PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Labiopalatoskisis adalah suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah
mulut, palato skisis (sumbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama perke
B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan labiopalatoskisis ?
Bagaimana klasifikasi labiopalatoskisis ?
1
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan labiopalatoskisis.
Untuk mengetahui klasifikasi labiopalatoskisis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Celahbibirdanlangit-langit(Cleftlipandpalate)adalahsuatu
cacat/kelainan bawaan berupa celah pada bibir, gusi, dan langit-langit. Labio /
Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada
propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada palatum yang terjadi karena
kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003).
Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada
daerah mulut, palato skisis (sumbing palatum) dan labio skisis (sumbing
tulang)untukmenyatuselamaperkembanganembrio(Hidayat,Aziz,
2005:21).
Sumbing Palatum adalah suatu cacat lahir bawaan pada bagian wajah yang
tersebut ada di satu sisi (unilateral) atau kedua sisi (bilateral) dari garis tengah.
B. Klasifikasi
1. Klasifikasi menurut struktur-struktur yang terkena menjadi :
a. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum
durum di belahan foramen insisivum.
b. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior
terhadap foramen.
3
Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum
primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau
bilateral.
Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini
mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot
palatum.
yaitu :
a.Sumbing dari palatum mole saja
4
(A) Celah bibir unilateral tidak komplit, (B) Celah bibir unilateral (C) Celah
bibir bilateral dengan celah langit-langit dan tulang alveolar, (D) Celah
langit-langit. (Stoll et al. BMC Medical genetics. 2004, 154.)
C. Etiologi
Ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan Labio
palatoschizis, antara lain:
1. Faktor Genetik
Merupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat
ditentukan dengan pasti karena berkaitan dengan gen kedua orang tua.
5
gangguan sirkulasi foto maternal juga berpengaruh terhadap tumbuh
kembang organ selama masa embrional.
4. Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah:
a. Jamu
Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat berpengaruh
pada janin, terutama terjadinya labio palatoschizis. Akan tetapi jenis
jamu apa yang menyebabkan kelainan kongenital ini masih belum
jelas. Masih ada penelitian lebih lanjut.
b. Kontrasepsi hormonal.
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi
hormonal, terutama untuk hormon estrogen yang berlebihan akan
menyebabkan terjadinya hipertensi sehingga berpengaruh pada janin,
karena akan terjadi gangguan sirkulasi fotomaternal.
c. Obat – obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama
labio palatoschizis. Obat – obatan itu antara lain :
1) Talidomid, diazepam (obat – obat penenang)
2) Aspirin (Obat – obat analgetika)
3) Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam (cream
pemutih)
5. Faktor lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan Labio
palatoschizis, yaitu:
a. Zat kimia (rokok dan alkohol)
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan alkohol dapat
berakibat terjadi kelainan kongenital karena zat toksik yang
terkandung pada rokok dan alkohol yang dapat mengganggu
pertumbuhan organ selama masa embrional.
b. Gangguan metabolik (DM)
Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit diabetessangat rentan
terjadi kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi fetomaternal. Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat
berpengaruh padatumbuh kembang organ selama masa embrional.
6
c. Penyinaran radioaktif
Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan terapi
penyinaran radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat
mengganggu proses tumbuh kembang organ selama masa embrional.
d. Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang
terinfeksi virus (toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat
berpengaruh terjadinya kelainan kongenital terutama labio
palatoschizis.
6. Faktor usia ibu
Dengan bertambahnya usia ibu sewaktu hamil, maka bertambah pula
resikodariketidaksempurnaanpembelahanmeiosisyangakan
menyebabkan bayi dengan kehamilan trisomi. Wanita dilahirkan dengan
7. Stress Emosional
Korteks adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebih. Pada binatang
8. Trauma
Salah satu penyebab trauma adalah kecelakaan atau benturan pada saat
D. Patofisiologi
Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang
selama fase embrio pada trimester I. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena
kegagalan proses nosal medial dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama
kehamilan 6-8 minggu. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah
palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa
kehamilan 7-12 minggu. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara
7-8 minggu masa kehamilan.
7
PATHWAY
Insufisiensi zat
untuk tumbuh kembang Toksikosis Infeksi GenetiC
selama
Resti
perubahan menjadi
orangtua Gangguan
rasa
nyaman,
nyeri
8
Referensi :
E. Manifestasi Klinis
Pada Labio skisis
Distorsi pada hidung
c. Distorsi hidung
Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan
d.
jari.
Kesulitan dalam menghisap/makan.
e.
f. Distersi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan
Gangguan komunikasi verbal
g.
F. Pemeriksaan Penunjang
a.Pemeriksaan Laboratorium
9
b. Pemeriksaan Diagnosis
1)Foto Rontgen
Pemeriksaan fisik
MRI untuk evaluasi abnormal
G. Penatalaksanaan
Tujuan dan intervensi bedah dan pembedahan adalah memulihkan struktur
anatomi, mengoreksi cacat dan memungkinkan anak mempunyai fungsi yang
normal dalam menelan, bernapas dan berbicara. Pembedahan biasanya
dilakukan ketika anak berumur ± 3 bulan, tetapi pada beberapa rumah sakit
dilakukan segera setelah lahir.
1. Manajemen perawatan celah bibir
a. Perawatan pra bedah
1) Pemberian makan
Pemberian makan pertama kali sukar, tetapi tergantung
pada derajat deformitas yang dialami pada kasus ringan, ada
10
kemungkinan memberi ASI langsung kepada bayi. Jika tidak,
pemberian susu botol mudah dilakukan. Akan tetapi, bila
menghisap susu dari botol sulit dilakukan bayi, makanan dapat
diberikan menggunakan sendok atau biarkan bayi menghisap dari
sendok.
a) Bila celah bibir tidak disertai celah palatum, bayi hanya
mengalami sedikit kesukaran dalam makan atau sama sekali
tidak kesukaran.
b) Jika celah bibir disertai celah palatum, bayi mengalami masalah
bukan saja dalam menelan tetapi juga dalam menghisap karena
palatum yang lengkap dan utuh diperlukan untuk memanifulasi
puting dan menghisap ASI. Regurgitasi ASI melalui hidung
menimbulkan masalah lain yang membahayakan. Inhalasi ASI
harus dicegah dengan mempersiapkan penyedot setiap saat.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi adekuat penting agar menjamin
bahwa bayi dalam keadaan fisik yang baik, mengalami
kenaikan BB dan tidak mengalami anemia. Bila dijumpai
adanya anemia, harus ditangani kapan saja terjadi.
2) Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik sebagai profilaksis bertujuan
menjamin bahwa pada masa pascabedah, anak tidak mengalami
bahaya yang disebabkan oleh mikroorganisme yang telah ada
ataupun yang masuk selama masa bedah dan pascabedah .
3) Persiapan Prabedah
Prinsip manajemen prabedah bertujuan mencapai atau
mempertahankan status fisik yang menjamin bahwa anak mampu
mengatasi trauma akibat intervensi bedah. Tujuan selanjutnya
adalah menghilangkan atau mengurangi terjadinya komplikasi
selama atau setelah pembedahan melalui antisipasi yang saksama
dan pengobatan yang tepat.
4) Perawatan pascabedah
11
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat merawat anak yang
sudah selesai mengalami operasi perbaikan celah bibir meliputi :
a) Imobilisasi lengan merupakan aspek penting perawatan, untuk
mencegah bayi menyentuh garis jahitan
b) Sedasi, anak yang menangis dapat mengingkatkan tegangan
pada garis jahitan. Pemberian sedasi sering kali dianjurkan
untuk mengurangi tegangan, walaupun tegangan sudah
dikurangi dengan mengenakan peralatan seperti busur logam
c) Pembalutan garis sedasi, biasanya jahitan sudah dibuka antar
hari ke-5 dan ke-8. Garis jahitan biasanya ditinggal tanpa
penutup dan kebersihan dipertahankan dengan mengelap area
tersebut dengan air steril atau salin normal setelah selesai
makan.
d) Pemberian makan dapat segera dimulai setelah bayi sadar dan
refleks menelan positif.
2. Manajemen perawatan celah palatum
Saat optimum untuk operasi perbaikan celah palatum tetap merupakan
masalah konvensional. Tindakan pembedahan umumnya dilakukan
sebelum anak mulai berbicara. Sebagian besar ahli bedah plastik
melakukan pembedahan diantara usia 15 dan 18 bulan tetapi beberapa
berpendapat bahwa operasi harus ditunda sampai usia 7 tahun untuk
memungkinkan perkembangan tulang wajah secara lengkap. Operasi lebih
baik dilakukan oleh ahli bedah dengan pengalaman khusus dalam
pekerjaan ini. Infeksi luka harus dicegah dengan antibiotik yang sesuai.
Pemberian makan dapat merupakan masalah yang sulit pada anak
tersebut, karena adanya lubang antara rongga mulut dan hidung. Namun,
pemberian ASI dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Bila pemberian
ASI tidak dapat dilakukan secara langsung, sebaiknya digunakan puting
karet besar yang menutup sebagian lubang palatum. Pembesaran lubang
puting karet dapat menolong banyak anak penderita celah palatum.
Banyak percobaan yang mungkin diperlukan untuk membentuk kebiasaan
makan yang benar. Terkadang, penggunaan pipet mengatasi masalah
12
pemberian makan. Pemberian makan melalui sonde harus dihindari karena
akan menghalangi penggunaan otot orofaring
Diet pascabedah langsung harus terdiri atas cairan jernih, seperti
minuman glukosa. Sekali diberikan diet normal harus terdiri atas makanan
lunak disusul dengan air steril. Makanan keras dan manisan harus
diberikan selama 2/3 minggu setelah pembedahan. Pengangkatan jahitan
biasanya dilakukan di kamar bedah dibawah sedasi diantara hari ke-8 atau
ke-10
Bila kemampuan bicara anak tidak berkembang secara
memuaskan, berikan terapi wicara. Ahli terapi wicara harus dijadikan
sumber konsultasi pada semua kasus dan rencana disusun untuk
memastikan perkembangan bicara yang adekuat. Kuantitas pengobatan
atau latihan yang akan diberikan oleh seorang ahli terapi wicara terbatas,
sehingga beban utama ditanggung oleh ibu. Oleh sebab itu, baik ibu
maupun anak harus ambil bagian dalam pelajaran ini dengan ahli terapi
wicara sehingga ibu dapat melanjutkan terapi dirumah. Melalui latihan
yang cermat, ada kemungkinan bagi anak untuk mencapai tingkat
bercakap yang memungkinkan anak untuk berkomunikasi bebas dengan
orang lain pasa saat mulai sekolah. Orang tua memerlukan dukungan yang
banyak dari unit celah palatum menyimpan album foto gambaran sebelum
dan sesudah dari kasus yang berhasil untuk memperlihatkan kepada orang
tua dan menenteramkannya bahwa bayinya akan terlihat baik setelah
operasi.
3. Pemberian makan dan minum
Pemberian makan dan minum pada pasien dengan labioschisis dan
palatoschisis bertujuan untuk membantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit sesuai program pengobatan.
H. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio palatoschizis adalah:
13
1. Kesulitan berbicara – hipernasalitas, artikulasi, kompensatori. Dengan
adanya celah pada bibir dan palatum, pada faring terjadi pelebaran
sehingga suara yang keluar menjadi sengau.
2. Maloklusi – pola erupsi gigi abnormal. Jika celah melibatkan tulang
alveol, alveol ridge terletak disebelah palatal, sehingga disisi celah dan
didaerah celah sering terjadi erupsi.
3. Masalah pendengaran – otitis media rekurens sekunder. Dengan adanya
celah pada paltum sehingga muara tuba eustachii terganggu akibtnya dapat
terjadi otitis media rekurens sekunder.
4. Aspirasi. Dengan terganggunya tuba eustachii, menyebabkan reflek
menghisap dan menelan terganggu akibatnya dapat terjadi aspirasi.
5. Distress pernafasan. Dengan terjadi aspirasi yang tidak dapat ditolong
secara dini, akan mengakibatkan distress pernafasan
6. Resiko infeksi saluran nafas. Adanya celah pada bibir dan palatum dapat
mengakibatkan udara luar dapat masuk dengan bebas ke dalam tubuh,
14
11. Perubahan harga diri dan citra tubuh. Adanya celah pada bibir dan palatum
serta terjadinya asimetri wajah menyebabkan perubahan harga diri dan
citra tubuh.
15
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pra bedah
1) Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan dalam pemberian makan.
2) Risiko infeksi yang berhubungan dengan kelainan.
3) Risiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan stres
akibat hospitalisasi.
4) Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan pembedahan.
b. Pasca bedah
1) Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan teknik pemberian makan yang baru dan perubahan diet
pascaoperasi.
2) Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan tekhnik
pemberian makan, dan perawatan di rumah
3) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan
5) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan mengeluarkan sekresi sekunder dari palato skisis,
efek anestesi.
3. Perencanaan
Pra bedah
a. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan dalam pemberian makan.
1) Tujuan : Nutrisi yang adequat dapat dipertahankan
2) Kriteria Evaluasi:
a) Adanya peningkatan berat badan
b) Adaptasi dengan metode makan yang sesuai
3) Intervensi :
16
Intervensi Rasional
1. Bantu ibu dalam menyusui, 1. Membantu ibu dalam
bila ini adalah keinginan ibu. memberikan Asi dan posisi
Posisikan dan stabilkan puting puting yang stabil membentuk
susu dengan baik di dalam kerja lidah dalam pemerasan
rongga mulut. susu.
2. Bantu menstimulasi refleks 2. Karena pengisapan di perlukan
ejeksi Asi secara manual / untuk menstimulasi susu yang
dengan pompa payudara pada awalnya mungkin tidak ada
sebelum menyusui
3. Gunakan botol dan dot botol 3. Karena ketidakmampuan seorang
yang sesuai (dot botol yang bayi dengan celah palatum
lunak, dipotong serong; botol- membuat suatu ruangan hampa,
peras atau botol biasa; botol ia dapat mengalami refleks
terutama yang dirancang untuk mengisap yang tidak efektif.
bayi prematur) untuk memberi Penggunakan dot botol, botol
makan pada bayi. yang tepat, memudahkan aliran
cairan sehingga dapat
meningkatkan pemberian makan.
Dot botol khusus yang
diguanakan bergantung pada
tingkat keparahan celah tersebut.
17
6. Sendawakan bayi setelah 6. Bayi perlu disendawakan dengan
setiap pemberian 15 hingga 30 frekuensi yang sering karena
ml susu, tetapi jangan kelainan tersebut dapat
pindahkan dot botol terlalu menyebabkan menelan udara lebih
sering selama pemberian banyak sehingga menimbulkan
makan. rasa tidak nyaman. Melepa dot
botol terlalu sering dapat
melelahkan, atau membuat bayi
frustasi sehingga menyebabkan
pemberian makan tidak komplet.
7. Coba untuk memberi makan 7. Pemberian makan yang lebih lama
selama kira-kira 45 menit atau dapat melelahkan bayi sehingga
kurang untuk setiap kali menyebabkan pencapaian berat
makan. badan yang sangat kurang.
Intervensi Rasional
1.Beri minum bayi sebanyak 5-1.Air dapat membersihkan pasase
18
pemberian makan. mencegah susu mengumpul di
saluran eustasia, yang pada
gilirannya dapat mencegah
pertumbuhan bakteri yang dapat
mengarah pada terjadinya
infeksi.
2. Buang formula atau susu yang 2. Merontokkan dan melepaskan
mengering dengan materi ayng berkerak dalam
menggunakan aplikator yang botol, dapat menjaga agar celah
berujung kapas basah tersebut bersih dan bebas dari
bakteri sehingga mengurangi
resiko infeksi.
3. Setelah setiap pemberian 3. Mengatur posisi bayi dengan
makan, letakkan bayi di cara ini dapat mencegah aspirasi
ayunan bayi atau baringkan yang dapat menimbulkan
bayi di tempat tidurnya pneumonia.
dengan posisi miring kanan
dengan kepala tempat tidur
ditinggikan 30 .
19
Intervensi Rasioanal
1. Beri kesempatan pada orang 1. Kesempatan ini meningkatkan
tua untuk menggendong serta ikatan dan mempersiapkan orang
memeluk bayi, dan dapat tua dalam perawatan bayi di
mempraktikan tugas rumah.
pemberian perawatan sebelum
pemulangan.
2. Anjurkan orang tua untuk 2. Mempersiapkan anggota keluarga
mempersiapkan anggota untuk kedatangan bayi
keluarga, termasuk saudara memungkinkan mereka
kandung dan kerabat lain, beradaptasi dengan penampilan
untuk menyambut kehadiran bayinya, dan memungkinkan
bayi di rumah. Nasihatkan orang tua berfokus pada
mereka untuk menjelaskan kebutuhan bayi yang mendesak.
kepada seluruh anggota
keluarga, tentang penampilan
bayi dengan menggunakan
istilah sederhana,
memperlihatkan kepada
mereka gambar, dan meminta
mereka mengunjungi bayi di
rumah sakit.
20
meminta bantuan dari anggota dalam perawatan bayi dan
keluarga yang lain atau dari pemberian makan dapat memberi
teman saat memberi makan orang tua kesempatan
dan perawatan bayi. beristirahat, serta berfokus pada
kebutuhan mereka sendiri.
5. Rujuk orang tua ke kelompok 5. Kelompok pendukung memberi
pendukung yang tepat serta kesempatan pada orang tua untuk
pusat kraniofasial, jika ada. berbagi perasaan dan pengalaman
dengan orang lain, yang juga
memiliki situasi sama, dapat
mengurangi kecemasan dan
meningkatkan ketrampilan
koping serta ketrampilan
penyelesaian masalah. Pusat
kraniofasial memiliki pengalam
dalam memberi perawatan bagi
anak-anak dengan celah palatum
atau celah bibir.
21
pembedahan, serta penampilan dapat mengurangi kecemasan.
anak yang diharapkan saat
pascaoperasi.
3. Demonstrasikan kepada orang 3. Mendemostrasikan teknik
tua teknik pemberian makan pemberian makan dan
yang benar, untuk dipraktekan menggunakan restrain lengan
setelah pembedahan membantu orang tua mengenal
(meletakkan slang pada perawatan pascaoperasi sehingga
mukosa bukal dan mengalirkan dapat mengurangi rasa cemas.
cairan sedikit demi sedikit
melalui spuit); minta mereka
untuk mempraktikan teknik
tersebut. Juga demonstrasikan
penggunaan restrain yang
benar pada lengan sehingga
mencegah bayi atau anak
menyentuh dan mengaggu
insisi.
Pasca bedah
a. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
mengeluarkan sekresi sekunder dari palato skisis, efek anestesi.
1) Tujuan : Jalan nafas efektif
2) Kriteria Evaluasi :
a) Anak bebas dari aspirasi
b) Pernafasan teratur
c) Bunyi nafas Vesikuler
22
3) Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji status pernapasan bayi 1. Tanda distres ini dapat
atau anak setiap 4 jam untuk mengindikasikan pneumonia,
mendeteksi suara napas yang yang membutuhkan terapi
abnormal, sianosis, retraksi, antibiotik.
mendengkur, atau pernapasan
cuping hidung.
2. Atur ulang posisi bayi atau 2. Pengaturan-kembali posisi
anak setiap 2 jam. Setelah dapat meningkatkan drainase
pembedahan celah bibir, bayi sekresi paru.
atau anak dapat diletakkan
dengan baik di ayunan bayi
23
b. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan tekhnik
pemberian makan, dan perawatan di rumah
1) Tujuan : Orang tua dapat memahami metode pemberian makan
pada anak
2) Kriteria Evaluasi :
a) Orang tua dapat mendemonstrasikan metode pemberian
makan pada anak
b) Orang tua dapat memahami perawatan dan pengobatan
setelah pembedahan
3) Intervensi :
b) Orang tua dapat mendemonstrasikan metode pemberian
makan pada anak
Intervensi Rasional
1. Jelaskan pada orang tua sifat 1. Penjelasan yang demikian dapat
dari kelainan dan kebutuhan mengurangi kecemasan, dan
untuk perawatan lanjutan. meningkatkan kepatuhan
terhadap terapi yang
diprogramkan dan pembedahan
selanjutnya.
2. Ajarkan orang tua dari bayi 2. Karena kelainan tersebut, orang
yang mengalami celah bibir tua perlu memberi perhatian
atau celah palatum, tentang khusus saat pemberian makanan
24
b. Atur posisi dot botol
b. Meletakkan dot botol dengan
didalam mulut bayi
cara demikian, dapat
berlawanan arah dengan
menstimulasi gerakan
celah dan mengarah ke
“menyedot” yang digunakkan
bagian belakang lidah.
bayi untuk mngisap cairan
dari dalam botol.
c. Pertahankan bayi dalam
c. Mengatur posisi bayi tegak
posisi tegak atau semi
atau semi fowler dapat
fowler
mencegah regurgitasi per
nasal dan tersedak
d. Sendawakan bayi setelah
d. Menyendawakan dengan
setiap pemberian 15-30 ml.
sering dapat mengurangi
jumlah udara yang ditelan
selama pemberian makan
sehingga mengurangi rasa
tidak nyaman bayi.
e. Bersihkan celah segera
e. Membersihkan celah segera
setelah pemberian makan.
setelah pemberian makan
dapat mengurangi resiko
infeksi.
3. Jelaskan kepada orang tua
3. Bayi mungkin memerlukan
tentang tujuan dan
pemantauan terhadap apnea,
pembinaan penggunaan
untuk mendeteksi episode
alat pantau apnea, jika alat
apnea yang berhubungan
pantau diprogramkan
dengan kesulitan pernapasan
untuk penggunaan di
akibat aspirasi pemberian
rumah.
makan.
c) Orang tua dapat memahami perawatan dan pengobatan setelah
pembedahan
Intervensi Rasional
1.Ajarkan orang tua tentang teknik1.Menggunakansendokmakan
25
a. Gunakan sendok, buka garpu,
untuk cairan dapat mengurangi
untuk memberi anak makanan
risiko trauma pada alur jahitan.
lunak, serta souit berujung
Menggunakan sedotan dapat
karet atau mangkuk (jika
membahayakan alur jahitan.
memungkinkan) untuk
memberi bayi atau anak
cairan.
b. Jangan biarkan anak
menggunakan sedotan.
2. Ajarkan orang tua cara merawat
2. Perawatan alur jahitan yang
alur jahitan :
benar dapat memastikan
a. Gunakan larutan salin dan
kebersihan sehingga
aplikator berujung kapas
mengurangi risiko infeksi, dan
26
bahwa mereka harus
bayi atau anak menggaruk
mempertahankan lengan bayi
alur jahitan, atau
atau anak terfiksasi. Jelaskan
memasukkan benda di
bahwa mereka harus melepas
dalam mulutnya.
restrain secara berkala,
Melepaskan restrain
mempertahankan agar bayi atau
memungkinkan ROM dan
anak tetap diawasi.
mencegah gangguan
neurovascular.
5. Setelah pembedahan celah bibir,
3. Mengatur posisi bayi atau
instruksikan orang tua untuk
anak melalui cara ini,
mengatur posisi bayi atau anak
mencegahnya
pada ayunan bayi, atau dalam
menggosokkan bibir ke
posisi miring atau telentang
linen tempat tidur.
membantu mempertahankan
27
kesehatan optimal
8. Diskusikan kemungkinan Anak-anak dengan celah palatum
perawatan lanjutan di pusat dapat mengalami hambatan wicara
kraniofasil regional jika dan masalah struktur geligi
b) Tidak labil
c) Tidak gelisah
3) Intervensi:
Intervensi Rasional
1.Kajibayiatauanakuntuk1.Bayi atau anak mungkin terlalu
mengetahui iritabilitas muda usianya untuk
kehilangan selera makan, dan memeriksakan rasa tidak
kegelisahan setiap 2 jam setelah nyamanmelalui kata-kata;
pembelahan. petunjuk perilaku adalah satu-
28
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan
1) Tujuan : Anak tidak memperlihatkan kerusakan pada kulit
2) Kriteria Evaluasi :
a) Insisi tetap utuh
b) Tidak ada tanda infeksi
c) Terdapat tanda-tanda penyembuhan
3) Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan alur sutura 1. Perawatan alur jahitan yang
berikut ini setelah pemberian tepat menjamin tercapainya
makan, dan sesuai kebutuhan: kebersihan, mencegah
a. Bersihkan garis sutura dengan pemisahan sutura,
menggunakan larutan salin mengurangi resiko infeksi,
29
memastikan sirkulasi yang
adekuat, dan latihan ROM
mencegah kekuatan dan
kontaktur otot.
30
c) Demonstrasikan pada orang tua cara pemberian makan pada
bayi atau anak
d) Ajarkan melakukan bonding pada anak
f. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan anak dengan labio palato skizis
didasarkan pada rencana yang telah ditentukan dengan prinsip:
a. Mempertahankan Nutrisi adekuat
b. Mencegah Infeksi
c. Mempersiapkan orang tua untuk dapat mengatasi stres akibat
hospitalisasi
d. Mempersiapkan orang tua untuk dapat mengatasi rasa cemas.
e. Mencegah aspirasi dan obstruksi jalan nafas dan mempertahankan
kepatenan pada jalan nafas
f. Mempersiapkan orang tua untuk menerima keadaan bayi/ anak dan
perawatan di rumah
g. Meningkatkan rasa nyaman
h. Mempertahankan keutuhan kulit
i. Meningkatkan bonding orang tua-anak dan partisipasi dalam
perawatan
g. Evaluasi
Setelah tindakan keperawatan dilakukan evaluasi proses dan hasil
mengacu pada kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing-masing
keperawatan sehingga : masalah teratasi atau tujuan tercapai
a. Masalah teratasi atau tujuan tercapai sebagian.
b. Masalah tidak teratasi atau tujuan tidak tercapai.
31
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Tanggal dan waktu pengkajian : 12 September 2016 pukul 09.10 WIB.
b. Pengumpulan data dengan observasi secara langsung, bertanya pada
Ayah
1) Nama Ayah : Tn. H
2) Umur : 40 tahun
3) Alamat : RT 8/2, Manggis, Mojosongo, Boyolali
4) Pendidikan : SMA
5) Kebangsaan : Indonesia
6) Pekerjaan : Swasta
7) Agama : Islam
32
e. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal
Jumlah Pemeriksaan ke bidan sebanyak 3x
(TM1=0,TM2=1x,TM3=2x) di bidan desa. Melakukan imunisasi
Nilai APGAR
0 1 2
33
Tonus ototLemas Sedikit Pergerakan1 1 2
fleksi aktif
f. Pola Kesehatan
1) Pola Eliminasi
a) BAB : belum
b) BAK : belum
2) Pola Nutrisi
a) Bayi terpasang Orogastric Tube ( OGT ) pada mulut sejak tanggal
11 September 2016 jam 16.00, nutrisi diberikan melalui Sonde
berupa ASI ±5cc/3 jam dan masih terdapat residu ±1cc saat
diberikan ASI melalui sonde Parenteral berupa Infus D 10%
11cc/jam.
3) Pola Hygiene / Kebersihan Diri
a) Selama di RS, bayi setiap hari dimandikan oleh perawat dengan
menggunakan waslap basah kemudian dikeringkan dengan handuk.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda Vital
a) DJ : 144 x/menit (teratur)
b) Suhu : 37,6°C
c) Respirasi : 60 x/menit ( tidak teratur)
2) Antropometri
a) Berat Badan : 2800 gram
b) Panjang Badan : 45 cm
34
c) Lingkar Kepala : 32 cm
d) Lingkar Dada : 31 cm
3) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
35
I : Ictus Cordis terlihat pada ICS ke-5
P : Teraba Ictus Cordis pada ICS ke-5
P : Batas Atas : ICS II Parasternal kiri
Batas kanan : ICS IV Parasternal kanan
h) Abdomen
I : Bentuk abdomen bulat lonjong, tidak terlihat asites
A : Terdengar bising usus 11 x/menit
P : Tidak terdapat distensi abdomen
P : Suara timpani
i) Tali pusat
Tali pusat Masih basah, tampak layu, terdapat 2 arteri 1 vena dan
terpasang Infus via Umbilikal sejak tanggal 16 juni 2012 pukul
16.00 yaitu D 10% 11cc/jam.
j) Genetalia
Alat kelamin mengalami Micropenis, Testis belum turun, skrotum
belum terlihat
k) Ekstremitas
1) Atas :
Pergerakan : Baik
Jari tangan kanan/kiri : Terdapat Polidactili pada kedua tangan
dan jari-jari tambahan yang tumbuh tidak terdapat tulang hanya
seperti daging tumbuh yang menyerupai jari
Reflek menggenggam : ada, lemah
36
Warna :merah muda
2) Bawah
Pergerakan : baik
Jari kaki kanan/kiri : Terdapat polidactili pada kedua kaki
l) Integumen
Warna kulit merah muda, tidak terdapat cyanosis, tekstur kulit
halus
m) Anus
Mempunyai lubang anus
n) Refleks primitive
Moro: ada respon, pada saat diberi respon reflek kejut pada kaki
dan tangan bayi menjadi kaget, bayi terkejut.
Grasping: adanya reflek, pada saat diberi benda pada tangan bayi
37
Natrium 138 mEq 134-150 mEq
h. Data Fokus
Data Subyektif Data Obyektif
1. Bibir Mengalami distorsi, Palatum terbelah
2. Respirasi: 60 x/menit ( tidak teratur)
3. DJ : 144 x/menit (teratur)
4. Suhu : 37,6o C
5. Bayi terpasang Orogastric Tube ( OGT )
pada mulut sejak tanggal 11 September 2016
jam 16.00
6. Antropometri
Berat Badan : 2800
gram Panjang Badan : 45cm
Lingkar Kepala : 32 cm
Lingkar Dada : 31 cm
7. Lubang hidung: Ada dan kedua lubang
hidung mengalami distorsi
8. Tali pusat Masih basah, tampak layu,
terdapat 2 arteri 1 vena dan terpasang Infus
via Umbilikal
9. Nutrisi diberikan melalui Sonde berupa ASI
±5cc/3 jam dan Parenteral D 10% 11cc/jam.
10. Diit OGT ASI 7x 5cc/hari
11. Terdapat suara nafas tambahan berupa
ronchi kering
12. Terpasang Infus via Umbilikal sejak tanggal
11 September 2016 pukul 16.00
13. Terdengar bising usus 11 x/menit
14. Warna kulit merah muda
15. Masih terdapat residu ±1cc saat diberikan
ASI melalui sonde
terlihat retraksi dada, dan terlihat dispneu
16. Terdapat secret pada mulut dengan warna
coklat kemerahan
38
i. Analisa Data
No. Data Problem Etiologi
Dx
I DO: Resiko Bibir Mengalami
a. Bibir Mengalami distorsi, Palatum Aspirasi distorsi, Palatum
terbelah terbelah
b. Masih terdapat residu ±1cc saat
diberikan ASI melalui sonde
c. Terdengar bising usus 11 x/menit
d. Bayi terpasang Orogastric Tube ( OGT )
pada mulut sejak tanggal 11 September
2016 jam 16.00
DS : -
II DO : Bersihan Penumpukan
a. Respirasi: 60 x/menit ( tidak teratur) Jalan Sekret yang
b. DJ : 144 x/menit (teratur) Nafas berlebih
c. Terdapat suara nafas tambahan berupa Tidak
39
Lubang hidung: Ada dan kedua lubang
hidung mengalami distorsi
TerpasangInfusviaUmbilikalsejak
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko Aspirasi berhubungan dengan bibir mengalami distorsi,
palatum terbelah
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekret yang berlebih
c. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk memasukkan nutrisi oleh karena factor fisik
d. Kecacatan dan tindakan invasif berhubungan dengan resiko infeksi
3. INTERVENSI
IV Resiko Infeksi
40
III Perubahan
1. Ukur Residu dan memasukkan sonde
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
IV Resiko Infeksi 1. Berikan injeksi Ampisilin 150mg
Gentamicin 16mg
2. Observasi KU dan Memonitor TTV
3. Bersihkan inkubator
4. Ukur suhu
5. Lakukan tindakan asertif sebelum
memegang bayi : mengganti
popok dan pampers
6. Observasi tali pusat
Rabu, 14 I Resiko Aspirasi 1. Ukur Residu dan memasukkan sonde
September 2. Observasi KU dan Memonitor TTV
2016
II Bersihan Jalan 1. Observasi KU dan Memonitor TTV
Nafas Tidak 2. Lakukan oral hygiene yaitu
Efektif membersihkan lendir pada
daerah
mulut
41
Nutrisi kurang 2. Matikan LT
dari kebutuhan
tubuh
IV Resiko Infeksi 1. Observasi KU dan Memonitor TTV
2. Bersihkan inkubator
3. Lakukan tindakan asertif sebelum
memegang bayi : mengganti
popok dan pampers
4. Ukur suhu
5. Berikan injeksi Ampisilin 150mg
42
5. Berikan injeksi Adrenalin 0,3 cc
III Perubahan 1. Periksa GDS
Nutrisi kurang 2. Pasang Infus D 10%
dari kebutuhan 3. Alirkan OGT
tubuh 4. Berikan injeksi Adrenalin 0,3cc
IV Resiko Infeksi 1. Berikan Injeksi Asam Traneksamat
30 mg Ranitidine 2,5mg
2. Berikan injeksi Adrenalin 0,3cc
3. IMPLEMENTASI
Paraf
dan
Hari/Tanggal Jam No.Dx Implementasi Hasil
Nama
Terang
Senin, 12 09.00 I, II Mengobservasi KU KU :
September , dan Memonitor Lemah
2016 IV TTV :
TTV
HR : 148
x/menit RR :
60x/menit
T : 37,60C
09.00 III Memberikan susu Residu : 1cc
formula sebagai Sonde : 3cc
pengganti ASI
10.00 II Melakukan suction Secret keluar
dengan tekanan bewarna coklat
rendah kemerahan
12.00 III Memotivasi ibu Ibu mengatakan
untuk memeras ASInya belum
ASI nya keluar
14.00 I, II Mengobservasi KU :
, KU dan Lemah
IV Memonitor TTV TTV :
HR : 140
x/menit RR :
64x/menit T :
38,10C
14.30 III Memotivasi ibu Ibu mengatakan
untuk memeras kolustrum sudah
ASInya keluar sekitar
15.00 I,III Mengukur Residu 5cc Residu :
dan memasukkan 0,5cc Sonde :
sonde 3cc
43
16.00 II Memonitor headbox Headbox terpasang
dengan oksigen
7L/menit
18.00 I, III Mengukur Residu Residu : -
dan memasukkan Sonde : 3cc
sonde
18.05 IV Memberikan Injeksi Obat masuk via IV
Ampisilin 150 mg
19.00 II Mengakultasi suara Masih terdengar
nafas suara nafas
tambahan ronchi
21.00 I, III Mengukur Residu kering
dan memasukkan Residu : -
sonde Sonde : 4cc
Selasa, 00.00 I, III Mengukur Residu
13 dan memasukkan Residu : -
September sonde Sonde : 4cc
2016 03.00 I, III Mengukur Residu
dan memasukkan Residu : -
Sonde : 4cc
sonde
06.00 I, III Mengukur Residu
dan memasukkan Residu : -
sonde Sonde : 4cc
06.05 IV Memberikan injeksi
Ampisilin 150mg Obat masuk via IV
Gentamicin 16mg
07.30 I, II Mengobservasi KU :
, KU dan Lemah
IV Memonitor TTV TTV :
HR : 148
x/menit RR :
60x/menit T :
36,70C
08.00 IV Membersihkan Incubator
inkubator dibersihkan dengan
air bersih dan di lap
dengan kain
08.30 II Melakukan oral Lendir telah
hygiene yaitu dibersihkan
membersihkan menggunakan kassa
lendir pada steril yang di basahi
daerah mulut dengan air hangat
44
dan Sonde : 5cc
memasukkan
sonde
10.00 IV Mengukur suhu Suhu : 36,60C
12.00 I, III Mengukur Residu Residu : -
dan memasukkan Sonde : 5cc
sonde
13.00 IV Melakukan Pasien Nampak
tindakan asertif BAB mengeluarkan
sebelum mekonium dan
memegang bayi : pasien tampak BAK
mengganti popok dan dibersiskan
dan pampers dengan larutan
saflon pada daerah
anus
14.30 I, II Mengobservasi KU :
, KU dan Lemah
IV Memonitor TTV TTV :
HR : 148
x/menit RR :
60x/menit
0
T : 36,7 C
15.00 I, III Mengukur Residu Residu : -
dan memasukkan Sonde : 5cc
sonde
16.00 IV Mengobservasi tali Tali pusat terlihat
pusat masih sedikit basah
dan terbungkus
kasa dan terpasang
18.00 I, III Mengukur Residu infus Residu : -
dan memasukkan Sonde : 5cc
sonde
18.05 IV Memberikan injeksi Obat masuk via IV
Ampisilin 150mg
18.30 IV Mengukur suhu Suhu 360C
19.30 II Mengakultasi suara Masih terdengar
nafas suara nafas
tambahan ronchi
20.00 IV Melakukan kering
tindakan asertif Pasien nampak BAB
sebelum mengeluarkan
memegang bayi : mekonium dan
mengganti popok pasien tampak BAK
dan pampers dan dibersiskan
dengan larutan
saflon
45
21.00 I, III Mengukur Residu Residu : -
dan memasukkan Sonde : 6cc
sonde
Rabu, 00.00 I, III Mengukur Residu Residu : -
14 dan memasukkan Sonde : 6cc
September sonde
2016 03.00 I, III Mengukur Residu Residu : -
dan memasukkan Sonde : 6cc
sonde
06.00 I, III Mengukur Residu Residu : -
dan memasukkan Sonde : 6cc
sonde
06.05 IV Memberikan injeksi Obat masuk via IV
Ampisilin 150mg
Gentamicin 16mg
07.30 I, II Mengobservasi KU :
, KU dan Lemah
IV Memonitor TTV :
TTV HR : 148
x/menit RR :
64x/menit
T : 370C
08.00 IV Membersihkan Incubator
inkubator dibersihkan dengan
air bersih dan di lap
dengan kain
08.30 II Melakukan oral Lendir telah
hygiene yaitu dibersihkan
membersihkan menggunakan kassa
lendir pada steril yang di basahi
daerah mulut dengan air hangat
09.00 I, III Mengukur Residu Residu : -
dan memasukkan Sonde : 7cc
sonde
10.00 IV Melakukan Pasien Nampak
tindakan asertif BAB mengeluarkan
sebelum mekonium dan
memegang bayi : pasien tampak BAK
mengganti popok dan dibersiskan
dan pampers dengan larutan
saflon pada daerah
anus
10.30 IV Mengukur suhu Suhu 370C
46
Fototerapi selama 12jam
12.00 I, III Mengukur Residu Residu : -
dan memasukkan Sonde : 7cc
sonde
13.00 II Memonitor headbox Headbox terpasang
d e n ga o ksigen
8 L /m en it
14.00 I, II, IV Mengobservasi KU KU :
dan Memonitor Lemah
TTV TTV :
HR : 160
x/menit RR :
15.00 I, III Mengukur Residu 64x/menit T :
dan memasukkan 37,10C
sonde Residu : -
16.00 IV Melakukan Sonde : 8cc
tindakan asertif
sebelum memegang Pasien nampak BAB
bayi : mengganti mengeluarkan
popok dan pampers mekonium dan
pasien tampak
BAK
17.00 II Melakukan suction dan dibersiskan
dengan tekanan dengan larutan
rendah saflon pada daerah
anus Secret keluar
18.00 IV Memberikan injeksi
bewarna coklat
Ampisilin 150mg
kemerahan
18.05 I, III Mengukur Residu
Obat masuk via IV
dan memasukkan
sonde
Residu : -
19.30 II Mengakultasi suara
Sonde : 8cc
nafas
Masih terdengar
21.00 I, III Mengukur Residu
suara nafas
dan memasukkan
tambahan ronchi
sonde
kering
23.00 III Mematikan LT
Residu : -
00.00 I, III Mengukur Residu
Sonde : 10cc
dan memasukkan
sonde
Residu : -
Sonde : 10cc
47
15
September dan memasukkan Sonde : 10cc
2016 sonde
06.00 I, III Mengukur Residu Residu : 1cc
dan memasukkan Sonde : 10cc
sonde
06.00 III D i ku k a n
se lam a 1 2
M el ak u k an
Fo t o t e ra p i f o toterapi Obat
ja m
06.05 IV Memberikan injeksi
masuk via IV
Ampisilin 150mg
Gentamicin 16mg
07.00 I, II Mengobservasi KU :
, KU dan Lemah
IV Memonitor TTV TTV :
HR : 148
x/menit RR :
64x/menit T :
37,20C
08.00 IV Membersihkan Incubator
inkubator dibersihkan dengan
air bersih dan di lap
dengan kain
08.30 II Melakukan oral Lendir telah
hygiene yaitu dibersihkan
membersihkan menggunakan kassa
lendir pada steril yang di basahi
daerah mulut dengan air hangat
09.00 I, III Mengukur Residu Residu : 1cc
dan memasukkan Sonde : 10cc
sonde
10.30 IV Melakukan Pasien Nampak
tindakan asertif BAB mengeluarkan
sebelum mekonium dan
memegang bayi : pasien tampak BAK
mengganti popok dan dibersiskan
dan pampers dengan larutan
saflon pada daerah
anus Secret keluar
11.30 II Melakukan suction bewarna coklat
dengan tekanan kemerahan
rendah Residu : 1cc
12.00 I, III Mengukur Residu Sonde : 10cc
dan memasukkan
sonde
48
dengan oksigen
7L/menit
14.00 I, II Mengobservasi KU : Lemah
, KU dan TTV : HR :
IV Memonitor TTV 144
x/menit
RR : 68x/menit
S : 37,50C
15.00 I, III Mengukur Residu Residu : 1cc
dan memasukkan Sonde : 10cc
sonde
16.00 II Melakukan suction Secret keluar
dengan tekanan bewarna coklat
rendah kemerahan
17.00 IV Mengukur suhu Suhu 37,50C
18.00 III Mematikan LT
18.05 I, III Mengukur Residu Residu : -cc
dan memasukkan Sonde : 10cc
sonde
18.10 IV Memberikan injeksi Obat masuk via IV
Ampisilin 150mg
19.00 II Mengakultasi suara Masih terdengar
nafas suara nafas
tambahan ronchi
kering
20.00 I, II Mengobservasi KU : Lemah
, KU dan TTV : HR : 148
IV Memonitor TTV x/menit
RR : 64x/menit
T : 37,20C
21.00 I, III Mengukur Residu Residu : -cc
dan memasukkan Sonde : 12cc
sonde
22.00 IV Melakukan Pasien nampak BAB
tindakan asertif mengeluarkan
sebelum mekonium dan
memegang bayi : pasien tampak BAK
mengganti popok dan dibersiskan
dan pampers dengan larutan
saflon pada daerah
Jum’at, anus Residu : -cc
16 00.00 I, III Mengukur Residu Sonde : 12cc
dan memasukkan
September
sonde
49
2016 03.00 I, III Mengukur Residu Residu : -cc
dan memasukkan Sonde : 13cc
sonde
05.30 IV Memandikan pasien Pasien dimandikan
menggunakan
w s h la p dengan air
han g a t
05.45 IV Melakukan Tali pusat sudah
perawatan pada mulai kering dan
tali pusat masih terpasang
infus berupa 3 way
dengan IVFD
COBRA dengan
kecepatan 11,3cc/jam
06.00 I, III Mengukur Residu Residu : -cc
dan memasukkan Sonde : 13cc
sonde
06.05 IV Memberikan injeksi Obat masuk via IV
Ampisilin 150mg
07.00 I, II Mengobservasi KU : Lemah
, KU dan TTV : HR :
IV Memonitor TTV 148
x/menit
RR : 64x/menit
T : 37,20C
08.00 IV Membersihkan Incubator
inkubator dibersihkan dengan
air bersih dan di lap
dengan kain
08.30 II Melakukan oral Lendir telah
hygiene yaitu dibersihkan
membersihkan menggunakan kassa
lendir pada steril yang di basahi
daerah mulut dengan air hangat
09.30 I, III Mengukur Residu Residu : -cc
dan memasukkan Sonde : 13cc
sonde
09.40 III Melakukan Telah terpasang
fototerapi LT selama 7jam
10.00 IV Mengukur suhu Suhu 36,80C
12.00 I, III Mengukur Residu Residu : -cc
dan memasukkan Sonde : 15cc
50
sonde
13.00 II Melakukan suction Secret keluar
dengan tekanan bewarna coklat
rendah kemerahan
14.00 I, II Mengobservasi KU KU : Lemah
51
IV Asam Traneksamat
30mg
Ranitidine 2,5mg
Melakukan RJPBayi tetap apnoe Memberikan injeksiObat masuk via IV
13.00 II
13.10 I, II ,
14.10Pasien mengalami
gagal nafas dan akhirnya pasien meninggal dunia.
4. EVALUASI
Hari/Tanggal No.D Evaluasi
x
Selasa, I S:-
13 O: - Residu lambung : -
September - Bayi tidak tersedak
2016 A: Masalah Belum
Jam 14.00 Teratasi P: Lanjutkan
Intervensi
- Monitor Residu
- Monitor respon bayi sesudah
disonde II S:-
O: - Masih terdapat sekret pada daerah mulut
- RR : 68 x/menit
- Suara Nafas : Ronchi kering
- Masih terpasang O2 Headbox : 7L
permenit A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
- Monitor jalan nafas
- Monitor Respiratory Rate
Kamis, - Monitor Suara Nafas
15 - Lakukan Suction jika terdapat sekret yang
September berlebihan III S : -
2016
O : - Berat Badan : 2700 gr
Jam 14.00
- Lingkar Dada : 31 cm
- Nutrisi masih diberikan melalui sonde berupa ASI 10cc dan
parenteral berupa IVFD kombinasi D1/4S 470cc + D40% 30cc
+ KCl 5cc + Ca Glukonas 5cc dengan kecepatan 11,3 cc/jam
52
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor Status Nutrisi Pasien
- Berikan Nutrisi personde
IV S:-
O: - Tidak terdapat tanda – tanda infeksi seperti kemerahan, keluar
pus atau bengkak
- T : 37,7 0C
A: Masalah teratasi
sebagian P: Lanjutkan
Intervensi
- Jaga kebersihan sekitar inkubator
- Dressing infus
- Lakukan teknik aseptik – antiseptik saat sebelum dan sesudah
Sabtu, memegang bayi
17 Pasien meninggal dunia pada jam 14.10 karena mengalami
September Hipoglikemia dengan GDS terakhir pada jam 06.00 yaitu 61 mg/dL
2016 dan distress pernafasan sehingga pasien mengalami Apnoe. Tindakan
Resusitasi yang dilakukan ialah RJP pada pukul 13.00, namun bayi
masih mengalami Apnoe. Kemudian oleh dokter diberikan Injeksi
Adrenalin 0,3 cc. Tapi pada pukul 14.10 bayi meninggal.
53
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Celahbibirdanlangit-langit(Cleftlipandpalate)adalahsuatu
cacat/kelainan bawaan berupa celah pada bibir, gusi, dan langit-langit. Labio / Palato skisis merupakan kongenital
struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167).
lingkungan.
Manifestasi klinis labiopalatoskisis antara lain deformitas pada bibir,
kesukaran dalam menghisap/makan, kelainan susunan archumdentis.
Pemeriksaanpenunjangyangdapatdilakukanadalahpemeriksaan
penunjang dan pemeriksaan diagnosis.
B. Saran
Bagi masyarakat khususnya ibu hamil dapat sesering mungkin untuk
memeriksakan kehamilannya dan menghindari seminimal mungkin hal-hal
yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan kongenital pada janin atau
organ yang dikandungnya.
54
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika
Suriadi dan Rita. (2001). Asuhan Keperawatan Anak. Edisi 1. Jakarta : CV.
Agung Seto.
55