Anda di halaman 1dari 8

GANGGUAN SENSIBILITAS

Merupakan kasus yang banyak dijumpai.


Gangguan Sensibilitas yang berat dapat mengganggu aktifitas.
Untuk mengatasi gangguan kasus tersebut diperlukan :
1. Pemahaman anatomi dan fisiologi sistem sensorik.
2. Cara pemeriksaan yang tepat.
3. Mengenal beberapa penyakit yang dapat menyebabkan gangguan
sensibilitas.

Impuls dari area 4 (korteks serebri)



Depolarisasi otot

Kontraksi otot

Gerakan

Area 4 menerima impuls yang datang dari susunan sensibilitas.


Impuls pada susunan sensibilitas tercetus akibat terangsangnya reseptor pada
susunan sensibilitas.
Jadi : Susunan sensibilitas  UMN  LMN dapat dipandang sebagai lengkung
refleks

Tugas Reseptor
Merubah berbagai jenis gaya (mekanik, kimia, thermik, elektrik)  impuls saraf
C/: kusta  reseptor omonculus : peta di otak yang menunjukkan tempat”
kekuasaan motorik di kulit rusak

Reseptor
Menurut Von Frey : Reseptor bersifat khusus.
Setiap reseptor berhubungan dengan suatu terminal tepi serabut saraf afferen.
Ada 3 macam reseptor :
I. Eksteroseptor (3 jenis)
Sensitif terhadap perubahan lingkungan luar
1. Tangoseptor (penerima sentuhan)
Beradaptasi dengan cepat.
Banyak pada : Jari tangan, mata dan folikel rambut
a. alat dari Merkel  kulit berambut

b. alat dari Meissner  tidak berambut


c. serabut perasa pada akar rambut.

ADAPTASI
Adalah penurunan sensitifitas (↓ kecepatan pelepasan pd reseptor ) akibat
stimulasi konstans dan terus
menerus
2. Termoreseptor ( suhu )
a. alat dari Ruffini (panas).
b. alat dari Krause end Bulb (dingin).
3. Nosiseptor : Free Nerve Ending (nyeri).

II. Proprioseptor  menerima impuls dari kumparan otot dan tendon


1. Kerucut otot (muscle spindle) pada otot
2. Alat golgi : pada tendon
3. Alat dari pacini : pada sarung tendon s/d sendi, peritoneum, pleura dan
pericard

III. Introseptor
Sensitif terhadap perubahan organ visceral dan pembuluh darah
Ujung saraf bebas dari susunan saraf simpatik :
 paru, usus, hati, limpa dan pembuluh darah  tidak disadari
 vesica urinaria, rektum, lambung  penuh bisa kita sadari

Lintasan Sensibilitas
I. Rasa Nyeri Dan Suhu
Reseptor  aferen  radix dorsal  medula spinalis  sinaps  menyilang  naik melalui
traktus Spinotalamikus lateralis  thalamus  gyrus Post Sentralis

II. Sentuhan Ringan (Rabaan)


Reseptor  aferen  radix dorsal  medula spinalis  sinaps  menyilang / tidak  naik
melalui traktus spinothalamikus ventralis  thalamus  gyrus posterior sentralis

III. Rasa Tekan Yang Dalam, Diskriminasi 2 Titik, Rasa Getar Dan
Persepsi Bentuk
Reseptor  aferen  radix dorsal  naik melalui fasiculus cuneatus dan fasiculus gracilis
yang ipsilateral  nucleus grasilis dan cuneatus di medula oblongata  fibrae arcuata
interna ventral menyilang garis tengah  lemniscus medialis  talamus (nukleus
ventro postero medialis)  gyrus post centralis
IV. Lintasan Proprioseptif
a. Langsung menjadi lengkung refleks  LMN corno anterior medulla spinalis
b. Radix dorsal  medula spinalis  traktus spinocerebellaris dorsalis tanpa menyilang
 peduncularis cerebelli inferior  cerebellum
Radix dorsal  medula spinalis  traktus spinocerebellaris ventralis (berisi rambut
menyilang dan tidak)  pedunculus cerebelli superior  cerebellum

Radix dorsalis  fasiculus cuneatus dan gracilis  nukleus gracilis dan cuneatus
ipsilateral di medula oblongata  menyilang  lemniscus medialis  nucleus postero
ventralis  thalami  gyrus post centralis

Peta Dermatom
Suatu daerah di kulit yang disarafi oleh suatu radix posterior suatu segmen
susunan saraf
Kita menggunakan peta dermatom Foerster
Peta dermatom dapat digunakan untuk menetapkan tingginya lesi pada medula
spinalis

Tanda-tanda Gangguan Sensibilitas


1. Perasa raba (dengan kapas, bulu, rambut)
 Menurun  hipestesia
 Lenyap  anastesia
 Meningkat  hiperestesia

2. Perasaan nyeri (dengan jarum pentul, dimulai pada daerah yang kurang peka )
 Menurun  hipalgesia
 Lenyap  analgesia
Nyeri dapat timbul dengan rangsangan suhu panas mencapai 45 0  sudah
terjadi kerusakan jaringan, Nyeri timbul sedikit
Rasa gatal dan nyeri  sensasi nyeri terhadap stimulus lemah / dibawah ambang
pain sensation

3. Perasa Suhu (dengan memasukkan air panas (40-450) dan dingin (5-100) ke tabung
reaksi)
 Menurun  termihipestesia
 Lenyap  thermanestesia
 Isotermonogsia : semua rangsang suhu dirasakan sebagai panas

PROPRIOSEPTIF
- Getar
- Gerak
- Posisi
- Tekanan

4. Perasa Vibrasi (garpu tala digetarkan dan diletakkan pada tulang yang menonjol
Mis : protuberantia occipital, siku, lutut )
 Menurun  palhipestesia
 Menghilang  palanastesia

5. Perasa Proprioseptif
 Terganggu  ataksia sensorik

6. Stereognosis  kemampuan untuk menangkap & mengerti bentuk sifat objek


dengan indera peraba
 Tidak mampu  astereonosis

7. Grafastesia  kemampuan mengenal angka/huruf yang ditulis pada kulit


 Tidak mampu  grafanesetesia

8. Topognosis  kemampuan untuk mengenali lokasi stimulasi


 Tidak mampu  atopognosis

9. Barognosis  kemampuan membedakan berat-berat benda pada 2 tangan


 Tidak mampu  abarognosis

10.Two point discrimination  kemampuan membedakan jarak 2 stimulus secara


bersamaan dengan jangka jarak ± 3 mm
 Yang paling mampu : lidah, bibir, ujung jari
 Yang paling tidak mampu : punggung
Extinction : 2 rangsangan lokasi berbeda yang diketahui lakasinya hanya 1, yang
lain kurang dirasakan
Displacement : 2 rangsangan lokasi berbeda  diketahui lokasinya bersatu ( tau
ada 2 rangsangan )
Alestesia : Rangsangan tunggal  dirasakan berpindah ke sisi lain menyeberangi
garis tengah tubuh ( kontralateral )
Synestesia : Stimulus tunggal  terasa 2 sensasi yang 1 terasa pada daerah yang
disestesia

Pemeriksaan Sensibilitas
Ada kerjasama dengan penderita (harus kooperatif), Komunikatif, memiliki
Kecerdasan
Pemeriksaan dilakukan secara santai dan objektif
Sebelum melakukan uji terlebih dahulu diterangkan pada penderita, respon apa
yang diharapkan
Dijaga supaya penderita tidak dapat melihat daerah kulit yang diperiksa
Penderita jangan menutup matanya terutama bia pemeriksaanmemakan waktu
lama

Serabut Saraf
Aα : anulo spinal ending dari kerucut otot
Serabut aferen dari alat golgi
Aβ : serabut aferen flower spray dari kerucut otot
Aγ : serabut aferen dari alat perasa raba dan tekanan
Aδ : serabut aferen dari thermoreseptor dan nosiseptor
C : serabut aferen dari nosiseptor

Sensasi Nyeri Dihantar Melalui :


Serabut Aδ dan C
 Bila suatu saraf diinjeksi  memblokir serabut Aδ dan C  penderita tidak akan
merasa nyeri bila kulitnya disayat namun masih dapat merasakan sentuhan atau
tekanan pada kulitnya
Bila saraf tertekan (mis: duduk bersila yang lama)  N. Ischiadicus akan
terganggu fungsinya tapi serabut Aδ dan C masih baik

Sifat-sifat Khas dari Perasa Nyeri


1. Disalurkan melalui serabut Aδ (cepat . Ø 16-20 u ) dan C (lambat, Ø 2-8 u)  seolah-
olah ada 2 rangsang nyeri (double response)
2. Regenerasinya cepat
3. impuls nosiseptor dapat dihantarkan melalui susunan saraf simpatik
Kausalgia : rangsang nyeri  respon nyeri hebat dan tidak tertahankan + gangguan
simpatis seperti : kulit merah,
berdenyut, edema, berkeringat ok sinaps artificial saraf simpatis dan
sensorik
4. impuls nyeri dapat dihantarkan secara anti dromik yaitu dari bagian proximal ke
perifer, misal : salah satu saraf putus tapi masih dapat menghantarkan impuls oleh
karena digantikan fungsinya oleh saraf yang lain

Hiperpati
 suatu keadaan dimana bila dilakukan rangsang nyeri akan timbul rasa nyeri yang
diikuti oleh rasa tidak enak  terjadi akibat adanya penyaluran impuls yang kurang
sempurna dan tidak seimbang
Kausalgia
Bila di bagian tubuh timbul hiperpati yang disertai oleh gangguan simpatik
(vasodilatasi, gangguan keringat, kelainan kulit dan kuku)
Kausalgia timbul o.k. terjadinya sinaps artifisial (cross stimulation) diantara
serabut sensible motorik dan simpatik
Gejala : nyeri membakar, denyut, vasodilatasi, edema, kulit panas, otot sekitar
menegang
Gangguan Sensibilitas
1. Lesi pada Girus Sentralis Posterior :
A. Sindrom kortikal sensorik Dejerine :
 Astereognosis.
 Grafanestesia.
 Abarognosis, di sisi kontralateral dari lesi.

B. Sensibel Jackson :
 Bangkitan Parastesia di sisi kontralateral dari lesi.

C. Gangguan sensibilitasi yang terbatas :


 Sarung tangan, kaos kaki.
 Bibir dan tangan.

2. Lesi pada Kapsula Interna :


 Hemianestesia
 Hemiplegia
 Hemanopsia
 bila akut : stroke, kontusio serebri.
 sub akut : ensefalitis, meningitis.
 kronik progresif : tumor serebri, hematom subdural.

3. Lesi Talamus (Relay Station Sensibilitas)


 Gejala :
 Nyeri di sisi tubuh kontra lateral
 Hemihypestesia.
 Hemiataksia.
 Hemiparesis yang berlangsung sejenak.
 Hemiatetosis (Hemichorea).

4. Lesi Pada Batang Otak :


 Timbul hemihypestesia alternan.
 Mis : trombosis arteri serebellaris posterior
inferior  syndroma wallenberg.
 Dengan gejala :
 Hemihipalgesia alternans.

 Hemitermhipestesia alternans.

 Paralisis n ix di sisi lesi.

 Horner tidak lengkap di sisi lesi.

 Vertigo (karena mengenai nukleus


vestibularis).

5. Lesi pada Medula Spinalis :


A. Lesi lintang medula spinalis :
 Lesi lintang di cervical :
 anestesi tetraplegik.
 di bawah lesi sensibilitas terganggu dalam semua kualitas.
 Lesi lintang di torakal atau lumbal :
 anestesi paraplegik.

 di bawah lsi sensibilitas terganggu dalam semua kualitas.

 Lesi lintang di konus :


 anestesi/hipestesi selangkang (saddle anestesia).
 sensibilitas dermatom S3, S4, S5 terganggu dalam semua kualitas.
 bila yang terganggu di Cauda equina  dapat juga terjadi hipestesia
selangkang namun sensibilitas terganggu tidak simetris

Penyebab Lesi Lintang :


1. Trauma, kontusio, medula spinalis
2. Infeksi/reaksi autoimun dapat terjadi mielitis transversa
3. Neoplasma
4. Kompresi medula spinalis karena :
 fraktur korpus vertebra
 spondilitis TBC

B. Lesi Parsial Medula Spinalis


 Sindroma Brown Sequard (hemiseksi medula spinalis), dengan gejala :
 kelumpuhan LMN, ipsilateral setinggi lesi.
 kelumpuhan UMN ipsilateral di bawah lesi.
 anestesi kulit ipsilateral setinggi lesi.
 hyperestesi kontralateral setinggi lesi
 hilangnya sensasi proprioseptif ipsilateral di bawah lesi.
 hilangnya sensasi nyeri dan suhu kontralateral di bawah lesi.
 Siringomieli :
 Sering di daerah servikal.
 Gliosis di medula spinalis kemudian disusul dengan timbulnya suatu rongga
seperti pipa di dalamnya.
 Gejala : hipalgesi dan termhipestesi dada dan anggota gerak atas, dapat
meluas sampai dada/punggung bagian atas
 Posterolateral sklerosis : akibat defisiensi vitamin B-12.
 Gejala : gangguan vibrasi dan gangguan “two point
discrimination” pada ekstremitas superior dan inferior pada bagian distal.

 Tabes dorsalis :
 disebabkan treponema pallidum.
 25% dari neurosiphilis dapat menyebabkan tabes dorsalis.
 merusak radik dorsalis dan kolumna dorsalis.
 Gejala : nyeri, ataksia, parastesia, sensory loss, hyperestesia, dan gangguan
kandung kemih

 Lesi pada saraf tepi : neuropati dan neuralgia

Anda mungkin juga menyukai