OLEH
SMF BEDAH RSUD Dr. SOEBANDI JEMBER
JL. Dr. SOEBANDI NO. 124 TELP/FAX. (0331) 482 371
PATRANG- JEMBER
KEPUSTAKAAN
1. THAL AP. Wound In: Texbook of surgery. Cole and
Zollinger, 9th ed., New York, Meredith Corporation, 1970.
2. MILFORD L Acute Injuries. In: Campbell’s Operative
Orthopedics, 7th ed., Vol.I, Toronto, Mosby Co., 1987.
3. PURUHITO. Dasar-dasar Tehnik Pembedahan. Surabaya,
Airlangga University Press, 1987.
4. SEYMOUR S. Plastic and Reconstructive Surgery. In.
Principles of Surgery, 5th ed., Singapore, Mc. Graw-Hill
Book & Co, 1988.
5. GRABB WC. Basic Techniques of Plastic Surgery. In:
Plastic Surgery, 3th ed., Boston, Little Brown & Co. 1979.
CARA MENJAHIT LUKA PADA KULIT
BATASAN
INDIKASI
Gambar 1
Tepi luka yang eversi akan menjadi
datar pada proses penyembuhan
TEKNIK DALAM PENJAHITAN LUKA
• Pinset chirurgie
• Jarum + benang
• Gunting benang
Gambar 8
Anatomi bulat
1 1 1
1/4 3/8 1/2
Pantat jarum
Ujung jarum Jari-jari
Daerah tempat
memasang
pemegang jarum
Tubuh jarum
Gambar 9
PRINSIP DALAM PENJAHITAN LUKA
1. Secara aseptik :
Desinfektan kulit yang baik, persempit lapangan operasi
dengan kasa steril.
D. Matras Horizontal
setengah terpendam E. Jelujur subkutis F. Jelujur langsung
Gambar 10
KOMPLIKASI
1. Perdarahan.
2. Infeksi.
3. Terbentuknya “suture mark”.
4. Terbbentuknya keloid
5. “Wound dehiscence”
MENGHINDARI TIMBULNYA “SUTURE MARK”
“ Suture Mark” adalah scar yang secara permanen timbul
pada permukaan kulit akibat bekas jahitan.
1. Lepas jahitan jangan terlalu lama.
Pada kulit tubuh jahitan dilepas pada hari ke 7. Pada
kulit wajah dianjurkan jahitan dilepas pada hari ke 3
selang seling, kemudian sisanya hari ke 5. Khusus pada
kulit daerah punggung atau pada kaki, jahitan
dipertahankan samoai hari ke 10-14, walaupun hal ini
akan menimbulkan suture mark yang permanen.
2. Hindari timbulnya tension dan jahitan yang terlalu ketat.
Hal ini akan mengganggu aliran darah dan menghambat
penyembuhan luka atau dapat timbul nekrosis kulit.
Oedema jaringan pasca bedah juga akan menambah
besarnya tension ini.
MENGHINDARI TIMBULNYA “SUTURE MARK”
3. Jarak jahitan dengan tepi luka sedekat mungkin: makin
besar jarak jahitan denga tepi luka maka makin besar
pula efek konstriksi dari jahitan.
4. Hati-hati menjahit luka pada daerah yang mempunyai
kecenderungan mudah timbul “suture mark”, yaitu
daerah kulit dada dan extremitas (kecuali kecuali tangan
dan plantar pedis), sehingga harus benar-benar
memperhatikan tehnik penjahitan yang baik. “ Suture
mark” hampir tak pernah terjadi pada kulit kelopak mata
dan mukosa.
5. Hindari timbunya infeksi pada tempat masuknya benang:
Benang monofilamen (misalnya: Prolene, Ethilon)
sangat minimal menimbulkan reaksi jaringan sehingga
mengurangi kemungkinan timbulnya infeksi . Apabila
infeksi timbul maka jahitan harus dilepas untuk
menghilangkan benda asing dan menghilangkan efek
konstriksi dari jahitan sehingga sirkulasi bertambah dan
menimbulkan drainase.
BEKAS JAHITAN TIMBUL AKIBAT
MENGIKAT BENANG TERLALU KUAT
PERTANYAAN
CARA MEMASANG INFUS dan
PERAWATANNYA
Oleh
SMF BEDAH RSUD Dr. SOEBANDI JEMBER
JL. Dr. SOEBANDI NO. 124 TELP/FAX. (0331) 482 371
PATRANG – JEMBER
KEPUSTAKAAN
1. ANONIM. Menyiapkan dan memberi infus. Dalam :
Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Jakarta, dirjen. Yankes,
Depkes, R.I., 1981, hlm. 104 – 106
• Dehidrasi
umum
• Jarum infus
• Bengkok
• Tiang infus
3. Tehnik pemasangannya :
- Atur penderita dalam kondisi / posisi berbaring.
- Alat-alat yang telah disiapkan di bawah ke dekat
penderita.
TEKNIK
3. Teknik pemasangannya :
- Atur penderita dalam kondisi / posisi berbaring.
- Alat-alat yang telah disiapkan di bawah ke dekat
penderita.
- Pasang perlak dan alasnya di bawah tempat yang akan
dipasang infus
- Gantung botol cairan pada tiang infus. Desinfeksi tutup
botol cairan dengan kapas alkohol, lalu ditusukkan pipa
saluran udara, kemudian pipa saluran infus.
- Tutup jarum dibuka, cairan infus dialirkan agar udara
tidak ada pada saluran infus, kemudian tutup kembali.
- Awas : tabung tetesan infus jangan sampai penuh.
TEKNIK
3. Teknik pemasangannya :
- Pada temapat yang akan dipasang infus bagian atasnya
dipasang tourniquet.
- Mintalah pendrita untuk membuka dan mengepalkan
tinjunya , amati dan raba pembuluh darah vena.
- Desinfeksi kulit pada tempat yang akan dipasang infus.
- Gunakan ibu jari tangan untuk menekan pembuluh
darah dan jaringan lembut di bawah lokasi masuknya
jarum infus.
- Pegang jarum infus dengan sisi lurus runcingnya
mengarah ke atas dengan sudut 30 sampai 45 derajat.
TEKNIK
3. Teknik pemasangannya :
- Bila jarum telah menembus kulit, kurangi sudut jarum
sehingga nyaris sejajar dengan kulit dan serah dengan
pembuluh darah vena, lalu serongkan memasuki
pembuluh darah vena.
- Apabila tusukannya berhasil, maka akan terlihat darah
keluar dari pipa saluran, maka tourniquet dilepas,
penjepit dilonggarkan untuk melihat kelancaran cairan
atau tetesan. Bila tetesan sudah lancar maka pangkal
jarum difiksasi pada kulit dengan plester, kemudian
pada tempat tusukan ditutup dengan kasa steril dan
diplester.
TEKNIK
3. Teknik pemasangannya :
1. Komplikasi lokal
- Bengkak, hematom
- Ekxtravasasi
- Flebitis
2. Komplikasi sistemik
- Reaksi pirogen
- Emboli Paru
- Oedema Paru
- Shock
PERTANYAAN
CARA PEMASANGAN dan
PERAWATAN PIPA LAMBUNG
Oleh
SMF BEDAH RSUD Dr. SOEBANDI JEMBER
JL. Dr. SOEBANDI NO. 124 TELP/FAX. (0331) 482 371
PATRANG – JEMBER
KEPUSTAKAAN
1. DUDLEY HAF. Pre and post operative management and complication of
Emergency cases. In : Hamilton Bailey’s Emergency Surgery. Edited by
Dudley HAF, 11th ed, Bristol, John Wright & son’s Ltd, 1986, p. 117-119.
2. FISCHER JE. Metabolism in surgical patient ; protein, carbohydrate and fat
ultilization by oral and parenteral route. In : Text Book of Surgery, Edited by
Sabiston DC Jr, 13th ed, Philadelphia, WB Saunders Co., 1986, p.123-134.
3. SHELDON FG. Metabolisme dan Nutrisi. Dalam : Hand Book of Surgery
(Ilmu Bedah terjemahan Adji Dharma dkk). Editor : Thedore RS, Edisi 7,
Jakarta, FGC 1983, hlm. 95-98.
4. STEPHEN LW, et al. fluid, Electrolyte and Nutritional Management of the
Surgical patient. In : Principle of Surgery, edited by Schwartz et al, 5th ed.,
Singapore, Mc Graw Hill Co, 1988, p. 93-96
5. STRANG VF. Diaetery Assistance. In : Introductory Skill for Nursing
Practice, edited by Shortridge LM et al, 1st ed., New York, Mc Graw Hill Co,
1980, p. 324-327.
6. SUNARTO R. stabilisasi pipa Nasogastrik. Majalah ilmu Bedah Surabaya
(Warta Ikabi), 1990 ; 3 : 39-41.
7. WAY WL, et al. Surgical Metabolism and Nutrition. In : Current Surgical
Diagnosis and Treatment, edited by Way LW, 7th ed, Singapore, Lange
Medical publication 1986, p. 154-157.
PENDAHULUAN
Dalam kasus bedah, sangat sering digunakan pipa lambung
dengan tujuan demompresi lambung, untuk pemberian
makanan secara enteral dimana oleh karena sesuatu penyakit
penderita tidak mampu mendapatkan makanan melalui mulut.
1. Pipa lambung.
2. Silinder suntik.
4. Stetoskop.
6. Kain pembersih.
Untuk membersihkan daerah wajah agar tetap bersih.
7. Pinset.
Untuk alat pemegang pipa lambung pada saat
memasukkan.
MACAM-MACAM PIPA LAMBUNG
• Ujung pipa lambung diberi sedikit jeli atau air steril, jangan
menggunakan minyak karena dapat terjadi aspirasi
pneumonia.
TEKNIK PEMASANGANNYA
• Tangan kanan memegang pipa lambung dengan pinset dan
tangan kiri memegang ujungnya, kemudian pipa lambung
dimasukkan melalui lubang hidung dengan pinset.
• Fiksasi pipa lambung dengan plester kecil selebar kurang lebih 0,5-1 cm
di antara lubang hidung dengan bibir atas atau melingkar ke hidung bila
penderita hidungnya panjang.