Disusun oleh:
Amri Anugerah Rahman
1510029021
Pembimbing:
dr. Hj. Alfiani Rachmiputri Sp. OG (K)
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian stase Obstetri dan Ginekologi
Menyetujui,
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat, hidayat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan yang berjudul Perdarahan Uterus Abnormal
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan referat ini tidak lepas
dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. Hj. Alfiani Rachmiputri, Sp. OG (K) sebagai dosen pembimbing klinik
selama stase Obstetri dan Ginekologi
2. Dosen-dosen klinik dan preklinik FK UNMUL khususnya staf pengajar
Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak, terima kasih atas ilmu yang telah diajarkan
kepada kami.
3. Rekan-rekan dokter muda di Lab/SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD
AWS/FK UNMUL dan semua pihak yang telah membantu, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata Tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis
membuka diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna Akhir kata
penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca untuk perbaikan kepenulisan di masa mendatang. Terakhir, semoga
Tutorial Kasus yang sederhana ini dapat membawa berkah dan memberikan
manfaat bagi seluruh pihak serta turut berperan demi kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.....................................................................................................................4
BAB 1................................................................................................................................5
PENDAHULUAN............................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................5
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
KASUS..............................................................................................................................7
BAB III...........................................................................................................................17
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................17
3. AMENOREA PRIMER............................................Error! Bookmark not defined.
3.1 Definisi.............................................................................................................17
3.2 Epidemiologi......................................................Error! Bookmark not defined.
3.3 Klasifikasi..........................................................Error! Bookmark not defined.
3.4 Etiologi dan Patofisiologi.................................................................................19
3.5 Diagnosis...........................................................Error! Bookmark not defined.
3.6 Evaluasi dan Penatalaksanaan............................Error! Bookmark not defined.
3.7 Komplikasi.........................................................Error! Bookmark not defined.
3.8 Prognosis...........................................................Error! Bookmark not defined.
BAB 4..............................................................................................................................20
PEMBAHASAN.............................................................................................................45
BAB 5..............................................................................................................................51
PENUTUP.......................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................53
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
Abnormal rahim, diterbitkan oleh Cambridge Medis Tekan pada tahun 2010. 3
diperlukan suatu nomentakular dan klasifikasi yang dapat diterima secara
universal. Untungnya, pada bulan November 2010, FIGO (Federation
Internationale de Gynecologie et Obstetrique) telah memberikan sistem klasifikasi
penyebab perdarahan uterus abnormal pada masa reproduksi. Sistem ini disajikan
dalam konteks sistem nomenklatur baru untuk gejala yang telah menjadi subyek
dari publikasi tahun sebelumnya, dan membuang istilah-istilah yang sering
membingungkan seperti menorrhagia, metrorrhagia dan perdarahan uterus
disfungsional. Hal ini didasarkan pada "PALM-COEIN" yang merupakan
singkatan dari polip, adenomiosis, leiomyoma, keganasan - koagulopati, gangguan
ovulasi, endometrium cacat, iatrogenik, dan tidak diklasifikasikan. 1
6
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. J
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Suku : Kutai
Alamat : Jalan Telaga Kencana RT12 Tenggarong Seberang
Berobat ke poli : Selasa, 2 Februari 2017 pukul 10.35 Wita
2. KELUHAN UTAMA
Keluar darah dari vagina sejak 1 tahun SMRS
7
Pasien sebelumnya sudah memeriksakan diri ke dokter. Awalnya pasien
berobat ke RS SMC Samarinda, dan dilakukan pemeriksaan USG oleh dr. Sp. OG,
dari hasil USG pasien di diagnosis mioma uteri sehingga di rujuk ke RSUD AWS
Samarinda. Penggunaan obat yang diminum secera rutin tidak ada.
5. RIWAYAT KELUARGA
- Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa
- Pasien merupakan anak kelima dari lima bersaudara, 3 orang perempuan
dan 2 orang laki-laki.
- Kakak pertama pasien menderita penyakit ca serviks dan sudah meninggal 5
tahun lalu.
- Pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang pernah dan sedang
menderita penyakit berat seperti jantung, DM, TBC, ada riwayat hipertensi
6. RIWAYAT PENGOBATAN
- Sudah dibawa berobat ke puskesmas 5 bulan yang lalu dan diberi obat asam
mefenamat 500 mg/ 8 jam.
8
- Satu bulan yang lalu berobat ke dr. Sp. OG di SMC, kemudian di rujuk ke
RSUD AWS Samarinda.
7. RIWAYAT MENSTRUASI
- Menarche usia 12 Tahun, lama haid 7 hari, jumlah darah haid 2-3 kali ganti
pembalut/ hari
8. RIWAYAT PERKAWINAN
Status perkawinan : Menikah
Menikah : 2 kali
Lama menikah : 26 Tahun dengan suami sekarang
Menikah pertama Usia : 22 Tahnun
9. RIWAYAT OBSTETRIK
P5A0
Hidup
Tgl/bln/tahun Tempat Umur Jenis
Penolong Penyulit BBL atau
partus partus Hamil persalinan
mati
Lupa Rumah Bidan Mati
6/10/1992 Rumah Aterm Spontan Bidan - 3000 Hidup
19/9/1994 Rumah Aterm Spontan Bidan - 3000 Hidup
23/9/1999 Rumah Aterm Spontan Bidan - 3000 Hidup
11/01/2003 Rumah Aterm Spontan Bidan - 3000 Hidup
10. KONTRASEPSI
Metode kontrasepsi yang pernah dipakai: Spiral selama 6 Tahun. Dilepas tahun
1998. Saat ini tidak menggunakan KB
9
Minum: 4-5 kali sehari, 1 gelas habis
10
Atas : Akral hangat
Bawah : Edema tungkai (-/-), varices (-/-),
Refleks patella (+/+)
STATUS GINEKOLOGI
Tanda Seks Sekunder : Tidak di temukan kelainan
Vulva/ Vagina : Labium mayus +, Labium minus +, Clitoris +,
Introitus vagina +, hymen +
11
Hepar, kandung empedul, lien dan pancreas normal
Keadaan ginjal normal, batu (-)
Vesika urinaria normal
Uterus dan adneksa normal, tidak tampak massa
Ascites (-)
Kesan : USG Abdomen normal
16. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 tpm
12
Biosanbe 1 tab/24 jam
Transfusi PRC 2 kolf s/d Hb >10 gr/dl
Pro kuretase (setelah Hb > 10 gr/dl)
17. FOLLOW UP
Tanggal Follow up
2/2/2017 S : Perdarahan (+) berupa Flek, Nyeri perut
bawah(+), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK dalam batas
normal
O : GCS : 15 T : 130/90 mmHg N : 80x/mnt. RR :
22x/mnt, S: 36,5
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera
ikterik (-/-)
THT : Tidak ditemukan kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-),struma dan
kelainan lain (-)
Thorax :
Jantung : S1S2 tunggal, reguler,
murmur (-), gallop (-)
Paru : Vesikuler, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Bentuk normal, scar
(-), benjolan (-)
Palpasi : Soefl, Nyeri tekan (+) massa (-),
hepatosplenomegali (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
Ekstremitas :
13
Atas : Akral hangat
Bawah : Edema tungkai (-/-), varices (-/-),
Refleks patella (+/+)
14
Diet nasi TKTPRG
4/2/2017 S : Nyeri perut bawah(+) Berkurang
O : GCS : 15 T : 120/80 mmHg N : 80x/mnt. RR :
20x/mnt, S: 36,1
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Bentuk normal, scar
(-), benjolan (-)
Palpasi : Soefl, Nyeri tekan (-) massa (-),
hepatosplenomegali (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
A : Menometroragi + Anemia post transfusi
P :
IVFD RL 20 tpm
Drip tramadol 100mg/8jam dalam RL 20 tpm
Biosanbe 5 mg 1-0-0 tab
Pro kuretase hari senin
15
hepatosplenomegali (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
A : Menometroragi + Anemia post transfusi
P :
Operasi kuretase di ok IBS
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Perdarahan uterus abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam hal
jumlah maupun lamanya. Terminologi menoragia saat ini diganti dengan
perdarahan haid banyak atau heavy menstrual bleeding (HMB) sedangkan
perdarahan uterus abnormal yang disebabkan faktor koagulopati, gangguan
hemostasis lokal endometrium, dan gangguan ovulasi merupakan kelainan yang
sebelumnya termasuk dalam perdarahan uterus disfungsional (PUD).
Perdarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai perdarahan haid yang
banyak sehingga perlu dilakukan penanganan yang cepat untuk mencegah
kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut dapat terjadi pada kondisi
PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya
Perdarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi untuk perdarahan
uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya
tidak memerlukan penanganan yang cepat dibandingkan PUA akut
Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan perdarahan haid yang
terjadi diantara 2 siklus haid yang teratur. Perdarahan dapat terjadi kapan saja
atau dapat juga terjadi di waktu yang sama setiap siklus. Istilah ini ditujukan
untuk menggantikan terminologi metroragia.
Penggolongan standar dari perdarahan abnormal dibedakan menjadi 7
pola:
1) Menoragia (Hipermenorea) adalah perdarahan menstruasi yang banyak dan
memanjang. Adanya bekuan-bekuan darah tidak selalu abnormal, tetapi dapat
menandakan adanya perdarahan yang banyak. Perdarahan yang gushing dan
open-faucet selalu menandakan sesuatu yang tidak lazim. Mioma
submukosa, komplikasi kehamilan, adenomiosis, IUD, hiperplasia
17
endometrium, tumor ganas, dan perdarahan disfungsional adalah penyebab
tersering dari menoragia.
2) Hipomenorea (Kriptomenorea) adalah perdarahan menstruasi yang sedikit,
dan terkadang hanya berupa bercak darah. Obstruksi seperti pada stenosis
himen atau serviks mungkin sebagai penyebab. Sinekia uterus (Ashermans
Syndrome) dapat menjadi penyebab dan diagnosis ditegakkan dengan
histerogram dan histeroskopi. Pasien yang menjalani kontrasepsi oral
terkadang mengeluh seperti ini, dan dapat dipastikan ini tidak apa-apa.
3) Metroragia (Perdarahan intermenstrual) adalah perdarahan yang terjadi
pada waktu-waktu diantara periode menstruasi. Perdarahan ovulatoar terjadi di
tengah-tengah siklus ditandai dengan bercak darah, dan dapat dilacak dengan
memantau suhu tubuh basal. Polip endometrium, karsinoma endometrium, dan
karsinoma serviks adalah penyebab yang patologis. Pada beberapa tahun
administrasi estrogen eksogen menjadi penyebab umum pada perdarahan tipe
ini.
4) Polimenorea berarti periode menstruasi yang terjadi terlalu sering. Hal ini
biasanya berhubungan dengan anovulasi dan pemendekan fase luteal pada
siklus menstruasi.
5) Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi pada interval yang iregular.
Jumlah dan durasi perdarahan juga bervariasi. Kondisi apapun yang
menyebabkan perdarahan intermenstrual dapat menyebabkan menometroragia.
Onset yang tiba-tiba dari episode perdarahan dapat mengindikasikan adanya
keganasan atau komplikasi dari kehamilan.
6) Oligomenorea adalah periode menstruasi yang terjadi lebih dari 35 hari.
Amenorea didiagnosis bila tidak ada menstruasi selama lebih dari 6 bulan.
Volume perdarahan biasanya berkurang dan biasanya berhubungan dengan
anovulasi, baik itu dari faktor endokrin (kehamilan, pituitari-hipotalamus)
ataupun faktor sistemik (penurunan berat badan yang terlalu banyak). Tumor
yang mengekskresikan estrogen menyebabkan oligomenorea terlebih dahulu,
sebelum menjadi pola yang lain.
7) Perdarahan kontak (perdarahan post-koitus) harus dianggap sebagai tanda
dari kanker leher rahim sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Penyebab lain dari perdarahan kontak yang lebih sering yaitu servikal eversi,
18
polip serviks, infeksi serviks atau vagina (Tichomonas) atau atropik vaginitis.
Hapusan sitologi negatif tidak menyingkirkan diagnosis kanker serviks
invasif, kolposkopi dan biopsi sangat dianjurkan untuk dilakukan.3
3.2 Etiologi
Siklus Berovulasi
Perdarahan teratur dan banyak terutama pada tiga hari pertama
siklus haid. Penyebab perdarahan adalah terganggunya mekanisme
hemostasis lokal di endomentrium.
Siklus tidak berovolasi
Perdarahan tidak teratur dan siklus haid memanjang disebabkan
oleh gangguan pada poros hipotalamus-hipofsis-ovarium. Adanya siklus
tidak berovulasi menyebabkan efek esterogen tidak terlawan (unopposed
esterogen) terhadap endomenrtium. Proliferasi endomentrium terjadi
secara berlebihan hingga tedak mendapat aliran darah yang cukup
kemudian mengalami iskemia dan dilepaskan dari stratum basal.
Efek samping penggunaan kontrasepsi
Dosis esterogen yang rendah dalam kandungan pil kontrasepsi
kombinasi (PKK) menyebabkan integritas endomentrium tidak mampu
dipertahankan. Progestin menyebabkan endomentrium mengalami atrofi.
Kedua kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan bercak. Sedangkan pada
pengguna alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) kebanyakan perdarahan
terjadi karena endometritis.
19
3.3 Klasifikasi
Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO), terdapat 9 kategori utama disusu sesuai dengan akronim PALM COEIN
yakni ; polip, adenomiosis, leiomioma, malignancy dan hiperplasia, coagulopathy,
ovulatory dysfunction, endometrial, iatrogenik, dan not yet classified.
Kelompok PALM merupakan kelainan struktur yang dapat dinilai dengan
berbagai teknik pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi. Kelompok
COEIN merupakan kelinan non strruktural yang tidak dapat dinilai dengan
teknik pencitraan atau histopatologi. Sistem klasifikasi tersebut disusun
berdasarkan pertimbangan bahwa seorang pasien dapat memiliki satu atau lebih
faktor penyebab PUA.
A. Polip (PUA-P)
Definisi :
- Pertumbuhan lesi lunak pada lapisan endometrium uterus, baik bertangkai
maupun tidak, berupa pertumbuhan berlebih dari stroma dan kelenjar
endometrium dan dilapisi oleh epitel endometrium
Gejala :
- Polip biasanya bersifat asimptomatik, tetapi dapat pula menyebabkan
PUA.
- Lesi umumnya jinak, namun sebagian kecil atipik atau ganas.
Diagnostik :
- Diagnosis polipditegakkanberdasarkan pemeriksaan USG dan atau
histeroskopi, dengan atau tanpa hasil histopatologi.
- Histopatologi pertumbuhan eksesif lokal dari kelenjar dan stroma
endometrium yang memiliki vaskularisasi dan dilapisiolehepitel
endometrium.2,3
20
Hasil USG4
Histopatologi4
Histerektomi4
B. Adenomiosis (PUA-A)
Definisi:
21
- Dijumpai jaringan stroma dan kelenjar endometrium ektopik pada lapisan
miometrium
Gejala:
- Nyeri haid, nyeri saat snggama, nyeri menjelang atau sesudah haid, nyeri
saat buang air besar, atau nyeri pelvik kronik
- Gejala nyeri tersebut diatas dapat disertai dengan perdarahan uterus
abnormal.
Diagnostik:
- Kriteria adenomiosis ditentukan berdasarkan kedalaman jaringan
endometrium pada hasil histopatologi
- Adenomiosis dimasukkan ke dalam sistem klasifikasi berdasarkan
pemeriksaan MRI dan USG
- Mengingat terbatasnya fasilitas MRI, pemeriksaan USG cukup untuk
mendiagnosis adenomiosis
- Hasil USG menunjukkan jaringan endometrium heterotopik pada
miometrium dan sebagian berhubungan dengan adanya hipertrofi
miometrium.
- Hasil histopatologi menunjukkan dijumpainya kelenjar dan stroma
endometrium ektopikpadajaringan miometrium.3
C. Leiomioma (PUA-L)
Tumor jinak fibromuskular dari myometrium dikenal dengan beberapa nama yaitu
leiomyoma, mioma, dan sering digunakan nama fibroid. Prevalensi dari mioma
adalah 70% pada wanita kaukasian, dan 80% pada wanita keturunan Africa.
Definisi:
- Pertumbuhan jinak otot polos uterus pada lapisan miometrium
Gejala:
- Perdarahan uterus abnormal
- Penekanan terhadap organ sekitar uterus, atau benjolan dinding abdomen
Diagnostik:
- Mioma uteri umumnya tidak memberikan gejala dan biasanya bukan
penyebab tunggal PUA
22
- Pertimbangan dalam membuat sistem klasifikasi mioma uteri yakni
hubungan mioma uteri denga endometrium dan serosa lokasi, ukuran, serta
jumlkah mioma uteri.
Berikut adalah klasifikasi mioma uteri:
a. Primer: ada atau tidaknya satu atau lebih mioma uteri
b. Sekunder: membedakan mioma uteri yang melibatkan endometrium
(mioma uteri submukosum) dengan jenis mioma uteri lainnya.
c. Tersier: Klasifikasi untuk mioma uteri submukosum, intramural dan
subserosum.2,3
E. Coagulopathy (PUA-C)
Definisi:
- Gangguan hemostatis sistemik yang berdampak terhadap perdarahan
uterus
23
Gejala:
- Perdarahan uterus abnormal
Diagnostik :
- Terminologi koagulopati digunakan untuk kelainan hemostatis sistemik
yang terkait dengan PUA
- Tiga belas persen perempuan dengan perdarahan haid banyak memiliki
kelainan hemostatis sistemik, dan yang paling sering ditemukan
adalahpenyakit von Willebrand.3
G. Endometrial (PUA-E)
Definisi:
- Gangguan hemostatis lokal endometrium yang memiliki kaitan erat
dengan terjadinya perdarahan uterus.
Gejala:
- Perdarahan uterus abnormal
Diagnostik:
24
- Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus
haid teratur
- Penyebab perdarahan pada kelompok ini adalah gangguan hemostatis lokal
endometrium
- Adanya penurunan produksi faktor yang terkait vasokonstriksi seperti
endothelin-1 dan prostaglandin F2 serta peningkatan aktifitas fibrinolitik
- Gejala lain kelompok ini adalah perdarahan tengah atau perdarahan yang
berlanjut akibat gangguan hemostasis lokal endometrium
- Diagnosis PUA-E ditegakkan setelah menyingkirkan gangguan lain pada
siklushaid yang berovulasi.3
H. Iatrogenik (PUA-I)
- Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan intervensi medis
seperti penggunaan estrogen, progestin, AKDR.
- Perdarahan haid diluar jadwal yang terjadi akibat penggunaan estrogen
atau progestin dimasukkan dalam istilah perdarahan sela atau
breakthrough bleeding.
- Perdarahan sela terjadi karena rendahnya konsentrasi estrogen dalam
sirkulasi yang disebabkan oleh sebagai berikut:
o Pasien lupa atau terlambat minum pil kontrasepsi
o Pemakaian obat tertentu seperti rifampisin
o Perdarahan haid banyak yang terjadi pada perempuan pengguna
anti koagulan (warfarin, heparin, dan low molecular weight
heparin) dimasukkan kedalamklasifikasi PUA-C.3
Kemungkinan penyebab PUA pada individu bisa lebih dari satu karena itu dibuat
sistem penulisan.2,3
25
- Angka 0 : tidak ada kelainan pada pasien
- Angka 1 : terdapat kelainan pada pasien
- Tanda tanya : belumdilakukanpenilaian
3.4 Diagnosis
Anamnesis dilakukan untuk menilai kemungkinan adanya kelainan uterus,
faktor risiko kelainan tiroid, penambahan dan penurunan BB yang drastis, serta
riwayatkelainan hemostasis pada pasien dan keluarganya. Perlu
ditanyakan siklus haid sebelumnya serta waktu mulai terjadinya perdar
ahanuterus abnormal.
26
Prevalensi penyakit von Willebrand pada perempuan perdarahan haid rata-
rata meningkat 10% dibandingkan populasi normal. Karena itu perlu dilakukan
pertanyaan untuk mengidentifikasi penyakit von willebrand
Pada perempuan pengguna pil kontrasepsi perlu ditanyakan tingkat
kepatuhan dan obat-obat lain yang diperkirakan menggangu koagulasi
Penilaian jumlah darah haid dapat dinilai menggunakan piktograf atau
skor perdarahan. Data ini juga dapat digunakan untuk diagnosis dan menilai
kemajuan pengobatan PUA
Anamnesis terstruktur dapat digunakan sebagai penapis gangguan
hemostasis dengan sensitifitas 90%. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
pada perempuan dengan hasil penapisan positif
Perdarahan uterus abnormal yang terjadi karena pemakaian antikoagulan
dimasukkan ke dalam klasifikasi PUA-C1.
27
hipotiroid/hipertiroid, galaktorea, gangguan lapang pandang (adenoma
hipofisis), purpuran dan ekimosis wajib diperiksa.
2. Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan
pap smear. Harus disingkirkan pula kemungkinan adanya mioma uteri,
polip, hiperplasia endometrium atau keganasan.
3. Penilaian ovulasi
Siklus haid yang berovulasi sekitar 22-35 hari. Jenis perdarahan PUA-O
bersifat ireguler dan sering diselingi amenorea. Konfirmasi ovulasi dapat
dilakukan dengan pemeriksaan progesteron serum fase lutela mayda atau
USG transvaginal bila diperlukan.
4. Penilaian endometrium
Pengam bilan sampel endometrium tidak harus dilakukan pada semua
pasien PUA
Pengambilan sample endometrium hanya dilakukan pada :
Perempuan umur > 45 tahun
Terdapat faktor risiko genetik
USG transvaginal menggambarkan penebalan endometrium
kompleks yang merupakan faktor risiko hiperplasia atipik
atau kanker endometrium
Terdapat faktor risiko diabetes melitus, hipertensi, obesitas,
nulipara
Perempuan dengan riwayat keluarga nonpolyposis
colorectar cancer memiliki risiko kanker endometrium
sebesar 60% dengan rerata umur saat diagnosis antara 48-
50 tahun.
Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada perdarahna uterus
abnormal yang menetap (tidak respon terhadap pengobatan)
Beberapa teknik pengambilan sample endometrium seperti D & K dan
biopsi endometrium dapat dilakukan.
5. Penilaian kavum uteri
28
Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya polip endometrium atau
mioma uteri submukosum. USG transvaginal merupakan alat penapis yang
tepat dan harus dilakukan pada pemeriksaan awal PUA. Bila dicurigai
terdapat polip endometrium atau mioma uteri submukosum disarankan
untuk melakukan SIS atau histeroskopi. Keuntungan dalam penggunaan
histeroskopi adalah diagnosis dan terapi dapat dilakukan bersamaan
6. Penilaian miometrium
Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya mioma uteri atau
adenomiosis. Miometrium dinilai menggunakan USG (transvagina,
transrektal dan abdominal), SIS, histeroskopi atau MRI. Pemeriksaan
adenomiosis menggunakan MRI lebih unggukdibandingkan USG
transvaginal.3
29
3.5 Diagnosis Banding
Pada pasien yang mengalami PUA, anamnesis perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.6
30
Keluhan dangejala Masalah
31
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan:6
32
Pada wanita dalam masa pubertas umumnya tidak perlu dilakukan kerokan
guna pembuatan diagnosis. Pada wanita berumur antara 20 dan 40 tahun
kemungkinan besar ialah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum, dan
sebagainya. Disini kerokan diadakan setelah dapat diketahui benar bahwa
tindakan tersebut tidak mengganggu kehamilan yang memberi harapan untuk
diselamatkan. Pada wanita dalam pramenopause dorongan untuk melakukan
kerokan ialah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas.6
33
3.6 Penatalaksanaan
Penanganan PUA secara umum, yakni hentikan perdarahan, perbaki
keadaan umumm pasien, mencari penyebab dan mencegah perdarahan berulang.
Langkah diagnosis dan penatalaksanaan PUA:6
34
Sebagai tindakan yang terakhir pada wanita dengan perdarahan
disfungsional terus-menerus (walaupun sudah dilakukan kerokan beberapa kali,
dan yang sudah mempunyai anak cukup) ialah histerektomi.6
Penanganan Adenomiosis5
C. Leiomioma uteri
o Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG
o Histeroskopi reseksi mioma uteri submukosum dilakukan terutama
bila pasien menginginkan kehamilan
35
Pilihan pertama untuk mioma uteri submukosum berukuran
< 4 cm
Pilihan kedua untuk mioma uteri submukosum derajat 0
atau 1
Pilihan ketiga untuk mioma uteri submukosum derajat 2
PenangananLeiomioma uteri5
36
Penanganan Malignancy and Hyperplasia5
E. Coagulopathy
o Terminologi koagulopati digunakan untuk kelainan hemostasis
sistemik yang berkaitan dengan PUA.
o Penanganan multidisiplin diperlukan pada kasus ini
37
Penanganan Coagulopathy5
F. Ovulatory dysfunction
o Gangguan ovulasi merupakan salah satu penyebab PUA dengan
manifestasi klinik perdarahan yang sulit diramalkan dan jumlah
darah yang bervariasi
38
G. Endometrial
Penanganan Endometrial5
H. Iatrogenik
39
PenangananIatrogenik (Perdarahankarenaefeksamping PKK)5
40
Penanganan Iatrogenik (perdarahan karena efeksamping kontrasepsi progestin)5
- Perdarahan karena efek samping AKDR
o Jika pada pemeriksaan pelvik dijumpai rasa nyeri, lanjukan ke
point 2
o Berikan doksisiklin 2x100mg sehari selama 10 hari karena
perdarahan pada penggunaan AKDR dapat disebabkan oleh
endometritis. Jika ridak ada perbaikan, pertimbangkan untuk
mengangkat AKDR
o Jika tidak dijumpai rasa nyeri dan AKDR digunakan dalam 4-6
bulan pertama lanjutkan ke point 4. Jika tidak lanjutkan ke point 5
o Lanjutkan penggunaan AKDR, jika perlu ditambahkan AINS. Jika
setelah 6 bulan perdarahan tetap terjadi dan pasien ingin diobati
lanjutkan ke point 5
o Berikan PKK untuk 1 siklus
o Jika perdarahan abnormal menetap lakukan pengangkatan AKDR.
Bila usia pasien > 35 tahun lakukan biopsi endometrium
41
Penanganan Iatrogenik (perdarahan karena efek samping penggunaan AKDR)5
42
BAB 4
43
PEMBAHASAN
ANAMNESIS
Kasus Teori
Keluhan utama : keluar darah dari Pada pasien yang mengalami
vagina sejak 1 tahun SMRS PUA, anamnesis perlu dilakukan untuk
RIWAYAT PENYYAKIT SEKARANG menegakkan diagnosis dan
6
Pasien menyatakan terjadi terus menyingkirkan diagnosis banding.
menerus, pasien mengaku darah
yang keluar sangat banyak,
sehingga pasien mengganti
pembalut sebanyak 24 kali sehari.
Namun sejak bulan 12 perdarahan
hanya berupa flek sejak minum
obat herbal. Perdarahan tidak
berhubungan dengan masa haid.
Penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan tidak ada.
disertai dengan nyeri perut bagian
bawah sejak 1 bulan SMRS. Pasien
menyatakan nyeri perut sudah
dirasakan selama 1 tahun terakhir
dan memberat dalam 1 bulan
terakhir, dirasakan terus menerus
dan nyeri tidak menjalar.
Pasien sudah memeriksakan diri ke
dokter. Awalnya pasien berobat ke
RS SMC Samarinda, dan dilakukan
pemeriksaan USG oleh dr. Sp. OG,
dari hasil USG pasien di diagnosis
mioma uteri.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
44
Pasien mengatakan tidak pernah
dan tidak sedang menderita
penyakit berat seperti hipertensi,
DM, jantung, TBC.
Tidak ada riwayat penyakit yang
serius sejak bayi (kejang, batuk
lama, batuk pilek berat, radang
telinga, gangguan pendengaran dan
pembauan juga tidak ada)
Tidak pernah mengalami trauma
dan tidak pernah dioperasi
Penggunaan obat-obat tertentu
tidak ada
Pasien menyatakan tidak pernah
mengalami stress atau cemas yang
berat
45
hipertensi
PEMERIKSAAN FISIK
KASUS TEORI
Status Umum: 1. Pemeriksaan Umum
Konjungtiva anemis (+/+), Pemeriksaan fisik pertama kali
yang lainnya dalam batas dilakukan untuk menilai stabilitas
normal keadaan hemodinamik. Pastikan bahwa
IMT : 23,5 (Obesitas level 1) perdarahan berasal dari kanalis servikalis
46
4. Penilaian endometrium
Pengambilan sampel endometrium
tidak harus dilakukan pada semua pasien
PUA
Pengambilan sampel endometrium
hanya dilakukan pada:
Perempuan umur > 45 tahun
Terdapat faktor risiko genetik
USG transvaginal menggambarkan
penebalan endometrium kompleks
yang merupakan faktor risiko
hiperplasia atipik atau kanker
endometrium
Terdapat faktor risiko diabetes
melitus, hipertensi, obesitas, nulipara
Perempuan dengan riwayat keluarga
nonpolyposis colorectar cancer
memiliki risiko kanker endometrium
sebesar 60% dengan rerata umur saat
diagnosis antara 48-50 tahun.
Pengambilan sampel endometrium
perlu dilakukan pada perdarahna uterus
abnormal yang menetap (tidak respon
terhadap pengobatan)
Beberapa teknik pengambilan
sample endometrium seperti D & K dan
biopsi endometrium dapat dilakukan.
5. Penilaian kavum uteri
Bertujuan untuk menilai
kemungkinan adanya polip endometrium
atau mioma uteri submukosum. USG
transvaginal merupakan alat penapis
47
yang tepat dan harus dilakukan pada
pemeriksaan awal PUA. Bila dicurigai
terdapat polip endometrium atau mioma
uteri submukosum disarankan untuk
melakukan SIS atau histeroskopi.
Keuntungan dalam penggunaan
histeroskopi adalah diagnosis dan terapi
dapat dilakukan bersamaan
6. Penilaian miometrium
Bertujuan untuk menilai
kemungkinan adanya mioma uteri atau
adenomiosis. Miometrium dinilai
menggunakan USG (transvagina,
transrektal dan abdominal), SIS,
histeroskopi atau MRI. Pemeriksaan
adenomiosis menggunakan MRI lebih
unggukdibandingkan USG transvaginal.3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG Abdomen : Pemeriksaan penunjang yang dapat
Hepar, kandung empedul, lien dilakukan :
dan pancreas normal
Keadaan ginjal normal, batu
(-)
Vesika urinaria normal
Uterus dan adneksa normal,
tidak tampak massa
Ascites (-)
Kesan : USG Abdomen normal
48
PENATALAKSANAAN
KASUS TEORI
49
Penanganan PUA berdasarkan
penyebabnya.
Managemen penanganan PUA:
IVFD RL 20 tpm
Biosanbe 1 tab/24 jam
Transfusi PRC 2 kolf s/d Hb >10
gr/dl
Pro kuretase (setelah Hb > 10
gr/dl)
50
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Telah dibicarakan suatu kasus, penderita umur 48 tahun dengan perdarahan
uterus abnormal + anemia yang telah dilakukan kuretase. Penderita datang
pertama kali dengan keluhan utama keluar darah dari vagina sejak 1 tahun SMRS,
disertai dengan nyeri perut bagian bawah, berlangsung terus menerus sejak 1
tahun, jumlah perdarahan hingga 24 kali ganti pembalut per hari. Pada
pemeriksaan ditemukan: konjungtiva anemis (+/+) oleh karena perdarahan yang
berlangsung telah lama. Pemeriksaan USG abdomen didapatkan hasi normal.
Keterkaitan dengan sindrom atau kelainan genetik maupun penyakit tertentu
belum diketahui. Saat ini penderita masih melakukan beberapa pemeriksaan
lanjutan untuk mengatahui etiologi perdarahan uterus abnormal yang dialami.
Sudah dilakukan kuretase dan masih menunggu hasil PA.
5.2 Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari laporan kasus ini, baik dari
segi diskusi, penulisan dan sebagainya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari dosen-dosen yang mengajar, dari rekan-rekan sesama dokter muda dan
dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan kasus ini.
51
DAFTAR PUSTAKA
52