4.1. Hasil
Setelah dilakukan penelitian menggunakan kuesioner melalui wawancara dan
melihat rekam medik peserta Prolanis DM di Puskesmas 7 Ulu Palembang sesuai
kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh 47 responden penelitian. Karakteristik dari
47 responden yang telah didata adalah sebagai berikut :
4.1.1. Analisis Univariat
Tabel 4.1. Karakteristik responden
35
Universitas Muhammadiyah Palembang
36
35
Universitas Muhammadiyah Palembang
37
............................................Kadar BSN
............................................Kadar BSN
Tabel 4.3 menunjukkan respoden yang patuh dalam kegiatan Prolanis dan
memiliki kadar BSN terkontrol lebih besar (81,8%) dibanding responden
yang tidak patuh (32%). Hasil analisis hubungan kepatuhan dan kadar BSN
peserta Prolanis DM dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan p value
≤ 0,05 yaitu 0,002, berarti terdapat hubungan bermakna antara kepatuhan
peserta Prolanis DM dengan kadar BSN. Odss Ratio 9,562 artinya responden
yang patuh kemungkinan untuk memiliki kadar BSN terkontrol 9,562 kali
lebih besar dibandingkan responden yang tidak patuh.
4.2. Pembahasan
4.2.1.Hubungan Antara Pengetahuan DM dan Kadar BSN Peserta
Prolanis DM
Hasil analisis bivariat didapatkan responden dengan pengetahuan baik
yang memiliki kadar BSN terkontrol lebih besar (74,1%) dibanding
responden dengan pengetahuan kurang (30%). Berdasarkan uji Chi-Square
didapatkan p value yaitu 0,007, berarti terdapat hubungan bermakna antara
pengetahuan dan kadar BSN peserta Prolanis DM. Didapatkannya juga Odss
Ratio 6,667 yang artinya responden dengan pengetahuan baik kemungkinan
untuk memiliki kadar BSN terkontrol 6,667 kali lebih besar dibandingkan
responden dengan tingkat pengetahuan kurang.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Perkeni (2011), yaitu pentingnya
pemantauan kadar gula darah karena kadar gula darah merupakan indikator
dalam diagnosa DM. Untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam
mengontrol penyakitnya, perlu diberikan pengetahuan yang baik tentang DM.
Pengetahuan penderita tentang DM merupakan sarana yang dapat membantu
penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya sehingga
semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya
semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal
itu diperlukan. Tingkat pengetahuan DM memegang peranan penting dalam
kontrol glukosa darah sehingga dapat mengendalikan penyakit DM,
meningkatkan kualitas hidup dan menekan angka kejadian penyulit DM
(Fenwick et al., 2013). Rendahnya pengetahuan yang dimiliki responden
mengenai penyakit DM sehingga tidak mampunya responden mengontrol
kadar gula darah dan mengakibatkan kadar gula darah menjadi tinggi.
Menurut Notoadmojo (2005) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan adalah informasi. Informasi DM bisa didapatkan melalui edukasi
DM. Edukasi DM merupakan salah satu bentuk empat pilar penatalaksanaan
DM yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai DM agar dapat
meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola penyakitnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan panelitian dari Misdarina tahun
2012, diketahui bahwa dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Spearman diperoleh nilai p=0,000 (p ≤0,05) dengan nilai r= -484. Ini
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan DM
dengan kadar gula darah pada pasien DM Tipe 2 di RSUP H.Adam Malik
Medan dengan arah korelasi negatif yang bearti semakin rendah pengetahuan
makan semakin tinggi kadar gula darah. Penelitian ini termasuk jenis
penelitian deskritif korelasi dengan desain Cross Sectional. Pengampilan
sampel dilakukan dengan tehnik insidental sampling berjumlah 82 orang.
Berdasarkan hasil penelitian Perdana, Ichsan, dan Rosyidah tahun 2014,
dengan design penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross
sectional. Sampel adalah 33 pasien diabetes di RSU PKU Muhammadiyah
Surakarta dan yang telah memenuhi kriteria yang ditentukan sebelumnya