Anda di halaman 1dari 21

TUGAS ASKEB NEONATUS

DENGAN LABIOSKIZIS

Di susun oleh:
Bellya dwi okzarani (191540102001)

Dosen Pengasuh:
RISA DEVITA, SST, M.Kes

ANGKATAN XVII
STIKES AISYIYAH PALEMBANG
TAHUN AKDEMIK 2020-2021
TINJAUAN TEORI
(LABIOSKIZIS /LABIOPALTOSKIZIS)
A. Definisi
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat
kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis
medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior.
Sedangkan Palatoskizis adalah kelainan congenital sumbing akibat kegagalan
fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi.
( Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita, 2010)
Labioskizisatau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana
terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat
berupa takik kecil pada bahagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan
komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung.
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada palatum yang terjadi
karenakegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik.
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut
berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa
perkembangan embrional di mana biir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak
tumbuh bersatu.
Labioskizis dan labiopalatoskizis adalah anomali perkembangan pada 1 dari
1000 kelahiran. Kelainan bawaan ini berkaitan dengan riwayat keluarga,
infeksi virus pada ibu hamil trimester pertama.Labioskizis/labiopalatoskizis
yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan serta samping muka serta langit-
langit mulut) tidak menutup dengan sempurna.

B. Etiologi
Umumnya kelainan kongenital ini berdiri sendiri dan penyebabnya tidak
diketahui dengan jelas. Selain itu dikenal dengan beberapa syndrom atau
malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum atau
keduanya yang disebut kelompok syndrom clefts dan kelompok sumbing yang
berdiri sendiri non syndromik clefts.
Beberapa cindromik clefts adalah sumbing yang terjadi pada kelainan
kromosom ( trysomit 13, 18, atau 21 ) mutasi genetik atau kejadian sumbing
yang berhubungan dengan akobat toksisitas selama kehamilan ( kecanduan
alkohol ), terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada
syndrom pierrerobin, penyebab non sindromik clefts dafat bersifat
multifaktorial seperti masalah genetik dan pengaruh lingkungan
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. faktor
tersebut antara lain,yaitu :
1. Faktor Genetik atau keturunan Dimana material genetic dalam kromosom
yang mempengaruhi/. Dimana dapat terjadi karena adanya mutasi gen
ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46
kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex (kromosom 1 s/d
22 ) dan 1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang menentukan
jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau
Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita,
sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal
seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan
berat pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini
sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
2. Nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil,
kekuranganasam folat.
3. Radiasi
4. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
5. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi
rubella dan sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.
6. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat
toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin.
7. Multifaktoral dan mutasi genetic
8. Diplasia ektodermal.
9. Syndrome atau malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing
palatum atau keduanya disebut kelompok syndrome cleft dan kelompok
sumbing yang berdiri sendiri non syndromik clefts.
10. Beberapa syndromik cleft adalah sumbing yang terjadi pada kelainan
kromosom (trysomit 13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing
yang berhubungan dengan akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan
alkohol, terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada
syndrome peirrerobin.

C. Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis dan labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi,
bisa mengenal salah satu bagain atau semua bagian dari dasar cuping hidung,
bibir, alveolus dan palatum durum, serta palatum mlle. Suatu klasifikasi
membagi struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut :
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum
di belahan foramen insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior
terhadap foramen.
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan
palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya
utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum. 
Klasifikasi dari kelainan ini diantaranya berdasarkan akan dua hal yaitu :
a. Klasifikasi berdasarkan organ yang terlibat
1) Celah di bibir (labioskizis)
2) Celah di gusi (gnatoskizis)
3) Celah di langit (palatoskizis)
4) Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan
langit langit (labiopalatoskizis)
b. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan
hingga yang berat.Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
1) Unilateral Incomplete yaitu jika celah sumbing terjadi hanya disalah
satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
2) Unilateral Complete yaitu jika celah sumbing yang terjadi hanya
disalah satu sisi sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
3) Bilateral Complete yaitu Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir
dan memnajang hingga ke hidung.

D. Patofisiologi
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak
terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah
menyatu (proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali. Labioskizis terjadi
akibat fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis
medial yang diikuti disfusi kedua bibir, rahang, dan palatum pada garis tengah
dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum durum serta palatum
mole terjadi sekitar kehamilanke-7 sampai 12 minggu.

E. Tanda dan Gejala


Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
1. Terjadi pemisahan langit-langit
2. Terjadi pemisahan bibir
3. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
4. Infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah
5. Pada bayi tidak terjadi regurgitas nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air
susu dari hidung.

F. Faktor Resiko
Angka kejadian kelalaian kongenital sekitar 1/700 kelahiran dan merupakan
salah satu kelainan kongenital yang sering ditemukan, kelainan ini berwujud
sebagai labioskizis disertai palatoskizis 50%, labioskizis saja 25% dan
palatoskizis saja 25%. Pada 20% dari kelompok ini ditemukan adanya riwayat
kelainan sumbing dalam keturunan. Kejadian ini mungkin disebabkan adanya
faktor toksik dan lingkungan yang mempengaruhi gen pada periode fesi ke-2
belahan tersebut; pengaruh toksik terhadap fusi yang telah terjadi tidak akan
memisahkan lagi belahan tersebut.
Resiko Kejadian Sumbing pada Keluarga :
Non-syndromic Clefts
Resiko sumbing Resiko labioskizis Resiko palatoskizis
pada anak dengan atau tanpa
berikutnya palatokoskizis (%)
Bila ditemukan satu
anak menderita - -
sumbing
Suami istri dalam
keturunan tidak ada 2-3 2
yang sumbing
Dalam keturunan
4-9 3-7
ada yang sumbing
Bila di temukan dua
anak yang menderita 14 13
sumbing
Salah satu orang
tuanya menderita 12 13
sumbing
Kedua orang tuanya
30 20
menderita sumbing

G. Komplikasi
Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa
komplikasi, yaitu
1. Kesulitan makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti
dengan celah palatum. Memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus,
posisi makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada
bayi bibir sumbing. Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi
penderita labioskizisdan labiopalatoskizis. Adanya labioskizis dan
labiopalatoskizis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan
hisapan pada payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan
labioskizis mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral.
Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek menelan
pada bayi dengan labioskizis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat
menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan
posisi tegak urus mungkin dapat membantu proses menyusu bayi.
Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga dapat membantu. Bayi
yang hanya menderita labioskizis atau dengan labiopalatoskizis biasanya
dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya
membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini
dapat keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan
labiopalatoskizis dan bayi dengan masalah pemberian makan/ atau asupan
makanan tertentu.
2. Infeksi telinga dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang
menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak
segera diatasi maka akan kehilangan pendengaran. Anak dengan
labiopalatoskizis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena
terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang
mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.
3. Kesulitan berbicara misalnya suara sengau. Otot-otot untuk berbicara
mengalami penurunan fungsi karena adanya celah. Hal ini dapat
mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya. Pada bayi
dengan labiopalatoskizis biasanya juga memiliki abnormalitas pada
perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatu mmole
tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka
didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi
(hypernasal qualityof speech). Meskipun telah dilakukan reparasi palatum,
kemampuan otototot tersebut diatas untuk menutup ruang atau rongga
nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali
sepenuhnya normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk
menproduksi suara atau kata “p, b, d, t,h, k, g, s, sh, and ch”, dan terapi
bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu.
4. Masalah gigi, pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak
tumbuh, sehingg perlu perawatan dan penanganan khusus. Anak yang lahir
dengan labioskizis dan labiopalatoskizis mungkin mempunyai masalah
tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi
dari gigi geligi pada arean dari celah bibir yang terbentuk.

H. Penatalaksanaan
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini
dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat,
dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa
buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum
Sepuluh (rules of Ten) yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g
%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/ui. 
Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschisis yaitu :
1. Tahap sebelum operasi
Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh
bayi menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari
keseimbangan berat badan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan
yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi berat badan lebih dari 10
pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10
minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten ada beberapa nasehat yang
harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi
tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus
dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan
jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi
tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak
cukup, jika dot dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup
diberi minum dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah
duduk atau tegak untuk menghindari masuknya susu melewati langit-langit
yang terbelah.
Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester
khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak
terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan
menonjolnya gusi kearah depan (protrusio pre maxilla) akibat dorongan
lidah pada prolabium , karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat
operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang didapat
tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai
waktu operasi tiba.
2. Tahap sewaktu operasi
Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang
diperhatikan adalah soal kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan
operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal
untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3 bulan. Usia ini
dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan
sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan
huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi
pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna.
Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 – 20 bulan
mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah.
Palatoplasty dilakukan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mulai
bicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara.
Kalau operasi dikerjakan terlambat, sering hasil operasi dalam hal
kemampuan mengeluarkan suara normal atau tidak sengau sulit dicapai.
Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan
speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat
bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah,
sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang
salah. Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi
labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada saat usia 8–9
tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi.
3. Tahap setelah operasi.
Tahap selanjutnya adalah tahap setelah operasi, penatalaksanaanya
tergantung dari tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter
bedah yang menangani akan memberikan instruksi pada orang tua pasien
misalnya setelah operasi bibir sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka
dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus untuk memberikan minum
bayi. Banyaknya penderita bibir sumbing yang datang ketika usia sudah
melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat operasi hanya untuk
keperluan kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak tercapai, fungsi
bicara tetap terganggu seperti sengau dan lafalisasi beberapa huruf tetap
tidak sempurna, tindakan speech teraphy pun tidak banyak bermanfaat.

I. Perawatan
1. Menyusu ibu
Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi
dengan bibir sumbing tidak menghambat pengisapan susu ibu. Ibu dapat
mencoba sedikit menekan payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga
menggunakan pompa payudara untuk mengeluarkan susu dan
memberikannya kepda bayi dengan menggunakan botol setelah dioperasi,
karena bayi tidak menyusu sampai 6 minggu.
2. Menggunakan alat khusus, seperti :
Dot domba (dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar) yaitu suatu
dot yang diberi pegangan yang menutupi sumbing udara bocor disekitar
sumbing dan makanan dimuntahkan melalui hidung, atau hanya dot biasa
dengan lubang besar.
3. Dapat juga diberikan dengan menggunakan botol peras, dengan cara
memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian belakang mulut
hingga dapat dihisap bayi.
4. Ortodonsi, yakni pemberian plat/dibuat okulator untuk menutup sementara
celah palatum agar memudahkan pemberian minum dan sekaligus
mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan bedah
definitif.
5. Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi
atau belakang lidah bayi, kemudian bayi ditepuk-tepuk pada punggungnya
berkali-kali secara lembut untuk mengeluarkan udara/bayi disendawakan,
dikarenakan bayi dengan sumbing pada bibirnya cenderung untuk menelan
banyak udara. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-
kadang luka terbentuk pada bagian pemisah lubang hidung, hal ini suatu
kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal
ini terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk memberikan kesempatan
pada kulit yang lembut tersebut untuk sembuh.

J. Pengobatan
Pada bayi dengan bibir sumbing dilakukan bedah elektif yang melibatkan
beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Bayi akan memperoleh
operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi waktu yang tepat untuk operasi
tersebut bervariasi.
Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria
rule often yaitu umur > 10 minggu, BB > 10 pon/5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit
> 10.000/ui.
Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti
dikerjakan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara lengkap
sehingga  tindakan operasi penambahan tulang pada celah alveolus/maxilla
untuk  memungkinkan ahli ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan
kiri celah supaya normal.
Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan
tulang-tulang muka mendeteksi selesai. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan
jika anak memiliki “kerusakan horseshoe” yang lebar. Dalam hal ini, suatu
kontur seperti balon bicara ditempel pada bagian belakang gigi geligi menutupi
nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.
Anak dengan kondisi ini membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit
sangat penting untuk pembentukan bicara, perubahan struktur, juga pada
sumbing yang telah diperbaiki, dapat mempengaruhi pola bicara secara
permanen.

STIKES ’AISYIYAH PALEMBANG


PRODI DIII KEBIDANAN
Jln. Kol. H. Barlian Km, 7,5 Lr. M. Husin No. 907
Rt. 14 Rw. 04 Kel. Karya Baru Kec. Alang-Alang Lebar
Palembang
Telp. 0711-417135/421982
Nama Mahasiswa : Bellya Dwi Okzarani
NIM : 191540102001
Tempat : Klinik Bersalin Kasih Ibu
Pembimbing : Risa Devita,SST,.M.Kes

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA


BAYI BARU LAHIR (NEONATUS) DENGAN
LABIOSKIZIS
Pengkajian Data
Tanggal : 03 april 2021 pukul : 08.00 WIB
Oleh : Bidan Bellya
DATA SUBJEKTIF
A. Identitas (Biodata)
1. Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. B
Tanggal/jam lahir : 18 maret 2021
Jenis kelamin : Perempuan
Tanda pengenal : Gelang warna pink
2. Orang tua
Nama Ibu : Ny. B
Umur : 26 tahun
Bangsa/ suku : indonesia / melayu
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Raya baturaja desa sukamerindu kecamatan
lubai Kabupaten muaraenim

B. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang sekarang


1. Riwayat kehamilan
a. Pemeriksaan kehamilan
1) Triwulan l : 2 kali
Tempat pemeriksaan : klinik bersalin kasih ibu
Keluhan : Tidak ada
2) Triwulan ll : 2 kali
Tempat pemeriksaan: klinik bersalin kasih ibu
Keluhan : Tidak ada
3) Triwulan lll : 2 kali
Tempat pemeriksaan : Klinik bersalin kasih ibu
Keluhan : Tidak ada
b. Imunisasi selama kehamilan : tidak di lakukan karena dari hasil
screenung saat ibu hamil ibu sudah masuk di kategori lengkap
imunisasi sampai TT5
c. Penyakit yang diderita selama kehamilan: Tidak ada
2. Riwayat persalinan
a. Persalinan ditolong oleh : bidan
b. Jenis persalinan : Spontan pervaginan
c. Tempat persalinan : klinik bersalin kasih ibu
d. Lama persalinan :
Kala l 10 jam 15 menit
Kala ll 1 jam 10 menit
Kala lll 15 menit
e. Masalah yang terjadi selama persalinan : Tidak ada
f. Keadaan air ketuban : ketuban normal, ketuban pecah
spontan pada
saat kala ll
3. Riwayat nifas
Masalah setelah persalinan: tidak ada

DATA OBJEKTIF
A. Nilai APGAR
No Aspek 0 1 2 Waktu
1 5
yang
Dinilai
1 Warna Biru/Pucat Badan merah, Seluruh 2 2
Kulit ekstrimitas tubuh
biru kemerahan
2 Denyut Tidak ada Kurang dari Lebih dari 2 2
Nadi 100 100
3 Refleks Tidak ada Meringis, Batuk bersin/ 1 2
menangis menangis
lemah ketika kuat
di stimulasi
4 Tonus Tidak ada Gerakan Gerakan aktif 2 2
Otot sedikit
5 Usaha Tidak ada Lemah, tidak Menangis 2 2
Bernafas teratur kuat,
pernafasan
baik dan
teratur
9 10
TOTAL

Menit 1 = menentukan derajat asfiksia untuk menentukan perlu tidaknya


tindakan
Menit 5 = menentukan prognosis jangka panjang

B. Antropometri
1. Berat badan : 3200 gr
2. Panjang badan : 50 cm
3. Lingkar lengan : 12 cm
4. Lingkar kepala
a) Circumferentia Fronto Occipitalis : 34 cm
b) Circumferentia Mento Occipitalis : 35 cm
c) Circumferentia Sub Occipito Bregmatika : 31 cm
5. Lingkar dada : 32 cm
6. Reflek
a. Moro : ada / positif
b. Tonic neck : ada / positif
c. Palmar graps : ada / positif
d. Rooting : ada / positif
e. Sucking : ada / positif
f. Stepping : ada / positif
g. Plantar : ada / positif
h. Babinski : ada / positif
i. Menangis : bayi menangis kuat

7. Tanda vital
a) Suhu : 36, 6 º C
b) Nadi : 120 x/menit
c) Pernafasan : 34 x/menit
8. Kepala
a) Simetris : tampak simetris
b) Ubun-ubun besar : datar dan belum menutup
c) Ubun-ubun kecil : datar
d) Caput succedaneum : tidak ada
e) Cephal haematoma : tidak ada
f) Sutura : tidak ada moulase
g) Luka di kepala : tidak ada
h) Kelainan yang dijumpai: tidak ada
9. Mata
a) Posisi : simetris kiri dan kanan
b) Kotoran : tidak ada
c) Perdarahan : tidak ada
d) Sclera : putih /tidak kuning
e) Bulu mata: ada
10. Hidung
a) Lubang hidung : normal
b) Pengeluaran : tidak ada pengeluaran
/sekret
c) Pernafasan Cuping Hidung : tidak ada
11. Mulut
a. Simetris : tampak tidak simetris
b. Palatum mole : ada tampak baik dan ada celah
c. Palatum dulum: ada tampak baik dan ada celah
d. Saliva : ada, mukosa mulut basah
e. Bibir : bibir atas bagian kanan dan kiri tidak tumbuh
bersatu dan terdapat celah di bibir sebelah kiri
f. Gusi : tampak baik tidak ada celah /sumbing
g. Lidah bintik putih : tidak ada
12. Telinga
a. Simetris : tampak simetris
b. Daun telinga : kiri dan kanan ada normal
c. Lubang telinga : kiri dan kana ada
d. Keluaran : tidak ada
13. Leher
a. Kelainan : tidak ada
b. Pergerakan : baik dan aktif
14. Dada
a. Simetris : tampak simetris kanan! /kiri tidak
ada tonjolan
b) Pernafasan : baik, gerakan dada sesuai pernafasan
c) Retraksi : tidak ada
d) Denyut jantung: terdengar baik dan normal
15. Perut
a. Bentuk : tidak buncit
b) Bising usus : terdengar normal
c) Kelainan : tidak ada
16. Tali pusat
a. Pembuluh darah: normal
b. Perdarahan : tidak ada
c. Kelainan tali pusat : tidak ada
17. Kulit
a. Warna : kemerahan
b. Turgor : normal
c. Elastisitas : normal
d. Lanugo : ada
e. Vernik caseosa: tidak ada
f. Kelainan : tidak ada
18. Punggung
a. Bentuk : normal
b. Kelainan : tidak ada
19. Ekstremitas
a. Tangan : normal kanan/kiri, simetris, jari
lengkap
b. Kaki : normal kanan/kiri, simetris, jari
lengkap
c. Gerakan : aktif
d. Kuku : ada, warna kemerahan
e. Bentuk kaki : normal tidak ada X atau O
f. Bentuk tangan : normal
g. Kelainan : tidak ada
20. Genitalia
Wanita
a. Labia : labia mayora lengkap, telah menutupi labia minora,
ada klitoris, tampak lubang vagina dan lubnag uretra
b. Keluaran : tidak ada
c. Hymen : Ada
d. Kelainan : tidak ada

ASSESMENT (A)
(Interpretasi data, antisipasi masalah / diagnosa potensial & evaluasi tindakan
segera)
Neonatus Cukup Bulan 1 jam pertama setelah kelahiran, sesuai kehamilan dengan
labioskizis

PLAN
(Menyusun rencana, implementasi, evaluasi)

1. Melakukan observasi tanda – tanda vital pada bayi setiap 1 jam :


Evaluasi TTV pukul 09.00 WIB : suhu 36, 6 º C, nadi 120 x/menit , pernafasan
34 x /menit
2. Melakukan Observasi tingkat kesadaran dan keadaan umum bayi
Evaluasi : tingkat kesadaran dan keadaan umum bayi baik
3. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
Evaluasi : telah dilakukan tindakan mencuci tangan untuk pencegahan infeksi
4. Menjaga bayi tetap hangat dengan cara menyelimuti bayi dengan kain yang
bersih , lembut dan hangat dan mengajarkan ibu cara menjaga kehangatan bayi
Evaluasi : telah di lakukan tindakan pencegahan kehilangan panas pada bayi
dan ibu mengerti tentang cara menjaga kehangatan bayi
5. Beritahukan kepada ibu cara menyusui dengan labioskizis sebelum dilakukan
operasi labioskizis agar bayi bisa mendapatkan ASI
Evaluasi : ibu mengerti dan melakukannya dengan baik
6. Berikan salap mata ,vitamin K , dan satu jam berikutnya Hb 0 agar mencegah
infeksi setelah melewati jalan lahir, vitamin K mencegah penyakit pendarahan
atau akibat trauma , Hb 0 mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama
penularan ibu dan bayi
Evaluasi : salep mata dan vitamin K telah diberikan kepada bayi
7. Membantu ibu untuk menyusukan bayinya dengan cara ibu duduk danputing
payudara dimasukkan kedalam mulut bayi
Evaluasi : bayi merespon dengan menghisap putting payudara ibu
8. Menjelaskan ibu tentang tanda –tanda bahaya pada bayi seperti: suhu tubuh
bayi meningkat /demam ( >37,5 c) nafas bayi cepat ( > 60 x/menit ),
bayimerintih, bayi tidak mau menyusu, kaki dan tangan bayi dingin, bayi
kejang atau tidak sadar
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang bidan berikan
9. Melakukan perawatan tali pusat dengan kassa steril
Evaluasi : tali pusat telah terbungkus dengan kassa steril
10.Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
Evaluasi : ibu mau mengikuti anjuran bidan
Palembang,........................

Mengetahui,
CI Lahan praktik Mahasiswa

(...........................)
(..............................)

CI Akademik

(.........................................)

Anda mungkin juga menyukai