Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

LABIOSKIZIS / CLEFT LIP DAN LABIOPALATOSKIZIS


1. DEFINISI
Labioskizis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana
terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa
takik kecil pada bahagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi
bibir memanjang dari bibir ke hidung.
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada palatum yang terjadi karenakegagalan
2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik.
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah
atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional
di mana biir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.
Labioskizis dan labiopalatoskizis adalah anomali perkembangan pada 1 dari 1000
kelahiran. Kelainan bawaan ini berkaitan dengan riwayat keluarga, infeksi virus pada ibu
hamil trimester pertama.
Labioskizis/labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan serta
samping muka serta langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna.
Gambar . bayi dengan labioskizis

2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis belum diketahui dengan pasti.
Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa labioskizis dan labiopalatoskizis muncul sebagai
akibat dari kombinasi faktor genetik danfactor-faktor lingkungan.
Di Amerika Serikat dan bagian barat Eropa, para peneliti melaporkan bahwa 40%
orang yang mempunyai riwayat keluarga labioskizis akan mengalami labioskizis.
Kemungkinan seorang bayi dilahirkan dengan labioskizis meningkat bila keturunan garis
pertama (ibu, ayah, saudarakandung) mempunyai riwayat labioskizis. Ibu yang
mengkonsumsi alcoholdan narkotika, kekurangan vitamin (terutama asam folat) selama
trimester pertama kehamilan, atau menderita diabetes akan lebih cenderung melahirkan
bayi/ anak dengan labioskizis.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. Faktor tersebut
antara lain, yaitu :
1. Faktor genetik atau keturunan
Dimana material genetik dalam kromosom yang mempengaruhi. Dimana dapat
terjadi karena mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal
mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex (kromsom
1 s/d 22) dan 1 pasang kromosom sex (kromosom X dan Y) yang menentukan jenis
kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi trisomi 13 atau Sindroma Patau
dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total
kromosom pada setiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain
menyebabkan

bibir

sumbing

akan

menyebabkan

gangguan

berat

pada

perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelianan ini sangat jarang terjadi
dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
2. Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6. Vitamin C pada waktu hamil,
kekurangan asam folat.
3. Radiasi.
4. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
5. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella
dan sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.
6. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat
toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin.
7. Multifaktoral dan mutasi genetik.
8. Diplasia ektodermal.

3. TANDA DAN GEJALA


Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :

a.
b.
c.
d.
e.

Terjadi pemisahan langit-langut


Terjadi pemisahan bibir
Terjadi pemisahan bibir
Infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah
Pada bayi tidak terjadi regurgitas nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu
dari hidung.

4. KLASIFIKASI
Jenis belahan pada labioskizis dan labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa
mengenal salah satu bagain atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan
palatum durum, serta palatum mlle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang
terkena menjadi beberapa bagian berikut.
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di
belahan foramen insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap
foramen.
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan
palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh
dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga hingga yang
berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui :
1) Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
2) Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi sisi
bibir dan memanjang hingga ke hidung.
3) Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memnajang
hingga ke hidung
Gambar. Klasifikasi Labioskizis

5. PATOFISIOLOGI
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris
dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior.
Masa krisi fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu,
palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum
dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.
Cacat terbentuk pada trimester pertama kahemilan, prosesnya karena tidak
terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proses
nasalis dan maksilaris) pecah kembali.
Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominan
nasalis dan maksilaris dengan prominan nasalis medial yang diikuti disfusi kedua bibir,
rahang dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi
palatum durum serta paltum molle terjadi sekitar kehamilan ke- 7 sampai 12 minggu.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Terbentuknya celah pada bibir dan palatum biasanya terlihat selama pemeriksaan bayi
pertama kali. Beberapa celah orofasial dapat terdiagnosa dengan USG prenatal, namun
tidak terdapat skrining sistemik untuk celah orofasial. Diagnosa antenatal untuk celah bibir,
baik unilateral maupun bilateral memungkinkan dengan USG pada usia gestasi 18 minggu.
Celah palatum tersendiri tidak dapat didiagnosa pada pemeriksaan USG antenatal karena
sulitnya melihat kedalam mulut janin. Ketika diagnosa antenatal dipastikan, dokter
mungkin menawarkan prosedur untuk pengambilan sampel cairan amnion (amniocentesis)

untuk dianalisa lebih lanjut tentang abnormalitas yang mengindikasikan janin mewarisi
syndrom genetik yang dapat mengakibatkan kelainan kongenital pada janin (Mayo, 2012).
7. KOMPLIKASI
Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi karenanya,
yaitu ;
1. Kesulitan makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan
celah palatum. Memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan
yang benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing.
Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioskizisdan
labiopalatoskizis. Adanya labioskizis dan labiopalatoskizis memberikan kesulitan
pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudaraibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi
bayi dengan labioskizis mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral.
Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek menelan pada
bayi dengan labioskizis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih
banyak udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak urus mungkin
dapat membantu proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga
daapt

membantu.

Bayi

yang

hanyamenderita

labioskizis

atau

dengan

labiopalatoskizis biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis


biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar
dengan tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi denganlabiopalatoskizis dan bayi
dengan masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu.
2. Infeksi telinga dikarenakan tidak berfungsi dengan baik

saluran

yang

menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi
maka akan kehilangan pendengaran.
Anak dengan labiopalatoskizis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga
karena

terdapatnya

abnormalitas

perkembangan

dari

otot-otot

yang

mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.


3. Kesulitan berbicara. Otot-otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena
adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat
menghambatnya.
Pada bayi

dengan

labiopalatoskizis

biasanya

juga

memiliki

abnormalitas.pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat


palatu mmole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka
didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of
speech). Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otototot tersebut
diatas untuk menutup ruang/ rongga nasalpada saat bicara mungkin tidak dapat
kembali

sepenuhnya

normal.

Anak mungkin

mempunyai

kesulitan

untuk

menproduksi suara/ kata "p, b, d, t,h, k, g, s, sh, and ch", dan terapi bicara (speech
therapy) biasanya sangat membantu.
4. Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh,
sehingg perlu perawatan dan penanganan khusus. Anak yang lahir dengan
labioskizis dan labiopalatoskizis mungkin mempunyai masalah tertentu yang
berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada
arean dari celah bibir yang terbentuk.
8. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu mempunyai refleks
mengeluarkan air susu dengan baik yang mungkin dapat dicoba dengan sedikit
menekan payudara.
2. Bila anak sukar mengisap sebaiknya gunakan botol peras (squeeze bottles), untuk
mengatasi gangguan mengisap, pakailah dot yang panjang dengan memeras botol
maka susu dapat didorong jatuh di belakang mulut hingga dapat diisap. Jika anak
tidak mau, berikan dengan cangkir dan sendok.
3. Dengan bantuan ortodontis dapat pula dibuat okulator untuk menutup sementara
celah palatum agar memudahkan pemberian minum, dan sekaligus mengurangi
deformitas palatum sebelum dapat melakukan tindakan bedah.
4. Tindakan bedah, dengan kerja sama yang baik antara ahli bedah, ortodontis, dokter
anak, dokter THT, serta ahli wicara.
Syarat labioplasti (rule of ten)
1. Umur 3 bulan atau > 10 minggu
2. Berat badan kira-kira 4,5 kg/10 pon
3. Hemoglobin > 10 gram/dl
4. Hitung jenis leukosit < 10.000
Syarat palaplasti
Palatoskizis ini biasanya ditutup pada umur 9-12 bulan menjelang anak belajar bicara,
yang penting dalam operasi ini adalah harus memperbaiki lebih dulu bagian belakangnya
agar anak bisa dioperasi umur 2 tahun. Untuk mencapai kesempurnaan suara, operasi dapat
saja dilakukan berulang-ulang. Operasi dilakukan jika berat badan normal, penyakit lain
tidak ada, serta memiliki kemampuan makan dan minum yang baik. Untuk mengetahui
berhasil tidaknya operasi harus ditunggu sampai anak tersebut balajar bicara antara 1-2
tahun.
1. Jika sengau harus dilakukan terapi bicara (fisioterapi otot-otot bicara).
2. Jika terapi bicara tidak berhasil dan suara tetap sengau, maka harus dilakukan
faringoplasti saat anak berusia 8 tahun.
Faringoplasti ialah suatu pembebasan mukosa dan otot-otot yang kemudian didekatkan
satu sama lain. Pada faringoplasti hubungan antara faring dan hidung dipersempit

dengan membuat klep/memasang klep dari dinding belakang faring ke palatom molle.
Tujuan pembedahan ini adalah untuk menyatukan celah segmen-segmen agar
pembicaraan dapat dimengerti.
Perawatan yang dilakukan pasca dilakukannya faringoplasti adalah sebagai berikut :
1. Menjaga agar garis-garis jahitan tetap bersih.
2. Beyi diberi makan atau minum dengan alat penetes dengan menahan kedua
tangannya.
3. Makanan yang diberikan adalah makanan cair atau setengah cair atau buur saring
selama 3 minggu dengan menggunakan alat penetes atau sendok.
4. Kedua tangan penderita maupun alat permainan harus dijauhkan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A Pengkajian
1 Anamnesa
a Identitas klien

Kaji identitas anak seperti nama, tanggal lahir, jenis kelamin. Kaji pula identitas orang
b

tua klien seperti nama ayah, nama ibu, pekerjaan ayah / ibu, pendidikan ayah / ibu.
Keluhan utama
Pada klien dengan CLP terdapat abnomali bentuk bibir / adanya celah pada bibir,

kesulitan dalam menghisap atau makan dan berat badan yang tetap
Riwayat penyakit saat ini
Bayi mengalami kesulitan saat menghisap ASI, untuk anak yang sudah aktif berbicara
dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara, seringkali memiliki suara hidung saat

berbicara, kadang juga memiliki gangguan dalam pendengaran.


Riwayat kesehatan yang lalu
Konsumsi minuman beralkohol atau merokok saat masa kehamilan dapat

mempengaruhinya terjadinya bibir sumbing


Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita kelainan seperti yang diderita anak tersebut,
biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita CLP. Apakah
kelainan tersebut mempengaruhi perilaku anak tersebut. Bagaimana persepsi keluarga
terhadap kelainan anak tersebut, biasanya keluarga merasa malu dengan kondisi

anaknya.
Riwayat Nutrisi
Nutrisi tidak adekuat karena susu yang diminum keluar lewat hidung atau masuk ke

dalam saluran pernapasan.


Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II,

III; dan campak.


Riwayat Psikososial
Kaji psikososial yang dirasakan keluarga dalam merawat anaknya yang mengalami
CLP.

2
a

Pemeriksaan fisik
Kepala dan Leher
1 Bentuk kepala; makrosefali atau mikrosefal
2 Tulang tengkorak : Anencefali, Encefaloke
3 Fontanel anterior menutup : 18 bula
4 Fontanel posterior : menutup 2 6 bulan
5 Distribusi rambut dan warna
6 Ukuran lingkar kepala 33 34 atau < 49 dan diukur dari bagian frontal kebagian
occipital.
7 wajah simetris
8 Mata Simetris kanan kiri
9 Kelopak mata : Tidak terdapat Oedema
10 Ada rekasi miosis
11 Pupil isokor kiri atau kanan
12 Pergerakan bola mata normal
13 Refleks kornea
Hidung

Inspeksi : kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik sumbing,

2
3

kesukaran dalam menghisap atau makan.


Inspeksi pada labia skisis : tampak sebagian atau keduanya, adanya celah pada bibir.
Inspeksi pada palato skisis: tampak ada celah pada kedua tekak (uvula), palate lunak

dan keras, adanya rongga pada hidung, distorsia hidung,


Palpasi dengan menggunakan jari : teraba celah atau terbukanya langit-langit saat

diperiksa dengan jari


c Mulut
1 Terdapat celah pada bibir, palatum atau keduanya.
2 Periksa gigi dan gusi apakah ada perdarahan atau pembengkakan
3 Gags reflex positif
4 Perhatikan ovula apakah simetris kiri dan kanan
5 Rooting reflex positif
6 Sucking Refleks lemah
d Telinga
1 Simetris kiri dan kanan
2 Daun telinga dilipat, dan lama baru kembali keposisi semula menunjukkan
3

tulang rawan masih lunak.


Canalis auditorious ditarik kebawah kemudian kebelakang,untuk melihat

apakah ada serumen atau cairan.


Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung,
perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram,

serta cairan di liang telinga.


5 Starter refleks :mata akan berkedip.
e Leher
1 Lipatan leher 2-3 kali lipat lebih pendek dari orang dewasa
2 Tampak adanya vena jugularis.
- Raba tiroid apakah ada pembesaran atau tidak.
- Tonick neck refleks : positif
f

- Neck rigting refleks refleks


Dada
1Bentuk dada apakah simetris kiri dan kanan
2Bentuk dada barrel anterior posterior dan tranversal hampir sama 1:1 dan dewasa
1: 2
3Suara vesikuler : pada seluruh bagian lateral paru, intensitas rendah 3:1
4Perkusi pada daerah paru suara yang ditimbulkan adalah sonor
5Apeks jantung pada mid klavikula kiri intercostals 5
6Batas jantung pada sternal kanan ICS 2 ( bunyi katup aorta), sternal kiri ICS 2
( bunyi katup pulmonal), sternal kiri ICS 3-4 ( bunyi katuptricuspid), sternal kiri

mid klavikula ICS 5 ( bunyi katup mitral).


7Perkusi pada daerah jantung adalah pekak.
Abdomen
1Terdengar suara peristaltic usus.
2Palpasi pada daerah hati, teraba 1 2 cm dibawah costa, panjangnya pada garis
media clavikula 6 12 cm.

3Palpasi pada daerah limpa pada kuadran kiri atas


Perkusi pada daerah hati suara yang ditimbulkan adakah pekak
Perkusi pada daerah lambung suara yang ditimbulkan adalah timpani
4Refleks kremaster : gores pada abdomen mulai dari sisi lateral kemedial, terlihat
h

kontraksi.
Ekstremitas
1Tidak ada kelainan pada jumlah jari
2Kuku klubbing finger < 180
3Grasping reflex positif
4Palmar refleks positif
5Refleks babinsky positif
Pemeriksaan Fisik (Review of System)
Kaji keadaan umum anak, tanda tanda vital : TD normal, nadi normal, suhu badan

normal, RR normal
B1 (Breath)
Terjadi kesulitan bernafas, irama nafas meningkat, dispnea. Kaji kesimetrisan dada,

apakah ada penggunaan otot bantu nafas


b B2 (Blood)
Perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung
c B3 (Brain)
Biasanya anak gelisah, rewel, menangis
d B4 (Bladder)
Tidak ada masalah pada system perkemihan
e B5 (Bowel)
Anak terjadi kesulitan dalam menyusu, biasanya anak tidak menyusu. Sering terjadi
f

refluk dan berat badan menurun.


B6 (Bone)
Tidak ada masalah pada system musculoskeletal.

B Diagnosa Keperawatan
a Prabedah
1 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan atau kesulitan menelan sekunder dengan kecacatan pada aderah

palatum
2 Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan
3 Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit.
Post-bedah
1 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
2 Resiko infeksi berhubungan dengan insisi luka pasca pembedahan
3 Resiko trauma pada tempat pembedahan yang berhubungan dengan peregangan
pada jahitan.

C Intervensi Keperawatan
a Prabedah
1 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan atau kesulitan menelan sekunder dengan kecacatan pada aderah
palatum
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan berat
badan seimbang.
Kriteria Hasil:
Anak dapat mempertahankan status nutrisi yang ditandai oleh kenaikan berat badan
bulanan (1/2 hingga 1 kg).
Anak dapat menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang disediakan

Intervensi
Pantau kandungan nutrisi

Rasional
Memberikan informasi

dan kalori pada catatan

sehubungan dengan kebutuhan

asupan
Monitor dan observasi

nutrisi dan keefektifan terapi.


Bila kemampuan menelan dan

kemampuan menelan dan

menghisap baik maka nutrisi

menghisap pada anak.


Tempatkan dot botol di

yang masuk dapat terpenuhi.


Meletakkan dot botol dengan

dalam mulut bayi, pada sisi

cara ini dapat menstimulasi

berlawanan dari celah, ke

tindakan stripping bayi

arah belakang lidah.

(menekan dot botol melawan


lidah dan atap mulut untuk

Posisikan bayi tegak atau


semi-Fowler, namun tetap

dan regurgitasi per nasal.

rileks selama pemberian


e

makan.
Gunakan dot botol yang
lunak yang besar, atau dot

mengeluarkan susu).
Posisi ini mencegah tersedak

Untuk mempermudah menelan


dan mencegah aspirasi.

khusus dengan lubang yang


sesuai untuk pemberian
minum

Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan


Tujuan : anak tidak akan mengalami aspirasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ...x 24 jam
Kriteria Hasil:

Menunjukkan peningkatan kemampuan menelan.


Bertoleransi terhadap asupan oral dan sekresi tanpa aspirasi.
Bertoleransi terhadap pemberian perenteral tanpa aspirasi

Intervensi
Jelaskan pada orangtua cara/

teknik menyusui yang benar

Rasional
Orangtua dapat mengerti cara
yang benar dalam
memberikan ASI sehingga

Tempatkan anak pada posisi

semi-fowler atau fowler.


Gunakan dot khusus yang agak

panjang
Sediakan kateter penghisap
disamping tempat tidur dan

bayi terhindar dari aspirasi.


Agar mempermudah

mengeluarkan sekresi.
Untuk meminimalkan

terjadinya aspirasi
Mencegah sekresi
menyumbat jalan napas,

lakukan penghisapan selama

khususnya bila kemampuan

makan, sesuai dengan


e

kebutuhan.
Pantau status pernafasan

menelan terganggu.
e

selama pemberian makan

Perubahan yg terjadi pada


proses pemberian makanan

tanda-tanda aspirasi selama

dan pengobatan bisa saja

proses pemberian makan dan

menyebabkan aspirasi

pemberian pengobatan.
3

Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit.


Tujuan: Rasa cemas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x 24
jam
Kriteria hasil :
Mencari informasi untuk menurunkan kecemasan.
Menghindari sumber kecemasan bila mungkin.
Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan

Intervensi
Jelaskan pada keluraga
keadaan yang diderita anaknya

Rasional
pemahaman ibu tentang
keadaan yang diderita
anaknya mengurangi
kecemasan keluarga, karena

Kaji tingkat kecemasan


keluarga.

keadaan anak masih bisa


diatasi.

b
c

besar kecemasan yang

Berikan penyuluhan pada

dirasakan keluarga sekarang.

keluarga tentang penyakit dan


proses penyembuhannya.
d

Untuk mengetahui bagaimana


untuk memudahkan

Anjurkan keluarga

memberikan support atau

mengungkapkan dan atau


mengekspresikan perasaan

Untuk mengetahui seberapa

(menangis)

penyuluhan.
Membantu
mengindentifikasikan
perasaan atau masalah negatif
dan memberikan kesempatan
untuk mengatasi perasaan
ambivalen atau berduka.

b Post-bedah
1 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan : anak mengalami tingkat kenyamanan yang optimal setelah dilakukan
tindakan ....x 24 jam
Kriteria hasil : bayi tampak nyaman dan beristirahat dengan tenang.

Intervensi
Kaji pola istirahat bayi/anak

dan kegelisahan.

Rasional
Mencegah kelelahan dan
dapat meningkatkan koping
terhadap stres atau

Beri stimulasi belaian dan


pelukan.

ketidaknyamanan.
Sesuai kebutuhan untuk
pertumbuhan dan

Libatkan orang tua dalam

perawatan bayi
Berikan analgesik sesuai
program.

perkembangan optimal.
Untuk memberikan rasa aman

dan nyaman.
Derajat nyeri sehubungan
dengan luas dan dampak
psikologi pembedahan sesuai
dengan kondisi tubuh

Resiko infeksi berhubungan dengan insisi luka pasca pembedahan


Tujuan : bayi tidak mengalami infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan
.....x/24jam
Kriteria hasil :

Mencegah infeksi :Terbebas dari tanda atau gejala infeksi.


Menunjukkan higiene pribadi yang adekuat.
Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi.

Intervensi
Jelaskan pada orang tua

penyebab dari resiko infeksi

Rasional
Penyebab dari resiko infeksi
ialah karena masuknya
cairan/susu ke dalam saluran

Berikan posisi yang tepat


setelah makan, miring

pernapasan dan telinga.


Meningkatkan mobilisasi
sekret, menurunkan resiko

kekanan, kepala agak sedikit

pneumonia.

tinggi supaya makanan tertelan


dan mencegah aspirasi yang
c

dapat berakibat pneumonia.


Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian antibiotik


d

profilaksis
Observasi tanda-tanda infeksi

profilaksis dapat menurunkan


d

seperti bau, keadaan luka,


e

keutuhan jahitan
Lakukan perawatan luka pasca-

pemberian antibiotik
resiko infeksi.
Deteksi dini terhadap tandatanda infeksi

operasi dengan aseptik

Mempercepat kesembuhan
luka dan meminimalkan
terjadinya infeksi

Resiko trauma pada tempat pembedahan yang berhubungan dengan peregangan


pada jahitan.
Tujuan : anak tidak mengalami trauma pada tempat pembedahan
Kriteria hasil : dapat menangani secret yang keluar dan susu formula tanpa aspirasi

Intervensi
Gunakan teknik pemberian

Rasional
untuk meminimalkan resiko

susu yang non traumatik


Pertahankan alat pelindung

trauma
untuk melindungi luka

bibir
Hindari penggunaan alat

jahitan.
untuk mencegah trauma pada

didalam mulut sesudah operasi


Bersihkan jahitan operasi

luka operasi
karena inflamasi atau infeksi

dengan hati-hati sesudah

akan mengganggu proses

pemberian susu

kesembuhan serta efek

kosmetik koreksi
e

Cegah bayi agar tidak


e

pembedahan.
dapat menimbulkan regangan

menangis dengan keras


Ajarkan prosedur
membersihkan dan menahan

pada jahitan bekas operasi


untuk meminimalkan

gerakan bayi yang mengenai

komplikasi setelah

luka operasi jika bayi

pembedahan.

dipulangkan sebelum jahitan


luka dilepas.

DAFTAR PUSTAKA
Arvin, Behrman Klirgman. (1999). Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 vol 2. Jakarta:
EGC
Betz, Cecily & Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Ed. 5. Jakarta:
EGC
Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC
Cleft Palate Foundation. (2008). Cleft Surgery. Chapel Hill: CPF Publications Commitee
Cleft Palate Foundation. (2010). Your Babys First Year. Chapel Hill: CPF Publications
Commitee
Fried, George H dan Hademenos, George J. 2006. Schaums Outlines Biologi Edisi kedua.
Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Haryuti, Sri. (2013). Teknik Operasi Celah Bibir dan Langit-langit yang Digunakan di
Sulawesi Selatan pada Tahun 2010-2013. Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin. Makassar
Hidayat,A.Aziz Alimul.2006.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Kliegman, Behrman & Arvin Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol. II Ed.15.
Jakarta:EGC
Mayo Clinic Staff. (2012). Cleft Lip and Cleft Palate: Test and Diagnosis. Article taken
from www.mayoclinic.org on March, 29th 2014 22.02 WIB

Muscary, Mari E, 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik, Ed.3. Jakarta: EGC
Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC
Sudiono, Janti. (2008). Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta: EGC
Mayo Clinic Staff. (2012). Cleft Lip and Cleft Palate: Test and Diagnosis. Article taken
from www.mayoclinic.org on March, 29th 2014 22.02 WIB
Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistemik Volume 1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai