VITAMIN K DEFICIENCY
BLEEDING
Disusun oleh
Lalu Karisma Aditya S.ked
H1A008003
Pembimbing
dr. Abdul Razak, SpA
BAB I
PENDAHULUAN
Proses hemostasis merupakan mekanisme yang kompleks, terdiri dari empat fase
yaitu fase vaskular (terjadi reaksi lokal pembuluh darah), fase trombosit (timbul aktivitas
trombosit), fase plasma (terjadi interaksi beberapa faktor koagulasi spesifik yang beredar di
dalam darah) dan fase fibrinolisis (proses lisis bekuan darah). Bila salah satu dari keempat
proses ini terganggu, maka akan timbul gangguan pada proses hemostasis yang manifestasi
klinisnya adalah perdarahan.1
Gangguan pada proses pembekuan darah dapat berupa kelainan yang diturunkan
secara genetik atau kelainan yang didapat. Gangguan pembekuan yang didapat salah satuya
bisa disebabkan oleh adanya gangguan faktor koagulasi karena kekurangan faktor pembekuan
yang tergantung vitamin K.1 Bayi biasanya memiliki kadar vitamin K yang rendah di dalam
tubuhnya akibat beberapa faktor. Vitamin K tidak dapat dengan mudah melewati plasenta dari
ibu ke bayi sehingga bayi baru lahir tidak memiliki cadangan vitamin K dalam jumlah
banyak. Selain itu, tidak banyak vitamin K yang terkandung di dalam air susu ibu sehingga
penting bagi bayi untuk mendapatkan profilaksis vitamin K segera setelah lahir.2
Angka kejadian vitamin K deficiency bleeding (VKDB) berkisar antara 1:200 sampai
1:400 kelahiran bayi yang tidak mendapat vitamin K profilaksis. Di Amerika Serikat,
frekuensi VKDB dilaporkan bervariasi antara 0,25-1,5% pada tahun 1961, dan menurun
menjadi 0-0,04% pada 10 tahun terakhir dengan adanya program pemberian profilaksis
vitamin K. Di Jepang, insidens VKDB mencapai 20-25 per 100.000 kelahiran. Danielson
pada tahun 2004 melaporkan bahwa insidens VKDB di Hanoi Vietnam sangat tinggi, sebesar
116 per 100.000 kelahiran. Angka kematian akibat VKDB di Asia mencapai 1:1200 sampai
1:1400 kelahiran. Angka kejadian tersebut ditemukan lebih tinggi, mencapai 1:500 kelahiran,
di daerah-daerah yang tidak memberikan profilaksis vitamin K secara rutin pada bayi baru
lahir. Di Indonesia, data mengenai VKDB secara nasional belum tersedia. Hingga tahun 2004
didapatkan 21 kasus di RSCM Jakarta, 6 kasus di RS Dr. Sardjito Yogyakarta dan 8 kasus di
RSU Dr. Soetomo Surabaya. 3
Pada laporan kasus ini, akan dipaparkan mengenai kasus neonatus yang diduga
mengalami perdarahan intrakranial yang diakibatkan oleh defisiensi vitamin K.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 PROSES KOAGULASI
Proses koagulasi atau kaskade pembekuan darah terdiri dari jalur intrinsik dan jalur
ekstrinsik. Jalur intrinsik dimulai saat darah mengenai permukaan sel endotelial, sedangkan
jalur ekstrinsik dimulai dengan pelepasan tissue factor (Faktor III) pada tempat terjadinya
luka.1
Jalur pembekuan darah intrinsik memerlukan faktor VIII, IX, X, XI, dan XII, dibantu
dengan protein prekalikrein, high-molecular weight kininogen (HMWK), ion kalsium dan
fosfolipid dari trombosit. Jalur ini dimulai ketika prekalikrein, HMWK, faktor XI dan faktor
XII bersentuhan dengan permukaan sel endotelial, yang disebut dengan fase kontak. Adanya
fase kontak ini menyebabkan konversi dari prekalikrein menjadi kalikrein, yang kemudian
mengaktifkan faktor XII menjadi faktor XIIa. Faktor XIIa memacu proses pembekuan
melalui aktivasi faktor XI, IX, X dan II (protrombin) secara berurutan.1
Aktivasi faktor Xa memerlukan bantuan dari tenase complex, terdiri dari ion Ca,
faktor VIIIa, IXa dan X, yang terdapat pada permukaan sel trombosit. Faktor VIIIa pada
proses koagulasi bersifat seperti reseptor terhadap faktor IXa dan X. Aktivasi faktor VIII
menjadi faktor VIIIa dipicu oleh terbentuknya trombin, akan tetapi makin tinggi kadar
trombin, malah akan memecah faktor VIIIa menjadi bentuk inaktif.1
Jalur ekstrinsik dimulai pada tempat terjadinya luka dengan melepaskan tissue factor
(TF). TF merupakan suatu lipoprotein yang terdapat pada permukaan sel, adanya kontak
dengan plasma akan memulai terjadinya proses koagulasi. TF akan berikatan dengan faktor
VIIa akan mempercepat aktivasi faktor X menjadi faktor Xa sama seperti proses pada jalur
intrinsik. Aktivasi faktor VII terjadi melalui kerja dari trombin dan faktor Xa. Faktor VIIa dan
TF ternyata juga mampu mengaktifkan faktor IV sehingga membentuk hubungan antara jalur
ekstrinsik dan intrinsik.1
(karbamazepin,
fenitoin,
fenobarbital),
antibiotika
(sefalosporin),
antituberkulostatik (INH, rifampisin), dan antikoagulan (warfarin). 5 Faktor resiko lain adalah
kurangnya sintesis vitamin K oleh bakteri usus karena pemakaian antibiotika berlebihan,
gangguan fungsi hati (kolestasis), kurangnya asupan vitamin K pada bayi yang mendapatkan
ASI eksklusif, serta malabsorbsi vitamin K akibat kelainan usus maupun akibat diare.3
Kadar vitamin K pada ASI < 5 mg/ml, jauh lebih rendah dibandingkan dengan susu
formula yaitu sekitar 50-60 mg/ml. selain itu pada usus bayi yang mendapat susu formula,
mengandung bakteri bacteriodes fragilis yang mampu memproduksi vitamin K. sedangkan
pada bayi dengan ASI eksklusif, ususnya mengandung bakteri Laktobacillus yang tidak dapat
memproduksi vitamin K.1
II.5 KLASIFIKASI VKDB
Klasifikasi VKDB pada anak berdasarkan etiologi dan onset terjadinya dibagi menjadi
4 kelompok yaitu VKDB dini, VKDB klasik, VKDB lambat atau acquired prothrombin
complex deficiency (APCD) dan Secondary prothrombin complex (PC) deficiency.4
Tabel 2. Klasifikasi VKDB
Bayi kecil (usia 1-6 bulan) yang sebelumnya sehat, tiba-tiba tampak pucat, malas
minum, lemah, banyak tidur.
Kejang fokal
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan Penunjang
sedangkan faktor koagulasi lain normal sesuai dengan usia. Terdapat pemanjangan waktu
pembekuan, Prothrombin Time (PT) dan Partial Thromboplastin Time (PTT), sedangkan
Thrombin Time (TT) dan masa perdarahan normal. Pemeriksaan lain seperti USG, CT scan
(gambar 2) atau MRI dapat dilakukan untuk melihat lokasi perdarahan misalnya jika dicurigai
adanya perdarahan misalnya jika dicurigai adanya perdarahan intrakranial. Selain itu respon
yang baik terhadap pemberian vitamin K memperkuat diagnosis VKDB.3
VKDB harus dibedakan dengan gangguan hemostasis lain baik yang didapat maupun
yang bersifat kongenital. Diantaranya gangguan fungsi hati juga dapat menyebabkan
gangguan sintesis faktor-faktor pembekuan darah sehingga memberikan manifestasi klinis
perdarahan. Tabel di bawah ini memperlihatkan gambaran laboratorium kedua kelainan
tersebut.
Tatalaksana
kejang
dan
peningkatan
tekanan
intrakranial.
Manitol
0,51
II.8.1 Pengobatan
Bayi yang dicurigai mengalami VKDB harus segera mendapat pengobatan vitamin K1
dengan dosis 1-2 mg/hari selama 1-3 hari. Vitamin K1 tidak bolek diberikan secara
intramuskular karena akan membentuk hematoma yang besar, sebaiknya pemberian
dilakukan secara subkutan karena absorbsiya cepat. Pemberian secara intravena harus
dipertimbangkan dengan seksama karena dapat memberikan reaksi anafilaksis, meskipun
jarang terjadi.3
Selain itu, pemberian fresh frozen plasma (FFP) dapat dipertimbangkan pada bayi
dengan perdarahan yang luas dengan dosis 10-15 ml/kg, mampu meningkatkan kadar faktor
koagulasi tergantung vitamin K sampai 0,1 0,2 unit/ml. respon pengobatan diharapkan
terjadi dalam waktu 4-6 jam, ditandai dengan berhentinya perdarahan dan pemeriksaan faal
hemostasis yang membaik. Pada bayi cukup bulan, jika tidak didapatkan perbaikan dalam 24
jam maka harus dipikirkan kelainan yang lain misalnya penyakit hati.3
II.8.2 Pemantauan
Evaluasi Skala Koma Glasgow, refleks okulosefalik (Dolls eye movement), pola
napas, ubun-ubun besar, dan kejang
Konsultasi ke departemen rehabilitasi medis jika pasien sudah stabil untuk mobilisasi
bertahap, mencegah spastisitas, dan kontraktur
II.8.3 Pencegahan
Pencegahan VKDB dapat dilakukan dengan pemberian vitamin K profilaksis. Terdapat
tiga jenis vitamin K yang diketahui yaitu4,
1. Vitamin K1 (Phylloquinone), terdapat di dalam sayuran hijau, minyak sayur, dan produk
olahan susu. Vitamin K1 diberikan kepada neonatus sebagai profilaksis dalam bentuk cair.
2. Vitamin K2 (Menaquinone), disintesis oleh flora normal usus.
3. Vitamin K3 (Menadione), vitamin K sintesis, larut air yang saat ini sudah tidak digunakan
lagi karena dapat menyebabkan anemia hemolitik.
Pemberian vitamin K per oral sama efektifnya dibandingkan pemberian intramuskular
dalam mencegah terjadinya VKDB klasik, namun tidak efektif dalam mencegah timbulnya
VKDB lambat. Amerika Serikat merekomendasikan penggunaan phytonadione, suatu sintesis
analog vitamin K1 yang larut dalam lemak, diberikan secara im.3
Thailand sejak tahun I988 merekomendasikan pemberian vitamin K 2 mg per oral
untuk bayi normal dan 0,5-1 mg im untuk bayi prematur atau tidak sehat. Ternyata mampu
menururunkan angka kejadian VKDB dari 30-70 menjadi 4-7 per 100.000 kelahiran. Sejak
tahun 1999 vitamin K 1 mg im harus diberikan pada semua bayi baru lahir dan diberikan
bersama imunisasi rutin.3
Kanada sejak tahun 1997 merekomendasikan pemberian vitamin K1 intramuskular 0,5
mg (untuk bayi 1500 g) dan 1 mg (untuk bayi >1500 g) diberikan dalam waktu 6 jam
setelah lahir. Untuk orang tua yang menolak pemberian secara im, vitamin K1 diberikan per
oral dengan dosis 2 mg segera setelah minum, diulang pada usia 2-4 minggu dan 6-8 minggu.
AAP pada tahun 2003 merekomendasikan pemberian vitamin K pada semua bayi baru lahir
dengan dosis tunggal 0,5-1 mg im. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2003 mengajukan
rekomendasi pemberian vitamin K1 pada semua bayi baru lahir dengan dosis 1 mg im (dosis
tunggal) atau secara per oral 3 kali @ 2 mg pada waktu bayi baru lahir, umur 3-7 hari, dan
umur 1-2 tahun.3
Untuk ibu hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan harus mendapat vitamin K1
5 mg/hari selama trimester ketiga atau 10 mg im pada 24 jam sebelum melahirkan.
Selanjutnya bayinya diberi vitamin K1 1 mg dan diulang 24 jam kemudian.3
10
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
II.
III.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis kelamin
Umur
Alamat
Status dalam keluarga
Waktu masuk rumah sakit
Tanggal pemeriksaan
Rekam Medis
IDENTITAS KELUARGA
Keterangan
Ibu
Ayah
Nama
Ny.Halimatussadiah
Tn. Kamarudin
Umur (tahun)
26 tahun
28 tahun
Pendidikan
SMA
SMP
Pekerjaan
IRT
Buruh Petani
HETEROANAMNESIS
Keluhan Utama
: Kejang
Riwayat
kehamilan:
selama
hamil
ibu
pasien
rutin
memeriksakan
Ikhtisar Keluarga
12
Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan ASI dari lahir hingga saat ini, dengan frekuensi
pemberian 6-7 kali selama 15 menit tiap kali menyusui.
Riwayat Imunisasi
Pemberian
Hepatitis
DPT
Polio
BCG
Campak
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : lemah
GCS : E1V1M4
Vital sign
:
HR : 105 x/menit
RR : 40 x/menit
T : 37,3 C
Status Gizi :
BB : 5 kg
PB : 56 cm
LK : 37 cm
Grafik (WHO):
- BB/U : 2 SD -2 SD (gizi baik)
- PB/U : 2 SD -2 SD (gizi baik)
- BB/PB : 2 SD -2 SD (normal)
Status Generalis
Kepala-Leher :
Bentuk : normochepali, ubun-ubun menonjol.
Mata : cowong -/- , konjungtiva anemis + , sclera ikterik -, pupil RC
Thorax :
Inspeksi : bentuk simetris (+), pergerakan simetris (+), retraksi (-).
Palpasi : pergerakan dada tertinggal (-).
Perkusi : sonor +/+, diseluruh lapang paru
Auskultasi : pulmo = bronkovesikuler +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-.
Cor = S1 S2 normal, reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen :
Inspeksi
: massa (-), distensi (-)
Auskultasi
: Bising Usus (+) 12x per menit
Perkusi
: timpani
Palpasi
: turgor kulit normal, nyeri tekan (-), organomegali (-)
Ekstremitas :
CRT <2
Hangat :
Edema :
+
+
+
+
14
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap :
Parameter
HGB
HCT
WBC
MCV
MCH
MCHC
PLT
PT
APTT
BT
CT
VI.
VII.
14/12/2013
4,9
12,6
6,2
92,9
30,8
33,1
576
>70
>180
135
445
Normal
11,5-16,5 g/dL
37-45 [%]
4,0 11,0 [10^3/ L]
82,0 92,0 [fL]
27,0-31,0 [pg]
32,0-37,0 [g/dL]
150-400 [10^3/ L]
1-6 menit
11-15 menit
ASSESSMENT
- Susp. Intracranial bleeding e.c Vitamin K deficiency
DD/ Sepsis
Meningoensefalitis
PLANNING
Diagnostik :
CT-scan kepala
Terapi :
O2 1-2 liter / menit nasal kanul.
Kebutuhan cairan : 100 cc/ kg BB = 5 kg x 100 cc = 500 cc
Oral (ASI) 120 cc -> tetesan IVFD D51/4NS :
= 12 tpm mikro
15
DAFTAR PUSTAKA
(Diakses
dalam
Naskah
Lengkap
Continuing
Education
Ilmu
Kesehatan Anak XXXV Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak IV: Hot
Topics in Pediatric. Surabaya: FK Unair.
4. Nimavat, DJ. 2012. Hemorrhagic Disease of Newborn. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/974489-overview#showall
(Diakses tanggal 18 Oktober 2013)
5. Kazmin A, Wong RC, Sermer M. Koren G. Antiepileptic drugs in
pregnancy and hemorrhagic disease of the newborn. Canadian Family
Physician. 2010. 56(12): 1291-1292
16