KEPERAWATAN ANAK
OLEH:
KELOMPOK
TINGKAT 3 REGULER B
1. Reindah Nassa
2. Teza Kore
3. Sindi Ndolu
4. Rizal Kanu
5. Segibertus Patty
6. Veridiana Ndewa
7. Simporiana Lagu
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena rahmat-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah kelompok dengan baik tentang ”Asuhan Keperawatan
bibir sumbing dan celah langit-langit”
Makalah ini kami susun berdasarkan sumber buku yang kami peroleh, kami berusaha
menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah di mengerti .Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran positif dan
membangun demi perbaikan makalah kami.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
terjadinya karies termasuk kesulitan dalam menjaga kebersihan rongga mulut yang
berhubungan dengan keadaan anatomi diarea celah dan self cleansing oleh saliva yang
kurang optimal diarea tersebut (Octavia, 2014).
Mahasiswa mampu untuk memahami askep pada anak dengan kelainan bawaan : bibir
sumbing dan celah langit-langit.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis dan labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi,
bisa mengenal salah satu bagain atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir,
alveolus dan palatum durum, serta palatum mlle. Suatu klasifikasi membagi struktur-
struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut :
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di
belahan foramen insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior
terhadap foramen.
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan
palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
5
4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh
dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
Klasifikasi dari kelainan ini diantaranya berdasarkan akan dua hal yaitu :
2.3 Etiologi
6
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. Faktor
tersebut antara lain , yaitu :
1. Herediter
a) Mutasi gen
Ditemukan sejumlah sindroma atau gejala menurut hukum Mendel
secara otosomal, dominant, resesif dan X-Linked. Pada otosomal dominan,
orang tua yang mempunyai kelainan ini menghasilkan anak dengan
kelainan yang sama. Pada otosomal resesif adalah kedua orang tua normal
tetapi sebagai pembawa gen abnormal. X-Linked adalah wanita dengan
gen abnormal tidak menunjukan tanda-tanda kelainan sedangkan pada pria
dengan gen abnormal menunjukan kelainan ini.
b) Kelainan Kromoson
Celah bibir terjadi sebagai suatu expresi bermacam-macam sindroma
akibat penyimpangan dari kromosom, misalnya Trisomi 13 (patau),
Trisomi 15, Trisomi 18 (edwars) dan Trisomi 21.
2. Faktor lingkungan
a. Faktor usia ibu
b. Dengan bertambahnya usia ibu waktu hamil daya pembentukan embrio
pun akan menurun. Dengan bertambahnya usia ibu sewaktu hamil, maka
bertambah pula resiko dari ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang
akan menyebabkan bayi dengan kehamilan trisomi. Wanita dilahirkan
dengan kira-kira 400.000 gamet dan tidak memproduksi gamet-gamet baru
selama hidupnya. Jika seorang wanita umur 35 tahun maka sel-sel
telurnya juga berusia 35 tahun. Resiko mengandung anak dengan cacat
bawaan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya usia ibu.
c. Obat-obatan
Obat yang digunakan selama kehamilan terutama untuk mengobati
penyakit ibu, tetapi hampir janin yang tumbuh akan menjadi penerima
obat. Penggunaan asetosal atau aspirin sebagai obat analgetik pada masa
kehamilan trimeseter pertama dapat menyebabkan terjadinya celah bibir.
Beberapa obat yang tidak boleh dikonsumsi selama hamil yaitu rifampisin,
fenasetin, sulfonamide, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat,
ibuprofen dan penisilamin, diazepam, kortikosteroid. Beberapa obat
7
antihistamin yang digunakan sebagai antiemetik selama kehamilan dapat
menyebabkan terjadinya celah langit-langit.
d. Nutrisi
Contohnya defisiensi Zn, B6, Vitamin C, kekurangan asam folat pada
waktu hamil. Insidensi kasus celah bibir dan celah langit-langit lebih tinggi
pada masyarakat golongan ekonomi kebawah penyebabnya diduga adalah
kekurangan nutrisi.
e. Daya pembentukan embrio menurun
bibir sering ditemukan pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang
mempunyai jumlah anak yang banyak.
f. Penyakit infeksi
Contohnya seperti infeksi rubella, sifilis, toxoplasmosis dan klamidia dapat
menyebabkan terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis.
g. Radiasi
Efek teratogenik sinar pengion jelas bahwa merupakan salah satu faktor
lingkungan dimana dapat menyebabkan efek genetik yang nantinya bisa
menimbulkan mutasi gen. Mutasi gen adalah faktor herediter.
h. Stress Emosional
Korteks adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebih. Pada binatang
percobaan telah terbukti bahwa pemberian hidrokortison yang meningkat
pada keadaan hamil menyebabkan labioskizis dan labipaltoskizis.
i. Trauma
Celah bibir bukan hanya menyebabkan gangguan estetika wajah, tetapi
juga dapat menyebabkan kesukaran dalam berbicara, menelan,
pendengaran dan gangguan psikologis penderita beserta orang tuanya.
Permasalahan terutama terletak pada pemberian minum, pengawasan gizi
dan infeksi. Salah satu penyebab trauma adalah kecelakaan atau benturan
pada saat hamil minggu kelima. Bila terdapat gangguan pada waktu
pertumbuhan dan perkembangan wajah serta mulut embrio, akan timbul
kelainan bawaan. Salah satunya adalah celah bibir dan langit-langit.
Kelainan wajah ini terjadi karena ada gangguan pada organogenesis antara
minggu keempat sampai minggu kedelapan masa embrio.
8
2.4 Patofisiologi
Labio/palatoskizis terjadi karena kegagalan penyatuan prosesus
maksilaris dan premaksilaris selama awal usia embrio. Labioskizis dan
palatoskizis merupakan malformasi yang berbeda secara embrional dan terjadi
pada waktu yang berbeda selama proses perkembangan embrio. Penyatuan
bibir atas pada garis tengah selesai dilakukan pada kehamilan antara minggu
ketujuh dan kedelapan.
Fusi palatum sekunder (palatum durum dan mole) terjadi kemudian
dalam proses perkembangan, yaitu pada kehamilan antara minggu ketujuh dan
keduabelas. Lalam proses migrasi ke posisi horisontal, palatum tersebut
dipisahkan oleh lidah untuk waktu yang singkat. Jika terjadi kelambatan dalam
migrasi atau pemindahan ini, jika atau lidah tidak berhasil turun dalam waktu
yang cukup singkat,bagian lain proses perkembangan tersebut akan terus
berlanjut namun palatum tidak pernah menyatu. Kelainan sumbing selain
mengenai bibir juga bisa mengenai langit-langit. Berbeda pada kelainan bibir
yang terlihat jelas secara estetik, kelainan sumbing langit-langit lebih berefek
kepada fungsi mulut seperti menelan, makan, minum, dan bicara.
Pada kondisi normal, langit-langit menutup rongga antara mulut dan
hidung. Pada bayi yang langit-langitnya sumbing barrier ini tidak ada sehingga
pada saat menelan bayi bisa tersedak. Kemampuan menghisap bayi juga
lemah, sehingga bayi mudah capek pada saat menghisap, keadaan ini
menyebabkan intake minum/makanan yg masuk menjadi kurang dan jelas
berefek terhadap pertumbuhan dan perkembangannya selain juga mudah
terkena infeksi saluran nafas atas karena terbukanya palatum tidak ada batas
antara hidung dan mulut, bahkan infeksi bisa menyebar sampai ke telinga.
2.5 Tanda dan Gejala
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
a. Terjadi pemisahan bibir
b. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
c. Infeksi telinga
d. Berat badan tidak bertambah
e. Terjadi pemisahan langit-langit
f. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air
susu dari hidung.
9
2.6 Komplikasi
3. Gangguan bicara
4. Terjadinya atitis media
5. Aspirasi
6. Distress pernafasan
7. Resiko infeksi saluran nafas
8. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
9. Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder
akibat disfungsi tuba eustachius.
10. Masalah gigi
11. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan
jaringan paruh
12. Kesulitan makan
2.7 Penatalaksanaan
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini
dilakukansetelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas
dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan
juga untuk melakukanoperasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh ( rules of Ten)
yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10
minggu dan kadar leukositminimal 10.000/ui.
2.8 Perawatan
1. Menyusu ibu
Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan
bibir sumbing tidak menghambat pengahisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba
sedikit menekan payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga mnggunakan
pompa payudara untuk mengeluarkan susu dan memberikannya kepada bayi
dengan menggunakan botol setelah dioperasi, karena bayi tidak menyusu
sampai 6 minggu.
2. Menggunakan alat khusus
Dot domba Karena udara bocor disekitar sumbing dan makanan
dimuntahkan melalui hidung, bayi tersebut lebih baik diberi makan
dengan dot yang diberi pegangan yang menutupi sumbing, suatu dot
domba (dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar), atau hanya
dot biasa dengan lubang besar.
10
Botol peras Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di
bagian belakang mulut hingga dapat dihisap bayi.
Ortodonsi Pemberian plat/ dibuat okulator untuk menutup sementara
celah palatum agar memudahkan pemberian minum dan sekaligus
mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan
bedah definitive.
A. Pengkajian
d) Riwayat keluarga
Anggota keluarga ada yang bibir sumbing.
e) Pemeriksaan Fisik
1 Mata
Keadaan konjungtiva
Keadaan sclera
Keadaan lensa
2 Hidung
Warna bibir
Apakah ada luka
7
11
Apakah ada kelainan
4 Leher
Bentuk telinga
Kepekaan pendengaran
Kebersihan telinga
6 Dada
Warna kulit
Turgor kulit
f) Pengkajian Perpola
a. Aktivitas / istirahat
Sulit mengisap Asi
Sulit menelan Asi
12
8
Bayi rewel,menangis
Tidak dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman
b. Sirkulasi
Pucat
Turgor kulit jelek
c. Makanan / cairan
Berat badan menurun
Perut kembung
Turgor kulit jelek, kulit kering
d. Neurosensori
Adanya trauma psikologi pada orang tua
Adanya sifat kurang menerima, sensitif
e. Nyaman / nyeri
Adanya resiko tersedak
Disfungsi tuba eustachi
Adanya garis jahitan pada daerah mulut
3. Tabulasi Data
Sulit mengisap Asi, sulit menelan Asi, bayi rewel,menangis,tidak dapat beristirahat
dengan tenang dan nyaman, pucat,turgor kulit jelek, berat badan menurun, perut
kembung, kulit kering, adanya trauma psikologi pada orang tua,danya sifat menerima
sensitif, adanya resiko tersedak, disfungsi tuba eustachi,adanya garis jahitan pada
daerah mulut, adanya sumbing bibir dan sumbing palatum.
4. Klasifikasi Data
DS : sulit mengisap Asi, sulit menelan Asi, bayi rewel, menangis, tidak dapat
beristirahat dengan tenang dan nyaman.
DO : pucat, turgor kulit jelek, bert badan menurun, perut kembung, kulit kering, adanya
trauma psikologi padaa orang tua, adanya siat kurang menerima, sensitif, adanya esiko
tersedak, disfungsi tuba eustachi, adanya garis jahitan pada daerah mulut, adanya
sumbing bibir dan sumbing palatum. 9
13
B. Analisa Data
Post op Gangguan
14
DO : adanya luka operasi tertutup lingkungan dan
kasa prosedur invasi
PRIORITAS MASALAH
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRE OP
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d defek fisik yang di tandai
dengan :
DS : Sulit mengisap dan menelan Asi
b. Resiko tinggi perubahan menjadi orang tua b/d bayi dengan defek fisik yang
sangat terlihat yang di tandai dengan :
DS : -
POST OP
d. gangguan rasa nyaman nyeri b/d insisi bedah yang di tandai dengan :
15
DS : Bayi rewel, menangis
e. resti infeksi b/d terpaparnya linkungan dan prosedur invasi, yang di tandai
dengan :
DS : -
1 Perubahan nutrisi kurang Setelah 1. Bantu ibu dalam 1. Membantu ibu dalam
dari kebutuhan tubah b/d mendapatkan menyusui, bila ini memberikan Asi dan posisi
defek fisik yang di tandai : tindakan adalah keinginan puting yang stabil
keperawatan di ibu. Posisikan dan membentuk kerja lidah dalam
DS: Sulit mengisap dan harapkan perubahan stabilkan puting susu pemerasan susu.
menelan Asi nutrisi dapat dengan baik di
DO: Pucat, turgor kulit teratasi dengan dalam rongga mulut.
jelek,kulit kering, kriteria :
2. Bantu menstimulasi
perut kembung, BB refleks ejeksi Asi
tidak pucat 2. Karena pengisapan di
menurun turgor kulit secara manual / perlukan untuk menstimulasi
membaik dengan pompa susu yang pada awalnya
kulit lembab, payudara sebelum mungkin tidak ada
perut tidak menyusui
kembung
bayi 3. Gunakan alat makan
menunjukan khusus, bila
penambahan
menggunakan alat
berat badan yang 3. Membantu kesulitan makan
tepat. tanpa puting. (dot,
bayi, mempermudah menelan
spuit asepto) letakan
da mencegah aspirasi
formula di belakang
lidah
5. Menganjurkan ibu
4. Mempermudah dalam
16
untuk tetap menjaga pemberian Asi
kebersihan, apabila
di pulangkan
6. kolborasi dengan
ahli gizi. 5. Untuk mencegah terjadinya
mikroorganisme yang masuk
17
No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
6. Untuk mencegah
terjadinya defek pada
bayi
18
3 Tujuan Intervensi Rasional
Resiko tinggi trauma sisi Setelah 1. Beri posisi leher yang 1. Mencegah trauma pada
pembedahan b/d prosedur mendapatkan miring atau duduk sisi operasi
pembedahan, disfungsi tindakan
menelan, yang di tandai keperawatan di 2. Pertahankan alat 2. Melindungi garis jahitan
dengan : harapkan trauma pelindung bibir. dan meminimalkan resiko
sisi pembedahan Gunakan teknik trauma.
DS : Bayi rewel, tidak terjadi dengan pemberian makan
menangis,tidak dapat kriteria : nontraumatik.
beristirahat dengan
tenang dan nyaman, bayi tidak rewel 3. Gunakan paket restrain
sulit mengisap dan dan menangis pada bayi 3. Mencegahnya agr tidak
menelan Asi. Bayi dapat berulang dan menggaruk
beristirahat wajahnya
DO : adanya garis jahitan dengan tenang 4. Hindarkan menempatkan
pada daerah mulut dan nyaman, 4. Mencegah trauma pada
objek di dalam mulut
dapat menelan sisi operasi
Asi denagan setelah perbaikan kateter
baik. mengisap. Spatel lidah
sedalam dot atau pendek
kecil.
19
No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
ringan
Penkes
6. Kolaborasi, berikan
analgesik / sedatif sesuai 6. Analgesik menelan SSP
instruksi. yang memberi respon
pada observasi nyeri
20
No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
4. Mencegah kontaminasi
patogen
4. Lakukan aseptik dan
desinfeksidalam
perawatan luka 5. Melindungi dari sumber
5. Cuci tangan sebelum dan infeksi, mencegah infeksi
sesudah melakukan silang
tindakan perawatan luka.
7. Menjelaskan kepada
keluarga untuk menjaga 7. Menjaga kesterilan luka
kebersihan luka
Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan
21
medis untuk pemberian
obat yang sesuai
8. Membantu mencegah
(antibiotik ) infeksi.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
bibir sumbing adalah malformasi yang disebakan oleh gagalnya prosesus nasal medial
dan maksilatis untuk meyatu selama perkembangan embrionik.
penyebab bibir sumbing antara ain faktor herediter, sebagai faktor yang sudah dipastikan.
75% dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan. karena mengalami mutasi gen
dan kelainan kromosom, faktor internal (lingkungan), faktor usia ibu, obat-obatan, asetosal,
aspirin, rifampisin, fanatesin, aminolikosod, indometasin.
bibir sumbing dapat berkisar dari sedikit takik pada bagian mera bibir atas hingga pemisahan
total bibir yang memanjang hingga kedalam hidung. dapat dijumpai pada satu atau kedua
sisis bibir atas. sumbing langit- langit dapat dijumpai sebagai bagian dari deformitas bibir
sumbing atau sebagai kelainan garis tengah tersendiri yangmelibatkan palatum sekunder
23
DAFTAR PUSTAKA
24