Anda di halaman 1dari 67

Laporan KasusHome Visite

PENDEKATAN KEDOKTERAN
KELUARGA PADA PASIEN “ASMA BRONKIAL”
DI WILAYAH SEKITAR KLINIK DOKTER KELUARGA FK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Disusun Oleh:
Dewi Triyana
NIM : 71 2018 053

Penguji:

dr. Asmarani Ma’mun, M.Kes 

DEPARTEMEN ILMU
KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus
PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA
PADA PASIEN ASMA BRONKIAL
DI WILAYAH SEKITAR KLINIK DOKTER KELUARGA
FK UMP

Dipersiapkan dan disusun oleh


Dewi Triyana, S.Ked.
712018053

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
ujian Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang Puskesmas 5 Ilir 27 Februari s.d Maret 2020

Mengetahui dan Mengesahkan

Dosen Pembimbing dan Penguji Kepala Puskesmas 5 Ilir

dr. Asmarani Ma’mun, M. Kes dr. Yunifa, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Pendekatan
Kedokteran Keluarga pada Pasien Asma Bronkial di Wilayah Sekitar Klinik Dokter
Keluarga FK UMP”, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang/ Puskesmas Boom Baru Kota Palembang. Shalawat dan
salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Saya menyadari bahwa dalam proses menyelesaikan laporan ini banyak kendala
yang dialami, namun berkat bantuan, bimbingan, kerja sama dari berbagai pihak dan
berkah Allah SWT sehingga kendala tersebut dapat diatasi. Saya ucapkan banyak terima
kasih kepada Pembimbing dan Penguji, yaitu dr. Asmarani Ma’mun, M. Kes dan kepada
Pimpinan Puskesmas 5 ilir, dr. Yunifa, M.Kes yang telah membantu penyelesaian laporan
ini.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dengan
segala kerendahan hati, Saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis ini.

Akhir kata, Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Palembang, Oktober 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan...........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kunjungan rumah (Home Visit) ......................................................................4
2.1.1Definisi...............................................................................................4
2.1.2Tujuan....................................................................................................4
2.1.3Faktor Pendorong..................................................................................6
2.1.4 Manfaat.................................................................................................8
2.1.5 Tata Cara..............................................................................................9
2.1.6 Fungsi Keluarga....................................................................................15
2.1.7 Pengukuran Fungsi Keluarga................................................................16
2.2 Kedokteran Keluarga.......................................................................................17
2.2.1Definisi .................................................................................................17
2.2.2Karakteristik..........................................................................................18
2.2.3Prinsip....................................................................................................19
2.2.4Anamnesis Holistik dan Diagnosis Holistik..........................................21
2.3. Asma Bronkial................................................................................................24
2.3.1 Definisi..................................................................................................24
2.3.2 Epidemiologi.........................................................................................24
2.3.3 Etiologi..................................................................................................24
2.3.4 Patofisiologi...........................................................................................26
2.3.5 Diagnosis...............................................................................................28
2.3.6 Tatalaksana............................................................................................31

BAB III LAPORAN KASUS..............................................................................34


3.1 Identitas...............................................34
3.2 Subjektif...................................................................................................34
3.3 Objektif.....................................................................................................39
3.4 Pemeriksaan Penunjang............................................................................40
3.5 Follow Up.................................................................................................40
3.6 Diagnosis Banding...................................................................................41
3.7 Diagnosis Kerja........................................................................................41
3.8 Tatalaksana...............................................................................................42
3.9 Prognosis..................................................................................................43
3.10 Analisis Kunjungan Rumah....................................................................43

iv
BAB IV ANALISA KASUS................................................................................55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................59
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................60
LAMPIRAN.........................................................................................................61

v
BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh


yang memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana
tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan
umur atau jenis kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit
tertentu. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak
hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari
unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif
mengunjungi penderita atau keluarganya (Prasetyawati, 2010).
WHO (2015) menekankan bahwa kunci untuk meningkatkan status
kesehatan dan mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah
dengan memperkuat sistem pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care).
Perlu adanya integrasi dari Community Oriented Medical Education (COME) ke
Family OrientedMedical Education (FOME), salah satunya adalah dengan
pelayanan Kedokteran Keluarga yang melaksanakan pelayanan kesehatan holistik
meliputi usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan pendekatan
keluarga.
Prinsip utama pelayanan dokter keluarga adalah secara holistic, seperti yang
telah disebutkan di atas, perlu diketahui berbagai latar belakang pasien yang
menjadi tanggungannya, serta dapat selalu menjaga kesinambungan pelayanan
kedokteran yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Untuk dapat mewujudkannya,
banyak upaya yang dapat dilakukan. Salah satu di antaranya yang dipandang
mempunyai peranan amat penting adalah melakukan kunjungan rumah (home
visit) serta melakukan perawatan pasien di rumah (home care) terhadap keluarga
yang membutuhkan (Merry, 2015).
Home care atau home visit adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
komprehensif bertujuan memandirikan pasien dan keluarganya, pelayanan
kesehatan diberikan di tempat tinggal pasien dengan melibatkan pasien dan
keluarganya sebagai subyek yang ikut berpartisipasi merencanakan kegiatan
pelayanan. Selain itu, menurut World Health Organization, home care merupakan

1
2

serangkaian pelayanan kesehatan dan dukungan sosial kepada pasien di rumah


masing-masing. World Health Organization menambahkan bahwa perawatan
jangka panjang merupakan bagian integral dari sistem kesehatan dan social
(Merry, 2015).
Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak
maupun dewasa di negara berkembang maupun negara maju.Sejak dua dekade
terakhir, dilaporkan bahwa prevalensi asma bronkial meningkat pada anak
maupun dewasa. Prevalensi total asma bronkial di dunia diperkirakan7,2 % (6%
pada dewasa dan 10% pada anak). Prevalensi tersebut sangat bervariasi pada tiap
negara dan bahkan perbedaan juga didapat antar daerah di dalam suatu negara.1
Prevalensi asma bronkial di berbagai negara sulit dibandingkan, tidak jelas apakah
perbedaan angka tersebut timbul karena adanya perbedaan kritertia diagnosis atau
karena benar-benar terdapat perbedaan.
Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di
negara maju tetapi juga di negara berkembang.2 Menurut data laporan dari Global
Initiatif for Asthma (GINA) pada tahun 2012 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah
penderita asma seluruh dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah kematian
yang terus meningkat hingga seratus delapan puluh ribu orang per tahun.2
Data World Health Organization (WHO) juga menunjukkan data yang serupa
bahwa prevalensi asma terus meningkat dalam 30 tahun terakhir terutama di
negara maju.3 Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah
sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya.3
Pengelolaan penyakit asma meliputi terapi nonfarmakologis dan farmakologis.
Terapi nonfarmakologis dengan menghindari faktor pencetus, menjaga kebersihan
lingkungan dan rutin kontrol ke dokter. Sedangkan terapi farmakologis dengan
obat pelega maupun pengontrol saluran nafas ada yang disemprot dan diminum.
Dijelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa terapi nonfarmakologis lebih
penting dan bermakna daripada terapi farmakologis (Rengganis, 2008).
3

1.1 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui pendekatan kedokteran keluarga pada pasien Asma
Bronkial di wilayah kerja KDK FK UMP tahun 2020.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi masalah-masalah pada pasien secara holistik.


2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang
berpengaruhterhadapmasalah pasien.
3. Melakukan tatalaksana kasus pada pasien secarakomprehensif.

1.2. Manfaat Penulisan


1.1.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan referensi dan
studi kepustakaan tentang penatalaksanaan Asma Bronkial melalui
pendekatan kedokteran keluarga.

1.1.2 Manfaat Praktis


Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk
melatih keterampilan dan menambah pengalaman dalam pelayanan
kesehatan dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kunjungan Rumah (Home Visit)

2.1.1 Definisi Kunjungan Rumah (home visit)

Secara sederhana yang dimaksud dengan kunjungan rumah


(home visit) adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien
untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan
pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien.
Sedangkan yang dimaksud dengan perawatan pasien di rumah (home
care) adalah apabila pertolongan kedokteran yang dilakukan di rumah
tersebut tidak termasuk lagi dalam kelompok pelayanan rawat jalan
(ambulatory services), tetapi dalam kelompok rawat inap (hospital-
ization). Jika diperhatikan kedua batasan di atas, ruang lingkup kegiatan
pada kunjungan rumah lebih bersifat terbatas jika dibandingkan dengan
ruang lingkup kegiatan pada perawatan pasien di rumah. Ruang lingkup
kegiatan pada kunjungan rumah hanya untuk lebih mengenal kehidupan
pasien serta melakukan pertolongan kedokteran yang bersifat rawat
jalan saja. Sedangkan pada perawatan pasien di rumah, ruang lingkup
kegiatan tersebut telah mencakup kegiatan pertolongan kedokteran yang
bersifat rawat inap (Prasetyawati, 2010).

2.1.2 Tujuan dilakukan Kunjungan dan Perawat di Rumah dalam


Kedokteran Keluarga

Berikut ini terdapat beberapa tujuan dilakukan kunjungan di rumah


dalam kedokteran keluarga adalah:(Prasetyawati, 2010).

1. Untuk lebih mengenal kehidupan pasien.


Telah disebutkan bahwa pelayanan dokter keluarga adalah
pelayanan kedokteran menyeluruh. Untuk dapat menyelenggarakan
pelayanan kedokteran menyeluruh ini, diperlukan antara lain

4
5

tersedianya data yang lengkap tentang keadaan pasien, sedemikian


rupa sehingga dapat dikenal kehidupan pasien secara lebih
lengkap.Untuk dapat mengumpulkan data ini tidak ada upaya lain
yang dapat dilakukan kecuali melakukan kunjungan ke rumah
pasien.

2. Untuk melakukan pertolongan kedokteran


Telah disebutkan bahwa salah satu karakteristik pokok pelayanan
dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang
berkesinambungan. Untuk dapat mewujudkan pelayanan
kedokteran yang seperti ini, tentu tidak cukup jika pelayanan dokter
keluarga yang diselenggarakan hanya bersifat pasif, dalam arti
hanya menanti pasien berkunjung ke tempat praktek saja.
Pelayanan dokter keluarga yang baik harus bersifat aktif, dalam
arti, jika memang diperlukan, melakukan kunjungan dan atau
merawat pasien di rumah pasien.Banyak alasan kenapa pertolongan
kedokteran perlu dilakukan melalui kunjungan dan ataupun
perawatan di rumah tersebut. Dua di antaranya yang dipandang
mempunyai peranan yang amat penting, yakni:

a. Karena keadaan kesehatan pasien tidak memungkinkan untuk


datang ke tempat praktek alasan pertama perlunya dilakukan
pertolongan kedokteran melaluikunjungan dan atau perawatan di
rumah adalah karena keadaan kesehatan pasien tidak
memungkinkan untuk datang berobat ke tempat praktek, atau
kalau tetap dipaksakan, akan lebih memperberat keadaan pasien.
Keadaan yang tidak memungkinkan tersebut banyak macamnya.
Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam, yakni :

1) Karena menderita penyakit akut yang tidak memungkinkan


pasien luntuk dibawa ke tempat praktek, atau kalau dibawa
dan kebetulan menderita penyakit menular, dapat
membahayakan orang lain.
6

2) Karena menderita penyakit kronis, terutama apabila dialami


ole orang yang telah lanjut usia

3) Karena menderita penyakit stadium terminal yang telah tidak


ada harapan untuk hidup lagi.

b. Sebagai Tindak Lanjut Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit

Alasan kedua perlunya dilakukan pertolongan kedokteran melalui


kunjungan dan atau perawatan di rumah adalah untuk
menindaklanjuti pelayanan rawat inap bagi pasien yang baru saja
keluar dari rumah sakit. Dokter keluarga yang baik seyogyanya
dapat melakukan pelayanan tindak lanjut ini, sedemikian rupa
sehingga keadaan kesehatan pasien kembali pada keadaan semula
serta dapat melakukankegiatan rutin sehari - hari. Pada akhir -
akhir ini, pelayanan tindak lanjut rawat inap melalui kunjungan
dan atau perawatan di rumah,tampak semakin bertambah penting.
Penyebab utamanya adalah karenamahalnya biaya perawatan di
rumah sakit, sehingga pasien karena kesulitan biaya, meskipun
belum sembuh sempurna telah minta untuk segera dipulangkan.

2.1.3 Faktor-faktor Pendorong Kunjungan Rumah

Faktor - faktor pendorong yang dimaksudkan di sini secara umum


dapat dibedakan atas tiga macam, yakni: (Hanks, 2011).

a) Makin meningkatnya usia hidup rata - rata anggota masyarakat


Faktor pertama yang diperkirakan mempunyai peranan yang amat
besar dalam mendorong makin pentingnya pelayanan kunjungan
dalam perawatan pasien di rumah adalah makin meningkatnya usia
hidup rata - rata dari anggota masyarakat. Akibatnya jumlah
penduduk lanjut usia akan semakin banyak ditemukan. Keadaan
yang seperti ini pasti akan besar peranannya dalam mengubah
sistem pelayanan kedokteran. Sebagai akibat dari masalah kesehatan
penduduk lanjut usia yang bersifat khas, menyebabkan pelayanan
7

kedokteran telah tidak dapat lagi jika hanya mengandalkan diri pada
pelayanan yang bersifat pasif saja. Untuk hasil yang optimal dari
pelayanan kedokteran orang usia lanjut tersebut diperlukan
pelayanan kedokteran yang lebih aktif, yang antara lain dapat
diwujudkan melalui pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah.

b. Makin meningkatnya biaya pelayanan rawat inap di rumah sakit


Pada saat ini, sebagai pengaruh dari berbagai faktor, termasuk
penggunaan berbagai alat kedokteran canggih, menyebabkan biaya
pelayanan kesehatan, terutama pelayanan rawat inap di rumah sakit,
tampak semakin meningkat. Dalam keadaan yang seperti ini tidak
mengherankan jika banyak anggota masyarakat mencoba
menghindar dari perawatan rumah sakit. Atau kalaupun sempat
dirawat, berusaha untuk segera pulang, meskipun sebenarnya
keadaan kesehatan orang tersebut belum sepenuhnya pulih. Untuk
dapat tetap memperoleh pertolongan kedokteran sesuai dengan
kebutuhan, banyak anggota masyarakat akhirnya memang lebih suka
memilih perawatan di rumah saja untuk hasilnya yang optimal, jelas
sangat memerlukan pelayanan kunjungan dan ataupun perawatan
pasien di rumah.

c. Karena desakan program asuransi kesehatan


Sebagai akibat dari makin meningkatnya biaya kesehatan, banyak
pihak mulai mengembangkan program asuransi kesehatan. Untuk
memperkecil risiko finansial, perusahaan asuransi kesehatan
biasanya tidak memperlakukan sistem pembiayaan atas dasar tagihan
(indemnity), melainkan atas dasar kapitasi (capitation). Dengan
sistem pembiayaan yang seperti ini, tidak ada pilihan lain bagi dokter
kecuali aktif menyelenggarakan pelayanan pencegahan penyakit,
yang antara lain dapat dilakukan melalui pelayanan kunjungan dan
perawatan pasien di rumah.
8

2.1.4 Manfaat Kunjungan dan Perawatan di Rumah dalam Kedokteran


Keluarga

Menurut Hanks (2011), apabila kunjungan dan atau perawatan di


rumah dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, akan diperoleh banyak
manfaat. Beberapa dari manfaat tersebut antara lain adalah:

1. Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien.


Adanya peningkatan pemahaman yang seperti ini mudah
dimengerti, karena memanglah dengan dilakukannya kunjungan
dan atau perawatan pasien di rumah tersebut, dokter akan
memperoleh banyak keterangan tentang pasien yang dimaksud.
2. Dapat lebih meningkatkan hubungan dokter - pasien Sama halnya
dengan pemahaman, peningkatan hubungan dokter - pasien ini
adalah juga sebagai hasil dari dilakukannya kunjungan dan atau
perawatan pasien di rumah.
3. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan
kesehatan pasien Dengan makin meningkatnya pemahaman dokter
tentang keadaan pasien, dan atau dengan makin baiknya hubungan
dokter-pasien, berarti sekaligus akan meningkatkan pula
pemahaman dokter tentang kebutuhan serta tuntutan kesehatan
pasien. Adanya pemahaman yang seperti ini jelas akan berperanan
besar dalam upaya lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan
tuntutan kesehatan pasien.
4. Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien Pelayanan kedokteran
yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien,
apalagi jika disertai dengan hubungan dokter - pasien yang baik,
pasti mempunyai peranan yang amat besar dalam lebih
meningkatkan kepuasan pasien (patient satisfaction). Sesuatu yang
pada akhir-akhir ini telah disepakati sebagai salah satu tolok ukur
yang paling penting dari pelayanan kesehatan yang bermutu.
(Hanks, 2011).
9

2.1.5 Tata Cara Kunjungan Pasien di Rumah

Menurut Murti (2013), berikut ini prosedur kerja home visit, yaitu:

A. Hari 1:
1. Mempelajari data-data pasien rawat jalan di puskesmas
setempat untuk memilih sasaran keluarga yang akan dikunjungi
sesuai jumlah kelompok kecil
2. Melakukan survey pasien yang akan dikunjungi pada hari
kedua dan membuat janji jadwal kkunjungan yang akan
dilakukan kemudian dikonsultasikan kepada instruktur
lapangan
3. Mengindentifikasi dan membuat prioritas masalah yang ada di
dalam kelluarga yang akan dikunjungi untuk persiapan
pemberian nasehat/penyuluhan pada saat pelaksanaan kegiatan
kunjungan pasien di rumah
4. Mengisi form pelaporan kegiatan kunjungan rumah yang ada
di klinik dokter keluarga
5. Mempersiapkan alat yang akan dipakai dalam kunjungan
pasien di rumah (tensimeter, stetoskop, termometer, senter,
media penyuluhan).
B. Hari II:
1. Melaksanakan kunjungan rumah sesuai engan tata cara yang
telah dipelajari sebelumnya
2. Mengisi form-form data kunjungan rumah yang telah
ditentukan
3. Melaporkan secara lisa kegiatan yang telah dilaksanakan
kepada instruktur atau pihak puskesmas
4. Membuat analisa atas data-data yang telah dikumpulkan
5. Menyusun laporan akhir kegiatan
C. Hari III:
10

1. Mengumpulkan laporan akhir dan presentasi hasil kunjungan


rumah.
Menurut Murti (2013), tata cara kunjungan pasien di rumah
mencakup bidang yang amat luas. Jika ditinjau dari tenaga
pelaksana, dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, dilakukan
sendiri oleh dokter yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga. Kedua, dilakukan oleh petugas kesehatan khusus,
lazimnya tenaga paramedis, yang telah mendapatkan pelatihan.
Sedangkan, jika ditinjau dari pihak yang mengambil inisiatif,
juga dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, atas inisiatif
dokter keluarga yang melaksanakan pelayanan dokter keluarga.
Kedua, atas inisiatif pasien yang memerlukan pertolongan
kedokteran dari dokter keluarga. Tata cara yang dimaksud
secara umum dapat dibedakan atas tiga macam hal, yaitu:

a. Untuk Mengumpulkan Data tentang Pasien


Jika tujuan kunjungan rumah adalah untuk mengumpulkan
data tentang pasien, tata cara yang ditempuh adalah sebagai
berikut:
1) Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi,
Apabila memang ada kemampuan, seyogyanya dokter
keluarga dapat melakukan kunjungan rumah kepada semua
keluarga yang menjadi tanggung jawabnya, terutama apabila
keluarga tersebut merupakan pasien baru. Tetapi apabila
kemampuan tersebut tidak dimiliki, kunjungan rumah untuk
pengumpulan data cukup dilakukan terhadap keluarga yang
sangat membutuhkan saja, yakni keluarga yang termasuk
dalam kelompok berisiko tinggi (high risk family), seperti
misalnya menderita penyakit menular, isteri sedang hamil,
atau keluarga dengan anak balita. Siapkanlah daftar nama
keluarga yang akan dikunjungi tersebut.

2) Mengatur jadwal kunjungan


11

Tidak ada gunanya melakukan kunjungan rumah apabila


kepala keluarga yang dapat menjelaskan tentang kehidupan
keluarga yang ingin diketahui dan atau anggota keluarga
yang ingin dikunjungi, sedang tidak berada di tempat. Untuk
menghindari kunjungan rumah yang sia - sia ini, perlulah
dilakukan pengaturan jadwal kunjungan rumah yang sebaik -
baiknya.
3) Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan
Macam data yang akan dikumpulkan banyak macamnya,
yang kesemuanya sangat tergantung dari masalah kesehatan
yang ada pada keluarga. Macam data minimal yang patut
dikumpulkan adalah tentang identitas keluarga, keadaan
rumah dan lingkungan pemukiman pasien, struktur keluarga
(genogram), fungsi keluarga serta interaksi anggota keluarga
dalam menjalankan fungsi keluarga. Data minimal ini sering
disebut sebagai data dasar (database) keluarga dan atau
disebut pula sebagai profil keluarga.
4) Melakukan pengumpulan data
Apabila ketiga persiapan di atas selesai dilakukan, kegiatan
dilanjutkan dengan melakukan kunjungan rumah serta
mengumpulkan data sesuai dengan yang telah direncanakan.
Kumpulkanlah data tersebut selengkap-lengkapnya, tetapi
jangan terburu-buru karena kecuali dapat meninggalkan
kesan yang kurang baik, juga biasanya data yang
dikumpulkan melalui satu kunjungan saja, sering tidak
menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
5) Melakukan pencatatan data
Kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah mencatat semua
data yang berhasil dikumpulkan. Catatan data dasar pasien
ini biasanya dilakukan pada rekam medis khusus yang
disebut dengan nama rekam medis keluarga.
6) Menyampaikan nasehat dan atau penyuluhan kesehatan
12

Sekalipun tujuan utama kunjungan rumah adalah untuk


mengumpulkan data pasien, namun sangat dianjurkan pada
waktu kunjungan rumah tersebut dapat sekaligus
disampaikan nasehat dan ataupun dilakukan penyuluhan
kesehatan, sesuai dengan hasil temuan. Misalnya,
menyampaikan nasehat tentang kebersihan perseorangan,
kebersihan lingkungan pemukiman, dan lain sebagainya.
Sesungguhnyalah melalui kunjungan rumah akan dapat
dikumpulkan data tentang pasien secara lengkap, yang jika
dilakukan hanya melalui wawancara di ruang praktek, hampir
tidak mungkin diperoleh. Pasien memang akan lebih bersikap
terbuka jika berada di lingkungan yang lebih dikenalnya,
yakni lingkungan rumah dan keluarganya, bukan lingkungan
tempat praktik (Murti, 2013).
b. Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif
Dokter Keluarga
Jika tujuan kunjungan rumah tersebut adalah untuk
memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif dokter
keluarga, misalnya untuk keperluan pelayanan tindak lanjut
yang telah terjadwal dan disepakati bersama, maka tata cara
yang dilakukan mencakup enam kegiatan pokok sebagai
berikut:
1) Mempersiapkan jadwal kunjungan
Kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah
mempersiapkan jadwal kunjungan yang berisikan daftar
nama pasien yang akan dikunjungi sesuai dengan tanggal
dan jam kunjungan yang telah ditetapkan dan disepakati
oleh pasien. Ada baiknya jadwal kunjungan tersebut
disusun untuk satu minggu sekali.
2) Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun
kepada pasien
13

Jika keadaan memungkinkan ada baiknya jadwal


kunjungan tersebut disampaikan kepada pasien yang
akan dikunjungi. Misalnya melalui surat dan ataupun
telepon, yang sebaiknya disampaikan minimal tiga hari
sebelum tanggal kunjungan. Maksudnya untuk
mengingatkan kembali pasien tentang perjanjian
kunjungan yang akan dilakukan, yang apabila ada
perubahan, masih sempat diperbaiki.
3) Mempersiapkan keperluan kunjungan
Sebelum berkunjung ke tempat pasien, dokter harus
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, sesuai
dengan pertolongan kedokteran yang akan dilakukan.
Jangan lupa pula membawa rekam medis keluarga untuk
pasien yang akan dikunjungi tersebut.
4) Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran
Sesuai dengan tanggal dan jam yang telah ditetapkan
dalam jadwal kunjungan, dokter keluarga berkunjung ke
tempat pasien serta melakukan pertolongan kedokteran
sesuai dengan keperluan pasien. Patut diingat dalam
pertolongan kedokteran ini termasuk pula pemberian
nasehat atau penyuluhan kesehatan yang ada
hubungannya dengan kesehatan pasien.
5) Mengisi rekam medis keluarga
Kegiatan kelima yang dilakukan adalah mencatat semua
hasil temuan serta tindakan kedokteran yang dilakukan
pada rekam medis keluarga. lsilah rekam medis keluarga
tersebut dengan lengkap.
6) Menyusun rencana tidak lanjut
Kegiatan terakhir yang dilakukan adalah bersama pasien
menyusun rencana pelayanan tindak lanjut yang perlu
dilakukan. Jika memang perlu pelayanan rawat inap di
14

rumah sakit, bicarakanlah dengan sebaik – baiknya


(Murti, 2013).
c. Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif
Pasien Atau Pihak Keluarga
Jika pihak yang mengambil inisiatif adalah pasien atau
keluarganya, yang biasanya terjadi apabila menderita penyakit
yang bersifat mendadak (acute), tata cara yang ditempuh adalah
sebagai berikut:
1) Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien
Kegiatan pertama yang dilakukan ialah menanyakan
selengkapnya tentang keadaan pasien yang memerlukan
kunjungan dan atau perawatan di rumah yang bersifat
mendadak tersebut. Jika panggilan melalui anggota keluarga,
pertanyaan dapat langsung ditanyakan kepada anggota
keluarga. Tetapi jika panggilan diterima melalui telepon,
usahakanlah berbicara langsung dengan pasien yang
memerlukan pertolongan kedokteran di rumah tersebut.
2) Mempersiapkan keperluan kunjungan
Kegiatan kedua yang dilakukan adalah mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan pertolongan
kedokteran yang diperkirakan akan dilakukan. Bawalah
semua alat dan ataupun obat yang diperlukan. Jangan lupa
pula membawa rekam medis keluarga untuk pasien yang
akan memperoleh pertolongan kedokteran tersebut.
3) Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran
Kegiatan ketiga yang dilakukan adalah mengunjungi rumah
pasien serta melakukan pertolongan kedokteran sesuai
dengan keperluan pasien. Sama halnya dengan kunjungan
rumah atas inisiatif dokter, dalam pertolongan kedokteran
yang dimaksudkan di sini termasuk pula pemberian nasehat
atau penyuluhan kesehatan yang ada hubungannya dengan
kesehatan pasien.
15

4) Mengisi rekam medis keluarga


Kegiatan keempat yang dilakukan adalah mencatat semua
hasil temuan serta tindakan kedokteran yang dilakukan
pada rekam medis keluarga. Isilah rekam medis keluarga
tersebut dengan lengkap.
5) Menyusun rencana tindak lanjut
Kegiatan kelima yang dilakukan adalah bersama pasien
menyusun rencana pelayanan tindak lanjut yang perlu
dilakukan. Jika memang diperlukan pelayanan rawat inap
di rumah sakit, bicarakanlah dengan sebaik-baiknya (Murti,
2013).

2.1.6 Fungsi Keluarga

Sementara menurut WHO fungsi keluarga terdiri dari: (Whinney,


2009).

A. Fungsi Biologis meliputi: fungsi untuk meneruskan keturunan,


memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan merawat
anggota keluarga, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
B. Fungsi Psikologi meliputi: fungsi dalam memberikan kasih sayang
dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga,
membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga,serta
memberikan identitas keluarga.
C. Fungsi Sosialisasi meliputi: fungsi dalam membina sosialisasi pada
anak, meneruskan nilai-nilai keluarga, dan membina norma-norma
tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
D. Fungsi Ekonomi meliputi : fungsi dalam mencari sumber-sumber
penghasilan, mengatur dalam pengunaan penghasilan keluarga
dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga, serta menabung
untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa mendatang.
E. Fungsi Pendidikan meliputi : fungsi dalam mendidik anak sesuai
dengan tingkatan perkembangannya, menyekolahkan anak agar
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku
16

anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, serta


mempersiapkan anak dalam mememuhi peranannya sebagai orang
dewasa untuk kehidupan dewasa di masa yang akan datang.

2.1.7 Pengukuran Fungsi Keluarga

Ada beberapa alat sebagai perangkat penilaian keluarga, yaitu:

1. Family Genogram
Family genogram merupakan grafik yang menggambarkan
anatomi/struktur keluarga, termasuk: pohon keluarga, grafik
fungsional, riwayat sakit pada keluarga
2. Family life cycle
Siklus hidup keluarga merupakan cara dokter memahami
perkembangan keluarga agar dapat membentuk hipotesis yang
baik tentang permassalahan yang sedang dialami pasien, dan
dapat membantu anggota keluarga menyiapkan diri dari masalah
dan membantu memecahkannya. Siklus hidup keluara
konsepnya dibuat menjadi tahapan-tahapan
3. Family Life Line
Jalur hidup keluarga merupakan gambaran kronologis kehidupan
atau kejadian klinis dan pemecahannya
4. Family APGAR (Adaptasi, Partnership, Growth, Affection, &
Resolve)
Family APGAR merupakan alat screening untuk disfungsi
keluarga, kepuasan individu mengenai hubungan kekeluargaan
5. Family SCREEM (Social, Cultural, Religious, Economic,
Educational, Medical)
Family SCREEM merupakan gambaran ketersediaan sumber,
penilaian kapasitas keluarga dalam berpartisipasi pada ketentuan
pelayanan kesehatan yang mengatasi krisis (Whinney, 2009).
17

2.2 Kedokteran Keluarga

2.2.1 Definisi Kedokteran Keluarga

Menurut National University of Singapore (2004) kedokteran


keluarga adalah ilmu yang menekankan pentingnya pemberian
pelayanan kesehatan yang personal, primer, komprehensif dan
berkelanjutan (kontinu) kepada individu dalam hubungannya dengan
keluarga, komunitas, dan lingkungannya. Istilah lain dari kedokteran
keluarga adalah Primary Care Medicine, General Practice, Family
Medicine. Kedokteran keluarga menekankan keluarga sebagai unit
sosial yang memberikan dukungan kepada individu.

2.2.2 Karakteristik Kedokteran Keluarga

Menurut McWhinney dan Freeman (2009), karakteristik utama dari


kedokteran keluarga, yaitu:

1. Memusatkan perhatian pada pribadi, bukan pada bagaian-bagian


ilmu kelompok penyakit atau teknik-teknik khusus
2. Mencari pemahamamn konteks penyakit (probadi, keluarga,
jejaring sosial dan lingkungan penderita)
3. Melihat setiap kontak pasien sebagai peluang melkaukan
pencegahan atau pendidikan keehatan
4. Meninjau (pasien) dalam praktik sebagai bagian dalri populasi
yang berisiko
5. Melakukan sharing habitat dengan pasien (idealnnya tinggal
dalam wilayah yang sama dengan pasien-pasiennya
(bertetanggaan)
18

6. Melihat pasien di rumah mereka


7. Menaruh perhatian pada aspek-aspek subjektif praktik
kedokteran
8. Berperan sebagai manager sumber daya manusia

2.2.3 Prinsip Kedokteran Keluarga

Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia


mengikuti anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip-
prinsip ini dalam banyak terbitannya.Prinsip-prinsip ini juga
merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas layanan
dokter primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip-
prinsip pelayanan atau pendekatan kedokteran keluarga adalah
memberikan dan mewujudkan: (Azwar, 1996).

1. Komprehensif dan holistik


Memberikan pelayanan secara paripurna berarti melakukan
pemeriksaan secara keseluruhan dengan menimbang rasionalitas dan
mafaatnya bagi pasien. Sebagai contoh misalnya, seorang yang sakit
kepala, pada awalnya mungkin saja hanya diberi parasetamol atau
analgetik lainnya. Jika sakit kepala berulang-ulang, harus digali sejauh
mungkin berbagai kemungkinan penyebabnya, dan bila dipandang
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis
penyebabnya. Tentu saja, rujukan harus dilakukan jika memang
diperlukan, sekalipun pasien ybs tidak memintanya. Selain itu,
ancangan holistik harus dilakukan juga agar terasa lebih manusiawi.
Dokter keluarga lebih mempertimbangkan siapa yang sakit daripada
sekedar penyakit yang disandang.
2. Pelayanan kontak pertama dan kesinambungannya
Sebagai dokter layanan primer, DK merupakan tempat kontak
pertama dengan pasien, tanpa mamandang jenis kelamin, usia, keluhan
utamanya atau sistem organ yang terganggu. Sebenarnya 85% masalah
19

kesehatan dapat diselesaikan di layanan primer jika kinerja DPU/DK


dapat diandalkan. Oleh karena itu yang memerlukan rujukan ke rumah
sakit seharusnya hanya 15%. Jelaslah kiranya kinerja seperti apa yang
harus diwujudkan oleh para DPU/DK agar dapat menyelesaikan 85%
masalah yang dihadapinya.
Dokter keluarga merupakan ujung tombak pelayanan medis
tempat kontak pertama dengan pasien untuk selanjutnya harus menjaga
kontinuitas pelayanan dalam arti, pemantauan kepada pasien dilakukan
secara terus-menerus mengunakan rekam medis yang akurat dan
sistem rujukan yang terkendali.Untuk menunjang kesinambungan
pelayanan, klinik harus dilengkapi dengan rekam medis yang memadai
dan sarana komunikasi yang handal sehingga dokter dapat dihubungi
sewaktu-waktu diperlukan. Demikian pula, jangan lupa membuat surat
rujuk pindah jika ada pasien yang hendak pindah tempat tinggal
misalnya pindah kota atau pindah klinik. Dalam surat rujuk pindah itu
harus dilengkapi dengan data kesehatan yang penting, dengan data
tambahan data yang diperlukan. Boleh dikatakan pemantauan pada
setiap pasien dilakukan mulai dari konsepsi sampai mati.
3. Pelayanan promotif dan preventif
Dokter Keluarga harus berusaha meningkatkan taraf kesehatan
setiap pasien yang menjadi tanggung-jawabnya. Bagaimanapun dokter
keluarga harus berupaya menerapkan seluruh tingkat pencegahan.
Dengan demikian ia harus memberikan ceramah kesehatan dan
vaksinasi, menyelengarakan KB dan KIA dan bahkan acara senam pagi
secara rutin. Selain itu DK harus cepat dan tepat membuat diagnosis
penyakit dan mengobatinya.
4. Pelayanan koordinatif dan kolaboratif
Koordinasi ini dilakukan ketika pasien memerlukan beberapa
konsultasi spesialistis atau pemeriksaan penunjang dalam waktu yang
bersamaan. Selain itu koordinasi pun dilakukan dengan keluarga dan
lingkungannya guna meningkatkan efisiensi pengobatan.
20

Pelayanan kolaboratif artinya bekerja sama juga dengan berbagai


pihak yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, guna
mengefektifkan dan mengefisienkan pelayanan. Misalnya, bekerjasama
dengan labotarotium untuk memantau pasien dengan dugaan DHF
tetapi belum perlu dirawat. Untuk kasus seperti ini pihak laboratorium
diminta untuk memantau perubahan indikator perkembangan penyakit
dan segera melaporkan hasilnya sehinga pasien dapat istirahat di rumah
tanpa bolak-balik ke klinik. Dokter keluarga bukan hanya
mempertimbangkan segi medis tetapi juga ekonomi, sosial dan budaya
sehingga sering perlu melibatkan atau kerjasama dengan berbagai
pihak.
5. Pelayanan personal
Titik tolak pelayanan DK adalah pelayanan personal seorang
individu sebagai bagian integral dari keluarganya. Seorang individu,
sekalipun menjadi bagian dari sebuah keluarga, dibenarkan mempunyai
DK sendiri yang mungkin dapat berbeda atau sama dengan anggota
keluarga yang lain.
6. Mempertimbangkan keluarga, komunitas, dan lingkungannya.
Dalam mengobati pasien, DK tidak boleh lupa bahwa pasien
merupakan bagian integral dari keluarga dan komunitasnya.
Kesembuhan penyakit sangat dipengaruhi lingkungannya dan
sebaliknya penyakit pasien dapat mempengaruhi lingkungannya juga.
7. Sadar etika dan hukum
Sadar etika dalam praktiknya diwujudkan dalam perilaku dokter
dalam menghadapi pasiennya tanda memandang status sosial, jenis
kelamin, jenis penyakit, ataupun sistem oragn ayng sakit. Semua dalah
pasiennya dan harus dilayani secara profesional. Demikian pula dengan
sadar hukum, sangat dekat dengan perilaku dokter untuk tetap bekerja
dalam batas-batas kewenanangan dan selalau mentaati kewajiban yang
digariskan oleh hukum yang berolaku di daerah tempat praktiknya.
8. Sadar biaya
21

Yang tidak kalah pentingnya adalah sadar biaya yang juga


sebenarnya menyangkut perilaku DK dalam pertimbangkan ”cost
effectiveness” dari biaya yang dikeluarkan oleh pasien. Dengan kata
lain biaya harus menjadi pertimbangan akan tetapi tidak boleh
menurunkan mutu pelayanan.
9. Menyelenggarakan pelayanan yang dapat diaudit dan
dipertanggungjawabkan.
Sebenarnya yang diaudit mencakup selurut strata pelayanan
kesehatan bukan hanya layanan DK. Kenyataannya sampai sekarang
audit medis masih jauh dari harapan terutama di Indonesia. Namun
demikian praktik DK harus memulai mempersiapkan diri untuk
sewaktu-waktu dapat diaudit oleh pihak yang berwenang. Audit medis
ini merupakan upaya peningkaan kualitas pelayanan dan sala sekali
bukan upaya untuk memata-matai praktik dokter(Azwar, 1996).

2.2.4 Anamnesis Holistik dan Diagnosis Holistik

Anamnesis holistik adalah bagian dari prosedur diagnosis,


wawancara medis akan mencari jawaban mengenai mekanisme dan
penybab seseorang dapat akit, serta penyebab hal tersebut terjadi pada
waktu tertentu secara menyeluruh. Anamnesis diarahkan berdasarkan
Sacred Seven dan Based (fundamental) four (Soetjiningsih, 2008).

1. The sacred seven


Untuk mendapatkan deskripsi yang jelas tentang penyakit pasien,
kita harus melakukan analisis keluan utama dari penyakit yang
sekarang dalam bentuk tujuh dimensi. Berikut urutannya.

a. Lokasi (Location)
Organ atau sistem mana yang mengalami keluhan. Apabila keluhan
berupa batuk atau mencret, maka lokasi keluhan otomatis kita
ketahui lokasinya pada saluran pernafasan atau saluran cerna.
Apabila keluhan berupa nyeri perut, perlu dijelasan nyeri perut
22

daerah mana (mis: perut kanan bawah, perut daerah ulu hati).
Karena dengan mengetahui lokasi yang jelas, dokter akan dapat
memperkirakan organ perut mana yang kira-kira sakit.

b. Onset (Onset)
Sejak kapan keluhan mulai dirasakan? Apakah keluhan terjadi
secara mendadak atau perlahan-lahan? Apakah keluhan didahului
kejadian atau keadaan tertentu. Misalnya nyeri dada timbul secara
mendadak setelah olah raga berat.

c. Kualitas
Misalnya nyeri pada dada, apakah seperti tertusuk-tusuk atau
mungkin seperti tertimpa beban berat. Gambaran yang diceritakan
dalam surat konsultasi hendaknya bisa menjawab pertanyaan
“Seperti apakah rasa nyeri itu?”
d. Kuantitas
Apakah beratnya keluhan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari
atau mengganggu tidur? Misalnya sesak sampai tidak bisa aktivitas
ringan (mis: tidak bisa mandi, berjalan ke kamar mandi), atau tidur
terlentang saja sudah sesak, ini mencerminkan beratnya sesak.
e. Kronologis
Hal yang musti dijabarkan pasien hendaknya dapat menjelaskan
kronologis keluhan tersebut sejak pertama kali dirasakan sampai
saat ini dan bagaimana perkembangannya.
f. Faktor Modifikasi (Modifying factors)
Adalah keadaan yang dapat memperingan atau memperberat
keluhan. Jawaban pertanyaan ini dapat menjelaskan jenis
penyebabnya. Misalnya sesak saat aktivitas berat dan berkurang
apabila istirahat, mencerminkan penyebabnya berhubungan dengan
jantung.
g. Keluhan Penyerta (Assocciated Symptoms)
Sering sekali setiap penyakit mempunyai banyak gejala. Yang
23

dirasakan paling keras merupakan keluhan utama, sedangkan


keluhan lainnya merupakan keluhan penyerta.

2. Basic fundamental four


a. Present illness (riwayat penyakit sekarang) yang sering dipisahkan
dalam: keluha utama dan anailisi keluhan utama dalam tujuh
dimensi (sacred seven), kemudian diikuti dengan kajian sistem
yang relevan dengan problem yang dihadapii pasien.
b. Past health history, yaitu riwayat kesehatan yang lalu/sebelumnya
c. Family health history, yaitu riwayat kesehatan keluarga
d. Personal/social history, yaitu riwayat pribadi/sosial pasien.
Tanyakan pada pasien mengenai hubungan sosial, pekerjaan,
pendidikan, rkreasi, hobi, perjalanan, kebiasaan pribadi (merokok,
minum alkohol, kopi, kebiasaan tidur, diet, dan olahrga), aktivitas
sosial, keuangan, dan agama.
Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasikan
dan menentukan dasar dan penyebab (disease), luka (injury), serta
kegawatan yang diperoleh dari keluhan riwayat penyakit pasien,
pemeriksaan penunjang dan penilaian internal dan eksternal dalam
kehidupan pasien dan keluarganya. Holistik merupakan salah satu
konsep yang meliputi dimensi personal, fisik, psikologi, sosial, dan
spiritual dalam penanggulangan dan pencegahan penyakit. Dalam
pendekatan holistik, dipercayai bahwa kesehatan seseorang tidak
hanya bergantung pada apa yang sedang terjadi secara fisik pada
tubuh seseorang, tetapi juga terkait dengan kondisi psikologi,
emosi, sosial, spiritual, dan lingkungan.

Ada 5 aspek dalam diagnostik holistik, yaitu : (Kekalih, 2008).

1. Aspek Personal: alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran dan


persepsi pasien
2. Aspek Klinis: Masalah medis, diagnosis kerja berdasarkan
gejala dan tanda
24

3. Aspek risiko internal: seperti pengaruh genetik, gaya hidup,


kepribadian, usia, gender
4. Aspek risiko eksternal dan psikososial: berasal dari lingkungan
(keluarga, tempat kerja, tetangga, budaya)
5. Penilaian Fungsi Sosial:
Penilaianterhadapderajatfungsionalpasienpadasaatini (diwaktu
yang bersangkutan).

2.3 Asma Bronkial


2.3.1 Definisi Asma Bronkial
Asma adalah penyakit gangguan inflamasi kronis saluran
pernapasan yang dihubungkan dengan hiperresponsif aliran udara
yang reversible dan gejela pernapasan. Inflamasi kronik menyebabkan
peningkatan respon saluran pernapasan yang menimbulkan gejala
episodik berulang, mengi, sesak nafas, rasa berat di dada serta batuk
terutama malam hari dan atau dini hari. Gejala ini umumnya
berhubungan dengan pengurangan arus udara yang luas tapi bervariasi
yang biasanya reversible baik secara sepontan maupun dengan
pengobatan (Sudjarto, 2008).

2.3.2. Epidemiologi

World Health Organization (WHO) memperkirakan 100-150


juta penduduk dunia menderita asma. Bahkan jumlah ini diperkirakan
akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun.
Sumber lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300
juta orang di seluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun
belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik,
maka diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih
tinggi lagi pada masa akan datang.(Departemen Kesehatan RI, 2009)

2.3.3. Etiologi
25

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan


presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.

1. Faktor predisposisi
Genetik. Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang
jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya
bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
A. Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (debu,
bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi)
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut (makanan dan obat-
obatan)
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
(perhiasan, logam dan jam tangan)

B. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
C. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang
sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera
diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan
26

emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah


pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
D. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik
pada waktu libur atau cuti.
E. Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari
cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan
asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.

2.3.4. Patofisiologi
Asma merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel
dan ditandai oleh serangan batuk, mengi dan dispnea pada individu
dengan jalan nafas hiperreaktif. Tidak semua asma memiliki dasar
alergi, dan tidak semua orang dengan penyakit atopik mengidap asma.
Asma mungkin bermula pada semua usia tetapi paling sering muncul
pertama kali dalam 5 tahun pertama kehidupan. Mereka yang asmanya
muncul dalam 2 dekade pertama kehidupan lebih besar
kemungkinannya mengidap asma yang diperantarai oleh IgE dan
memiliki penyakit atopi terkait lainnya, terutama rinitis alergika dan
dermatitis atopik.(Pedoman Diagnosis& Penatalaksanaan Di
Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2004)
Langkah pertama terbentuknya respon imun adalah aktivasi
limfosit T oleh antigen yang dipresentasikan oleh sel-sel aksesori,
yaitu suatu proses yang melibatkan molekul Major Histocompability
Complex atau MHC (MHC kelas II pada sel T CD4+ dan MHC kelas I
pada sel T CD8+). Sel dendritik merupakan Antigen Precenting Cells
27

(APC) utama pada saluran respiratori. Sel dendritik terbentuk dari


prekursornya di dalam sumsum tulang, lalu membentuk jaringan yang
luas dan sel-selnya saling berhubungan di dalam epitel saluran
respiratori. Kemudian, sel-sel tersebut bermigrasi menuju kumpulan
sel-sel limfoid di bawah pengaruh GM-CSF, yaitu sitokin yang
terbentuk oleh aktivasi sel epitel, fibroblas, sel T, makrofag, dan sel
mast. Setelah antigen ditangkap, sel dendritik pindah menuju daerah
yang banyak mengandung limfosit. Di tempat ini, dengan pengaruh
sitokin-sitokin lainnya, sel dendritik menjadi matang sebagai APC
yang efektif.
Reaksi fase cepat pada asma dihasilkan oleh aktivasi sel-sel
yang sensitif terhadap alergen Ig-E spesifik, terutama sel mast dan
makrofag. Pada pasien dengan komponen alergi yang kuat terhadap
timbulnya asma, basofil juga ikut berperan. Reaksi fase lambat pada
asma timbul beberapa jam lebih lambat dibanding fase awal. Meliputi
pengerakan dan aktivasi dari sel-sel eosinofil, sel T, basofil, netrofil,
dan makrofag. Juga terdapat retensi selektif sel T pada saluran
respiratori, ekspresi molekul adhesi, dan pelepasan newly generated
mediator. Sel T pada saluran respiratori yang teraktivasi oleh antigen,
akan mengalami polarisasi ke arah Th2, selanjutnya dalam 2 sampai 4
jam pertama fase lambat terjadi transkripsi dan transaksi gen, serta
produksi mediator pro inflamasi, seperti IL2, IL5, dan GM-CSF untuk
pengerahan dan aktivasi sel-sel inflamasi. Hal ini terus menerus
terjadi, sehingga reaksi fase lambat semakin lama semakin kuat.
Pada remodeling saluran respiratori, terjadi serangkaian proses
yang menyebabkan deposisi jaringan penyambung dan mengubah
struktur saluran respiratori melalui proses dediferensiasi, migrasi,
diferensiasi, dan maturasi struktur sel. Kombinsai antara kerusakan sel
epitel, perbaikan epitel yang berlanjut, ketidakseimbangan Matriks
Metalloproteinase (MMP) dan Tissue Inhibitor of Metalloproteinase
(TIMP), produksi berlebih faktor pertumbuhan profibrotik atau
Transforming Growth Factors (TGF-β), dan proliferasi serta
28

diferensiasi fibroblas menjadi miofibroblas diyakini merupakan proses


yang penting dalam remodelling. Miofibroblas yang teraktivasi akan
memproduksi faktor-faktor pertumbuhan, kemokin, dan sitokin yang
menyebabkan proliferasi sel-sel otot polos saluran respiratori dan
meningkatkan permeabilitas mikrovaskular, menambah vaskularisasi,
neovaskularisasi, dan jaringan saraf. Peningkatan deposisi matriks
molekul termasuk kompleks proteoglikan pada dinding saluran
respiratori dapat diamati pada pasien yang meninggal akibat asma. Hal
tersebut secara langsung berhubungan dengan lamanya penyakit.
(Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia.2004)
Hipertrofi dan hiperplasia otot polos saluran respiratori serta sel
goblet dan kelenjar submukosa terjadi pada bronkus pasien asma,
terutama yang kronik dan berat. Secara keseluruhan, saluran
respiratori pasien asma, memperlihatkan perubahan struktur saluran
respiratori yang bervariasi dan dapat menyebabkan penebalan dinding
saluran respiratori. Remodeling juga merupakan hal penting pada
patogenesis hiperaktivitas saluran respiratori yang non spesifik,
terutama pada pasien yang sembuh dalam waktu lama (lebih dari 1-2
tahun) atau yang tidak sembuh sempurna setelah terapi inhalasi
kortikosteroid.(Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2004)
Adapun Patogenesis asthma seperti pada gambar :

Sumber : Global Initiative for Asthma 2005


29

2.3.5. Diagnosis

Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik,


gejala berkaitan dengan cuaca. Anamsesis yang baik cukup untuk
menegakkan diagnosis, di tambah dengan pemeriksaan jasmani dan
pengukuran faal paru terutama reversibiliti kelainan faal paru, akan
lebih meningkatkan nilai diagnostik.

Riwayat penyakit/gejala :
a. Bersifat episodik,seringkali reveribel dengan atau tanpa pengobatan
b. Gejala berupa batuk,sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
c. Gejala/timbul/memburuk terutama malam/dini hari
d. Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
e. Respons terhadap pemberian bronkodilator
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :
a. Riwayat keluarga (atopi)
b. Riwayat alergi / atopi
c. Penyakit lain yang memberatkan
d. Perkembangan penyakit dan pengobatan

Menurut Global Initiative for Asthma(Medical Communications Resources,


Inc ; 2006.)
1. Intermiten
Gejala kurang dari 1 kali, serangan singkat, gejala nokturnal tidak lebih
dari 2 kali/bulan (FEV1 ≥80% predicted atau PEF ≥80% nilai terbaik
individu, variabilitas PEV atau FEV1<20%)
2. Persisten ringan
Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari, serangan
dapat mengganggu aktivitas dan tidur, gejala nokturnal >2 kali/bulan
(FEV1 ≥80% predicted atau PEF ≥80% nilai terbaik individu,
variabilitas PEV atau FEV120-30%)
3. Persisten sedang
Gejala terjadi setiap hari, serangan dapat mengganggu aktivitas dan
tidur, gejala nokturnal >1 kali/ minggu, menggunakan agonis-β2 kerja
30

pendek setiap hari (FEV1 60-80% predicted atau PEF 60-80% nilai
terbaik individu, variabilitas PEV atau FEV1>30%).
4. Persisten berat
Gejala terjadi setiap hari, serangan sering terjadi, gejala asma nokturnal
sering terjadi (FEV1 ≤60% predicted atau PEF ≤60% nilai terbaik
individu, variabilitas PEV atau FEV1>30%)

Tabel. Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis

Derajat Gejala Gejala malam Faal


paru
Intermiten Gejala kurang dari 1x/minggu Kurang dari 2 kali APE >
dalam sebulan 80%
Asimtomatik
Persisten -Gejala lebih dari 1x/minggu tapi Lebih dari 2 kali dalam APE
ringan kurang dari 1x/hari sebulan >80%

-Serangan dapat menganggu


Aktivitas dan tidur
Persisten -Setiap hari, Lebih 1 kali dalam APE 60-
sedang seminggu 80%
-serangan 2 kali/seminggu, bisa
berahari-hari.

-menggunakan obat setiap hari

-Aktivitas & tidur terganggu


31

Persisten - gejala Kontinyu Sering APE


berat <60%
-Aktivitas terbatas

-sering serangan

2.3.6. Tatalaksana Asma

Tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk


meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma
dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari (asma terkontrol).
Tujuan :
a. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma;
b. Mencegah eksaserbasi akut;
c. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal
mungkin;
d. Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise;
e. Menghindari efek samping obat;
f. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow
limitation) ireversibel;
g. Mencegah kematian karena asma.
h. Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak
sesuai potensi genetiknya.
Dalam penatalaksanaan asma perlu adanya hubungan yang baik
antara dokter dan pasien sebagai dasar yang kuat dan efektif, hal ini
dapat tercipta apabila adanya komunikasi yang terbuka dan selalu
bersedia mendengarkan keluhan atau pernyataan pasien, ini
merupakan kunci keberhasilan pengobatan :
a. KIE dan Hubungan dokter-pasien
b. Identifikasi dan menurunkan pajanan terhadap faktor resiko
c. Penilaian pengobatan dan monitor asma
32

d. Penatalaksanaan asma eksaserbasi akut


e. Keadaan khusus seperti ibu hamil, hipertensi, diabetes
melitus.
1. Penalaksanaan asma akut (serangan berat)
Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang harus
diketahui oleh pasien. Penataksanaan asma sebaiknya dilakukan
oleh pasien di rumah. Dan apabila ada perbaikan segera ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Penanganan harus cepat dan
disesuaikan dengan derajat serangan. Penilaian beratnya serangan
termasuk gejala, pemeriksaan fisik sebaiknya pemeriksaan faal
paru, untuk selanjutnya diberikan pengobatan yang tepat dan
cepat.
Pada serangan asma obat-obat yang digunakan adalah :
a. Bronkodilator (β2 Agonis kerja cepat dan ipratropium
bromida)
b. Kortikosteroid sisemik

2. Penatalaksanaan asma jangka panjang


Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk
mengontrol asma dan mencegah serangan. Pengobatan asma
jangka panjang disesuaikan dengan klasifikasi beratnya asma.
Prinsip pengobatan jangka panjang meliputi Edukasi :
a. Kapan pasien berobat/mencari pertolongan
b. Mengenali gejala serangan asma secara dini
c. Mengetahui oba-obatan pelega dan pengontrol serta cara dan
waktu penggunaan
d. Mengenali dan menghindari faktor resiko
e. Kontrol teratur

Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pasien
diberikan pada saat serangan asma sedangkan obat pengontrol
ditunjukkan untuk pencegahan serangan asma digunakan anti
inflamasi (kortikosteroid inhalasi).
33

Obat asma yang digunakan sebagai pengontrol antara lain :

a. Inhalasi kortikosteroid
b. β2 agonis kerja panjang
c. antileukotrei
d. teofilin lepas lambat

Tabel. Jenis obat asma


34

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas
Nama : Ny. Habsoh
Umur : 47 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Belitang, 01 Januari 1973
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status : Menikah
Alamat :Jl.A. Yani, Lr. Panjaitan.
Agama : Islam
Tanggal kunjungan rumah I : 13 Maret 2020
Tanggal kunjungan rumah II : 14 Maret 2020
Tanggal kunjungan rumah III : 15 Maret 2020

3.2. Subjektif
Anamnesis dilakukan pada pasien dan keluarga pasien pada
tanggal13Maret 2020 pukul 13:00 WIB

1. Keluhan Utama
35

Sesak Nafas
2. Keluhan Tambahan
Tidak ada
3. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu pasien pernahmengeluh sesak
nafas. Pasien mengeluh sesak disertai dengan bunyi ‘’ngik’’. Sesak
tersebut hilang timbul, pasien mengeluhkan sesak biasanya timbul kurang
dari satu minggu atau sebulan muncul satu hingga dua kali. Sesak timbul
apabila cuaca dingin dan setelah pasien melakukan aktivitas yang berat.
Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, dahak campur buih, berwarna
putih, darah tidak ada, pasien mengatakan lebih nyaman dengan posisi
duduk.
Pasien mengaku mempunyai riwayat asma sejak kecilnamun pasien
rutin berobat dan mengkonsumsi obat secara rutin, pasien terakhir kali
kambuh 2 bulan yang lalu.
Untuk keluhan saat ini seperti sesak nafas yang disertai dengan
mengik tidaka da, BAK normal. Riwayat keluarga menderita asma
dijumpai nenek. Riwayat penyakit jantung tidak ada.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit hipertensi : (-)
Riwayat penyakit diabetes mellitus : (-)
Riwayat penyakit asma : sejak ±20 tahun yang lalu
Riwayat jantung : (-)
Riwayat penyakit TB paru : (-)

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit hipertensi : (-)
Riwayat penyakit diabetes mellitus : (-)
Riwayat penyakit asma : (+) Nenek menderita asma
Riwayat jantung : (-)
Riwayat penyakit TB paru : (-)
36

6. Riwayat Pengobatan
Pasien teratur mengkonsumsi obat sejak 20 tahun yang lalu dan berobat
rutin.

7. Riwayat Kebiasaan
Os senang berada di udara yang dingin, sehingga tirai rumah sering
terbuka dan menyebabkan udara yang dingin dari luar masuk kedalam
rumah. Kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol disangkal.

8. Riwayat Pekerjaan
Os pernah bekerja sebagai buruh pijat.

9. Riwayat Higiene
 Pasien mandi dua kali sehari dengan air PDAM dan menggunakan
sabun dan shampoo.
 Pasien mengganti pakaian setiap hari.
 Pasien menggunakan handuk dan pakaian sendiri, tidak bercampur
dengan anggota keluarga yang lain.

10. Riwayat Nutrisi


Os makan tiga kali sehari sebanyak 1 piring setiap kali makan
dengan nasi putih dan lauk seperti ikan, ayam, tahu, tempe, dan
sayuran, yang mana menu setiap hari berbeda beda. Os juga
mengkonsumsi buah setiap 3xseminggu. Makanan yang dikonsumsi
oleh penderita juga di konsumsi oleh anggotakeluarga yang lain.

11. Riwayat Sosial Ekonomi


Ostinggal bersama suami di rumah sendiri sejak tahun 2013,
namun sebelumnya os mengontrak, Sekarang os tinggal bersama
dengan keluarga suami dan kedua anaknya. Rumah tersebut berisikan 4
37

anggota keluarga, dengan kepala keluarga Tn. Husni, istrinya Ny.


Habsoh, anaknya Putri dan Eka.
Pasien tinggal di daerah perumahan dengan kepadatan penduduk
yang cukup baik, rumah pasien berukuran 7m x 10m, tingkat satu
dengan jumlah penghuhi empat orang. Lantai tersusun dari kayu.
Dinding rumah terbuat dari kayu.Atap rumah terbuat dari genteng dan
memiliki plafon. Secara keseluruhan, terdapat saturuang tamu
berukuran 4m x4m; duakamar tidurberukuran 3m x 3m dan 3m x 2m;
satu kamar mandi ukuran 3m x 1,5m; dan satu dapur ukuran 4m x 4,5m.
Terdapat jendela dan ventilasi di beberapa ruangan. Terdapat dua
jendela beserta ventilasi di ruang tamu; satu jendela dan ventilasi pada
masing-masing kamar tidur; satu ventilasi pada kamar mandi; dan dua
jendela dan ventilasi pada dapur. Semua ruangan dibatasi dengan
dinding kayu. Terdapat satu pintu masuk di depan dengan ukuran pintu
berukuran 1m x 2m. Rumah cukup mendapatkan pencahayaan sinar
matahari dan tidak terasa lembab.
Rumah ini memiliki fasilitas 1 buah MCK. Sumber air berasal
dari PDAM dan didalam kamar mandi memiliki ember penampung air.
Kerapian tata letak barang-barang dirumah cukup rapi, namun pada
bagian dapur terlihat kurang baik sehingga terkesan berantakan..
Kebersihan rumah diluar rumah terlihat baik.
Os mengatakan rajin berolahraga dengan jalan pagi dan rutin
membersihkan halaman rumah. Os juga masih aktif dalam kegiatan
sosial di lingkungan pemukiman seperti mengikuti ceramah atau
pengajian di masjid.
Kebutuhan sehari hariberasal dari uang gaji Tn. Husni dan Ny.
Habsoh karena os sudah tidak bekerja lagi. Penghasilan Tn, Husni
sekitar 2.000.000/bulan dan penghasilan Ny. Habsoh sekitar Rp.
1.500.000/ bulan. Keperluan dapur, litrik, dan air PDAM dibiayai dari
penghasilan keduanya. Di rumah tersebut terdapat 1 sepeda motor,
perlengkapan rumah tangga, peralatan elektronik berupa 1 televisi, 1
38

kipas angina.Hubungan os dengan keluarga terkesan harmonis.


Hubungan antar anggota keluarga yang lain juga terjalin baik.

Kesan:
Sosial : Baik
Ekonomi : Cukup
Lingkungan : Baik

12. Riwayat Keluarga


GENOGRAM

Keterangan :

: Laki-laki hidup

: Perempuan hidup

: Laki-laki
39

: Perempuan meninggal

: Penderita Hipertensi

: Pasien

3.3. Objektif
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7C
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 150 cm
IMT : 21,3 (Berat badan ideal)

Keadaan Spesifik
Kepala : normocephali, rambut putih tidak mudah dicabut.
- Mata :konjungtiva anemis (-/-), skleraikterik (-/-)
- Hidung : sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
- Telinga : nyeri tekan (-/-), sekret (-/-)
- Mulut : mukosa bibir kering (-), stomatitis (-), tonsil T1-T1
- Leher : pembesaran KGB (-) JVP tidak meningkat.
Thoraks
40

- Paru
- Inspeksi : simetris, retraksi (-/-)
- Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri sama
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, wheezing (-/-),
rhonki (-/-)
- Jantung
- Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus cordis tidak teraba, thrill (-)
- Perkusi :
- Batas atas : ICS 2 linea parasternalis dextra et
sinistra
- Batas bawah : ICS 6 linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi : BJ I dan II (+) normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
- Inspeksi : datar
- Palpasi : lemas, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri
tekan (-)
- Perkusi : timpani, nyeri ketok CVA (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
Genitalis : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : akralhangat, edema tungkai (-/-), CRT < 2”.

3.4. Pemeriksaan Penunjang (2018)

Tampak corakan paru inflitrat


41

3.5. Follow up
Tabel 3.1. follow up pasien

No
Tanggal SOAP Diagnosis Terapi
.

1. 13/03/2020 S/ sesak tidak ada Asma  Salbutamol tab 3x1


Bronkial

O/

TB : 110cm

BB : 57Kg

TD: 120/80mmHg

N: 82x/menit

RR : 22x/m

T : 36,9 C

 Salbumtamol tab

2. 14/03/2020 S/ - Asma 3x1


Bronkial

O/

TB : 150cm

BB : 58Kg

TD: 140/100mmHg

N: 82x/menit

RR : 22x/m

T : 36,9 C

3.6. Diagnosis Banding


1) ASMA
42

2) PPOK
3) HHD

3.7. Diagnosis Kerja


Asma Bronkial derajat ringan

3.8. Penatalaksanaan
- Promotif
1. Memberikan informasi kepada pasien gambaran umum tentang
penyakit Asma mengenai penyebab, gejala, tatalaksana, serta
komplikasinya.
2. Memberikan informasi kepada pasien mengenai upaya-upaya
pencegahan yang harus dilakukan.Cara hidup sehat: diet yang
sehat, mengatur pola makan, aktivitas fisik teratur,istirahat cukup,
dan hindari stress serta pajanan yang dapat menimbulkan reaksi
asma.
3. Memberi pemahaman mengenai penyakitnya, misalnya pentingnya
meminum obat teratur. Menimbulkan rasa simpati dan empati dari
anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikis mereka
menjadi maksimal.
4. Memberikan informasi kepada pasien mengenai besarnya
kemungkinan penyakit ini diturunkan kepada keturunannya
sehingga harus diberikan promosi kepada seluruh keluarga.

- Preventif
Memberikan informasi mengenai upaya pencegahan yang dapat
dilakukan sehingga tidak mencetuskan dan tidak memperparah
kondisinya
43

1. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko timbulnya asma


2. Menganjurkan membatasi konsumsi maknaan yang dapat
menimbulkan reaksi alergi, dan udara yang dingin
3. Mengkonsumsi air putih yang banyak, diet rendah garam, diet
rendah purin, rendah lemak dan kolesterol
4. Memanfaatkan waktu luang untuk istirahat cukup.

- Kuratif
- Farmakologis
Salbutamol tab 3 x 1

- Non Farmakologis
 Mengihindari pajanan alergi seperti aktivitas yang tidak terlalu berat.
 Hindari udara dingin
 Mengkonsumsi air putih yang cukup.
 Rutin control.
 Minum obat secara anti hipertensi secara teratur.

- Rehabilitatif
Istirahat yang cukup dan anjuran untuk kontrol rutin sebagai
monitoring untuk mencegah keadaan yang lebih buruk.

3.9. Prognosis
Quo ad vitam : dubia bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

3.10. Analisis Kunjungan Rumah(Home Visite)


Home Visite dilakukan ke rumah pasien yang beralamat Jl A. Yani, lr.
Panjaitan Seberang Ulu Palembang

A. Karakteristik Demografi Keluarga


44

Nama Kepala Keluarga : Tn. Husni


Alamat :Jl.Jl. A. Yani, Jl. Panjaitan.
Bentuk Keluarga : Keluarga Besar (Extended Family)

Tabel 3.2. Daftar nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan

Kepala
1. Husni L 49 SMA Buruh
keluarga

Buruh
2. Habsoh Istri P 47 thn SMA
pijat

3 Putri Anak L 17 thn SMA Pelajar

4 Eka Anak P 7 thn SD Pelajar

B. Identifikasi Fungsi Keluarga


1. Fungsi fisiologis (APGAR) dalam keluarga
Tabel 3.3.APGAR ScoreTn. HusniTerhadap Keluarga
45

APGAR ScoreTn. HusniTerhadap Sering/ Kadang- Jarang


Keluarga Selalu kadang / Tidak
Saya puas dengan keluarga saya karena
masing-masing anggota keluarga sudah
A 
menjalankan kewajiban sesuai dengan
seharusnya.
P Saya puas dengan keluarga saya karena
dapat membantu memberikan solusi

terhadap permasalahan yang saya
hadapi.
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk
G 
mengembangkan kemampuan yang saya
miliki.
Saya puas dengan kehangatan / kasih
A 
sayang yang diberikan keluarga saya.
Saya puas dengan waktu yang
R disediakan keluarga untuk menjalin 
kebersamaan
Total 8

Tabel 3.4.APGAR ScoreNy. HabsohTerhadap Keluarga


APGAR ScoreNy. Habsoh Terhadap Sering/ Kadang Jarang/
Keluarga Selalu -kadang Tidak
Saya puas dengan keluarga saya
karena masing-masing anggota
A 
keluarga sudah menjalankan kewajiban
sesuai dengan seharusnya.
Saya puas dengan keluarga saya
karena dapat membantu memberikan
P 
solusi terhadap permasalahan yang
saya hadapi.
G Saya puas dengan kebebasan yang 
diberikan keluarga saya untuk
mengembangkan kemampuan yang
46

saya miliki.
Saya puas dengan kehangatan / kasih
A 
sayang yang diberikan keluarga saya.
Saya puas dengan waktu yang
R disediakan keluarga untuk menjalin 
kebersamaan
Total 9

Tabel 3.5.APGAR ScorePutri Terhadap Keluarga


Sering/ Kadang Jarang/
APGAR Score AryaTerhadap Keluarga
Selalu -kadang Tidak
Saya puas dengan keluarga saya
karena masing-masing anggota
A 
keluarga sudah menjalankan kewajiban
sesuai dengan seharusnya.
Saya puas dengan keluarga saya
karena dapat membantu memberikan
P 
solusi terhadap permasalahan yang
saya hadapi.
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk
G 
mengembangkan kemampuan yang
saya miliki.
Saya puas dengan kehangatan / kasih
A 
sayang yang diberikan keluarga saya.
Saya puas dengan waktu yang
R disediakan keluarga untuk menjalin 
kebersamaan
Total 9

Tabel 3.6.APGAR ScoreEkaTerhadap Keluarga


Sering/ Kadang Jarang/
APGAR ScoreAlya Terhadap Keluarga
Selalu -kadang Tidak
Saya puas dengan keluarga saya
A 
karena masing-masing anggota
47

keluarga sudah menjalankan kewajiban


sesuai dengan seharusnya.
Saya puas dengan keluarga saya
karena dapat membantu memberikan
P 
solusi terhadap permasalahan yang
saya hadapi.
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk
G 
mengembangkan kemampuan yang
saya miliki.
Saya puas dengan kehangatan / kasih
A 
sayang yang diberikan keluarga saya.
Saya puas dengan waktu yang
R disediakan keluarga untuk menjalin 
kebersamaan
Total 10

APGAR Score keluarga Tn. Husni dinilai berdasarkan semua anggota


keluarga yaitu Tn. Husni dan istrinya Ny. Habsoh, anaknya Putri dan Eka.

APGAR ScoreKeluarga Tn. Purwanto berdasarkan 4 dari 4


anggota keluarga = (8+9+9+10)/5 = 9

Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga dapat dinilai baik

Fungsi fisiologis keluarga dikatakan sehat. Walaupun waktu untuk


berkumpul dengan anggota keluarga lainnya kurang, akan tetapi komunikasi
tetap terjaga. Anggota keluarga lain selalu siap membantu apabila salah satu
dari angota keluarga mengalami masalah.

2. Fungsi patologis
48

Tabel 3.8 SCREEM Keluarga Tn. Husni

Sumber Patologis
Tn. Husni Ny. Habsoh, Putri dan eka sehari
Social hari sering bertegur sapa dengan tetangga -
sekitar rumah.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya
cukup baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari dalam keluarga maupun di
Culture -
lingkungan. Ny Habsoh sering mengikuti
kegiatan di masyarakat seperti kondangan
danpengajian.
Dalam keluarga ini pemahaman agama baik.
Tn. Husni Ny. Habsoh, Putri dan eka sering
Religious sholat berjamaah dan mengaji di -
masjid.Untuk Tn. Husni dan Ny. Habsoh
lebih sering sholat di rumah.
Status ekonomi keluarga ini tergolong

Economic menengah ke bawah. Kebutuhan primer dan -


sekunder dapat tercukupi.

Latar belakang pendidikan tergolong cukup.


Ny. Habsoh tamatan SD Tn Husni tamatan
Educational SMA. Keluarga biasanya melihat -
berita/acara lain dari TV, koran, dan sosial
media.
Bila ada anggota keluarga yang sakit, segera
Medical dibawa berobat. Keluarga menggunakan -
BPJS untuk pembiayaan kesehatan.

Berdasarkan penilaian SCREEM Keluarga Tn. Husni, didapatkan


kesimpulan:Keluarga Tn. Husnitidak memiliki fungsi patologis baik dari
segi sosial, budaya, agama, ekonomi, edukasi, maupun pengobatan.
49

C. Identifikasi Lingkungan Rumah


1. Gambaran Lingkungan Rumah
Pasien tinggal di daerah perumahan biasa dengankepadatan
penduduk yang baik, rumah pasien berukuran 10m x 7m, rumah bertingkat
satu dengan jumlah penghuhi empat orang. Lantai tersusun dari
KayuDinding rumah terbuat dari kayu. Atap rumah terbuat dari genteng
dan tidak memiliki plafon.Secara keseluruhan, terdapat satu ruang tamu
berukuran 4m x4m; duakamar tidur berukuran 3m x 3m dan 3m x 2m; satu
kamar mandi ukuran 2m x 1,5m; dan satu dapur ukuran 4m x 4,5m.
Terdapat jendela dan ventilasi di beberapa ruangan. Terdapat dua jendela
beserta ventilasi di ruang tamu; satu jendela dan ventilasi pada masing-
masing kamar tidur; satu ventilasi pada kamar mandi; dan dua jendela dan
ventilasi pada dapur. Semua ruangan dibatasi dengan dinding kayu.
Terdapat satu pintu masuk di depan dengan ukuran pintu berukuran 1m x
2m. Rumah cukup mendapatkan pencahayaan sinar matahari dan tidak
terasa lembab.
Rumah ini memiliki fasilitas 1 buah MCK. Sumber air berasal dari
PDAM dan didalam kamar mandi memiliki ember penampung air.
Kerapian tata letak barang-barang dirumah baim dan cukup rapi, namun
pada bagian daput terlihat sedikit berantakan. Kebersihan rumah diluar
rumah terlihat baik.

2. Denah Rumah
Halaman

1m

7m

Kamar 1
50

10m Ruang tamu 3m

Kamar 2

4m

Dapur

Kamar mandi

1m

Daftar Masalah dan Pembinaan Keluarga

1. Masalah Organobiologik
Ditemukan masalah organobiologik pada penderita.
2. Masalah Psikologik
Tidak ditemukan masalah psikologik pada penderita.
3. Masalah Dalam Keluarga
Tidak ditemukan masalah keluarga pada penderita

D. Pembinaan Keluarga
a. Edukasi Terhadap Pasien
51

1. Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberikan informasi


dan edukasi tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala,
dampak, faktor penyebab, cara pengobatan, prognosis dan risiko
yang memperberat agar os tetap taat meminum obat dan rutin
kontrol ke dokter.
2. Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi os untuk
terus minum obat secara teratur dan rutin kontrol ke dokter serta
memiliki semangat untuk sembuh, sehingga kualitas hidup pasien
dapat meningkat.
3. Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi penderita
untuk pola makan yang sehat, serta berkeinginan untuk sembuh.

b. Edukasi Terhadap Keluarga


1. Informasi dan edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien,
gejala, kemungkinan penyebab, dampak, faktor-faktor pemberat,
dan prognosis sehingga keluarga dapat memberikan dukungan
kepada penderita.
2. Meminta keluarga untuk mendukung penderita, mengajak
penderita berinteraksi dan beraktivitas.
3. Meminta keluarga untuk mengingatkan pasien minum obat
secara teratur.
4. Memberikan pengertian pada keluarga agar menjaga suasana
hubungan sosial dan keluarga dalam suasana yang harmonis.

E. Pemantauan dan Evaluasi


Home visite pertama dilakukan pada tanggal 13 Maret 2020, home
visite kedua dilakukan pada tanggal 14 Maret 2020 dan home visite ketiga
pada tanggal 15Maret 2020.
Pada saat home visite pertama yang dilakukan yaitu melengkapi status
pasien, melakukan reanamnesis, pemeriksaan fisik, pembuatan perangkat
penilaian keluarga, membuat diagnostik holistik sesuai pendekatan
kedokteran keluarga, termasuk profil kesehatan keluarga.
52

Pada home visite kedua dilakukan manajemen komprehensif kepada


pasien dan keluarga (edukasi/konseling terhadap masalah yang telah
dianalisis).

F. Diagnosis Holistik
Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi,
digunakan konsep Mandala of Health. Diagnosis holistic yang ditegakan
pada pasien adalah sebagai berikut:

GAYA HIDUP
Os menyukai udara yang
dingin.

FAMILY LINKUNGAN PSIKO-SOSIAL-EKONOMI


Pendapatan cukup, Kehidupan sosial baik
PERILAKU KESEHATAN
Pasien teratur mengkonsumsi obat

PELAYANAN KESEHATAN
Jarak rumah- kdk cukup dekat, Pasien perempuan, 47 tahun diagnosis Asma Bronkial
pihak kdk dapat melakukan LINGKUNGAN KERJA
kunjungan rumah terhadap Pasien sudah tidak
pasien bekerja
LINGKUNGAN FISIK Rumah baik, tinggal bersama suami dan anak-anak. Ventilasi rumah baik, pencahayaan cukup, dan kerapia

53
FAKTOR BIOLOGI
Kemungkinan herediter asma

Komunitas :
Perumahan dengan kepadatan baik.

 Pada aspek I, os sering mengalami sesak nafas yang muncul apabila


melakukan aktivitas yang berat . Os takut sesak menggangu aktivitas
sehari-hari sehingga pasien ke KDK untuk diperiksa dan meminta rujukan
ke RSMP
 Pada aspek II, diagnosis kerja yang ditegakkan adalahAsma Bronkial
 Pada aspek III, os diketahui sudah berusia 47 tahun, dimana pada usia
tersebut telah terjadi degenerasi fungsi organ tubuh. Pada pasien juga
didapatkan masalah gaya hidup berupa kebiasaan yang menyukai udara
dingin. Selain itu, nenek os juga menderita asma
54

 Pada aspek IV, fungsi keluarga diketahui baik, lingkungan psikososial-


ekonomi pasien baik, kebersihan dan kerapian lingkungan rumah juga
baik. Diketahui pasien sudah tidak bekerja lagi.
 Pada aspek V, ditetapkan skala fungsional pasien derajat 3yaitu
mengalami beberapa kesulitan dalam melakukan pekerjaan tidak seperti
sebelum sakit dan masih mandiri dalam perawatan diri, bekerja di dalam
dan luar rumah.
BAB IV
ANALISA KASUS

4.1. Analisa Kasus


Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Asma Bronkial. Diagnosis ini
diperoleh berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan hasil anamnesis diketahui bahwa pasien telah
didiagnosis asma sejak 20 bulan terakhir. Penyakit yang dialami pasien
disebabkan oleh adanya faktor risiko genetik dan juga dipicu oleh aktivitas
yang berat.

4.2. Identifikasi Fungsi Keluarga


1. Fungsi Biologis dan Reproduksi
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
2. Fungsi Afektif
Hubungan antara anak dengan orang tua, orang tua dengan anak,
berlangsung cukup baik. Dalam keluarga ini, juga diketahui terdapat
pemenuhan secara psikologi pada semua anggota keluarga.
3. Fungsi Sosial
Pasien akrab dengan seluruh anggota keluarganya dan tetangganya.
Permasalahan antar keluarga dapat diselesaikan dengan cara
musyawarah dengan kepala keluarga sebagai pengambil keputusan
akhir dan hubungan kekeluargaan tetap berjalan dengan baik sampai
sekarang. Dalam pandangan terhadap suatu masalah, keluarga ini
menganggap masalah hal yang harus dihadapi dan diselesaikan
bersama.
4. Fungsi Penguasaan Masalah
Manajemen keluarga dalam menghadapi masalah internal atau
eksternal baik. Pembuatan keputusan akhir dalam menghadapi
masalah eksternal dan internal dan proses pengambilan keputusan
berlangsung secara musyawarah di antara semua anggota keluarga.

55
56

5. Fungsi Ekonomi
Ny. Habsoh tidak bekerja. Pemenuhan kebutuhan sehari hari berasal
dari suami.
6. Fungsi Religius
Semua anggota keluarga menjalankan ibadahnya dengan baik.
7. Fungsi Pendidikan
Pasien tidak tamat SD, begitu pula dengan anak pasien dan istrinya
merupakan lulusan SMA sehingga dapat dinilai fungsi pendidikannya
kurang baik.

Pola Makan Keluarga

Pasien biasa makan 2-3x sehari dengan menu makanan sehari-hari


keluarga ini tidak menentu. Menu makanan yang biasa disediakan adalah
nasi disertai lauk pauk yang sering tahu, tempe dan telur. Pasien jarang
mengkonsumsi daging.

Perilaku Kesehatan Keluarga


Bila terdapat anggota keluarga yang mengeluh sakit, biasanya langsung
dibawa ke Puskesmas tempat faskes pertama BPJS pasien.
57

Interpretasi Nilai APGAR dan SCREEM Keluarga


APGAR Score = 9
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga dapat dinilai baik.
Fungsi fisiologis keluarga dikatakan sehat. Waktu untuk berkumpul dan
komunikasi dengan anggota keluarga lainnya cukup. Anggota keluarga
lain siap membantu apabila salah satu dari angota keluarga mengalami
masalah.
Fungsi Patologis (SCREEM) dalam Keluarga :
Keluarga Ny. Habsohtidak memiliki fungsi patologis dalam keluarga.
Keluarga Ny. Habsoh dinilai sebagai keluarga yang baik.

Identifikasi Pengetahuan, Sikap, Perilaku (PSP)


PSP KELUARGA TENTANG KESEHATAN DASAR

1. Pencegahan Penyakit
Pengetahuan mengenai pencegahan penyakit pada keluarga pasien
ini dikatakan sedikit kurang. Hal tersebut dikarenakan pasien tidak
memeriksakan kesehatannya lebih dini. Pasien rutin memeriksa
keadaan kesehatan pasien ketika sudah mendaftar BPJS.

2. Gizi Keluarga
Pasien biasa makan 3x sehari dengan menu makanan sehari-hari
dengan lauk-pauk yang beragam. Menu makanan yang biasa
disediakan adalah nasi disertai lauk pauk yang sering ikan, ayam,
telur. Selain itu, pasien dan suaminya juga tidak terlalu mengatur
pola makan saat sebelum sakit. Pasien sering mengonsumsi
makanan yang berlemak tinggi.

3. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan


Hygiene personal sudah cukup baik namun sanitasi lingkungan
rumah kurang baik, hal ini dikarenakan keadaab rumah yang
kurang rapi dan kurang bersih serta ventilasi rumah jarang terbuka
sehingga pertukaran udara masuk kerumah kurang.
58

4.3. Diagnosis Kedokteran Keluarga


a. Diagnosis Kerja
Asma Bronkial
b. Bentuk Keluarga
Extended family
c. Fungsi Keluarga yang Terganggu
Tidak ada
d. Faktor yang Mempengaruhi
Faktor gaya hidup dan Keturunan
e. Faktor yang Dipengaruhi
Serangan Asma
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
Diagnosis pada pasien ini adalah Asma Bronkial. Fungsi Keluarga
pada pasien ini tergolong baik dan semua anggota keluarga saling
mendukung. Pada pasien ini tidak terdapat fungsi patologis sehingga dapat
disimpulkan keluarga pasien ini tergolong sehat.

Untuk penanganan kasus ini bukan hanya dari terapi farmakologis


saja tetapi juga diperlukan edukasi pada pasien dengan menggunakan
metode pendekatan dokter keluarga. Salah satunya dengan menggunakan
prinsip pelayanan yang holistik dan komprehensif, kontinu,
mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, penanganan
personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral keluarga,
mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat
tinggal, menjunjung tinggi etika dan hukum, dapat diaudit dan
dipertanggungjawabkan, serta sadar biaya dan sadar mutu.

5.2. Saran
1)Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapatlebih memahami dan aktif dalam
menganalisa permasalahan kesehatan baik pada keluarga maupun
lingkungannya, serta lebih sering berhubungan dengan masyarakat
khususnya dalam keluarga untuk menindak lanjuti suatu penyakit yang
dialami oleh keluarga tersebut dengan pendekatan metode dokter
keluarga
2) Klinik Dokter Keluarga
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada
masyarakat melalui edukasi dalam upaya promotif dan preventif
kesehatan masyarakat

59
60

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Merry. 2015. Buku Ajar Kedokteran Keluarga.Diakses tanggal 19


November 2018 melalui http://digilib.unimus.ac.id
Azwar, A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta: Yayasan
Penerbit Ikatan Dokter Indonesia
Direktorat Jenderal PPM & PLP, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Departemen Kesehatan RI ;2009;
5-11.
Global Initiative for Asthma (GINA). 2012. At-A-Glance Asthma Management
Reference
Kekalih. 2008. Diagnostik Holistik. UI
Morton et all. 2012. Volume 1 keperawatan kritis pendekatan asuhan holistik.
Jakarta: EGC.
Murti, B., dkk. 2013. Modul Field Lab Home Visit. Surakarta: FK UNS. Hal. 12-
16
Murti, dkk. 2011.Keterampilan Kedokteran Keluarga : Kunjungan Pasien di
rumah (Home Visit). Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. .
(http://fk.uns.ac.id/static/file/Home_Visit_ 2011.pdf.
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia.2004
Prasetyawati, A. 2010. Kedokteran Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta
Rengganis I. 2008. Diagnosis dan tatalaksana asma bronkial. Majalah Kedokteran
Indonesia. 58(11):444-51.

Surjanto E. 2008. Derajat asma dan kontrol asma. Jurnal Respiratologi Indonesia.
61

Lampiran :

Gambar 1. Anamnesis dan Pemeriksaan


Fisik Gambar 2. Bagian depan Rumah

Gambar 4. Jendela Rumah


Gambar 3. Atap rumah.

Gambar 4. Dapur Gambar 4. WC

Gambar 5. Tempat mandi Gambar 6. Tampak samping rumah


62

GAYA HIDUP
Sering makan makanan
yang asin dan berlemak
tinggi.
Pasien tidak merokok

FAMILY LINKUNGAN PSIKO-SOSIAL-EKONOMI


Pendapatan baik, Kehidupan sosial baik
PERILAKU KESEHATAN
Pasien tidak teratur mengkonsumsi obat

PELAYANAN
KESEHATAN Pasien perempuan, 61 tahun, diagnosis Hipertensi grade II dengan Gout Artritis
LINGKUNGAN KERJ
Jarak rumah-puskesmas
cukup jauh, pihak Pasien sudah pensi
puskesmas jarang
melakukan kunjungan
rumah terhadap pasien

LINGKUNGAN FISIK Rumah baik, tinggal bersama suami, ventilasi baik, kerapian dan k

FAKTOR BIOLOGI
Kemungkinan herediter hipertensi

Komunitas :
Perumahan dengan kepadatan baik

Anda mungkin juga menyukai