Anda di halaman 1dari 14

Nama: Brylian Mayliano Firdaus

Nim: 202110420311081

Kelas: PSIK B

Kelompok: 2

DAFTAR ISI

Nama: Brylian Mayliano Firdaus ............................................................................................. 1


Nim: 202110420311081 ........................................................................................................... 1
Kelas: PSIK B........................................................................................................................... 1
Kelompok: 2 ............................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 1
1. Pengertian labioskizis dan pataloskizis .......................................................................... 2
2. Etiologi ............................................................................................................................ 3
3. Faktor faktor labioskizis dan pataloskizis ........................................................................ 3
4. Klasifikasi labioskizis dan pataloskizis ............................................................................ 5
5. Masalah yang timbul akibat labioskizis dan pataloskizis ................................................. 6
6. Tata laksana labioskizis dan pataloskizis ......................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 13

1
1. Pengertian labioskizis dan pataloskizis

Bentuk kelainan sejak lahir atau cacat bawaan yang disebut labioskizis terdiri dari
celah pada bibir atas yang dapat menyebar ke gusi, rahang, dan langit-langit rongga
mulut. Ini terjadi pada trimester pertama karena mesoderm tidak terbentuk di area
tersebut, yang menyebabkan proses nasalis dan maksilaris yang telah menyatu pecah lagi.
Orang awam sering menyebutnya bibir sumbing.
Bibir sumbing adalah kelainan bentuk yang disebabkan oleh kegagalan fusi prosesus
hidung tengah dan rahang atas selama perkembangan embrio. Bibir sumbing merupakan
suatu kondisi dimana terdapat celah abnormal pada bibir atau langit-langit mulut akibat
pembentukan organ yang kurang optimal pada masa kehamilan (Koamesah, 2021).
Berdasarkan hasil penelitian literatur, diketahui bahwa bibir sumbing merupakan suatu
keadaan bawaan dimana terdapat cacat atau celah (paitum) pada bibir dan langit-langit
mulut yang disebabkan oleh kelainan fusi pada masa pertumbuhan intrauterin (rahim).
periode . Gangguan fusi biasanya terjadi pada trimester pertama kehamilan dan mungkin
disebabkan oleh faktor nutrisi, terutama kekurangan asam folat, atau penggunaan
beberapa obat dalam jangka panjang atau faktor keturunan.
Ada teori yang menjelaskan bahwa bibir sumbing disebabkan oleh kegagalan fusi
antara hidung medial dan hidung lateral. Namun teori infiltrasi mesodermal menjelaskan
bahwa awalnya terdapat dua lapisan epitel pada wajah, hingga terjadi transisi mesodermal
antara kedua lapisan epitel tersebut sehingga terjadi proses pembentukan wajah.
Kegagalan migrasi mesodermal mengakibatkan bibir sumbing atau cleft lip. Mekanisme
genetik yang terlibat dalam bibir sumbing mungkin terlibat dalam proliferasi sel,
diferensiasi sel, apoptosis sel, dan terutama migrasi puncak saraf. Jika kelainan genetik
menghambat perkembangan sel saraf atau mengurangi jumlah sel saraf sehingga tidak
terjadi kontak antar proyeksi wajah.
Ada tiga jenis cacat bibir sumbing yang berbeda, menurut Kummer (2018). Bibir
sumbing (CL) terjadi hanya pada bibir, cleft palate (CP) terjadi pada daerah langit-langit
mulut, dan cleft lip palate (CLP) terjadi secara keseluruhan. dari bibir ke langit-langit
mulut (Kusuma, 2022). hanya pada satu sisi. Cacat tersering terjadi pada sisi kiri. Kasus
sumbing dengan celah di langit-langit Sumbing secara umum terjadi pada 70% kasus
sumbing unilateral dan 85% kasus sumbing bilateral.
2
2. Etiologi

Berbagai faktor dihubungkan dengan perkembangan labioskizis dan palatoskizis,


serta labiopalatoskizis berbeda baik secara perkembangan maupun. Sebagian besar kasus
muncul sesuai dengan konsep keturunan multifaktor yang ditandai dengan peningkatan
insidensi pada saudara dan kembar monozigot (Muscary 2005). Labioskizis dan
palatoskizis nyata sekali berhubungan erat secara embriologis, fungsional dan genetik.
Labioskizis muncul akibat adanya hipoplasia lapisan mesenkim, menyebabkan kegagalan
penyatuan prosesus nasalis media dan prosesus maksilaris. Palatoskizis muncul akibat
terjadinya kegagalan dalam mendekatkan atau memfusikan lempeng palatum (Arvin
2004).

3. Faktor faktor labioskizis dan pataloskizis

Beberapa artikel mencatat bahwa etiologi bibir sumbing, atau Labioschisis dan
palatoschisis, telah diketahui, namun tampaknya merupakan kombinasi multifaktorial
antara faktor genetik dan lingkungan:
a) Genetik 22%: Faktor ini biasanya diturunkan secara genetik dari riwayat mutasi
genetik keluarga. Oleh karena itu, pada saat anamnesis, sangat penting untuk
menanyakan kepada pasien apakah ada riwayat penyakit ini dalam keluarga.
b) Lingkungan 78% : faktor yang dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya akibat
obat-obatan teratogenik selama kehamilan; asetazol atau aspirin. Penuaan pada bibir
dan langit-langit mulut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti geografi, ras, jenis
kelamin, budaya dan juga faktor sosial ekonomi. Pertumbuhan, latar belakang
ekonomi dan industri, serta budaya merupakan faktor dominan dalam proses penyakit
atau kelainan pada tahap embrio. Kelainan fonemik embrio dan janin serta masalah
langit-langit mulut sumbing.

Menurut (Sudjatmiko, 2009), penyebab bibir sumbing ada dua faktor. sebuah faktor
Pertama, faktor internal berupa cacat genetik atau cacat lahir. Faktor lain, yaitu faktor
luar yang disebabkan oleh bahan kimia di lingkungan yang disebut teratogen. Pasien ini
mengalami tiga jenis kerusakan pada organ bicara, termasuk bibir celah tidak lengkap

3
unilateral, lengkap unilateral, dan lengkap bilateral. Bendera kelinci satu sisi tidak
lengkap, mis. perbedaannya hanya pada satu sisi bibir saja atau tidak meluas ke rongga
hidung. Pasien ini memiliki bibir sumbing unilateral lengkap ia juga memiliki celah
hanya di satu bibir, tetapi meluas hingga ke rongga hidung. Sumbing bilateral lengkap
berarti sumbing berada di kedua sisi bibir dan semakin melebar ke rongga hidung
(Asmara, 2018).

Penyebab terjadinya bibir sumbing antara lain adalah faktor genetik, dan sebagian
besar kasus bibir sumbing dapat dijelaskan melalui hipotesis multifaktorial (Armi, 2018).
Penyebab wajah pecah-pecah terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal (genetika) dan
faktor eksternal. Kelainan genetik penyebab bibir sumbing dan bibir sumbing wajah
terbagi menjadi kondisi genetik sindromik dan nonsindrom. Bibir sumbing bisa timbul
sebagai kelainan individu atau sebagai komponen dalam sindrom genetik yang lebih
kompleks. Identifikasi dan perawatan bibir sumbing umumnya melibatkan kolaborasi tim
medis yang beragam, termasuk dokter bedah plastik, ortodontis, ahli bedah mulut, serta
perawatan rehabilitasi yang mencakup ahli terapi wicara dan fisioterapis (Trianingsih,
2023). Kondisi genetik sindromik berhubungan dengan adanya sindrom tertentu,
sedangkan kondisi nonsindrom berhubungan dengan faktor keturunan. Sedangkan faktor
lingkungan yang menyebabkan terjadinya orofocal gap adalah:
1) faktor lingkungan (obat-obatan, racun)
2) faktor ibu (kekurangan vitamin, gangguan hormonal)
3) faktor intrauterin (Dewi, 2019).
Teori pewarisan multifaktorial menyatakan bahwa gen berisiko berinteraksi satu sama
lain dan dengan lingkungan sehingga menimbulkan kerusakan pertumbuhan embrio.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa Intervensi yang dapat dilakukan
antara lain untuk mencegah kelainan bawaan pada wajah dan rongga mulut diagnosis
prenatal, peningkatan status gizi ibu selama dan sebelum kehamilan dan pendidikan ibu
hamil. Namun upaya ini tidak banyak mengurangi penyimpangan wajah-oral asli.
Perilaku seorang ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor menjaga kesehatan, termasuk usia
ibu, pendidikan ibu, status keuangan keluarga, sikap, pengetahuan dan gaya hidup ibu
untuk mencegah labiopalatosis (Armi, 2018)

4
4. Klasifikasi labioskizis dan pataloskizis

Tergantung pada apakah celah tersebut sudah terbentuk sempurna, tingkat kelainan
bibir sumbing bervariasi dari ringan hingga berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang
diketahui adalah:

a) Unilateral tidak lengkap: bila sumbing hanya terjadi pada salah satu sisi bibir dan
tidak sampai ke hidung.
b) Unilateral komplit: bila sumbing hanya terjadi pada salah satu sisi bibir dan meluas
hingga hidung.
c) Bilateral komplit: bila celah terjadi pada kedua sisi bibir dan meluas hingga hidung.
Selain sempurna atau tidaknya bukaan, ada juga klasifikasi Veau yang membagi garis
palatal menjadi 4 kategori: Kelas I : Celah hanya terdapat pada langit-langit lunak Kelas
II: sumbing yang mengenai langit-langit lunak dan keras, tidak meluas hingga foramen
insisal, hanya menutupi langit-langit kedua Kelas III: celah lengkap unilateral
memanjang dari uvula hingga gigi seri di garis tengah gigi seri, kemudian miring ke sisi
lain dan biasanya mencapai alveolus gigi seri lateral. Kelas IV: Celah bilateral lengkap
dengan dua celah yang memanjang dari sayatan hingga alveoli.

5
Gambar 1.1 Klasifikasi veau pada palatoskizis

5. Masalah yang timbul akibat labioskizis dan pataloskizis

a) Masalah bicara
Komunikasi normal manusia memerlukan struktur bibir, rahang, lidah, gigi dan langit-
langit yang sehat, yang bekerja dalam mengkoordinasikan otot-otot pernapasan dan pita
suara. Mengingat penderita bibir sumbing dan langit-langit mulut biasanya kesulitan
mengontrol aliran udara, maka produksi suara menjadi tidak normal. Bunyi labiodental
seperti f dan v sulit diucapkan bila bibir atas terlalu panjang, kencang dan sulit digerakkan
akibat jaringan parut pasca operasi rekonstruksi bibir. Kurangnya gigi seri atas atau
malformasi alveolar ridge dapat mempengaruhi pengucapan huruf s, z, th, f dan v, dan
juga dapat menyebabkan malformasi alveolar ridge atau pemendekan dan penyempitan
anterior-posterior dan penyempitan langit-langit mulut. kesulitan dalam pengucapan huruf
k, g dan ng.
b) Gangguan pendengaran
Bayi dengan langit-langit mulut sumbing sangat rentan terkena infeksi telinga karena
terdapat masalah pada otot yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan saluran tuba
Eustachius sehingga membuat cairan tidak dapat mengalir dengan baik dari telinga tengah.
Angka kejadian otitis media dan gangguan pendengaran sangat tinggi.
c) Masalah pernafasan
Anak-anak dengan celah langit-langit sering kali mengalami kelainan bentuk hidung.
Kelainan bentuk ini dapat mempersempit rongga hidung dan menghalangi aliran udara
yang biasanya mengarah pada pernapasan melalui mulut. Obstruksi dan infeksi saluran
pernapasan atas sering terjadi pada pasien ini.
d) Masalah gigi
Penderita bibir sumbing dan langit-langit mulut sering kali memiliki gigi bawaan yang
hilang, terutama gigi geraham depan dan geraham, gigi berlebih terutama di rahang depan
dan dekat celah, gigi berjejal, dan gigi cacat. Gigi seri tengah sering kali tampak tidak
sejajar sehingga menyebabkan hubungan horizontal dan vertikal daerah gigi seri tampak

6
tidak harmonis, begitu pula dengan erupsi gigi di sekitarnya. Tumbuh gigi menjadi lebih
sulit, terutama pada anjing. Gigi geraham atas yang ektopik dan gigi seri bawah yang
erupsi berlebihan karena gigi seri bawah hilang atau salah posisi juga sering terjadi. Anak-
anak dengan celah langit-langit yang lengkap sering kali mengalami kegagalan
pertumbuhan bagian tengah wajah, biasanya akibat perbaikan palatal atau palatoplasti. Hal
ini menyebabkan ketidaksejajaran antara rahang atas dan bawah, sehingga mengakibatkan
overbite anterior atau posterior. Menurut (Setiati, 2023) yang menyatakan bahwa prosedur
perbaikan langit-langit atau palatoplasti pada anak-anak yang memiliki celah langit-langit
lengkap dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan pada bagian tengah wajah. Penelitian
lain menemukan bahwa 31,3% anak-anak dengan celah unilateral memiliki hubungan gigi
seri-silang Kelas III dibandingkan dengan 9,1% anak-anak dengan celah unilateral.
Kelainan gigi umum lainnya termasuk hipodonsia dan kelainan ukuran dan bentuk gigi.
Kelainan seperti gigi berjejal juga bisa ditemukan pada penderita langit-langit mulut
sumbing. Menurut (fawzy, 2020) menyatakan bahwa Ketidakseimbangan otot di sekitar
rahang dapat menyebabkan tekanan yang tidak merata pada gigi, yang pada gilirannya
dapat menyebabkan ketidaksejajaran. Risiko karies yang signifikan juga diamati pada
anak-anak dengan celah langit-langit berusia 18 bulan dan 4 tahun. Kebanyakan karies
terjadi pada gigi yang berdekatan dengan fisura dan pada gigi geraham sulung. Kelainan
gigi lainnya antara lain kelainan gigi lain yang tidak terjadi pada anak tanpa celah langit-
langit, seperti tidak adanya gigi seri lateral pada daerah sumbing yang sangat sensitif
terhadap gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Gigi seri lateral juga dapat
mempunyai mesiodens, kerucut atau runcing, mikrodontia, kelainan bentuk gigi, erupsi,
kelainan bentuk akar dan mahkota lainnya. Kelainan gigi tersebut juga menimbulkan
masalah estetika yang dapat berujung pada masalah fungsional, masalah periodontal
karena gigi tidak didukung oleh tulang alveolar yang cukup, dan masalah pada restorasi
gigi.

6. Tata laksana labioskizis dan pataloskizis

Penatalaksanaan dan pengobatan bibir sumbing dan langit-langit mulut merupakan


bentuk kerja sama tim yang melibatkan banyak departemen di rumah sakit. Hal ini

7
dikarenakan tingkat kesulitannya yang rumit dan bervariasi serta memakan waktu yang
cukup lama. Di antara spesialisasi yang terlibat adalah dokter anak, ahli bedah plastik,
ahli bedah mulut, dokter gigi anak, ortodontis, prostetik, ahli THT, ahli terapi wicara,
psikiater dan psikolog. Setiap rumah sakit memiliki protokol tersendiri dalam
menangani kasus bibir sumbing dan langit-langit mulut. Ini tentang partisipasi
multidisiplin di rumah sakit dan perawatan jangka panjang yang diberikan di rumah
sakit. Pengobatan pasien bibir sumbing dan langit-langit mulut dimulai pada usia 0
minggu hingga 18 tahun. Hal tersebut dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Usia Tindakan
0-1 minggu Pemberian nutrisi dengan kepala miring 45 derajat
1-2 minggu Pemasangan oburator untuk menutup celah pada langitan agar
dapat menghisap susu atau memakai dot lubang besar kearah
bawah untuk mencegah aspirasi
10 minggu Labioplasty dengan memenuhi Rules of Ten
1. Usia 10 minggu
2. Berat 10 pounds
3. Hb > 10 gr%
1,5-2 tahun Palatoplasty karena bayi mulai bicara
2-4 tahun Terapi wicara
4-6 tahun Veropharyngopasty untuk mengembalikan fungsi katup yang
dibentuk m. tensor veli palatine dan m.levator veli palatine
sebagai pembentuk huruf konsonan dan latihan dengan cara
meniup
6-8 tahun Ortodonsi (pengaruh lengkung gigi)
8-9 tahun Alveolar bone grafting
9-17 tahun Ortodontiks berulang
17-18 tahun Cek kesimetrisan mandibula dan maksila

Secara umum tahapan pengobatan penderita bibir sumbing dan langit-langit mulut
sangat luas, melibatkan beberapa aspek medis dan non medis, seperti:

8
1. Pekerjaan keperawatan
 Mungkin ada risiko mati lemas
 Ibu hendaknya diajarkan untuk menyusui, yang harus diberikan dengan
lembut dan sering-sering jika terjadi kesulitan. ASI dapat dipompa dan
diberikan dengan sedikit sedotan. Untuk menghindari kontaminasi,
pastikan pompa ASI dan wadah penampung ASI selalu direbus.
2. Medis
 Prosedur pertama yang dilakukan untuk menutup bibir sumbing, berdasarkan
aturan sepuluh kriteria, yaitu usia dan gt; 10 minggu (3 bulan) dan gt; 10 pon.
(5kg), Hb > 10 g/dl, leukosit dan kurang; 10.000 mandi.
 Tahapan operasi korektif a) Kelahiran (bulan ke-18): meluruskan ruas rahang
b) 2-5 tahun: transfer segmen rahang dan koreksi crossbite c) 10-11 tahun :
memperbaiki pembentukan gigi d) 2-18 tahun: pelestarian bentuk gigi
permanen
 Logoterapi Prosedur ini dilakukan setelah operasi korektif untuk memastikan
anak dapat berbicara normal seperti anak normal lainnya.
3. Pencegahan infeksi. Ikuti praktik pencegahan infeksi, terutama kebersihan tangan
dan penggunaan sarung tangan.
4. Pasca operasi
 Hentikan tangan Anda agar anak tidak menyentuh jahitannya
 Pemberian makanan dan minuman sesuai rencana pengobatan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pasien. Anda dapat memulai waktu
menyusu segera setelah bayi sadar dan refleks menelan sudah berkembang.
 Perencanaan pemulangan dan perawatan di rumah. Ajari orang tua tentang
perawatan lokasi operasi, praktik makan dan minum, tanda-tanda infeksi, dan
posisi bayi selama menyusui. Memberikan dorongan dan dukungan moril
kepada orang tua. Tekankan kepada orang tua pentingnya penatalaksanaan
jangka panjang dalam mencegah masalah bicara dan bahasa,
gangguan/gangguan pendengaran, dan masalah gigi. Rujuk ke lembaga atau
kelompok dukungan untuk anak-anak dengan celah langit-langit dan/atau bibir
sumbing

9
 Hasil yang diharapkan: ~ Luka bayi sembuh tanpa komplikasi ~
Pertumbuhan bayi/anak BB-TB dalam batas normal ~ Orang tua dapat
mendemonstrasikan teknik menyusui yang benar ~ Orang tua menunjukkan
penerimaan terhadap kondisi anak
5. Pendidikan kesehatan
 Cara memasang selang OGT
 Dot khusus yang bentuknya lebih panjang dan lubangnya lebih lebar
dibandingkan dot biasa. Tujuannya untuk menutup lubang pada langit-langit
mulut agar ASI langsung masuk ke kerongkongan, lubang tersebut lebih besar
karena daya isap bayi rendah.
 Pada usia 1-4 tahun dilakukan evaluasi bicara, pada usia 6 tahun dilakukan
evaluasi gigi dan rahang.
 Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak
 Belajar mencegah komplikasi (menjaga kebersihan area bedah, meminimalkan
gerakan yang dapat menyebabkan luka bedah terbuka)

7. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan Pada Anak labioskizis dan pataloskizis


1) Diagnosis:
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan kongenital
Intervensi:
 Observasi
Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengan bicara
 Terapeutik
Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan
Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan
Ulangi apa yang disampaikan
Berikan dukungan psikologis
 Edukasi
Anjurkan berbicara perlahan
Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang

10
berhubungan dengan kemampuan berbicara.
 Kolaborasi
Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
2) Diagnosis:
Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan impulsif dan hiperaktivitas
Intervensi:
 Observasi
Identifikasi fokus pelatihan keterampilan sosial
 Terapeutik
Motivasi untuk berlatih keterampilan sosial
Beri umpan balik positif
 Edukasi
Edukasi keluarga untuk dukungan keterampilan sosial
Latih keterampilan sosial secara bertahap
3) Diagnosis:
Harga Diri Rendah Kronis
Intervensi:
 Observasi
Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia
Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
 Terapeutik
Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
Motivasi menerima tantangan atau hal baru
Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
 Edukasi
Edukasi keluarga untuk dukungan dalam perkembangan konsep positif diri pasien
Ajarkan caara mengatasi bullying
Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain

11
4) Diagnosis:
Gangguan Citra Tubuh
Intervensi:
 Observasi
Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
 Terapeutik
Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh
Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
 Edukasi
Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
Anjurkan menggunakan alat bantu
Latih fungsi tubuh yang dimiliki

12
DAFTAR PUSTAKA

Armi, A. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENCEGAHAN TERJADINYA LABIOPALATOSCHISIS PADA BAYI YANG
DIRAWAT DI RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CIKARANG TAHUN 2018.
Jurnal Ilmiah Keperawatan, 7(1).

Afra, HA (2021). Review Artikel: Analisa Pasien Labioschisis atau Tinjauan Bibir Sumbing
Artikel: Analisis Penderita Labioschisis atau Bibir Sumbing. Dalam Prosiding
Seminar Nasional Biologi, (hal. (Vol. 1, No. 2, hal. 1401-1407)

Asmara, R., Kusumaningrum, W. R., & Sitangga, M. (2018). Realisasi bahasa Indonesia
penderita bibir sumbing sebuah studi kasus. LITERA, 17(3).

Dewi, P. S. (2019). Management of Cleft Lip and Palate (Literature Review). Interdental:
Jurnal Kedokteran Gigi, 15(1), 25-29.

Koamesah, G. T., Ongkowidjojo, O., & Alvianto, D. (2021). Dinamika Stres Pengasuhan
Pada Orang tua dengan Anak Bibir Sumbing. Psychopreneur Journal, 5(2), 90-107.

Kummer, A. (2018). Panduan Dokter Anak untuk Gangguan Komunikasi Akibat Sumbing
Bibir/Langit-langit. Klinik Pediatri Amerika Utara, 65(1), hlm.31–46.

Kusuma, DC (2022). Asuhan Neonatus Dan Bayi Baru Lahir Dengan Kelainan Bawaan.
Global Eksekutif Teknologi.

Trianingsih, E. dkk (2023) Gangguan Berbahasa pada Remaja Usia Delapan Belas Tahun
akibat Bibir Sumbing : Perspektif Biologi. Jurnal Iswara. 3 (1), 17-27.

Setitati, Dita & Nisa, Shafira (2023) Tumbuh Kembang Bayi dengan Labiognatopalatoschizis,
Jurnal Penelitian Dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti. 8 (1).

13
Fawzy, A (2020) Penatakelolaan Terpady Kelainan Bibir Sumbing Dan Celah Langit-Langit
Mulut. Universitas Jendral Sudirman.

14

Anda mungkin juga menyukai