Disusun Oleh :
LEONARDO JEVERSON SIPAHELUT
(2018-84-032)
PEMBIMBING
dr. Denny Jolanda, Sp.PD-FINASIM
KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas kasih dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus
dengan judul Wanita 62 Tahun dengan Diagnosa Suspek Leukemia Myeloid
Akut Penulisan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat kelulusan pada
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Dr. M. Haulussy
Ambon.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Denny Jolanda, Sp.PD,
FINASIM selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama
penyusunan laporan kasus ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga
selesainya laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.
Penulis
COVER ...........................................................................................................1
KATA PENGANTAR .....................................................................................2
DAFTAR ISI ...................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4
BAB II LAPORAN KASUS………………………………………………...7
1. Identitas ........................................................................................7
2. Anamnesis ....................................................................................7
3. Pemeriksaan Fisik ........................................................................8
4. Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 11
5. Assesment ..................................................................................15
6. Tatalaksana.................................................................................15
7. Follow up ...................................................................................15
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 20
BAB IV DISKUSI .......................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..43
PENDAHULUAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AP
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 26 Mei 1957
Umur : 62 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Kristen
Alamat : Saparua
No. RM : 15-00-82
Tanggal MRS : 21 Agustus 2019
B. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis
a. Keluhan Utama :
Batuk Berlendir
b. Keluhan Tambahan :
Nyeri perut dan lemas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan batuk berlendir kurang lebih 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Batuk berlendir berwarna kuning pucat
dengan konsistensi kental. Batuk tidak disertai darah dan sering terjadi saat
pasien sedang berakitifitas sehari-hari. Pasien belum pernah minum obat
program (OAT) sebelumnya. Pasien sempat dirawat di RSU Saparua
selama kurang lebih 3 hari namun tidak mengalami perbaikan. Pada saat
dirawat pasien juga mengeluhkan nyeri perut yang hebat. Nyeri dirasakan
diseluruh lapangan perut dan terasa penuh. Nyeri perut disertai muntah
sebanyak 3x berisi makanan dan muntah ke 4 hanya berisi cairan. Makan
dan minum pasien baik, hanya sedikit terjadi penurunan napsu makan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 18 Mei 2019
a. Keadaan umum : Kesan Sakit Sedang
Status Gizi : Cukup (BB 70 kg, TB 163 cm, IMT 27 kg/m2)
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
b. Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 120/90 mmHg
- Nadi : 80 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
- Pernapasan : 22 x/menit
- Suhu : 36 o C melalui axilla
c. Kepala
- Bentuk Kepala : Normocephali
- Simetris Wajah : Simetris
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
d. Mata
- Bola mata : Eksoftalmus/endoftalmus (-/-)
- Gerakan : Bisa ke segala arah, strabismus (-/-)
- Kelopak mata : Ptosis (-/-), edema (-/-)
Capillary refill time < 2 detik < 2 detik < 2 detik < 2 detik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah Kimia (Tanggal 21 Agustus 2019)
Kimia klinik Hasil Nilai Rujukan
h. Pemeriksaan Elektrolit
Pemeriksaan Hasil Rujukan
F. RENCANA PENGOBATAN
- Bed Rest Total
- Diet Lunak
- IVFD RL : Futrolit 20 tetes/menit
- Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam/IV
- Inj. Dexamethasone 1 Amp/8 jam/IV
- Inj. Ranitidine 1 Amp/12 jam/IV
- Drips Metronidazole 500mg/12 jam/IV
- Drip KCL 2 Vial dalam Nacl 0,9%/12 jam
- Imbumin 2x1 tab/PO
- Cefixim 1x1 tab/PO
G. RENCANA PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan Aspirasi sumsum tulang belakang
- Pemeriksaan Elektrolit
- Pemeriksaan Albumin
H. FOLLOW UP
P:
- IVFD RL : Futrolit
20 tetes/menit
- Inj. Ceftriaxon 1
gr/12 jam/IV
- Inj. Dexamethasone 1
Amp/8 jam/IV
- Inj. Ranitidine 1
Amp/12 jam/IV
- Drips Metronidazole
500mg/12 jam/IV
- Drip KCL 2 Vial
dalam Nacl 0,9%/12
jam
- Imbumin 2x1 tab/PO
- Cefixim 1x1 tab/PO
P:
- IVFD RL : Futrolit
20 tetes/menit
- Inj. Ceftriaxon 1
gr/12 jam/IV
- Inj. Dexamethasone 1
Amp/8 jam/IV
- Inj. Ranitidine 1
Amp/12 jam/IV
- Drips Metronidazole
500mg/12 jam/IV
- Drip KCL 2 Vial
dalam Nacl 0,9%/12
jam (STOP)
- KSR tab 1x1 tab/PO
- Gyndamicin
2x300mg/IV
- Imbumin 2x1 tab/PO
- Cefixim 1x1 tab/PO
- Cendoliteers ED
MD 4 gtt ODS.
O:
- TD 100/60 mmHg
- S 37,0 ºC
- N 91x/menit
- RR 24x/menit
- SpO2 99%
- Mata: CA +/+, SI -/-
- Hepatosplenomegali,
liver span 6 cm pada
linea mid sternalis
kanan dan 13 cm di
linea
medioklavikularis
kanan.
A:
- Suspek Leukemia
Myeloid Akut
- Electrolit Imbalance
(Hipokalemia)
- Hipoalbuminemia
- Erupsi Obat Alergi
- ODS Katarak Mature
P:
- IVFD RL : Futrolit
20 tetes/menit
- Inj. Ceftriaxon 1
gr/12 jam/IV
- Inj. Dexamethasone 1
Amp/8 jam/IV
- Inj. Ranitidine 1
Amp/12 jam/IV
- Drips Metronidazole
500mg/12 jam/IV
- KSR tab 1x1 tab/PO
- Gyndamicin
2x300mg/IV
- Imbumin 2x1 tab/PO
- Cefixim 1x1 tab/PO
29/Agustus 2019
(Hari Rawat Ke-8) S : Pusing (+), Tidak bisa tidur malam (+), Nyeri
Perut (+), Belum BAB 3 hari. Penglihatan Kabur
Kedua Mata
O:
- TD 100/60 mmHg
- S 37,0 ºC
- N 91x/menit
- RR 24x/menit
- SpO2 99%
- Mata: CA +/+, SI -/-
- Hepatosplenomegali, liver span 6 cm pada linea
mid sternalis kanan dan 13 cm di linea
medioklavikularis kanan.
A:
- Suspek Leukemia Myeloid Akut
- Electrolit Imbalance (Hipokalemia)
- Hipoalbuminemia
- Erupsi Obat Alergi
- ODS Katarak Mature
P:
- IVFD RL : Futrolit 20 tetes/menit
- Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam/IV
- Inj. Dexamethasone 1 Amp/8 jam/IV
- Inj. Ranitidine 1 Amp/12 jam/IV
- Drips Metronidazole 500mg/12 jam/IV
- KSR tab 1x1 tab/PO
- Gyndamicin 2x300mg/IV
- Imbumin 2x1 tab/PO
- Cefixim 1x1 tab/PO
- Cendoliteers ED MD 4 gtt ODS.
3.1. Hematopoiesis
Gambar 1. Hematopoiesis
Sumber : Anwar C, Widyaningsih MA, Rena N. Acute Myeloid Leukaemia. Bagian Ilmu
Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bagian Ilmu Penyakit dalam RSUD
Sanglah. Bali,2017.1
Gambar 2. Granulosit
Sumber : Abbot. Hematology Learning Guide. Diagnostik hematology educational series,
2018.p24-27.8
Agranulosit
Agranulosit merupakan leukosit tanpa granula sitoplasma. Agranulosit
terdiri dari limfosit dan monosit.4,5
Limfosit
Limfosit adalah golongan leukosit kedua terbanyak setelah neutrofil,
berkisar 20-35% dari sel darah put ih, memiliki fungsi dalam reaksi
imunitas.Limfosit memiliki inti yang bulat atau oval yang dikelilingi oleh
pinggiran sitoplasma yang sempit berwarna biru. Terdapat dua jenis limfosit yaitu
limfosit T dan limfosit B. Limfosit T bergantung timus, berumur panjang,
dibentuk dalam timus. Limfosit B tidak bergantung timus, tersebar dalam folikel-
folikel kelenjar getah bening. Limfosit T bertanggung jawab atas respons
kekebalan selular melalui pembentukan sel yang reaktif antigen sedangka n
limfosit B, jika dirangsang dengan semestinya, berdiferesiansi menjadi sel-sel
plasma yang menghasilkan imunoglobulin, sel-sel ini bertanggung jawab atas
respons kekebalan hormonal. 4,5
Leukimia Akut
Dalam kondisi normal, sumsum tulang mengandung sedikit sel darah putih
imatur (sel blast). Sel darah putih yang imatur ini akan berkembang menjadi sel
darah putih matur, sel darah merah,dan platelet, yang kemudian akan dilepaskan
ke aliran darah. Sumsum tulang orang yang mengalami leukimia akut akan
memproduksi sel-sel blast dalam jumlah yang sangat banyak (abnormal), disebut
leukaemic blasts.2 Sel-sel ini terakumulasi pada sumsum tulang dan mengganggu
produksi dari sel-sel darah normal. Tanpa sel darah merah yang cukup, sel darah
putih yang normal dan platelet seseorang akan menjadi lemas dan lebih mudah
terkena infeksi, selain itu akan lebih mudah terjadi perdarahan dan memar.2 Sel
blast yang banyak tersebut juga keluar dari sumsum tulang ke aliran darah
sehingga terdeteksi pada tes darah sederhana. Terkadang leukimia menyebar dari
darah ke organ termasuk ke kelenjar limfe, hati, limpa, sistem saraf pusat (otak,
medula spinalis, cairan spinal), kulit dan testis. Karena cepatnya penyakit ini
terjadi dan perkembangannya, maka leukimia akut harus segera didiagnosis dan
ditangani, bila tidak tertangani maka akan berakibat fatal dalam beberapa bulan
(penderita meninggal dalam 2-4 bulan rata-rata). Namun dengan pengobatan yang
baik ternyata leukimia akut mengalami kesembuhan yang lebih banyak
dibandingkan dengan leukimia kronik.Leukimia akut dapat dibagi menjadi 2
kelompok besar yaitu Acute Lymphoid Leukaemia (ALL) dan Acute Myeloid
Leukaemia (AML).1,2,5
Leukemia myeloid akut atau Acute Myeloid Leukemia (AML) sering juga
dikenal dengan istilah Acute Myelogenous Leukemia atau Acute Granulocytic
Leukemia merupakan penyakit keganasan yang ditandai dengan diferensiasi dan
proliferasi abnormal sel induk hematopoetik yang bersifat sistemik dan secara
malignan melakukan transformasi sehingga menyebabkan penekanan dan
penggantian komponen sumsum tulang belakang yang normal. Pada kebanyakan
kasus AML, tubuh memproduksi terlalu banyak sel darah putih yang disebut
myeloblas yang masih bersifat imatur. Sel-sel darah yang imatur ini tidak sebaik
sel darah putih yang telah matur dalam melawan adanya infeksi. Pada AML,
mielosit (yang dalam keadaan normal berkembang menjadi granulosit) berubah
menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di sumsum
tulang. 4,5
Agent
- Virus
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis
cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien
dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T. 1,2,3
- Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA jelas sekali meningkat setelah
sinar radioaktif digunakan. 1,2,3
- Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia. Benzena telah
lama dikenal sebagai karsinogen sifat karsinogeniknya menyebabkan leukemia,
benzena diketahui merupakan zat leukomogenik untuk LMA. Paparan benzena
kadar tinggi dapat menyebabkan aplasia sumsum tulang, kerusakan kromosom
dan leukemia. 1,2,3
- Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya
leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita
leukemia terutama LMA. 1,2,3
Lingkungan (pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan
yaitu petani dan peternak terhadap kejadian leukemia. 3
Morfologi
Aspirasi sumsum tulang merupakan bagian dari pemeriksaan rutin untuk
diagnosis AML. Pulasan darah dan sumsum tulang diperiksa dengan pengecatan
May-Grunwald-Giemsa atau Wright-Giemsa. Untuk hasil yang akurat, diperlukan
setidaknya 500 sel Nucleated dari sumsum tulang dan 200 sel darah putih dari
perifer.7,8 Hitung blast sumsum tulang atau darah ≥ 20% diperlukan untuk
diagnosis AML, kecuali AML dengan t(15;17), t(8;21), inv(16), atau t(16;16)
yang didiagnosis terlepas dari persentase blast.
Immunophenotyping
Pemeriksaan ini menggunakan flow cytometry, sering untuk menentukan
tipe sel leukemia berdasarkan antigen permukaan. Kriteria yang digunakan adalah
≥ 20% sel leukemik mengekpresikan penanda. 7,8
Sitogenetika
Abnormalitas kromosom terdeteksi pada sekitar 55% pasien AML dewasa.
Pemeriksaan sitogenetika menggambarkan abnormalitas kromosom seperti
translokasi, inversi, delesi, adisi. 7,8
Sitogenetika molekuler
Pemeriksaan ini menggunakan FISH (fluorescent in situ hybridization)
yang juga merupakan pilihan jika pemeriksaan sitogenetika gagal. Pemeriksaan
ini dapat mendeteksi abnormalitas gen atau bagian dari kromosom seperti
RUNX1-RUNX1T1, CBFB-MYH11, fusi gen MLL dan EV11, hilangnya
kromosom 5q dan 7q. 7,8
Pemeriksaan imaging
Pemeriksaan dilakukan untuk membantu menentukan perluasan penyakit
jika diperkirakan telah menyebar ke organ lain.Contoh pemeriksaannya antara lain
X-ray dada, CT scan, MRI. 7,8
AML terbagi atas berbagai macam subtipe. Hal ini berdasarkan morfologi,
diferensiasi dan maturasi sel leukemia yang dominan dalam sumsum tulang, serta
penelitian sitokimia. Mengetahui subtipe AML sangat penting, karena dapat
membantu dalam memberikan terapi yang terbaik. Oleh karena itu, French
American British (FAB) mengklasifikasikan leukemia akut berdasarkan
morfologinya dan sitokimia sel adalah sebagai berikut :9
M0 : Diferensiasi minimal dari myeloid
M1 : Myeloblas berdiferensiasi buruk tanpa maturasi, dapat ditemukan Aue rods
M2 : Diferensiasi myeloblas dengan maturasi,lebih banyak ditemukan Auerrods
M3 : Sel promyelositik dengan hipergranuler dan penuh dengan Auer rods
M4 : Myelomonoblastik (Myelositik leukemia)
M5 : Monoblastik (Monositik leukemia)
M6 : Eritroleukemik atau eritroblastik
M7 : Akut megakaryoblastik leukemia
3.11. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien AML adalah berupa terapi suportif, simtomatis,
dan kausatif. Tujuan dari terapi AML adalah untuk menghancurkan sel-sel
leukimia dan membirakan sumsum tulang untuk berfungsi secara normal lagi.
Terapi suportif dilakukan untuk menjaga balance cairan melalui infus dan
menaikkan kadar Hb pasien melalu tranfusi. Pada AML, terapi suportif tidak
menunjukkan hasil yang memuaskan. Sedangkan terapi simptomatis diberikan
untuk meringankan gejala klnis yang muncul seperti pemberian penurun panas.
Yang paling penting adalah terapi kausatif, dimana tujuannya adalah
menghancurkan sel-sel leukemik dalam tubuh pasien AML. Terapi kausatif yang
dilakukan yaitu kemoterapi.1,2,10
Terapi yang kini digunakan untuk pasien-pasien dengan AML adalah
terapi induksi, terapi konsolidasi dengan kemoterapi, dan transplantasi sel punca
hematopoietik. Karena penyakit ini berkembang dengan sangat cepat, maka pasien
3.12. Prognosis
AML yang tidak diterapi bersifat fatal dengan median survival 11-20
minggu. Saat ini penyakit ini sembuh (tidak terjadi kekambuhan dalam 5 tahun)
pada 35-40% pasien dewasa usia ≤ 60 tahun dan 5-15% pasien usia > 60 tahun.
Faktor prognostic yang memperburuk prognosis pada LMA ialah jumlah leukosit
yang tinggi, sebanding dengan ukuran splenomegaly, adanya koagulopati, induksi
remisi yang lambat, usia <2 tahun dan >4 tahun dan leukemia monoblastik.2,3
Pada pasien ini juga ditemukan terjadi penurunan kadar kalium dalam
darah (hipokalemia), yang mana diketahui bahwa kalium berperan dalam
membawa sinyal listrik untuk tubuh termasuk sel otot dan saraf, berperan dalam
kontraksi otot, termasuk otot jantung, serta berperan dalam regulasi tekanan darah.
Bisanya pasien dengan hipokalemia biasanya menunjukkan gejala keram perut
dan terasa begah, kesemutan, kelemahan, palpitasi atau takikardia dan lainnya.
Salah penyebab dan faktor risiko hipokalemia adalah pasien dengan diagnose
leukemia.