Anda di halaman 1dari 5

ISK DAN MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI

DOSEN PENGAMPU
SITI FATIMAH, S.ST

SUMARNI
(161540111034)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PRODI DIII KEBIDANAN
BANJARMASIN
2017
A. Pengertian
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi
atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti
disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior. Sedangkan Palatoskizis adalah
kelainan congenital sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan
kegagalan fusi dengan septum nasi
B. Etiologi
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. faktor tersebut
antara lain , yaitu :
1. Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia.
2. Obat-obatan yang dapat merusak sel muda (mengganggu mitosis), misalnya
sitostatika dan radiasi
3. Obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme, misalnya defisiensi vitamin
B6, asam folat, dan vitamin C
4. Faktor keturunan.
5. Syndrome atau malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing
palatum atau keduanya disebut kelompok syndrome cleft dan kelompok
sumbing yang berdiri sendiri non syndromik clefts.
6. Beberapa syndromik cleft adalah sumbing yang terjadi pada kelainan
kromosom (trysomit 13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing
yang berhubungan dengan akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan
alkohol, terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada
syndrome peirrerobin.
7. Penyebab non syndromik clefts dapat bersifat multifaktorial seperti masalah
genetik dan pengaruh lingkungan.
C. Klasifikasi
Bibir sumbing ada beberapa tingkatan juga istilahnya berdasarkan organ yang
terlibat :
1. Celah dibibir (labioskizis)
2. Celah digusi (genatoskizis)
3. Celah dilangit (palatoskizis)
4. Celah dapat terjad lebih dari satu organ misalnya terjadi lebih dari satu organ
misalnya terjadi di bibir dan langit – langit (labiopalatoskozis)

Bibir sumbing Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk. Tingkat kelainan


bibr sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa jenis
bibir sumbing yang diketahui adalah

1. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir
dan tidak memanjang hingga ke hidung.
2. Unilateral Complete.Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi
bibir dan memanjang hingga ke hidung.
3. Bilateral Complete.Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjanghingga ke hidung.
D. Tanda dan gejala
1. Labioskizis
a. Distorsi pada hidung
b. Tampak sebagian atau keduanya
c. Adanya celah pada bibir
2. Palatoskizis
a. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau
foramen incisive.
b. Adanya rongga pada hidung.
c. Distorsi hidung.
d. Teraba celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari.
e. Kesukaran dalam menghisap atau makan
E. Faktor risiko
Angka kejadian kelalaian kongenital sekitar 1/700 kelahiran dan merupakan salah
satu kelainan kongenital yang sering ditemukan, kelainan ini berwujud sebagai
labioskizis disertai palatoskizis 50%, labioskizis saja 25% dan palatoskizis saja
25%. Pada 20% dari kelompok ini ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing
dalam keturunan. Kejadian ini mungkin disebabkan adanya faktor toksik dan
lingkungan yang mempengaruhi gen pada periode fesi ke-2 belahan tersebut;
pengaruh toksik terhadap fusi yang telah terjadi tidak akan memisahkan lagi
belahan tersebut
F. Risiko kejadian sumbing pada keluarga
1. Non-syndromic clefts
Risiko labioskizis Risiko
Risiko sumbing pada anak berikutnya dengan atau tanpa palatoskizis
palatoskizis (%) (%)
 Bila ditemukan satu anak menderita
sumbing
 Suami istri dan dalam keturunan
2-3 2
tidak ada yang sumbing
 Dalam keturunan ada yang sumbing 4-9 3-7
 Bila ditemukan dua anak menderita
14 13
sumbing
 Salah satu orangtuanya menderita
12 13
sumbing
 Kedua orangtuanya menderita
30 20
sumbing
2. Komplikasi
a. Diperkirakan sekitar 10% penderita palatoskizis akan menderita masalah
bicara, misalnya suara sengau
b. Karena palatoskizis dapat mengganggu pertumbuhan anatomi nasofaring
dan sering mengakibatkan pula terjadinya otitis media, conge, serta
gangguan pendengaran maka kerjasama dengan pihak THT sangat
diperlukan
G. Pelaksanaan
1. Tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk
penanganan selanjutnya
2. Adanya kemajuan teknik bedah kosmetik serta kerjasama yang baik antara
ahli bedah, orthondotis, dokter anak, dokter THT, serta ahli wicara, maka hasil
akhir tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik.
Tergantung dari berat ringannya kelainan yang ada maka tindakan bedah
maupun tindakan orthodontic dilakukan secara bertahap
3. Penutupan labioskizis biasanya dilakukan pada umur 3 bulan, sedangkan
palatoskizis biasanya ditutup pada umur 9-12 bulan menjelang anak belajar
bicara
4. Tahapan tindakan orthodontic diperlukan pula untuk perbaikan gusi dan gigi
5. Untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum sepuluh (rules of
ten) yaitu, berat badan bayi minimal 10 pon, kadar Hb 10g%, dan usianya
minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/ui
6. Pendekatan kepada orang tua sangat penting agar mereka mengetahui masalah
tindakan yang diperlukan untuk perawatannya
7. Contoh : pemberian minum perlu diperhatikan karena bayi memiliki reflex
menelan yang baik, terhadap reflex menghisap yang terganggu akibat adanya
palatoskizis
Catatan :
a. Labioskizis umumnya ditemukan di bibir kiri dan sering terjadi pada bayi
laki-laki daripada perempuan
b. Palatoskizis lebih sering terjadi pada bayi perempuan hal ini disebabkan
fusi palatum pada fetus perempuan lebih lambat beberapa minggu

Anda mungkin juga menyukai