OLEH :
HASANUDDIN
14420222211
CI LAHAN CI INSTITUSI
(________________)
( ________________)
1
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Labioschisis adalah adanya gangguan fusi maxillary swelling
dengan medial nasal swelling pada satu sisi akan menimbulkan
kelaianan berupa labioschisis unilateral. Bila kegagalan fusi ini
menimbulkan celah di daerah prealveolaris, maka celah tersebut
dikatakan inkomplet, sedang selebihnya dikatakan labioschisis
komplet.
Celah bibir adalah kelainan kongenital pada bibir yang
disebabkan oleh kegagalan struktur fasial embrionik yang tidak
komplet, kelainan ini dapat diasosiasikan dengan anomali lain juga.
Insidensi kalainan ini adalah 1 di antara 750 kelahiran hidup. Celah
bibir, lebih sering terjadi pada anak laki-laki, dapat muncul berupa
indentasi ringan hingga celah terbuka. (Kathleen Morgan Speer. 2007)
2. Epidemiologi
Insiden bibir sumbing di Indonesia belum diketahui diketahui
secara pasti, hanya disebutkan terjadi satu kejadian setiap 1000
kelahiran. Hidayat dan kawan-kawan di propinsi Nusa Tenggara
Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi
pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak
maupun dewasa di antara 3 juta penduduk.
Bibir Sumbing memiliki frekuensi yang berbeda-beda pada
berbagai budaya dan ras serta negara. Diperkirakan 45% dari populasi
adalah non-Kaukasia. Fogh Andersen di Denmark melaporkan kasus
bibir sumbing dan celah langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup. Hasil
yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di
Amerika Serikat serta Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan
insiden 2,1/1000 penduduk di Jepang.
3. Etiologi
2
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir
sumbing. faktor tersebut antara lain, yaitu :
4. Klasifikasi
3
Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk, tingkat kelainan
bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat.
Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
a. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah
satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
b. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya
disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
c. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir
dan memanjang hingga ke hidung
5. Patofisiologi
Secara umum, labioschisis bisa terjadi karena :
a. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau
tulang selama fase embrio pada trimester I.
b. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal
medial dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8
minggu.
c. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang
disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa
kehamilan 7-12 minggu.
d. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu
masa kehamilan.
Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui dengan pasti.
Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai
akibat dari kombinasi faktor genetik dan factor-faktor lingkungan. Di
Amerika Serikat dan bagian barat Eropa, para peneliti melaporkan bahwa
40% orang yang mempunyai riwayat keluarga labioschisis akan mengalami
labioschisis.
Kemungkinan seorang bayi dilahirkan dengan labioschisis
meningkat bila keturunan garis pertama (ibu, ayah, saudara kandung)
mempunyai riwayat labioschisis. Ibu yang mengkonsumsi alcohol dan
narkotika, kekurangan vitamin (terutama asam folat) selama trimester
4
pertama kehamilan, atau menderita diabetes akan lebih cenderung
melahirkan bayi/ anak dengan labioschisis.
Menurut Mansjoer dan kawan-kawan, hipotesis yang diajukan
antara lain:
a. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa
embrional dalam hal kuantitas (pada gangguan sirkulasi feto-
maternal) dan kualitas (defisiensi asam folat, vitamin C, dan Zn)
b. Penggunaan obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi
hormonal
c. Infeksi, terutama pada infeksi toxoplasma dan klamidia.
d. Faktor genetic
Kelainan ini terjadi pada trimester pertama kehamilan, prosesnya
karena tidak terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian
yang telah menyatu (prosesus nasalis dan maksilaris) pecah kembali.
Pada hewan percobaan vitamin A dikenal sebagai "teratogen
universal". Namun kemungkinan teratogenitas pada manusia yang
mengkonsumsi suplemen vitamin A masih kontroversi.
Vitamin B-6 memiliki peran vital dalam metabolisme asam amino.
Defisiensi vitamin B-6 tunggal telah terbukti dapat menyebabkan langit-
langit mulut sumbing dan kelainan defek lahior lainnya pada tikus
percobaan. Dan Miller (1972) menunjukkan bahwa pemberian vitamin B-6
dapat mencegah terjadinya celah orofasial. Salah satu penyebab terjadinya
celah orofasial ialah heterogenitas, sebanyak sekitar 20% menyertai
sindrom yang disebabkan mutasi yang spesifik. Namun juga terjadinya
celah orofasil juga berhubungan dengan asam folat dan multivitamin
lainnya. Beberapa mungkin memiliki etiologi karena asam folat namun
sebagian lagi tidak, sehingga menyulitkan untuk mencari efeknya.
6. Pathway
(Terlampir)
5
b. Terjadi pemisahan bibir.
c. Terjadi pemisahan bibir dan langit – langit.
d. Infeksi telinga berulang.
e. Berat badan tidak bertambah.
f. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya
air susu dari hidung.
8. Komplikasi
Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa
komplikasi karenannya, yaitu :
a. Masalah asupan makanan
Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita
labioschisis. Adanya labioschisis memberikan kesulitan pada bayi untuk
melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi
bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan kemampuan
hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan
reflek menelan pada bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan
bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Memegang
bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat membantu proses menyusu
bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga dapat membantu.
Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada
palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan
labioplatoschisis biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot
khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini
dibuat untuk bayi dengan labio-palatoschisis dan bayi dengan masalah
pemberian makan/ asupan makanan tertentu.
b. Masalah Dental
Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah
tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi
dari gigi geligi pada arean dari celah bibir yang terbentuk.
c. Infeksi telinga
Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita
infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-
otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.
6
d. Gangguan berbicara
Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki
abnormalitas pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole.
Saat palatum mole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat
bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi
(hypernasal quality of 6 speech). Meskipun telah dilakukan reparasi
palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup ruang/
rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya
normal. Penderita celah palatum memiliki kesulitan bicara, sebagian
karena palatum lunak cenderung pendek dan kurang dapat bergerak
sehingga selama berbicara udara keluar dari hidung. Anak mungkin
mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s,
sh, dan ch", dan terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan prabedah rutin (misalnya hitung darah lengkap
b. Pemeriksaan Diagnosis
1) Foto Rontgen
2) Pemeriksaan fisik
3) MRI untuk evaluasi abnormal
10. Therapy
Terapi untuk pasien dengan labioschisis meliputi perbaikan melalui
pembedahan, untuk memperbaiki penampilan anak, biasanya antara usia 1-
3 bulan
11. Penatalaksanaan
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi.
Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan
yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan
sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi
bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten)yaitu, Berat badan
7
bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu
dan kadar leukosit minimal 10.000/ui.
Perawatan
a. Menyusu ibu
Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang
bayi dengan bibir sumbing tidak menghambat penghisapan susu
ibu. Ibu dapat mencoba sedikit menekan payudara untuk
mengeluarkan susu. Dapat juga menggunakan pompa payudara
untuk mengeluarkan susu dan memberikannya kepada bayi dengan
menggunakan botol setelah dioperasi, karena bayi tidak menyusu
sampai 6 mgg.
8
f. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak
menyusu. Jika hal ini terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk
memberikan kesempatan pada kulit yang lembut tersebut untuk
sembuh.
g. Setelah siap menyusu, perlahan-lahan bersihkan daerah sumbing
dengan alat berujung kapas yang dicelupkan dala hydrogen
peroksida setengah kuat atau air.
Pengobatan
a. Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu
untuk penanganan selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi
untuk memperbaiki kelainan, tetapi waktu yang tepat untuk operasi
tersebut bervariasi.
b. Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir
berdasarkan kriteria rule often yaitu umur > 10 mgg, BB > 10 pon/
5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui.
c. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti
dikerjakan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu
bicara lengkap seingga pusat bicara otak belum membentuk cara
bicara. Pada umur 8-9 tahun dilaksanakan tindakan operasi
penambahan tulang pada celah alveolus/maxilla untuk
memungkinkan ahli ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan
dan kiri celah supaya normal.
d. Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah
pertumbuhan tulang-tulang muka mendeteksi selesai.
e. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki
“kerusakan horseshoe” yang lebar. Dalam hal ini, suatu kontur
seperti balon bicara ditempl pada bagian belakang gigi geligi
menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.
f. Anak tersebut juga membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit
sangat penting untuk pembentukan bicara, perubahan struktur, juga
pada sumbing yang telah diperbaiki, dapat mempengaruhi pola
bicara secara permanen.
9
Prinsip perawatan secara umum :
a. Lahir : bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (Naso Gastric
Tube) bila perlu untuk membantu masuknya makanan kedalam
lambung.
b. Umur 1 minggu : pembuatan feeding plate untuk membantu
menutup langit-langit dan mengarahkan pertumbuhan, pemberian
dot khusus.
c. Umur 3 bulan : labioplasty; tindakan operasi untuk bibir, alanasi
(untuk hidung) dan evaluasi telingga.
d. Umur 18 bulan - 2 tahun : palathoplasty atau tindakan operasi
langit-langit bila terdapat sumbing pada langit-langit.
e. Umur 4 tahun : dipertimbangkan repalatorapy atau pharingoplasty.
f. Umur 6 tahun : evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
g. Umur 11 tahun : alveolar bone graft augmentation (cangkok tulang
pada pinggir alveolar untuk memberikan jalan bagi gigi caninus),
perawatan otthodontis.
h. Umur 12-13 tahun : final touch; perbaikan-perbaikan bila
diperlukan.
i. Umur 17-18 tahun : orthognatik surgery bila perlu.
1. Pengkajian
a. Mata, telinga, hidung dan tenggorokan
1) Pemisahan abnormal bibir atas
2) Pemisahan gusi bagian atas
3) Kerusakan gigi-geligi
4) Kerusakan wicara
5) Mudah tersedak
6) Peningkatan otitis
b. Respirasi
1) Kegawatan pernapasan disertai aspirasi
2) Kemungkinan dispnea
10
c. Muskuloskeletal
1) Gagal bertumbuh
d. Gastrointestinal
1) Kesulitan pemberian makan
e. Psikososial
1) Gangguan ikatan antara orang tua-bayi
2) Gangguan citra tubuh
2. Diagnosa Keperawatan
a. Prabedah
1) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan gangguan dalam pemberian makan
2) Risiko infeksi yang berhubungan dengan kelainan
3) Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan pembedahan
b. Post-bedah
1) Ketidakefektifan jalan napas yang berhubungan dengan efek
anestesia, edema pascaoperasi, serta produksi lendir yang
berlebihan
2) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan teknik pemberian makan yang baru dan
perubahan diet pascaoperasi
3) Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan insisi bedah
4) Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan
5) Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di
rumah
11
3. Intervensi
Pra-Bedah
No Tujuan dan Intervensi Rasional
Dx Kriteria hasil
1 Setelah diberikan Tempatkan dot botol di
Meletakkan dot botol
asuhan dalam mulut bayi, pada dengan cara ini dapat
keperawatan sisi berlawanan dari celah, menstimulasi tindakan ”
selama ...x24 jam ke arah belakang lidah. stripping” bayi (menekan
diharapkan berat dot botol melawan lidah dan
badan seimbang atap mulut untuk
dengan kriteria Posisikan bayi tegak mengeluarkan susu).
hasil : atau semi-Fowler, namun
Posisi ini mencegah
Bayi tetap rileks selama tersedak dan regurgitasi per
mempertahankan pemberian makan. nasal.
status nutrisi
yang ditandai Serdawakan bayi setelah
oleh kenaikan setiap pemberian 15
berat badan hingga 30 ml susu, tetapi
Bayi perlu disendawakan
bulanan (1/2 jangan pindahkan dot botol dengan frekuansi yang sering
hingga 1 kg) terlalu sering selama karena kelainan tersebut
pemberian makan. dapat menyebabkan menelan
udara lebih banyak sehingga
menimbulkan rasa tidak
nyaman. Melepas dot botol
terlalu sering dapat
melelahkan, atau membuat
Coba untuk memberi bayi frustasi sehingga
makan selama kira-kira 45 menyebabkan pemberian
menit atau kurang untuk makan tidak komplet.
setiap kali makan.
Pemberian makan yang
lebih lama dapat melelahkan
Apabila bayi tidak bayi sehingga dapat
12
makan tanpa tersedak atau menyebabkan pencapaian
teraspirasi, letakkan dalam berat badan yang sangat
posisi tegak, dan beri kurang.
makan dengan
menggunakan spuit serta
Posisi tegak mengurangi
slang karet lunak. risiko aspirasi; menggunakan
sebuah spuit dan slang karet
lunak yang mampu
menampung cairan di bagian
belakang mulut bayi dapat
mengurangi aspirasi melalui
celah.
13
paru, atau bayi atau baringkan bayi di mencegah aspirasi yang
iritabilitas tempat tidurnya dengan dapat menimbulkan
posisi miring kanan pneumonia.
dengan kepala tempat tidur
ditinggikan 300.
14
penampilan bayi menggunakan istilah
sederhana,
memperlihatkan kepada
mereka gambar, dan
meminta mereka
mengunjungi bayi di
Orang tua perlu memiliki
rumah sakit. pemikiran bahwa bayi
mereka merupakan individu
Anjurkan orang tua yang normal, yang menderita
untuk memperlakukan celah bibir bukan sebagai
bayi layaknya anggota individu yang sedang sakit
keluarga yang normal, dan sehingga dapat memberi
menjadwalkan kegiatan perawatan di rumah yang
perawatan mereka ke adekuat, dan menjaga
dalam rutinitas sehari-hari. kebutuhan keluarga.
Kelompok pendukung
Rujuk orang tua ke memberi kesempatan pada
kelompok pendukung yang orang tua untuk berbagi
tepat serta pusat perasaan dan pengalaman
kraniofasial, jika ada. dengan orang tua lain, yang
juga memiliki situasi sama,
dapat mengurangi
kecemasan dan
meningkatkan keterampilan
15
koping serta keterampilan
penyelesaian masalah. Pusat
kraniofasial memiliki
pangalaman dalam memberi
perawatan bagi anak-anak
dengan celah bibir.
16
demonstrasikan pengunaan
restrain yang benar pada
lengan sehingga mencegah
bayi atau anak menyentuh
dan mengganggu insisi.
Post-bedah
N Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
O Hasil
Dx
1 Setelah diberikan Kaji status pernapasan bayi
Tanda distres
asuhan keperawatan atau anak setiap 4 jam untuk pernapasan ini dapat
selama ...x24 jam mendeteksi suara napas yang mengindikasikan
diharapkan jalan nafas abnormal, sianosis, retraksi, pneumonia, yang
efektif dengan kriteria mendengkur, atau pernapasan membutuhkan terapi
hasil : cuping hidung. antibiotik.
Bayi atau anak tetap
bebas dari komplikasi
pernapasan yang Atur ulang posisi bayi atau
Pengaturan-kembali
ditandai oleh anak setiap 2 jam. Setelah posisi dapat meningkatkan
memepertahankan pembedahan celah bibir, bayi drainase sekresi paru.
pernapasan lancar, serta atau anak dapat diletakkan
frekuensi teratur dengan baik di ayunan bayi
atau dalam posisi terlentang
atau miring dengan kepala
ditinggikan.
17
bernapas dengan lebih
mudah. Menutupi tubuh
dengan selimut dapat
mencegah anak dari
menggigil.
Pertahankan bayi atau anak
Posisi tegak
dalam posisi tegak selama mengurangi risiko tersedak
pemberian makan. dan aspirasi.
18
selama ...x24 jam pemberian makan, dan sesuai tercapainya kebersihan,
diharapkan integritas kebutuhan : mencegah pemisahan
kulit baik dengan - Bersihkan garis sutura sutura, mengurangi risiko
kriteria hasil : dengan menggunakan larutan infeksi, dan mengurangi
Bayi atau anak tidak salin dan aplikator berujung jumlah materi berkerak di
menderita kerusakan kapas basah. sekitar alur jahitan, yang
pada integritas kulit - Oleskan salep antibiotik mungkin mengakibatkan
yang ditandai oleh insisi sesuai program untuk pembesaran jaringan parut.
tetap utuh, tidak ada melembabkan mulut dan
tanda infeksi dan tanda mencegah pemisahan sutura.
pemulihan - Pantau tanda dan gejala
infeksi.
- Beri sedikit air setelah
pemberian makan untuk
membersihkan mulut dari
setiap sisa susu, yang dapat
menyebabkan pertumbuhan
bakteri.
Menangis
menyebabkan tegangan
pada alur jahitan, yang
dapat menyebabkan ruptur.
20
asuhan keperawatan teknik pemberian makan makanan padat, dan spuit
selama ...x24 jam berikut ini : berujung karet untuk
diharapkan : - Gunakan sendok, bukan cairan dapat mengurangi
Orang tua garpu, untuk memberi makan risiko trauma pada alur
mengekspresikan lunak, serta spuit berujung jahitan. Menggunakan
pemahaman tentang karet atau mengkuk (jika sedotan dapat
instruksi perawatan pra memungkinkan) untuk membahayakan alur
bedah dan pasca bedah memberi bayi atau anak jahitan.
di rumah dan cairan.
mendemonstrasikan - Jangan biarkan anak
prosedur perawatan di menggunakan sedotan.
rumah
Ajarkan orang tua cara
Perawatan alur jahitan
merawat alur jahitan : dapat memastikan
- Gunakan larutan salin dan kebrsihan sehingga
aplikator berujung kapas mengurangi risiko infeksi,
untuk membersihkan alur dan mengurangi
jahitan. pembentukan kerak yang
- Oleskan salep antibiotik dapat menyebabkan
sesuai program untuk jaringan parut membesar;
menutup insisi. infeksi membutuhkan
- Periksa area insisi bedah intervensi medis.
untuk melihat tanda infeksi,
misalnya, kemerahan,
pembengkakan, dan drainase
purulen, dan laporkan temuan
tersebut kepada dokter.
- Beri air sedikit-sedikit
setelah pemberian makan,
untuk membuang sisa susu
yang menempel, mengingat
ini merupakan media yang
baik bagi pertumbuhan
bakteri dan infeksi.
21
Sampaikan kepada orang
tua bahwa mereka harus
mempertahankan lengan bayi
atau anak terfiksasi. Jelaskan
bahwa mereka harus melepas
restrain secara berkala,
mempertahankan agar bayi
atau anak tetap diawasi.
Restrain lengan
mencegah bayi atau anak
Setelah pembedahan celah menggaruk alur jahitan,
bibir, instruksikan orang tua atau memasukkan benda di
untuk mengatur posisi bayi dalam mulutnya.
atau anak pada ayunan bayi, Melepaskan restrain
atau dalam posisi miring atau memungkinkan ROM dan
telentang-jangan menekan mencegah gangguan neuro
daerah abdomen-dengan vaskular.
kepala tempat tidur
ditinggikan.
22
Menangis yang lama
menyebabkan tegangan
pada alur jahitan.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi
5. Evaluasi
NO.DX EVALUASI
1. Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi dapat mempertahankan
status nutrisi adekuat yang ditandai oleh kenaikan berat badan bulanan (1/2
hingga 1 kg)
23
2. tanda infeksi yang ditandai oleh suhu tubuh kurang dari 37,8 0 C dan tidak ada
tanda-tanda draynase telinga, batuk, ronchi kasar di lapangan paru, atau
iritabilitas
Orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat tentang kondisi bayi, dapat
3. melibatkan perawatan bayi ke dalam gya hidup normal mereka, serta
mengekspresikan perasaan mereka tentang penampilan bayi
Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi atau anak tetap bebas dari
komplikasi pernapasan yang ditandai oleh memepertahankan pernapasan
lancar, serta frekuens
5.
Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi atau anak dapat
mempertahankan nutrisi adekuat yang ditandai oleh dapat beradaptasi
terhadap diet dan metode pemberian makan yang baru, serta terus mengalami
6. peningkatan berat badan.
Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi atau anak tidak menderita
kerusakan pada integritas kulit yang ditandai oleh insisi tetap utuh, tidak ada
tanda infeksi dan tanda pemulihan
7.
Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi atau anak dapat
mempertahankan tingkat kenyamanan yang ditandai oleh tangisan dan
iritabilitas yang berkurang
8.
Orang tua mengekspresikan pemahaman tentang instruksi perawatan pra
bedah dan pasca bedah di rumah dan mendemonstrasikan prosedur
perawatan di rumah
9.
24
DAFTAR PUSTAKA
25