jamur (-)
9
Gambaran darah tepi dan sum-sum tulang menunjukkan suatu keadaan : AML
(Acute Myelostic Leukemia) / AML-M1
- Saran
Immunophenotyping
g. CT Scan
10
Kesan : Multiple soft tissue mass ekstracranial region parietal, occipital bilateral,
subdural mass regio parietal dan massa pada daerah musculus elevator palpebral
11
dan musculus rektus superior dextra, musculus rektus lateral bilateral yang
menyangat kontras kuat.
2.5 Diagnosis
AML + Susp Tumor retrobulbar OD
2.6 Tatalaksana
- D5 ½ NS 500 cc/hari
- Transfusi Aferesis 300cc 3x/12 jam
- Transfusi H.1 PRC 200 cc , PRC H.2 300 cc, PRC H.3 400cc
- Inj Cefotaxime 3 x 1 gr/iv
- Inj Dexametasone 3 x 5 mg/iv
Lembar Follow Up
Tanggal Pemeriksaan Terapi
08/04/2019 S: pegel-pegel kaki kiri P:
O: Kesadaran CM, Nadi -D5 ½ NS 500 cc/hari
94x/m, RR 22 x/m, TD - Inj Cefotaxime 3 x 1 gr/iv
100/60 mmHg, Suhu 36,4 - Inj Dexametasone 3 x 5 mg/iv
o
C, SpO2 98% - Aferesis 300 cc
Produksi urin : 1100cc/24 - Transfusi PRC 200 cc
jam
A: Susp. AML + Susp.
Tumor Retrobulbar OD
09//04/2019 S: - P:
O: Kesadaran CM, Nadi -D5 ½ NS 500 cc/hari
90 x/m, RR 24x/m, TD - Inj Cefotaxime 3 x 1 gr/iv
110/70 mmHg, , SpO2 - Inj Dexametasone 3 x 5 mg/iv
99%, - Amitriptilin 2 x 15 mg po
A: Susp. AML + Susp. - Paracetamol 3 x 500 mg po
Tumor Retrobulbar OD
12
10/04/2019 S: - P:
O: Kesadaran CM, Nadi - D5 ½ NS 500 cc/hari
90 x/m, RR 24x/m, TD - Inj Cefotaxime 3 x 1 gr/iv
110/70 mmHg, , SpO2 - Inj Dexametasone 3 x 5 mg/iv
99%, - aferesis 300 cc 3x/12 jam
A: Susp. AML + Susp. - Amitriptilin 2 x 15 mg po
Tumor Retrobulbar OD - Paracetamol 3 x 500 mg po
- observasi vs/hari
11/04/2019 S:- P:
O : Kesadaran CM, Nadi - Inj Cefotaxime 3 x 1 gr/iv
85 x/m, RR 18x/m, TD - aferesis 300 cc 3x/12 jam
110/70 mmHg, , SpO2 - Amitriptilin 2 x 15 mg po k/p
98% - Paracetamol 3 x 500 mg po k/p
A: AML - Dexametason diturunkan jadi 2 x
5 mg
- observasi vs/hari
12/04/2019 S: P:
O : Kesadaran CM, Nadi - Inj Cefotaxime 3 x 1 gr/iv
88x/m, RR 20x/m, TD - aferesis 300 cc 3x/12 jam
110/80 mmHg, , SpO2 - Amitriptilin 2 x 15 mg po k/p
98% - Paracetamol 3 x 500 mg po k/p
A: AML - Dexametason diturunkan jadi 1x
5 mg
- Cek DL post transfusi TC jika
baik bisa krs
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Leukemia myeloid akut atau Acute Myeloblastic Leukemia (AML) sering
juga dikenal dengan istilah Acute Myelogenous Leukemia atau Acute
Granulocytic Leukemia merupakan penyakit keganasan yang ditandai dengan
diferensiasi dan proliferasi abnormal sel induk hematopoetik yang bersifat
sistemik dan secara malignan melakukan transformasi sehingga menyebabkan
penekanan dan penggantian komponen sumsum tulang belakang yang normal.
Pada kebanyakan kasus AML, tubuh memproduksi terlalu banyak sel darah putih
yang disebut myeloblas yang masih bersifat imatur. Sel-sel darah yang imatur ini
tidak sebaik sel darah putih yang telah matur dalam melawan adanya infeksi. Pada
AML, mielosit (yang dalam keadaan normal berkembang menjadi granulosit)
berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di
sumsum tulang. 4,5
3.2 Klasifikasi
AML terbagi atas berbagai macam subtipe. Hal ini berdasarkan morfologi,
diferensiasi dan maturasi sel leukemia yang dominan dalam sumsum tulang, serta
penelitian sitokimia. Mengetahui subtipe AML sangat penting, karena dapat
membantu dalam memberikan terapi yang terbaik.1
Klasifikasi AML yang sering digunakan adalah klasifikasi yang dibuat
oleh French American British (FAB) yang mengklasifikasikan leukemia mieloid
akut menjadi 7 subtipe yaitu sebagai berikut:2
14
M3 Leukimia Promielositik Akut (5-10%)
3.3 Epidemiologi
Kejadian AML berbeda dari satu negara dengan negara lainnya, hal ini
merupakan 20% kasus leukemia pada anak. Sekitar 10.000 anak menderita AML
setiap tahunnya di seluruh dunia. AML pada anak berjumlah kira-kira 15% dari
leukimia, dengan insidensi yang tetap dari lahir sampai umur 10 tahun, meningkat
sedikit pada masa remaja. Di Amerika setiap tahunnya sekitar 2,4 per 100.000
penduduk atau sekitar 500 sampai 600 orang berusia kurang dari 21 tahun
menderita leukemia mielositik akut dan insiden ini meningkat sejalan dengan
umur, puncaknya 12,6 per 100.000 penduduk dewasa yang berumur 65 tahun atau
15
lebih. Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan, setiap tahun ditemukan
AML subtipe M4 atau M5. Subtipe M7 umumnya diderita anak berusia di bawah
adanya keabnormalan kromosom pada sel darah di sumsum tulang terdapat lebih
dari 70% anak yang baru didiagnosis LMA. Keabnormalan itu terletak pada t
(8;21), t (15;17), inversi 16, translokasi pita 11q23, dan trisomi 8.6
3.4 Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. 14-18
Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan
Radiasi dosis tinggi: Radiasi dengan dosis sangat tinggi, seperti waktu bom
insiden penyakit ini. Terapi medis yang menggunakan radiasi juga merupakan
heksaklorosiklokeksan
Kemoterapi: Pasien kanker jenis lain yang mendapat kemoterapi tertentu
16
Faktor keluarga / genetik: pada kembar identik bila salah satu menderita
AML maka kembarannya berisiko menderita leukemia pula dalam 5 tahun, dan
insiden leukemia pada saudara kandung meningkat 4 kali bila salah satu
oksigen, asfiksia post partum, berat badan lahir >4500 gram, dan hipertensi
leukemia T-cell yang jarang ditemukan. Jenis virus lainnya yang dapat
menjadi leukemia.5,6
3.5 Patogenesis
AML merupakan penyakit dengan transformasi maligna dan perluasan
klon-klon sel-sel hematopoetik yang terhambat pada tingkat diferensiasi dan tidak
bisa berkembang menjadi bentuk yang lebih matang. Sel darah berasal dari sel
limfoid dan induk mieloid (non limfoid) multipoten. Sel induk limfoid akan
membentuk sel T dan sel B, sel induk mieloid akan berdiferensiasi menjadi sel
17
dapat terjadi perubahan menjadi suatu klon leukemik yang belum diketahui
penyebabnya. Bila hal ini terjadi maturasi dapat terganggu, sehingga jumlah sel
muda akan meningkat dan menekan pembentukan sel darah normal dalam
sumsum tulang. Sel leukemik tersebut dapat masuk kedalam sirkulasi darah yang
dan berasal dari transformasi sel progenitor hematopoetik. Sifat alami neoplastik
studi molekular tetapi defek kritis bersifat intrinsik dan dapat diturunkan melalui
progeni sel. Defek kualitatif dan kuantitatif pada semua garis sel mieloid, yang
18
Merupakan keluhan yang sangat sering diketemukan oleh pasien, rata-rata
mengeluhkan keadaan ini sudah berlangsung dalam beberapa bulan. Sekitar 90 %
mengeluhkan kelemahan badan dan malaise waktu pertama kali ke dokter. Rata-
rata didapati keluhan ini timbul beberapa bulan sebelum simptom lain atau
diagnosis AML dapat ditegakkan. Gejala ini disebabkan anemia, sehingga
beratnya gejala kelemahan badan ini sebanding dengan anemia.
b. Febris
Febris merupakan keluhan pertama bagi 15-20 % penderita. Seterusnya febris
juga didapatkan pada 75 % penderita yang pasti mengidap AML. Umumnya
demam ini timbul karena infeksi bakteri akibat granulositopenia atau netropenia.
Pada waktu febris juga didapatkan gejala keringat malam, pusing, mual dan tanda-
tanda infeksi lain.
c. Perdarahan
Simptom lain yang sering disebabkan adalah fenomena perdarahan, dimana
penderita mengeluh sering mudah gusi berdarah, lebam, petechiae, epitaksis,
purpura dan lain-lain. Beratnya keluhan perdarahan berhubungan erat dengan
beratnya trombositopenia.
d. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan didapatkan pada 50 % penderita tetapi penurunan berat
badan ini tidak begitu hebat dan jarang merupakan keluhan utama. Penurunan
berat badan juga sering bersama-sama gejala anoreksia akibat malaise atau
kelemahan badan.
e. Nyeri tulang
Nyeri tulang dan sendi didapatkan pada 20 % penderita AML. Rasa nyeri ini
disebabkan oleh infiltrasi sel-sel leukemik dalam jaringan tulang atau sendi yang
mengakibatkan terjadi infark tulang.
19
simptom kaardiorespirasi seperti sesak nafas, takikardia, palpitasi, murmur,
sinkope dan angina.
b. Pembesaran organ-organ
Walaupun jarang didapatkan dibandingkan ALL, pembesaran massa abnomen
atau limfonodi bisa terjadi akibat infiltrasi sel-sel leukemik pada penderita AML.
Splenomegali lebih sering didapatkan daripada hepatomegali. Hepatomegali
jarang memberikan gejala begitu juga splenomegali kecuali jika terjadi infark.
c. Kelainan kulit dan hipertrofi gusi
Deposit sel leukemik pada kulit sering terjadi pada subtipe AML tertentu,
misalnya leukemia monoblastik (FAB M5) dan leukemia mielomonosit (FAB M4).
Kelainan kulit yang didapatkan berbentuk lesi kulit, warna ros atau populer ungu,
multiple dan general, dan biasanya dalam jumlah sedikit. Hipertrofi gusi akibat
infiltrasi sel-sel leukemia dan bisa dilihat pada 15 % penderita varian M5b, 50 %
M5a dan 50 % M4. Namun hanya didapatkan sekitar 5 % pada subtipe AML yang
lain.6,7,8
3.7 Diagnosis
Diagnosis AML dapat ditegakkan melalui pemeriksaan darah rutin, sediaan
mutlak untuk menegakkan diagnosa definitif dan menentukan jenis leukemia akut.
morfologi sel dan pengecatan sitokimia. Seperti sudah disebutkan, sejak sekitar
dua dekade tahun yang lalu berkembang 2 (dua) teknik pemeriksaan terbaru:
sel dan pengecatan sitokimia, gabungan ahli hematologi Amerika, Perancis dan
Inggris pada tahun 1976 menetapkan klasifikasi LMA yang terdiri dari 8 subtipe
(M0 sampai dengan M7). Klasifikasi ini dikenal dengan nama klasifikasi FAB
20
(French American British). Klasifikasi FAB hingga saat ini masih menjadi
diagnosis dasar LMA. Pengecatan sitokimia yang penting untuk pasien LMA
sitokimia tersebut akan memberikan hasil positif pada pasien LMA tipe M1, M2,
M3, M4, dan M6. Pertama, tes darah dilakukan untuk menghitung jumlah setiap
jenis sel darah yang berbeda dan melihat apakah mereka berada dalam batas
normal. Dalam AML, tingkat sel darah merah mungkin rendah, menyebabkan
memar, dan tingkat sel darah putih mungkin rendah, menyebabkan infeksi. Biopsi
sumsum tulang atau aspirasi (penyedotan) dari sumsum tulang mungkin dilakukan
jika hasil tes darah abnormal. Selama biopsi sumsum tulang, jarum berongga
dan tulang untuk pengujian di bawah mikroskop. Pada aspirasi sumsum tulang,
sampel kecil dari sumsum tulang ditarik melalui cairan injeksi. Pungsi lumbal,
atau tekan tulang belakang, dapat dilakukan untuk melihat apakah penyakit ini
pusat atau sistem saraf pusat (SSP) - otak dan sumsum tulang belakang. Tes
perubahan dalam kromosom dalam sel), dan studi genetika molekuler (tes DNA
dan RNA dari sel-sel kanker). Penyakit Leukemia dapat dipastikan dengan
blood count (CBC)}, CT or CAT scan, magnetic resonance imaging (MRI), X-ray,
21
Ultrasound, Spinal tap/lumbar puncture. Pemeriksaan immunophenotypic sangat
berikut:5,8,9
22
Penatalaksanaan terapi AML pada anak telah digunakan sejak tahun
1970an. Angka Five years survival meningkat dari kurang dari 5% pada tahun
1970 menjadi 43% sekarang ini. Hal ini merupakan manfaat dari pengobatan
intensif, gabungan dari transplantasi stem sel sebagai terapi primer dan adanya
perawatan suportif.
Anak yang menderita AML memerlukan terapi intensif dengan menekan
produksi sumsum tulang dan perawatan di rumah sakit. Terapi yang pertama kali
dilakukan adalah menangani keadaan seperti demam, infeksi, perdarahan,
leukositosis dan sindrom tumor lisis. Kemajuan terapi juga ditentukan oleh
penggunaan antibiotik spektrum luas segera dan transfusi trombosit sebagai
profilaksis juga memegang peranan penting dalam upaya survival.
Berdasarkan terapi yang sesuai protokol, penderita AML pada anak dapat
mengalami angka remisi total sebesar 75-90%. Pada beberapa pasien yang tidak
berhasil mengalami remisi, setengah populasinya akan mengalami leukemia
resistan dan separuhnya lagi akan meninggal akibat komplikasi penyakit tersebut
atau akibat efek samping pengobatan itu sendiri. Terapi AML merupakan
kombinasi antara cytarabine dan daunorubicin. Biasanya regimen terapi untuk
anak digunakan cytarabine dan anthracyclin yang dikombinasikan dengan agen
lain seperti etoposide dan atau thioguanine. Anthracycline yang paling banyak
digunakan untuk terapi AML pada anak adalah daunorubicin. Berbagai penelitian
mengungkapkan bahwa Regimen Cytosine arabinase, Daunorubicin, & Etoposide
(ADE) lebih memberikan hasil yang memuaskan daripada regimen Daunorubisin,
Cytosine arabinase & Thioguanine (DAT).
23
Tabel 3. Dosis Kemoterapi
Tantangan paling besar dalam terapi AML pada anak adalah untuk
memperpanjang durasi remisi inisial dengan kemoterapi atau transplantasi
sumsum tulang. Pada prakteknya, kebanyakan pasien yang diterapi dengan
kemoterapi intensif setelah remisi dicapai karena hanya sebagian subset yang
cocok dengan donor keluarga.
Setelah tercapai remisi, diberikan kemoterapi tambahan (kemoterapi
konsolidasi) beberapa minggu atau beberapa bulan setelah kemoterapi induksi.
Kemoterapi kons olidasi jangka pendek telah membuktikan bahwa terapi dosis
tinggi dan ASCT (Autologous Stem Cell Transplantation) cukup efektif.
Pencangkokan tulang bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan
respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya
memberikan respon terhadap pengobatan. Pada AML terapi rumatan tidak
menunjukkan hasil yang memuaskan.
Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan, yang apabila
diberikan kemoterapi dapat terjadi efek samping yang tidak diinginkan
24
(untolerable side effect). Sebelum memberikan kemoterapi perlu pertimbangan
sebagai berikut:
1. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG)
yaitu status penampilan ≤ 2
2. Jumlah lekosit ≥ 3000/ml
3. Jumlah trombosit ≥120.0000/ul
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
5. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam)
6. Bilirubin < 2 mg/dl ,SGOT dan SGPT dalam batas normal
7. Elektrolit dalam batas normal.
8. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada
usia diatas 70 tahun.
Kemoterapi pada AML sering menimbulkan efek samping seperti rambut
rontok, mulut kering, luka pada mulut (stomatitis), susah atau sakit menelan
(esophagitis), mual, muntah, diare, konstipasi, kelelahan, pendarahan, lebih
mudah terkena infeksi, infertilitas, hilangnya nafsu makan, dan kerusakan hati.
Penderita menjadi lebih sakit karena pengobatan menekan aktivitias sumsum
tulang, sehingga jumlah sel darah putih semakin sedikit (terutama granulosit) dan
hal ini menyebabkan penderita mudah mengalami infeksi.9.10,11
3.9 Prognosis
Lowenberg et al mengelompokkan prognosis pasien AML menjadi 3
kelompok berdasarkan temuan klinis dan laboratoris yaitu baik (favorable),
menengah (intermediate) dan buruk (unfavorable). Kelompok dengan prognosis
baik meliputi pasien usia < 60 tahun atau > 2 tahun, kelainan kromosomal
minimal, infiltrasi sel blas multiorgan minimal, kadar leukosit < 20.000/mm3,
respon yang baik terhadap kemoterapi induksi, tidak resisten terhadap multidrug
therapy, tidak ditemukan leukemia ekstramedullar dan leukemia sekunder. Angka
harapan hidup 2 tahun kedepan (2 years survival rate) bagi kelompok ini adalah
50-85%.
Sedangkan kelompok dengan prognosis buruk meliputi pasien usia > 60
tahun atau < 2 tahun, ditemukan dua atau lebih kelainan kromosomal, infiltrasi
sel blas pada banyak organ, kadar leukosit > 20.000/mm3, respon yang buruk
terhadap kemoterapi induksi, resisten terhadap multidrug therapy, serta
ditemukannya leukemia ekstramedullar dan leukemia sekunder. Angka harapan
hidup 2 tahun kedepan (2 years survival rate) bagi kelompok ini adalah 10-20%.6
25
Sedangkan kelompok dengan prognosis menengah adalah peralihan dari baik dan
buruk dan mencakup faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam kelompok
prognosis baik maupun buruk dengan angka harapan hidup 2 tahun kedepan (2
years survival rate) sekitar 40-50% .11
BAB 4
PEMBAHASAN
Anamnesis
Teori Kasus
a. Kelemahan Badan dan Malaise
pucat, tubuh terasa lemas dan
b. Perdarahan
mata bengkak
Simptom lain yang sering disebabkan
adalah fenomena perdarahan, dimana bengakak pada gusi tetapi
penderita mengeluh sering mudah gusi
26
berdarah, lebam, petechiae, epitaksis,
tidak ada perdarahan pada
purpura dan lain-lain. Beratnya keluhan
gusi, anak tiba-tiba lemas dan
perdarahan berhubungan erat dengan
pucat
beratnya trombositopenia.
c. Nyeri tulang kelelahan setelah beraktivitas,
Nyeri tulang dan sendi didapatkan pada kadang-kadang pusing,
20 % penderita AML. Rasa nyeri ini berkeringat malam hari,
disebabkan oleh infiltrasi sel-sel leukemik bengkak pada mata kanan
dalam jaringan tulang atau sendi yang tetapi tidak terasa sakit dan
mengakibatkan terjadi infark tulang. terasa pegel-pegel pada
d. Kelainan kulit dan hipertrofi gusi tulang.
Deposit sel leukemik pada kulit sering
terjadi pada subtipe AML tertentu, misalnya terdapat lebam di sekitar
leukemia monoblastik (FAB M5) dan tangan dan kaki pasien dan
Pemeriksaan Fisik
Teori Kasus
. a. Kepucatan, takikardi, murmur Keadaan umum : Sakit
sedang,
Pada pemeriksaan fisik, simptom yang
Kesadaran: Composmentis
jelas dilihat pada penderita adalah pucat Tanda-tanda vital
karena adanya anemia. Pada keadaan TD 100/60 mmHg
anemia yang berat, bisa didapatkan simptom Nadi 88 x/menit, regular
kaardiorespirasi seperti sesak nafas,
27
takikardia, palpitasi, murmur, sinkope dan Pernafasan 19 x/menit
angina. Temperatur axila 36,4o C
b. Pembesaran organ-organ
Walaupun jarang didapatkan Berat Badan: 56 kg
dibandingkan ALL, pembesaran massa Tinggi Badan: 151 cm
abnomen atau limfonodi bisa terjadi akibat Status gizi : Gizi cukup
infiltrasi sel-sel leukemik pada penderita Pucat (+), lebam(+) dan ptekie (+)
AML. Splenomegali lebih sering didapatkan
daripada hepatomegali. Hepatomegali jarang Mata : Perdarahan subkonungtiva
memberikan gejala begitu juga splenomegali (-/-), pupil isokor, reflex cahaya (+/
kecuali jika terjadi infark. +), edema palpebra (+/-), mata
c. Kelainan kulit dan hipertrofi gusi cekung (-/-), oedem(+/-)
Deposit sel leukemik pada kulit sering
terjadi pada subtipe AML tertentu, misalnya Thorax: Paru Vesikuler (+/+), rho
leukemia monoblastik (FAB M5) dan (-/-), wheezing(-/-)
leukemia mielomonosit (FAB M4). Kelainan
kulit yang didapatkan berbentuk lesi kulit, Abdomen Hepatomegali (-),
warna ros atau populer ungu, multiple dan splenomegali(-)
general, dan biasanya dalam jumlah sedikit.
Hipertrofi gusi akibat infiltrasi sel-sel Ekstremitas akral hangat, CRT <2’’
leukemia dan bisa dilihat pada 15 %
penderita varian M5b, 50 % M5a dan 50 %
M4. Namun hanya didapatkan sekitar 5 %
pada subtipe AML yang lain
Pemeriksaan Penunjang
Teori Kasus
28
Tanggal 28/03/19
APTT Pasien 28.1
PT Pasien 13.3
INR 0.98
29
di bawah mikroskop. Pada aspirasi Smudge Cell+
sumsum tulang, sampel kecil dari Trombosit : Jumlah sangat
sumsum tulang ditarik melalui cairan menurun
injeksi. Pungsi lumbal, atau tekan Kesan : AML
tulang belakang, dapat dilakukan Saran : BMP
untuk melihat apakah penyakit ini e. Urinalisa
telah menyebar ke dalam cairan
Tanggal 28/03/19
cerebrospinal, yang mengelilingi
Berat Jenis 1.010
sistem saraf pusat atau sistem saraf Ketone -
pusat (SSP) - otak dan sumsum Warna Kuning
Kejernihan Jernih
tulang belakang. Sel Epitel +1
- Pemeriksaan immunophenotypic Eritrosit 2-4
sangat penting untuk mendiagnosis Leukosit 1-2
Silinder (-)
acute megakaryoblastic leukemia Kristal (-)
(AMLK), leukemia myeloid dengan Bakteri +2
Jamur (-)
diferensiasi minimal dan leukemia
myeloid/limpoid (mixed,
f. Hasil pemeriksaan BMP
biphenotype).
- Darah lengkap
Hemoglobin : 11,5 gr /dl
Leukosit : 34.280 /ul
Trombosit : 23.000 /ul
Ery : 3,65 juta/ ul
HCT : 33%
MCV : 90 Fl
MCH : 31 pg
MCHC : 35%
- Evaluasi darah tepi
Eritrosit : Normokrom
normositer
Leukosit : Kesan jumlah
meningkat, sel blast 39%
Trombosit : Jumlah sangat
30
menurun
- Hasil
Selularitas : Hiperseluler
M:E rasio : 180:1
Sistem Eritropoiesis : Aktivitas
sangat menurun
Sistem Granulopoeisis: Aktivitas
sangat meningkat, blast 44% dengan
minimal granule
System Trombopoiesis: Aktivitas
sangat menurun
Lain-lain : Limfosit
dalam batas normal Tidak
ditemukan sel-sel
nonhomopoietik/metastasis
SBB : Positif
Lemah
FE : Positif +1
g. Kesan
Gambaran darah tepi dan sum-sum
tulang menunjukkan suatu keadaan :
AML (Acute Myelostic Leukemia) /
AML-M1
h. Saran
Immunophenotyping
g. CT Scan
Kesan : Multiple soft tissue mass
ekstracranial region parietal,
occipital bilateral, subdural mass
regio parietal dan massa pada daerah
musculus elevator palpebral dan
musculus rektus superior dextra,
musculus rektus lateral bilateral yang
31
menyangat kontras kuat.
Penatalaksanaan
Teori Kasus
Penatalaksanaan pasien AML adalah - D5 ½ NS 500 cc/hari
berupa terapi suportif, simptomatis - Transfusi Aferesis 300cc 3x/12 jam
dan kausatif. - Transfusi H.1 PRC 200 cc , PRC
Terapi suportif dilakukan untuk H.2 300 cc, PRC H.3 400cc
menjaga balance cairan melalui infus - Inj Cefotaxime 3 x 1 gr/iv
dan menaikkan kadar Hb pasien - Inj Dexametasone 3 x 5 mg/iv
melalu tranfusi. Pada AML, terapi
suportif tidak menunjukkan hasil
yang memuaskan.
Sedangkan terapi simptomatis
diberikan untuk meringankan gejala
klnis yang muncul seperti pemberian
penurun panas.
Yang paling penting adalah terapi
kausatif, dimana tujuannya adalah
32
menghancurkan sel-sel leukemik
dalam tubuh pasien AML. Terapi
kausatif yang dilakukan yaitu
kemoterapi.
Biasanya regimen terapi untuk anak
digunakan cytarabine dan
anthracyclin yang dikombinasikan
dengan agen lain seperti etoposide
dan atau thioguanine. Anthracycline
yang paling banyak digunakan untuk
terapi AML pada anak adalah
daunorubicin. Berbagai penelitian
mengungkapkan bahwa Regimen
Cytosine arabinase, Daunorubicin, &
Etoposide (ADE) lebih memberikan
hasil yang memuaskan daripada
regimen Daunorubisin, Cytosine
arabinase & Thioguanine (DAT).
BAB 5
PENUTUP
33
5.1 Kesimpulan
Telah dilakukan perbandingan antara teori dan kasus pada pasien
perempuan An. SA usia 10 tahun dengan diagnosis AML. Dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang didapatkan penegakkan
diagnosis dan penatalaksanaan yang telah sesuai dengan literatur yang
mendukung pada kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
34
1. Fauci, Anthony S.; Kasper, Dennis L. ; Longo, Dan L.; Braunwald,
Eugene; Hauser, Stephen L.; Jameson, J. Larry; Loscalzo, Joseph;.
Harrison's Principles of Internal Medicine 17th edition. USA: McGraw-
hill, 2008.
2. Price, S A dan Wilson, L M.Patofisiologi , Konsep klinis proses-proses
penyakit . Jakarta : EGC, .2006.
3. Guyton, Arthur C.; Hall, John E.;. TEXTBOOK of Medical Physiology 7th
edition. Philadelphia, Pennsylvania: Elsevier Inc, 2006.
4. ES Jaffe et al: World Health Organization Classification of Tumours.
Lyon, ARC Press, 2001.
5. JM Bennett et al: Ann Intern Med 103:620, 1985.
6. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Ed. 15. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 1996.
7. Bleyer A. David G. Tubergen. The Leukemias in Nelson Textbook of
Pediatrics. Kliegman,ed. Philadelpia : Elseiver.2007. c495.
8. Desen, Wan. Buku Ajar Onkologi Klinis Ed. 2. Balai penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. 2008
9. Permono B, Ugrasena IDG. Leukemia Akut dalam Buku Ajar Hematologi-
Onkologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2005
10. Hoffbrand, A. V, J. E. Pettit, P.A.H Moss. Kapita Selekta Hematologi edisi
4.Jakarta: EGC, 2005
11. Permono, Bambang, Sutaryo, Ugrasena IDG, Endang W, Maria A. Buku
Ajar Hematologi-Onkologi Anak. 2005. Jakarta: IDAI
35
36