PENDEKATAN KEDOKTERAN
KELUARGA PADA PASIEN “ASMA BRONKIAL”
DI WILAYAH SEKITAR KLINIK DOKTER KELUARGA FK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Disusun Oleh:
Dewi Triyana
NIM : 71 2018 053
Penguji:
DEPARTEMEN ILMU
KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA
PADA PASIEN ASMA BRONKIAL
DI WILAYAH SEKITAR KLINIK DOKTER KELUARGA
FK UMP
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
ujian Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang Puskesmas 5 Ilir 27 Februari s.d Maret 2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Pendekatan
Kedokteran Keluarga pada Pasien Asma Bronkial di Wilayah Sekitar Klinik Dokter
Keluarga FK UMP”, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang/ Puskesmas Boom Baru Kota Palembang. Shalawat dan
salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Saya menyadari bahwa dalam proses menyelesaikan laporan ini banyak kendala
yang dialami, namun berkat bantuan, bimbingan, kerja sama dari berbagai pihak dan
berkah Allah SWT sehingga kendala tersebut dapat diatasi. Saya ucapkan banyak terima
kasih kepada Pembimbing dan Penguji, yaitu dr. Asmarani Ma’mun, M. Kes dan kepada
Pimpinan Puskesmas 5 ilir, dr. Yunifa, M.Kes yang telah membantu penyelesaian laporan
ini.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dengan
segala kerendahan hati, Saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
Akhir kata, Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan...........................................................................................3
iv
BAB IV ANALISA KASUS................................................................................55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................59
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................60
LAMPIRAN.........................................................................................................61
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4
5
kedokteran telah tidak dapat lagi jika hanya mengandalkan diri pada
pelayanan yang bersifat pasif saja. Untuk hasil yang optimal dari
pelayanan kedokteran orang usia lanjut tersebut diperlukan
pelayanan kedokteran yang lebih aktif, yang antara lain dapat
diwujudkan melalui pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah.
Menurut Murti (2013), berikut ini prosedur kerja home visit, yaitu:
A. Hari 1:
1. Mempelajari data-data pasien rawat jalan di puskesmas
setempat untuk memilih sasaran keluarga yang akan dikunjungi
sesuai jumlah kelompok kecil
2. Melakukan survey pasien yang akan dikunjungi pada hari
kedua dan membuat janji jadwal kkunjungan yang akan
dilakukan kemudian dikonsultasikan kepada instruktur
lapangan
3. Mengindentifikasi dan membuat prioritas masalah yang ada di
dalam kelluarga yang akan dikunjungi untuk persiapan
pemberian nasehat/penyuluhan pada saat pelaksanaan kegiatan
kunjungan pasien di rumah
4. Mengisi form pelaporan kegiatan kunjungan rumah yang ada
di klinik dokter keluarga
5. Mempersiapkan alat yang akan dipakai dalam kunjungan
pasien di rumah (tensimeter, stetoskop, termometer, senter,
media penyuluhan).
B. Hari II:
1. Melaksanakan kunjungan rumah sesuai engan tata cara yang
telah dipelajari sebelumnya
2. Mengisi form-form data kunjungan rumah yang telah
ditentukan
3. Melaporkan secara lisa kegiatan yang telah dilaksanakan
kepada instruktur atau pihak puskesmas
4. Membuat analisa atas data-data yang telah dikumpulkan
5. Menyusun laporan akhir kegiatan
C. Hari III:
10
1. Family Genogram
Family genogram merupakan grafik yang menggambarkan
anatomi/struktur keluarga, termasuk: pohon keluarga, grafik
fungsional, riwayat sakit pada keluarga
2. Family life cycle
Siklus hidup keluarga merupakan cara dokter memahami
perkembangan keluarga agar dapat membentuk hipotesis yang
baik tentang permassalahan yang sedang dialami pasien, dan
dapat membantu anggota keluarga menyiapkan diri dari masalah
dan membantu memecahkannya. Siklus hidup keluara
konsepnya dibuat menjadi tahapan-tahapan
3. Family Life Line
Jalur hidup keluarga merupakan gambaran kronologis kehidupan
atau kejadian klinis dan pemecahannya
4. Family APGAR (Adaptasi, Partnership, Growth, Affection, &
Resolve)
Family APGAR merupakan alat screening untuk disfungsi
keluarga, kepuasan individu mengenai hubungan kekeluargaan
5. Family SCREEM (Social, Cultural, Religious, Economic,
Educational, Medical)
Family SCREEM merupakan gambaran ketersediaan sumber,
penilaian kapasitas keluarga dalam berpartisipasi pada ketentuan
pelayanan kesehatan yang mengatasi krisis (Whinney, 2009).
17
a. Lokasi (Location)
Organ atau sistem mana yang mengalami keluhan. Apabila keluhan
berupa batuk atau mencret, maka lokasi keluhan otomatis kita
ketahui lokasinya pada saluran pernafasan atau saluran cerna.
Apabila keluhan berupa nyeri perut, perlu dijelasan nyeri perut
22
daerah mana (mis: perut kanan bawah, perut daerah ulu hati).
Karena dengan mengetahui lokasi yang jelas, dokter akan dapat
memperkirakan organ perut mana yang kira-kira sakit.
b. Onset (Onset)
Sejak kapan keluhan mulai dirasakan? Apakah keluhan terjadi
secara mendadak atau perlahan-lahan? Apakah keluhan didahului
kejadian atau keadaan tertentu. Misalnya nyeri dada timbul secara
mendadak setelah olah raga berat.
c. Kualitas
Misalnya nyeri pada dada, apakah seperti tertusuk-tusuk atau
mungkin seperti tertimpa beban berat. Gambaran yang diceritakan
dalam surat konsultasi hendaknya bisa menjawab pertanyaan
“Seperti apakah rasa nyeri itu?”
d. Kuantitas
Apakah beratnya keluhan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari
atau mengganggu tidur? Misalnya sesak sampai tidak bisa aktivitas
ringan (mis: tidak bisa mandi, berjalan ke kamar mandi), atau tidur
terlentang saja sudah sesak, ini mencerminkan beratnya sesak.
e. Kronologis
Hal yang musti dijabarkan pasien hendaknya dapat menjelaskan
kronologis keluhan tersebut sejak pertama kali dirasakan sampai
saat ini dan bagaimana perkembangannya.
f. Faktor Modifikasi (Modifying factors)
Adalah keadaan yang dapat memperingan atau memperberat
keluhan. Jawaban pertanyaan ini dapat menjelaskan jenis
penyebabnya. Misalnya sesak saat aktivitas berat dan berkurang
apabila istirahat, mencerminkan penyebabnya berhubungan dengan
jantung.
g. Keluhan Penyerta (Assocciated Symptoms)
Sering sekali setiap penyakit mempunyai banyak gejala. Yang
23
2.3.2. Epidemiologi
2.3.3. Etiologi
25
1. Faktor predisposisi
Genetik. Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang
jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya
bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
A. Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (debu,
bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi)
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut (makanan dan obat-
obatan)
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
(perhiasan, logam dan jam tangan)
B. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
C. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang
sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera
diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan
26
2.3.4. Patofisiologi
Asma merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel
dan ditandai oleh serangan batuk, mengi dan dispnea pada individu
dengan jalan nafas hiperreaktif. Tidak semua asma memiliki dasar
alergi, dan tidak semua orang dengan penyakit atopik mengidap asma.
Asma mungkin bermula pada semua usia tetapi paling sering muncul
pertama kali dalam 5 tahun pertama kehidupan. Mereka yang asmanya
muncul dalam 2 dekade pertama kehidupan lebih besar
kemungkinannya mengidap asma yang diperantarai oleh IgE dan
memiliki penyakit atopi terkait lainnya, terutama rinitis alergika dan
dermatitis atopik.(Pedoman Diagnosis& Penatalaksanaan Di
Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2004)
Langkah pertama terbentuknya respon imun adalah aktivasi
limfosit T oleh antigen yang dipresentasikan oleh sel-sel aksesori,
yaitu suatu proses yang melibatkan molekul Major Histocompability
Complex atau MHC (MHC kelas II pada sel T CD4+ dan MHC kelas I
pada sel T CD8+). Sel dendritik merupakan Antigen Precenting Cells
27
2.3.5. Diagnosis
Riwayat penyakit/gejala :
a. Bersifat episodik,seringkali reveribel dengan atau tanpa pengobatan
b. Gejala berupa batuk,sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
c. Gejala/timbul/memburuk terutama malam/dini hari
d. Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
e. Respons terhadap pemberian bronkodilator
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :
a. Riwayat keluarga (atopi)
b. Riwayat alergi / atopi
c. Penyakit lain yang memberatkan
d. Perkembangan penyakit dan pengobatan
pendek setiap hari (FEV1 60-80% predicted atau PEF 60-80% nilai
terbaik individu, variabilitas PEV atau FEV1>30%).
4. Persisten berat
Gejala terjadi setiap hari, serangan sering terjadi, gejala asma nokturnal
sering terjadi (FEV1 ≤60% predicted atau PEF ≤60% nilai terbaik
individu, variabilitas PEV atau FEV1>30%)
-sering serangan
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pasien
diberikan pada saat serangan asma sedangkan obat pengontrol
ditunjukkan untuk pencegahan serangan asma digunakan anti
inflamasi (kortikosteroid inhalasi).
33
a. Inhalasi kortikosteroid
b. β2 agonis kerja panjang
c. antileukotrei
d. teofilin lepas lambat
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas
Nama : Ny. Habsoh
Umur : 47 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Belitang, 01 Januari 1973
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status : Menikah
Alamat :Jl.A. Yani, Lr. Panjaitan.
Agama : Islam
Tanggal kunjungan rumah I : 13 Maret 2020
Tanggal kunjungan rumah II : 14 Maret 2020
Tanggal kunjungan rumah III : 15 Maret 2020
3.2. Subjektif
Anamnesis dilakukan pada pasien dan keluarga pasien pada
tanggal13Maret 2020 pukul 13:00 WIB
1. Keluhan Utama
35
Sesak Nafas
2. Keluhan Tambahan
Tidak ada
3. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu pasien pernahmengeluh sesak
nafas. Pasien mengeluh sesak disertai dengan bunyi ‘’ngik’’. Sesak
tersebut hilang timbul, pasien mengeluhkan sesak biasanya timbul kurang
dari satu minggu atau sebulan muncul satu hingga dua kali. Sesak timbul
apabila cuaca dingin dan setelah pasien melakukan aktivitas yang berat.
Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, dahak campur buih, berwarna
putih, darah tidak ada, pasien mengatakan lebih nyaman dengan posisi
duduk.
Pasien mengaku mempunyai riwayat asma sejak kecilnamun pasien
rutin berobat dan mengkonsumsi obat secara rutin, pasien terakhir kali
kambuh 2 bulan yang lalu.
Untuk keluhan saat ini seperti sesak nafas yang disertai dengan
mengik tidaka da, BAK normal. Riwayat keluarga menderita asma
dijumpai nenek. Riwayat penyakit jantung tidak ada.
6. Riwayat Pengobatan
Pasien teratur mengkonsumsi obat sejak 20 tahun yang lalu dan berobat
rutin.
7. Riwayat Kebiasaan
Os senang berada di udara yang dingin, sehingga tirai rumah sering
terbuka dan menyebabkan udara yang dingin dari luar masuk kedalam
rumah. Kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol disangkal.
8. Riwayat Pekerjaan
Os pernah bekerja sebagai buruh pijat.
9. Riwayat Higiene
Pasien mandi dua kali sehari dengan air PDAM dan menggunakan
sabun dan shampoo.
Pasien mengganti pakaian setiap hari.
Pasien menggunakan handuk dan pakaian sendiri, tidak bercampur
dengan anggota keluarga yang lain.
Kesan:
Sosial : Baik
Ekonomi : Cukup
Lingkungan : Baik
Keterangan :
: Laki-laki hidup
: Perempuan hidup
: Laki-laki
39
: Perempuan meninggal
: Penderita Hipertensi
: Pasien
3.3. Objektif
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7C
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 150 cm
IMT : 21,3 (Berat badan ideal)
Keadaan Spesifik
Kepala : normocephali, rambut putih tidak mudah dicabut.
- Mata :konjungtiva anemis (-/-), skleraikterik (-/-)
- Hidung : sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
- Telinga : nyeri tekan (-/-), sekret (-/-)
- Mulut : mukosa bibir kering (-), stomatitis (-), tonsil T1-T1
- Leher : pembesaran KGB (-) JVP tidak meningkat.
Thoraks
40
- Paru
- Inspeksi : simetris, retraksi (-/-)
- Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri sama
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, wheezing (-/-),
rhonki (-/-)
- Jantung
- Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus cordis tidak teraba, thrill (-)
- Perkusi :
- Batas atas : ICS 2 linea parasternalis dextra et
sinistra
- Batas bawah : ICS 6 linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi : BJ I dan II (+) normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : datar
- Palpasi : lemas, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri
tekan (-)
- Perkusi : timpani, nyeri ketok CVA (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
Genitalis : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : akralhangat, edema tungkai (-/-), CRT < 2”.
3.5. Follow up
Tabel 3.1. follow up pasien
No
Tanggal SOAP Diagnosis Terapi
.
O/
TB : 110cm
BB : 57Kg
TD: 120/80mmHg
N: 82x/menit
RR : 22x/m
T : 36,9 C
Salbumtamol tab
O/
TB : 150cm
BB : 58Kg
TD: 140/100mmHg
N: 82x/menit
RR : 22x/m
T : 36,9 C
2) PPOK
3) HHD
3.8. Penatalaksanaan
- Promotif
1. Memberikan informasi kepada pasien gambaran umum tentang
penyakit Asma mengenai penyebab, gejala, tatalaksana, serta
komplikasinya.
2. Memberikan informasi kepada pasien mengenai upaya-upaya
pencegahan yang harus dilakukan.Cara hidup sehat: diet yang
sehat, mengatur pola makan, aktivitas fisik teratur,istirahat cukup,
dan hindari stress serta pajanan yang dapat menimbulkan reaksi
asma.
3. Memberi pemahaman mengenai penyakitnya, misalnya pentingnya
meminum obat teratur. Menimbulkan rasa simpati dan empati dari
anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikis mereka
menjadi maksimal.
4. Memberikan informasi kepada pasien mengenai besarnya
kemungkinan penyakit ini diturunkan kepada keturunannya
sehingga harus diberikan promosi kepada seluruh keluarga.
- Preventif
Memberikan informasi mengenai upaya pencegahan yang dapat
dilakukan sehingga tidak mencetuskan dan tidak memperparah
kondisinya
43
- Kuratif
- Farmakologis
Salbutamol tab 3 x 1
- Non Farmakologis
Mengihindari pajanan alergi seperti aktivitas yang tidak terlalu berat.
Hindari udara dingin
Mengkonsumsi air putih yang cukup.
Rutin control.
Minum obat secara anti hipertensi secara teratur.
- Rehabilitatif
Istirahat yang cukup dan anjuran untuk kontrol rutin sebagai
monitoring untuk mencegah keadaan yang lebih buruk.
3.9. Prognosis
Quo ad vitam : dubia bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Tabel 3.2. Daftar nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
Kepala
1. Husni L 49 SMA Buruh
keluarga
Buruh
2. Habsoh Istri P 47 thn SMA
pijat
saya miliki.
Saya puas dengan kehangatan / kasih
A
sayang yang diberikan keluarga saya.
Saya puas dengan waktu yang
R disediakan keluarga untuk menjalin
kebersamaan
Total 9
2. Fungsi patologis
48
Sumber Patologis
Tn. Husni Ny. Habsoh, Putri dan eka sehari
Social hari sering bertegur sapa dengan tetangga -
sekitar rumah.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya
cukup baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari dalam keluarga maupun di
Culture -
lingkungan. Ny Habsoh sering mengikuti
kegiatan di masyarakat seperti kondangan
danpengajian.
Dalam keluarga ini pemahaman agama baik.
Tn. Husni Ny. Habsoh, Putri dan eka sering
Religious sholat berjamaah dan mengaji di -
masjid.Untuk Tn. Husni dan Ny. Habsoh
lebih sering sholat di rumah.
Status ekonomi keluarga ini tergolong
2. Denah Rumah
Halaman
1m
7m
Kamar 1
50
Kamar 2
4m
Dapur
Kamar mandi
1m
1. Masalah Organobiologik
Ditemukan masalah organobiologik pada penderita.
2. Masalah Psikologik
Tidak ditemukan masalah psikologik pada penderita.
3. Masalah Dalam Keluarga
Tidak ditemukan masalah keluarga pada penderita
D. Pembinaan Keluarga
a. Edukasi Terhadap Pasien
51
F. Diagnosis Holistik
Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi,
digunakan konsep Mandala of Health. Diagnosis holistic yang ditegakan
pada pasien adalah sebagai berikut:
GAYA HIDUP
Os menyukai udara yang
dingin.
PELAYANAN KESEHATAN
Jarak rumah- kdk cukup dekat, Pasien perempuan, 47 tahun diagnosis Asma Bronkial
pihak kdk dapat melakukan LINGKUNGAN KERJA
kunjungan rumah terhadap Pasien sudah tidak
pasien bekerja
LINGKUNGAN FISIK Rumah baik, tinggal bersama suami dan anak-anak. Ventilasi rumah baik, pencahayaan cukup, dan kerapia
53
FAKTOR BIOLOGI
Kemungkinan herediter asma
Komunitas :
Perumahan dengan kepadatan baik.
55
56
5. Fungsi Ekonomi
Ny. Habsoh tidak bekerja. Pemenuhan kebutuhan sehari hari berasal
dari suami.
6. Fungsi Religius
Semua anggota keluarga menjalankan ibadahnya dengan baik.
7. Fungsi Pendidikan
Pasien tidak tamat SD, begitu pula dengan anak pasien dan istrinya
merupakan lulusan SMA sehingga dapat dinilai fungsi pendidikannya
kurang baik.
1. Pencegahan Penyakit
Pengetahuan mengenai pencegahan penyakit pada keluarga pasien
ini dikatakan sedikit kurang. Hal tersebut dikarenakan pasien tidak
memeriksakan kesehatannya lebih dini. Pasien rutin memeriksa
keadaan kesehatan pasien ketika sudah mendaftar BPJS.
2. Gizi Keluarga
Pasien biasa makan 3x sehari dengan menu makanan sehari-hari
dengan lauk-pauk yang beragam. Menu makanan yang biasa
disediakan adalah nasi disertai lauk pauk yang sering ikan, ayam,
telur. Selain itu, pasien dan suaminya juga tidak terlalu mengatur
pola makan saat sebelum sakit. Pasien sering mengonsumsi
makanan yang berlemak tinggi.
5.1. Simpulan
Diagnosis pada pasien ini adalah Asma Bronkial. Fungsi Keluarga
pada pasien ini tergolong baik dan semua anggota keluarga saling
mendukung. Pada pasien ini tidak terdapat fungsi patologis sehingga dapat
disimpulkan keluarga pasien ini tergolong sehat.
5.2. Saran
1)Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapatlebih memahami dan aktif dalam
menganalisa permasalahan kesehatan baik pada keluarga maupun
lingkungannya, serta lebih sering berhubungan dengan masyarakat
khususnya dalam keluarga untuk menindak lanjuti suatu penyakit yang
dialami oleh keluarga tersebut dengan pendekatan metode dokter
keluarga
2) Klinik Dokter Keluarga
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada
masyarakat melalui edukasi dalam upaya promotif dan preventif
kesehatan masyarakat
59
60
DAFTAR PUSTAKA
Surjanto E. 2008. Derajat asma dan kontrol asma. Jurnal Respiratologi Indonesia.
61
Lampiran :
GAYA HIDUP
Sering makan makanan
yang asin dan berlemak
tinggi.
Pasien tidak merokok
PELAYANAN
KESEHATAN Pasien perempuan, 61 tahun, diagnosis Hipertensi grade II dengan Gout Artritis
LINGKUNGAN KERJ
Jarak rumah-puskesmas
cukup jauh, pihak Pasien sudah pensi
puskesmas jarang
melakukan kunjungan
rumah terhadap pasien
LINGKUNGAN FISIK Rumah baik, tinggal bersama suami, ventilasi baik, kerapian dan k
FAKTOR BIOLOGI
Kemungkinan herediter hipertensi
Komunitas :
Perumahan dengan kepadatan baik